BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Akuntansi Pemerintahan
Pada dasarnya akuntansi pemerintahan adalah suatu prosedur akuntansi yang
telah disusun sedemikian rupa agar dapat dilakukan monitoring (pemantauan)
secara terus-menerus terhadap pelaksanaan angaran dengan tujuan agar dapat
diketahui cara penciptaan, pengurusan dan pemantauan terhadap kepatuhan
penggunaan dana.
Laporan Keuangan organisasi sektor publik merupakan komponen penting untuk
menciptakan akuntabilitas sektor publik. Adanya tuntutan yang semakin besar
terhadap pelaksanaan akuntabilitas publik menimbulkan implikasi bagi
manajemen sektor publik untuk memberikan informasi kepada publik, salah
satunya adalah informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan.
Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan
keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. Akuntansi
dan
laporan
keuangan
mengandung
pengertian
sebagai
suatu
proses
pengumpulan, pengolahan , dan pengkomunikasian informasi yang bermanfaat
untuk pembuatan keputusan dan untuk menilai kinerja organisasi.
14
15
Langenderfer (1973) dalam Glynn, J.J. (1993) menyatakan bahwa akuntansi
secara normatif memiliki tiga aspek, yaitu : (1) sifat informasi yang diberikan;
(2) kepada siapa informasi tersebut diberikan; dan (3) tujuan informasi tersebut
diberikan.
Lebih lanjut Langenderfer menyatakan bahwa: “Akuntansi merupakan suatu
sistem pengukuran dan sistem komunikasi untuk memberikan informasi
ekonomi dan sosial atas suatu entitas yang dapat diidentifikasi sehingga
memungkinkan pemakai untuk membuat pertimbangan dan keputusan mengenai
alokasi sumber daya yang optimal dan tingkat pencapaian tujuan organisasi
(Langenderfer, 1973).
Organisasi sektor publik dituntut untuk dapat membuat laporan keuangan
eksternal yang meliputi laporan keuangan formal, seperti laporan surplus/defisit,
laporan realisasi anggaran, laporan rugi/laba, laporan aliran kas, neraca, serta
laporan kinerja yang dinyatakan dalam ukuran finansial dan non-finansial.
Menurut Mardiasmo (2004), Tujuan dan fungsi laporan keuangan sektor publik
adalah:
1. Kepatuhan dan pengelolaan (compliance and stewardship)
Laporan keuangan digunakan untuk memberikan jaminan kepada pengguna
laporan keuangan dan pihak otoritas penguasa bahwa pengelolaan sumber
16
daya telah dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan lain yang
telah ditetapkan.
2. Akuntabilitas dan Pelaporan Retrospektif (accountability and retrospective
reporting)
Laporan keuangan digunakan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada
publik. Laporan keuangan digunakan untuk memonitor kinerja dan
mengevaluasi manajemen, memberikan dasar untuk mengamati trend antar
kurun
waktu,
pencapaian
atas
tujuan
yang
telah
ditetapkan,
dan
membandingkannya dengan kinerja organisasi lain yang sejenis jika ada.
Laporan keuangan juga memungkinkan pihak luar untuk memperoleh
informasi biaya atas barang dan jasa yang diterima, serta memungkinkan bagi
mereka untuk menilai efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya
organisasi.
3. Perencanaan & Informasi Otorisasi (Planning and authorization information)
Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan dasar perencanaan kebijakan
dan aktivitas di masa yang akan datang. Laporan keuangan berfungsi untuk
memberikan informasi pendukung mengenai otorisasi penggunaan dana.
17
4. Kelangsungan organisasi (viability)
Laporan keuangan berfungsi untuk membantu pembaca dalam menentukan
apakah suatu organisasi atau unit kerja dapat meneruskan menyediakan
barang dan jasa (pelayanan) di masa yang akan datang.
5. Hubungan Masyarakat (public relation)
Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan kesempatan kepada
organisasi untuk mengemukakan pernyataan atas prestasi yang telah dicapai
kepada pemakai yang dipengaruhi karyawan, dan masyarakat. Laporan
keuangan berfungsi sebagai alat komunikasi dengan publik dan pihak-pihak
lain yang berkepentingan.
6. Sumber fakta dan gambaran (source of fact and figures)
Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi kepada berbagai
kelompok kepentingan yang ingin mengetahui organisasi secara lebih dalam.
Bagi organisasi pemerintah, tujuan umum akuntansi dan laporan keuangan
adalah:
1. Untuk memberikan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan
ekonomi, social dan politik serta sebagai bukti pertanggungjawaban
(accountability) dan pengelolaan (stewardship);
18
2. Untuk memberikan informasi yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja
manajerial dan organisasional.
Menurut Nordiawan & Hertianti (2010) Peranan pelaporan keuangan adalah
untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan
seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu
periode
pelaporan.
Laporan
keuangan
terutama
digunakan
untuk
membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan
anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi
efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, serta membantu menentukan
ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
Tujuan pelaporan keuangan menurut Nordiawan & Hertianti (2010) adalah:
1. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan
untuk membiayai seluruh pengeluaran.
2. Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya
ekonomi.
3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang
digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang dicapai.
4. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai
seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.
19
5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas
pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak
dan pinjaman.
6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas
pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat
kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan
informasi mengenai pendapatan, belanja, transfer, dana cadangan, pembiayaan,
aset, kewajiban, ekuitas danam, dan arus kas suatu entitas. Komponen laporan
keuangan terdiri atas : Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,
dan Catatan atas Laporan Keuangan.
2.2. Laporan Keuangan
Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban
keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun
dengan mengikuti standar akuntansi pemerintah yang telah diterima secara
umum.
20
Dalam UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, ditetapkan bahwa
laporan pertanggung-jawaban pelaksanaan APBN/APBD disampaikan berupa
laporan keuangan yang setidak-tidaknya terdiri dari laporan realisasi anggaran,
neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang disusun sesuai
dengan standar akuntansi pemerintah. Laporan keuangan pemerintah pusat yang
telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan harus disampaikan kepada DPR
selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang
bersangkutan.
UU No. 17 Tahun 2003 tersebut mengamanatkan bahwa Menteri/pimpinan
lembaga
sebagai
Pengguna
Anggaran/
Pengguna
Barang
kementerian
negara/lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas antara lain menyusun dan
menyampaikan
laporan
keuangan
kementerian
negara
/lembaga
yang
dipimpinnya (pasal 9 huruf g).
Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa
oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah
tahun anggaran berakhir (pasal 30 ayat 1), yang setidak-tidaknya meliputi
Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan, yang dilampiri dengan laboran keuangan perusahaan negara dan
badan lainnya (pasal 30 ayat 2).
21
Selanjutnya dalam UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, telah
pula diamanatkan Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/
Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan laporan keuangan yang
meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan
Keuangan dilampiri laporan keuangan Badan Layanan Umum pada kementerian
negara/lembaga masing-masing (pasal 55 ayat 2 huruf a), selambat-lambatnya 2
(dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir (pasal 55 ayat 2 huruf b), yang
kemudian disampaikan Preseden kepada BPK paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah tahun anggaran berakhir (pasal 55 ayat 3). Menteri Keuangan selaku
pengelola fiskal menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat untuk
disampaikan kepada Presiden dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN (pasal 55 ayat 1).
Menurut
Peraturan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
Nomor
171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat, bahwa yang dimaksud dengan Laporan Keuangan adalah
bentuk pertanggungjawaban pemerintah atas pelaksanaan APBN berupa Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan, Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan.
22
Beberapa pengertian dasar yang menyangkut Laporan Keuangan dapat
dijelaskan seperti berikut ini:
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA), adalah laporan yang menyajikan
informasi realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan
pembiayaan, sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran yang masing-masing
diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.
2. Neraca adalah laporan yang menyajikan informasi posisi keuangan
pemerintah yaitu aset, utang, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.
3. Laporan Arus Kas (LAK), adalah laporan yang menyajikan informasi arus
masuk dan keluar kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset non-keuangan, pembiayaan, dan
non anggaran.
4. Laporan BMN adalah laporan yang menyajikan posisi BMN pada awal dan
akhir suatu periode serta mutasi BMN yang terjadi selama periode tersebut.
5. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) adalah laporan yang menyajikan
informasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau analisis atau nilai suatu
pos yang disajikan dalam LRA, Neraca, dan LAK dalam rangka
pengungkapan yang memadai.
Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN disusun dan
disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). SAP tersebut
disusun oleh suatu komite standar yang independen dan ditetapkan dengan
23
Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan
Pemeriksa Keuangan (pasal 32 UU No.17 Tahun 2003).
Menurut PP No.8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan Dan Kinerja Instansi
Pemerintah, bahwa Laporan keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan negara/daerah selama suatu periode.
Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah dihasilkan dari suatu Sistem
Akuntansi Pemerintahan yang dibuat oleh masing-masing Kementrian/Lembaga
menggunakan Sistem Akuntansi Instansi (SAI), yang terdiri dari Sistem
Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Informasi Manajemen Akuntansi
Barang Milik Negara (SIMAK-BMN).
2.3. Sistem Akuntansi Keuangan (SAK)
2.3.1. Gambaran Umum
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No.171/PMK.05/2007
tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat,
bahwa Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dilaksanakan oleh kementerian
negara/lembaga yang memproses transaksi keuangan baik arus uang
maupun barang. SAI terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) dan
Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara
(SIMAK-BMN).
24
SAK terdiri dari:
a. Sistem Akuntansi tingkat Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran
(SAUAKPA);
b. Sistem Akuntansi tingkat Unit Akuntansi Pembantu Pengguna
Anggaran Wilayah (SA-UAPPA-W);
c. Sistem Akuntansi tingkat Unit Akuntansi Pembantu Pengguna
Anggaran Eselon I (SA-UAPPA-E1); dan
d. Sistem Akuntansi tingkat Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (SAUAPA).
SIMAK-BMN terdiri dari:
a. Sistem Akuntansi tingkat Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang
(SAUAKPB);
b. Sistem Akuntansi tingkat Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang
Wilayah (SA-UAPPB-W);
c. Sistem Akuntansi tingkat Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang
Eselon I (SA-UAPPB-E1); dan
d. Sistem Akuntansi tingkat Unit Akuntansi Pengguna Barang (SAUAPB).
Untuk melaksanakan SAI, kementerian negara/lembaga membentuk unit
akuntansi instansi sesuai dengan hirarki organisasi. Unit Akuntansi
25
Instansi (UAI) terdiri dari Unit Akuntansi Keuangan (UAK) dan Unit
Akuntansi Barang (UAB).
Unit Akuntansi Keuangan, terdiri dari :
a. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) yang berada
pada tingkat satuan kerja;
b. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W)
yang berada pada tingkat wilayah;
c. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon 1 (UAPPA-E1)
yang berada pada tingkat Eselon 1; dan
d. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA) yang berada pada tingkat
kementerian negara/lembaga.
.
Unit Akuntansi Barang, terdiri dari :
a. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) yang berada pada
tingkat satuan kerja;
b. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah (UAPPB-W)
yang berada pada tingkat wilayah;
c. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon 1 (UAPPB-E1)
yang berada pada tingkat eselon 1; dan
d. Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB) yang berada pada tingkat
kementerian negara/lembaga.
26
Gambar 2-1
Kerangka Umum SAI
SAI
Sistem Akuntansi
Keuangan (SAK)
Sistem Informasi Management dan
Akuntansi BMN (SIMAK-BMN)
2.3.2. Pelaporan
Unit-unit akuntansi instansi melaksanakan fungsi akuntansi dan pelaporan
keuangan atas pelaksanaan anggaran sesuai dengan tingkat organisasinya.
Laporan
keuangan
yang
dihasilkan
merupakan
bentuk
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran oleh unit-unit akuntansi, baik
sebagai entitas akuntansi maupun entitas pelaporan.Laporan keuangan
kementerian negara/lembaga yang dihasilkan unit akuntansi instansi
tersebut terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Anggaran
b. Neraca
c. Catatan atas Laporan Keuangan
27
Kementerian negara/lembaga yang menggunakan Anggaran Pembiayaan
dan Perhitungan, disamping wajib menyusun laporan keuangan atas
bagian anggarannya sendiri, juga wajib menyusun Laporan Realisasi
Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan secara terpisah.
Atas Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan yang dilimpahkan/
dialokasikan oleh kementerian negara/lembaga kepada pemerintah daerah,
laporan keuangannya merupakan satu kesatuan/tidak terpisah dari laporan
keuangan kementerian negara/lembaga.
Data akuntansi dan laporan keuangan secara berkala disampaikan kepada
unit akuntansi di atasnya. Data akuntansi dan laporan keuangan dimaksud
dihasilkan oleh sistem akuntansi keuangan (SAK) dan sistem informasi
manajemen dan akuntansi barang milik negara (SIMAK-BMN) yang
dikompilasi.
.
28
Gambar 2-2
Mekanisme Pelaporan SAI
Ambil gambar III-2 di Permenkeu RI No. 171/2007
Termasuk keterangannya.
29
Penjelasan Flowchart/Gambar 2.2:
a. UAKPA menyampaikan dokumen sumber perolehan Aset Tetap
kepada UAKPB setiap terdapat transaksi perolehan Aset.
b. UAKPB mengirimkan ADK aset setiap bulan ke UAKPA sebagai
bahan penyusunan neraca.
c. UAKPB menyampaikan laporan BMN beserta ADK setiap triwulan ke
KPKNL sebagai bahan pemutakhiran data BMN.
d. UAKPA menyampaikan secara bulanan ke KPPN berupa LRA, Neraca
dan ADK termasuk Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan
dalam rangka melakukan rekonsiliasi data. Untuk laporan semesteran
dilengkapi dengan CALK.
e. BLU menyampaikan secara triwulanan ke KPPN berupa LRA, Neraca
dan ADK dalam rangka melakukan rekonsiliasi data. Untuk laporan
semesteran dilengkapi dengan CALK.
f. KPKNL menyampaikan laporan BMN beserta ADK setiap semester ke
KPPN sebagai bahan rekonsiliasi data BMN.
g. KPKNL menyampaikan laporan BMN beserta ADK setiap semester ke
Kanwil DJKN sebagai bahan penyusunan laporan BMN tingkat
wilayah.
h. KPPN menyampaikan Laporan Keuangan Kuasa BUN termasuk
Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan setiap bulan dan
30
mengirimkan ADK setiap hari ke Kanwil Ditjen PBN cq. Bidang
AKLAP.
i. BLU menyampaikan menyampaikan ADK, LRA dan neraca kepada
UAPPAE1 untuk digabungkan setelah dilakukan rekonsiliasi dengan
KPPN setiap triwulan. Untuk Semesteran dan tahunan disertai dengan
Catatan Atas Laporan.
j. UAKPA menyampaikan ADK, LRA dan neraca termasuk Bagian
Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan secara bulanan kepada
UAPPA-W untuk digabungkan setelah dilakukan rekonsiliasi dengan
KPPN setiap bulan. Untuk Semesteran dan tahunan disertai dengan
Catatan Atas Laporan Keuangan.
k. UAKPA Kantor Pusat menyampaikan ADK, LRA dan neraca termasuk
Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan secara bulanan kepada
UAPPA-E1 untuk digabungkan setelah dilakukan rekonsiliasi dengan
KPPN setiap bulan. Untuk Semesteran dan tahunan disertai dengan
Catatan Atas Laporan Keuangan.
l. UAKPB menyampaikan Laporan BMN beserta ADK ke UAPPB-W
untuk digabungkan setiap semester.
m. UAKPB Kantor Pusat menyampaikan Laporan BMN beserta ADK ke
UAPPBE1 untuk digabungkan setiap semester.
31
n. UAPPB-W menyampaikan laporan BMN kepada UAPPA-W setiap
semester untuk dilakukan pencocokan dengan laporan keuangan pada
UAPPA-W.
o. UAPPB-W melakukan rekonsiliasi data BMN dengan Kanwil DJKN
setiap semester.
p. UAPPA-W
menyampaikan
ADK
termasuk
Bagian
Anggaran
Pembiayaan dan Perhitungan secara bulanan ke Kanwil Ditjen PBN
cq. Bidang AKLAP, dan menyampaikan LRA dan Neraca beserta
ADK setiap triwulan dalam rangka rekonsiliasi tingkat wilayah. Untuk
laporan semesteran dilengkapi dengan CALK.
q. UAPPA-W menyampaikan LRA, Neraca dan ADK termasuk Bagian
Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan secara triwulanan kepada
UAPPA-E1 untuk digabungkan di tingkat eselon I. Untuk laporan
semesteran dilengkapi dengan CALK.
r. Kanwil DJKN menyampaikan laporan BMN beserta ADK setiap
semester ke Kanwil DJPBN sebagai bahan rekonsiliasi data BMN.
s. UAPPB-W menyampaikan ADK transaksi BMN dan laporan BMN ke
UAPPB-E1 untuk digabungkan di tingkat eselon I setiap semester.
t. UAPPB-E1 melakukan rekonsiliasi data BMN UAKPB Kantor Pusat
dengan Kanwil DJKN setiap semester.
32
u. Kanwil DJKN menyampaikan laporan BMN beserta ADK setiap
semester ke Kantor Pusat DJKN sebagai bahan penyusunan laporan
BMN tingkat pemerintah pusat.
v. Kanwil Ditjen PBN mengirim ADK setiap hari dan Laporan Keuangan
Kuasa BUN setiap triwulan termasuk data Bagian Anggaran
Pembiayaan dan Perhitungan ke Kantor Pusat Ditjen PBN cq
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan sebagai bahan
rekonsiliasi dengan kementerian negara/lembaga di tingkat pusat.
w. UAPPB-E1 menyampaikan laporan BMN kepada UAPPA-E1 setiap
semester untuk dilakukan pencocokan dengan laporan keuangan pada
UAPPA-E1.
x. UAPPB-E1 menyampaikan ADK dan laporan BMN ke UAPB untuk
digabungkan di tingkat kementerian negara/lembaga setiap semester.
y. UAPPA-E1 menyampaikan LRA, Neraca dan ADK termasuk BLU dan
Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan setiap triwulan ke
UAPA sebagai bahan penyusunan laporan keuangan tingkat
kementerian negara/lembaga. Untuk laporan semesteran dilengkapi
dengan CALK.
z. Apabila diperlukan UAPPA-E1 dapat melakukan rekonsiliasi laporan
keuangan tingkat eselon I dengan Ditjen PBN cq. Direktorat
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan setiap semester.
33
aa. UAPB menyampaikan laporan BMN kepada UAPA setiap semester
untuk dilakukan pencocokan dengan laporan keuangan pada UAPA.
bb. UAPA menyampaikan LRA dan neraca anggaran pembiayaan dan
perhitungan ke Ditjen Anggaran c.q Dit. Anggaran III yang bertindak
sebagai
Biro
Keuangan
Bagian
Anggaran
Pembiayaan
dan
Perhitungan.
cc. UAPA menyampaikan laporan keuangan beserta ADK kepada Ditjen
PBN cq. Dit. APK termasuk BLU dan Bagian Anggaran Pembiayaan
dan Perhitungan dalam rangka rekonsiliasi dan penyusunan Laporan
Keuangan pemerintah pusat setiap semester.
dd. DJA cq. Dit Anggaran III menyampaikan laporan keuangan dan ADK
dalam rangka rekonsiliasi dengan Ditjen PBN cq. Dit. APK setiap
semester.
ee. UAPB
menyampaikan
laporan
BMN
tingkat
kementerian
negara/lembaga ke Ditjen KN.
ff. Ditjen KN menyampaikan laporan BMN Pemerintah Pusat ke Ditjen
PBN c.q. Dit.APK sebagai bahan penyusunan neraca Pemerintah
Pusat.
34
2.2.4. Dekonsentrasi
Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintah pusat melalui
kementerian negara/lembaga kepada gubernur selaku wakil pemerintah.
Dana Dekonsentrasi merupakan dana yang berasal dari APBN yang
dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil pemerintah yang mencakup
semua pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak
termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.
Dana Dekonsentrasi merupakan bagian dari anggaran kementerian
negara/lembaga yang dialokasikan berdasarkan rencana kerja kementerian
negara/lembaga dan dilaksanakan oleh SKPD yang ditetapkan Gubernur.
Dalam rangka pertanggungjawaban penggunaan dana dekonsentrasi,
berdasarkan
usulan
dari
Gubernur,
kementerian
negara/lembaga
menetapkan SKPD sebagai UAKPA/UAKPB Dekonsentrasi, dan Dinas
Provinsi sebagai UAPPA-W/UAPPB-W Dekonsentrasi. Penanggung
jawab UAKPA/UAKPB Dekonsentrasi adalah Kepala SKPD yang
menerima dana dekonsentrasi, sedangkan penanggung jawab UAPPAW/UAPPB-W Dekonsentrasi adalah Kepala Dinas Propinsi. Sedangkan
Gubernur bertindak sebagai Koordinator untuk seluruh UAPPAW/UAPPB-W Dekonsentrasi dibawahnya. Pengaturan penunjukan dan
tugas Koordinator UAPPA-W/UAPPB-W diatur oleh Gubernur bersamasama dengan Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan.
35
Pelaporan keuangan/barang atas pelaksanaan Dekonsentrasi dilakukan
secara terpisah dari pelaporan keuangan/barang atas pelaksanaan Tugas
Pembantuan dan APBD. SKPD mempertanggungjawaban pelaksanaan
Dana Dekonsentrasi kepada kementerian negara/lembaga melalui Kepala
Dinas Propinsi. Pertanggungjawaban pelaksanaan dimaksud berupa
Laporan Keuangan dan Laporan BMN. Laporan Keuangan terdiri dari
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
2.2.5. Tugas Pembantuan
Dana Tugas Pembantuan merupakan dana yang berasal dari APBN yang
dilaksanakan oleh daerah yang mencakup semua penerimaan dan
pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan. Dana Tugas
Pembantuan
merupakan
bagian
dari
anggaran
kementerian
negara/lembaga yang dialokasikan berdasarkan rencana kerja kementerian
negara/lembaga dan dilaksanakan oleh SKPD yang ditetapkan oleh
Gubernur, Bupati, atau Walikota. Tugas Pembantuan adalah penugasan
pemerintah kepada daerah dan/atau desa atau sebutan lain, dengan
kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya
kepada yang menugaskan.
Dalam rangka pertanggungjawaban penggunaan dana tugas pembantuan,
berdasarkan usulan dari Kepala Daerah, Kementerian negara/lembaga
menetapkan SKPD sebagai UAKPA/UAKPB Tugas Pembantuan, dan
36
Dinas Pemerintah Provinsi, Dinas Pemerintah Kota atau Dinas Pemerintah
Kabupaten
sebagai
UAPPA-W/UAPPB-W
Tugas
Pembantuan.
Penanggung jawab UAKPA/UAKPB Tugas Pembantuan adalah Kepala
SKPD yang menerima dana tugas pembantuan, sedangkan penanggung
jawab UAPPA-W/UAPPB-W Tugas Pembantuan adalah Kepala Dinas
Pemerintah Daerah (Propinsi/Kota/Kabupaten).
Pelaporan
keuangan/barang
atas
pelaksanaan
Tugas
Pembantuan
dilakukan terpisah dari pelaporan keuangan/barang dalam pelaksanaan
Dekonsentrasi dan APBD. SKPD mempertanggungjawabkan pelaksanaan
Tugas Pembantuan kepada kementerian negara/lembaga melalui Kepala
Dinas Pemerintah Daerah (Propinsi/Kota/Kabupaten).
Pertanggungjawaban pelaksanaan dimaksud berupa Laporan Keuangan
dan Laporan BMN. Laporan Keuangan terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
37
2.4. Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara
(SIMAK-BMN)
2.4.1. Gambaran Umum
Barang Milik Negara (BMN) meliputi semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
Perolehan lainnya yang sah meliputi:
a. Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis;
b. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dan perjanjian/kontrak;
c. Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang; atau
d. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh ketentuan hukum tetap.
BMN merupakan bagian dari aset pemerintah pusat. Aset adalah sumber
daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau
sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah
maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk
sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi
masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan
sejarah dan budaya.
38
BMN meliputi unsur-unsur aset lancar, aset tetap, aset lainnya, dan aset
bersejarah.
1). Aset lancar yang dimaksud dalam pengertian BMN adalah
persediaan. Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau
perlengkapan
yang
dimaksudkan
untuk
mendukung
kegiatan
operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk
dijual
dan/atau
diserahkan
dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat.
2). Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 12 (duabelas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah
atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap yang dimaksud
dalam pengertian BMN adalah tanah; peralatan dan mesin; gedung
dan bangunan; jalan, irigasi, dan jaringan; aset tetap lainnya; dan
konstruksi dalam pengerjaan (KDP).
3). Aset lainnya yang dimaksud dalam pengertian BMN adalah aset tetap
yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah sehingga tidak
memenuhi definisi aset tetap dan harus dipindahkan ke pos aset
lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.
4). Aset bersejarah yang dimaksud dalam pengertian BMN adalah aset
tetap yang mempunyai ketetapan hukum sebagai aset bersejarah
dikarenakan kepentingan budaya, lingkungan, dan sejarah.
39
Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara
(SIMAK-BMN) merupakan subsistem dari Sistem Akuntansi Instansi
(SAI). SIMAK-BMN diselenggarakan dengan tujuan untuk menghasilkan
informasi yang diperlukan sebagai alat pertanggungjawaban atas
pelaksanaan APBN dan pelaporan manajerial (Managerial Report).
SIMAK-BMN menghasilkan informasi sebagai dasar penyusunan Neraca
Kementerian
Negara/Lembaga
dan
informasi-informasi
untuk
perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan,
pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan,
pemindahtanganan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian.
SIMAK-BMN diselenggarakan oleh unit organisasi Akuntansi BMN
dengan prinsip-prinsip:
1). Ketaatan, yaitu SIMAK-BMN diselenggarakan sesuai peraturan
perundang-undangan dan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Apabila prinsip akuntansi bertentangan dengan peraturan perundangundangan, maka yang diikuti adalah ketentuan perundang-undangan.
2). Konsistensi,
yaitu
SIMAK-BMN
dilaksanakan
secara
berkesinambungan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3). Kemampubandingan, yaitu SIMAK-BMN menggunakan klasifikasi
standar sehingga menghasilkan laporan yang dapat dibandingkan antar
periode akuntansi.
40
4). Materialitas, yaitu SIMAK-BMN dilaksanakan dengan tertib dan
teratur sehingga seluruh informasi yang mempengaruhi keputusan
dapat diungkapkan.
5). Obyektif, yaitu SIMAK-BMN dilakukan sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
6). Kelengkapan, yaitu SIMAK-BMN mencakup seluruh transaksi BMN
yang terjadi.
2.4.2. Struktur dan Bagan Organisasi Akuntansi BMN
Secara umum, struktur organisasi SIMAK-BMN ditetapkan sebagai
berikut:
1). Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB)
2). Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang (UAPPB-E1)
3). Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah (UAPPB-W)
4). Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB)
41
Bagan Organisasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.3
Bagan Organisasi Akuntansi BMN
UAPB
UAPPB-E1
UAPPB-W
UAKPB
UAKPB
UAPPB-E1
UAPPB-E1
UAPPB-W
UAPPB-W
UAKPB
UAKPB
UAKPB
42
2.5. Satuan Pengawas Intern
Untuk meningkatkan keandalan Laporan Keuangan, setiap Entitas Pelaporan dan
Akuntansi wajib menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern (SPI), dan harus
diciptakan prosedur rekonsiliasi antara data transaksi keuangan yang
diakuntansikan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dengan
data transaksi keuangan yang diakuntansikan oleh Bendahara Umum Negara.
Aparat pengawasan intern pemerintah pada Kementerian Negara melakukan
reviu atas Laporan Keuangan rangka meyakinkan keandalan informasi yang
disajikan sebelum disampaikan oleh Menteri kepada pihak-pihak. Hal ini diatur
dalam pasal 33 ayat (3) PP No. 8 Tahun 2006.
Menurut UU No.60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah,
yang dimaksud Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan
seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundangundangan.
Aparat pengawasan intern pemerintah tersebut melakukan pengawasan intern
melalui: audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya.
43
Inspektorat melakukan reviu atas laporan keuangan kementerian negara/lembaga
sebelum disampaikan Menteri/pimpinan lembaga kepada Menteri Keuangan.
Inspektorat Jenderal sebagai aparat pengawasan intern pemerintah secara
fungsional melaksanakan pengawasan intern yang bertanggung jawab langsung
kepada Menteri.
2.6. Opini Badan Pemeriksa Keuangan
Menurut UU No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, terdapat 3 (tiga) jenis pemeriksaan, yaitu
pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan
tertentu (pasal 4). Pemeriksaan keuangan yang dimaksud adalah pemeriksaan
laporan keuangan. Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah
pusat disampaikan oleh BPK kepada DPR dan DPD selambat-lambatnya 2 (dua)
bulan setelah menerima laporan keuangan dari pemerintah pusat.
Pemeriksaan keuangan, adalah pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah
pusat dan pemerintah daerah. Pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh BPK
dalam rangka memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah. Opini merupakan
pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang
disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria (i) kesesuaian
dengan standar akuntansi pemerintahan, (ii) kecukupan pengungkapan (adequate
44
disclosures), (iii) kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan (iv)
efektivitas sistem pengendalian intern.
Terdapat 4 (empat) jenis opini yang dapat diberikan oleh pemeriksa, yakni:
1. Opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),
2. Opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion),
3. Opini tidak wajar (adversed opinion), dan
4. Pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of opinion).
Download