BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Loyalitas Konsumen Dalam suatu bisnis loyalitas konsumen merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan, dimana salah tujuan utama dari aktivitas pemasaran perusahaan bermuara pada pencapaiaan loyalitas konsumen. Menurut Reichheld dan Sasser (1990) dalam Aryani dan Rosinta (2010) loyalitas memiliki korelasi yang positif terhadap performa bisnis. Loyalitas konsumen secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kesetiaan seseorang terhadap suatu produk, baik berupa barang maupun jasa tertentu. Dick dan Basu (1994 dalam Surya dan Setiyaningrum, 2009) mendefinisikan loyalitas konsumen sebagai kekuatan hubungan antara sikap relatif individu terhadap suatu kesatuan (merek, jasa, toko, atau pemasok) dan pembelian ulang. Loyalitas konsumen menekankan pada runtutan pembelian yang dilakukan konsumen seperti proporsi dan probabilitas pembelian. Hurriyati (2008) menyatakan bahwasanya loyalitas adalah komitmen konsumen bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau untuk melakukan pembelian ulang produk atau jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran memiliki potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku. Loyalitas pelanggan merupakan reaksi atau akibat dari terciptanya kepuasan pelanggan sebagai implementasi dari keberhasilan pelayanan yang berkualitas dalam memenuhi harapan pelanggan (Pratiwi, 2010, dalam Siwi, 2011). Kotler (2001, dalam Samuel dan Foedjiawati, 2005) mengatakan bahwa loyalitas dapat dicapai melalui dua tahap, yaitu: (1) Perusahaan harus mempunyai kemampuan dalam memberikan kepuasan kepada konsumennya agar konsumen mendapatkan suatu pengalaman positif, berarti pembelian ulang diprioritaskan pada penjualan sebelumnya. (2) Perusahaan harus mempunyai cara untuk mempertahankan hubungan yang lebih jauh dengan konsumennya dengan menggunakan strategi forced loyalty (kesetiaan yang dipaksa) supaya konsumen mau melakukan pembelian ulang. 6 Loyalitas konsumen dapat dilihat dari karakteristik yang dimilikinya, sebagaimana yang diungkapkan Griffin (2002, dalam Hurriyati, 2008), konsumen yang loyal memiliki karakteristik sebagai berikut: 1). Melakukan pembelian secara teratur. 2). Tidak membeli diluar lini produk atau. 3). Merekomendasikan produk kepada orang lain. 4). Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing. Sejalan dengan hal tersebut, Grrifin (2002, dalam Hurriyati, 2008) mengemukakan keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh perusahaan apabila memiliki konsumen yang loyal antara lain: 1. Dapat mengurangi biaya dalam pemasaran (karena biaya untuk menarik pelanggan yang baru lebih mahal). 2. Dapat menggurangi biaya transaksi. 3. Dapat menggurangi biaya turn over konsumen (karena penggantian konsumen yang lebih sedikit). 4. Dapat meningkatkan nilai penjualan silang, yang akan memperbesar pangsa pasar perusahaan. 5. Mendorong word of mouth yang lebih positif, dengan asumsi bahwa pelanggan yang loyal juga berarti mereka merasa puas. 6. Dapat mengurangi biaya kegagalan (seperti biaya penggantian, dll). Menurut Mamang dan Sopian (2013) dalam upaya mengukur loyalitas konsumen dibutuhkan beberapa atribut penilaian, yaitu: 1). Mengatakan hal yang positif tentang perusahaan kepada orang lain. 2). Merekomendasikan perusahaan kepada orang lain yang meminta saran. 3). Mempertimbangkan bahwa perusahaan merupakan pilihan pertama ketika melakukan pembelian jasa. 4). Melakukan lebih banyak bisnis atau pembelian dengan perusahaan dalam beberapa tahun yang akan datang. Lebih jauh Tjipjono (2005, dalam Mamang dan Sopian, 2013) mengemukakan enam indicator yang dapat digunakan untuk mengukur loyalitas konsumen, yaitu: 1). Pembelian ulang, 2). Kebiasaan mengkonsumsi merek, 3). Rasa suka besar kepada merek, 4). Ketetapan pada merek, 5). Keyakinan bahwa merek tertentu merek yang terbaik, 6). Perekomendasian merek kepada pihak lain. Tidak berbeda dengan jenis usaha lainnya, pada usaha berbasis coffee shop konsumen minuman kopi dengan kepuasan konsumen yang terpenuhi akan cenderung memiliki penilaiaan yang relatif positif terhadap suatu kesatuan (produk, harga, lokasi, serta promosi) minuman kopi serta memiliki kemungkinan 7 yang lebih besar untuk dapat melakukan pemebelian ulang, bahkan akan merekomendasikannya kepada orang lain. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat kepuasan konsumen maka akan menyebabkan semakin besar pula kemungkinan konsumen tersebut untuk lebih loyal terhadap suatu produk minuman kopi. 2.1.2. Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen merupakan hal yang menjadi perhatian utama bagi pemasar, dengan tercapainya kepuasan konsumen maka akan mendorong terjadinya pembelian ulang, dimana pada gilirannya akan membentuk loyalitas konsumen terhadap produk. Dalam menciptakan kepuasan kosumen perusahaan harus mampu menjadi pusat dari konsumen serta dapat memberikan nilai tertinggi pada konsumen sasaran. Nilai konsumen yang tinggi akan berdampak pada kepuasan konsumen. Hurriyati (2008) menyatakan bahwa pelanggan adalah pihak yang memaksimumkan nilai, mereka membentuk harapan akan nilai serta bertindak berdasarkan itu. Pembeli akan membeli dari perusahaan yang memberikan nilai pelanggan tertinggi. Mamang dan Sopiah (2013) mengemukakan nilai konsumen merupakan perbedaan antara total nilai konsumen dengan total nilai yang dikeluarkan konsumen dari pemasaran produk, dimana jumlah nilai bagi konsumen atau pelanggan merupakan akumulasi dari nilai produk, nilai pelayanan, nilai karyawan, dan nilai citra. Sementara total biaya pelanggan merupakan akumulasi dari biaya moneter (uang), biaya waktu, biaya tenaga, dan biaya psikis. Suatu pencapaian kepuasan konsumen sangat bergantung pada kinerja dari produk dan harapan dari konsumen. Kotler (2003, dalam Surya dan Setiyaningrum, 2009) mendefinisikan kepuasan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja suatu produk dan harapan-harapannya. Sejalan dengan hal tersebut Mamang dan Sopiah (2013) mengatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja produk yang real atau actual dengan kinerja dari produk yang diharapkan. Kurtz dan Boone (1995, dalam 8 Surya dan Setiyaningrum, 2009) menambahkan bahwa jika pada saat konsumen membeli dan menggunakan suatu produk, produk tersebut mampu memenuhi atau melampaui kebutuhan dan harapannya, maka akan terjadi kepuasan. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan konsumen ialah suatu keadaan dimana terjadi suatu kesamaan antara harapan konsumen terhadap barang atau jasa dengan kenyataan yang diterima konsumen. Jika suatu produk dapat memenuhi harapan konsumen maka akan tercipta kepuasan konsumen, akan tetapi jika suatu produk berada jauh dibawah dari harapan konsumen maka terjadi kekecewaan konsumen. Meskipun kepuasan konsumen merupakan suatu perasaan yang ada dalam diri konsumen, tetapi secara umum terdapat atribut-atribut dalam kepuasan konsumen, sebagaimana pendapat Dutka (1994, dalam Samuel dan Foedjiawati, 2005) bahwa atribut-atribut kepuasan konsumen secara universal, yaitu: 1. Attributes related to the product, yaitu meliputi: a).Value-price relationship. b). Product quality. c). Product benefit. d). Product features. e). Product design. f). Product reliability and consistency. g). Range of product or service. 2. Attributes related to service, yaitu meliputi: a). Guarantee or warranty. b). Delivery. e). Complaint handling. f). Resolution of problem. 3. Attributes related to purchase, yaitu meliputi: a). Courtesy. b). Communication. c). Ease or convenience acquisition. d). Company reputation. e). Company competence. Pencapaian kepuasan konsumen dalam suatu usaha memang merupakan suatu tujuan utama bagi para praktisi pemasaran, baik produk maupun jasa yang ditawarkan produsen diharapkan dapat memenuhi keinginan konsumen. Begitupun juga dengan usaha berbasis penyajian minuman kopi, tidak seperti pada jaman dahulu dimana warung kopi biasanya hadir dengan tema yang sederhana dan cenderung seadanya, kini dengan perkembangan tren konsumsi minuman kopi menyebabkan konsumen memiliki harapan yang lebih tinggi terhadap bagimana suatu warung kopi atau coffee shop dapat memenuhi kepuasan konsumen dari sisi produk terutama dari segi kualitas dan rasa produk, harga, tempat, serta promosi. Dengan kata lain, konsumen minuman kopi yang merasa puas terhadap produk maupun coffee shop tertentu menjadi suatu indikasi bahwa coffee shop tersebut telah mampu merealisasikan keinginan dari konsumen, 9 sehingga konsumen merasakan persamaan antara ekspektasi dengan realita yang terjadi. Seringkali kepuasan konsumen dalam mengkonsumsi suatu prodak maupun jasa akan dilihat dari faktor internal konsumen yang meliputi usia, pendidikan, pendapatan, jenis pekerjaan, jumlah anggota keluarga yang merupakan merupakan variabel uncontrollable bagi perusahaan, sehingga variabel ini lebih banyak dilihat sebagai kondisi demografis dari konsumen. Kondisi dari faktor internal konsumen ini lebih banyak digunakan untuk melihat kondisi segmentasi konsumen. Dalam perkembangannya faktor internal konsumen ini tidak dapat diabaikan, terutama bagi perusahaan yang memiliki usaha pada sektor jasa kuliner, karena pada akhirnya faktor ini akan mempengaruhi permintaan konsumen terhadap suatu produk maupun jasa. 2.1.3. Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Pemasaran secara luas didefinisikan sebagai proses social dan manajerial dimana pribadi atau organisasi memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain, dalam konteks bisnis yang lebih sempit, pemasaran mencakup menciptakan hubungan pertukaran muatan nilai dengan konsumen yang menguntungkan (Kotler dan Armstrong, 2006). Asri (1986) mengatakan pemasaran merupakan usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana-rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan pembeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba. Sementara itu Kotler (2000) dalam Alma (2009) menyatakan bahwa pengertian pemasaran dapat dilihat dalam 2 sudut pandang, yaitu: marketing adalah proses dimana sesorang atau kelompok orang dapat memenuhi need dan want melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran barang dan jasa. Dari sudut pandang manajerial marketing merupakan proses merencanakan kosepsi, harga, promosi, dan distribusi ide, menciptakan peluang yang memuaskan individu dan sesuai dengan tujuan organisasi. Berdasarkan pengertian pemasaran menurut para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pemasaran merupakan suatu proses dalam upaya membangun 10 hubungan konsumen dengan usaha yang terpadu dalam upaya menciptakan nilai bagi pelanggan serta mendapatkan kembali nilai dari konsumen. Usaha terpadu yang dimaksud dalam pemasaran ialah untuk memperoleh hasil yang optimal, meningkatkan penjualan, serta pada ahirnya dapat menaikkan keuntungan, segala kegiatan dilakukan secara bersama-sama, saling berhubungan serta saling mempertimbangkan antara yang satu dengan yang lainnya. Salah satu tujuan utama dari aktivitas pemasaran dalam perusahaan seringkali dilihat dari pencapaian loyalitas konsumen (Siregar, 2004. dalam Aryani dan Rosinta, 2010). Dalam memastikan bahwa masing-masing produk dapat memenuhi peranan diantaranya yaitu mencapai sasaran-sasaran penjualan, bagian pasar, serta laba untuk suatu produk maka dikembangkan suatu strategi pemasaran. Guiltinan dan Paul (1990) mengemukakan bahwa strategi pemasaran merupakan pernyataan pokok tentang dampak yang diharapkan akan dicapai dalam hal permintaan pada pasar target tertentu, pendekatan terkunci untuk menerapka strategi-strategi ini ditentukan lewat program-program pemasaran yang spesifik, seperti program periklanan, program promosi, program pengembangan produk, serta program penjualan dan distribusi. Terdapat 2 variabel besar dalam strategi pemasaran yaitu variabel yang tidak dapat di kontrol dan variabel yang dapat dikontrol. Variabel yang dapat dikontrol terbagi kedalam 4 macam diantaranya ialah marketing mix (Triyana, 1985 dalam Alma, 2009). Kotler (2000, dalam Hurriyati, 2008) mengatakan bahwa bauran pemasaran adalah sekumpulan alat pemasaran yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasarannya. Selain itu, Hurriyati (2008) mengemukakan bahwa marketing mix merupakan unsur-unsur pemasaran yang saling terkait, dibaurkan, diorganisir, dan digunakan secara tepat, sehingga perusahaan dapat mencapai tujuan pemasaran dengan efektif, sekaligus memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Asri (1986) mendefinisikan marketing mix sebagai suatu variabel-variabel pemasaran yang dapat dikontrol yang akan di kombinasikan oleh perusahaan untuk memperoleh hasil yang maksimal. Sementara menurut Alma (2009) marketing mix merupakan strategi mencampur kegiatan-kegiatan marketing, agar dicari kombinasi maksimal 11 sehingga mandapatkan hasil paling memuaskan. Terdapat 4 komponen utama yang tercakup dalam aktivitas marketing mix yang dikenal dengan 4 P yang terdiri dari product, price, place, dan promotion. Untuk melihat penerapan marketing mix oleh perusahaan maka pengamatan lebih difokuskan pada persepsi konsumen terhadap marketing mix dimana definisi dari persepsi menurut Kotler (2007) dalam Fitriana (2015) ialah suatu proses di mana konsumen minuman kopi dapat memilih, mengatur, dan mengartikan informasi seputar penerapan marketing mix oleh perusahaan menjadi suatu gambar yang sangat berarti di dunia. 2.1.3.1. Produk (Product) Dalam bauran pemasaran elemen penting yang pertama adalah produk, dimana perencanaan strategi marketing mix bagi pemuasan kebutuhan dan keinginan (need and wants) dari konsumen dalam bentuk produk. Produk merupakan kumpulan atau sekumpulan atribut-atribut yang secara bersama-sama memuaskan kebutuhan seseorang, baik yang kentara maupun tidak seperti warna, pembungkusan, harga, prestis, manfaat dan sebagainya, dimana secara utuh produk tidak hanya menyangkut pengertian fisiknya saja, melainkan juga perlengkapan, pemasangan, manfaat, instruksi pemakaian, pembungkusan, serta perawatanya, bahkan hingga merek serta kepastian tentang pelayanan setelah pembelian atau jika produk tersebut adalah jasa maka sama sekali tidak menyangkut ujud fisik (Asri, 1986). Menurut Kotler dan Armstong (2006) produk merupakan semua hal yang dapat ditawarkan kepada pasar yang meliputi objek-objek fisik, jasa, acara, orang, tempat, organisasi, ide, ataupun bauran entitas-entitas ini dengan tujuan untuk menarik perhatian, akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan ataupun kebutuhan. Jadi, produk dapat berupa manfaat tangible maupun intangible yang dapat memuaskan konsumen. Produk merupakan variabel yang penting dari bauran pemasaran karena jika produk yang ditawarkan oleh perusahaan tidak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen maka penjualan produk tersebut akan sulit dan daur hidup produk menjadi lebih singkat (Surya dan Setiyaningrum, 2009). 12 2.1.3.2. Harga (Price) Harga merupakan elemen yang tidak dapat dikesampingkan dalam bisnis. Bagi konsumen harga merupakan eleman yang seringkali menjadi bahan pertimbangan dalam pembelian. Harga merupakan elemen dalam bauran pemasaran yang paling fleksibel karena perubahan harga dapat dilakukan dengan cepat guna menstimulasi permintaan ataupun merespon tindakan yang berasal dari pesaing. Surya dan Setiyaningrum (2009) mengatakan bahwa pemasar mengganggap harga sebagai elemen kunci dari bauran pemasaran dikarenakan secara langsung harga berhubungan dengan pendapatan dan profit yang diperoleh oleh perusahaan. Asri (1986) menyatakan bahwa harga adalah suatu nilai tukar untuk manfaat yang ditimbulkan oleh barang atau jasa tertentu bagi seseorang. Alma (2009) mendefinisikan bahwa harga (price) merupakan nilai suatu barang yang dinyatakan dengan uang. Kotler dan Armstong (2006) mengemukakan bahwa harga merupakan jumlah semua nilai yang diberikan oleh konsumen untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunkan suatu produk atau jasa. Sementara Swastha (1990, dalam Lembang, 2010) mendefinisikan harga sebagai sejumlah uang (ditambah beberapa produk) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya. Lebih jauh lagi, Tjiptono (2000, dalam Rachmawati, 2011) mendefinisikan harga sebagai satuan moneter atau ukuran lainnya termasuk barang dan jasa lainnya yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau pengguna suatu barang dan jasa. Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat di ketahui bahwa harga yang di bayarkan oleh konsumen untuk suatu barang maupun jasa didalamnya telah mencakup produk beserta layanan yang diberikan oleh penjual. Empat indikator yang dapat digunakan untuk mencirikan harga antara lain, yaitu: 1. Keterjangkauan harga, 2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk, 3. Daya saing harga, 4. Kesesuaian harga dengan manfaat (Stanton, 1998, dalam Lembang, 2010). 13 2.1.3.3. Tempat (Place) Elemen marketing mix lainnya yang berada di bawah kendali perusahaan yang mana sangat berkaitan erat dengan saluran distribusi ialah tempat. Lokasi atau tempat dimana produk tersebut tersedia serta dengan mudah didapatkan oleh konsumen menjadi suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam upaya penyaluran produk, hal ini dikarenakan dengan lokasi usaha yang strategis maka akan memberikan pengaruh terhadap tingkat pengunjung terutama untuk jenis bisnis kuliner. Hal ini senada dengan Rachmawati (2011) yang mengatakan bahwasanya lokasi dapat dikatakan menentukan ramai atau tidaknya pengunjung, lokasi usaha yang berada di pinggir jalan atau ditempat yang strategis cukup menyedot pengunjung untuk sekadar mampir dan mencicipi hidangan dan konsep yang ditawarkan. Lebih jauh Rachmawati (2011) mengemukakan bahwa lokasi atau tempat merupakan faktor yang penting dalam mencapai keberhasilan sebuah restoran, yaitu menyangkut antara lain good visibility, easy access, convenience, curb side appeal, parking. Keputusan saluran distribusi akan mempengaruhi dua hal, yaitu jangkauan penjualan dan biaya. 2.1.3.4. Promosi (Promotion) Didalam sistem bauran pemasaran, promosi merupakan komponen penting ke empat setelah produk, harga, dan tempat. Jika ke tiga komponen penting bauran pemasaran lebih berfokus pada kegiatan marketing di dalam perusahaan serta rekannya dalam pemasaran, hal ini sedikit berbeda dengan komponen promosi. Dalam kegiatan promosi perusahaan dapat berkomunikasi dengan pihak luar yaitu mereka yang berpotensi untuk menjadi konsumen, dengan tujuan menarik perhatian agar produk perusahaan dapat lebih dikenal. Menurut Stanton (1991) promosi adalah memberikan informasi kepada, menghimbau serta mempengaruhi khalayak ramai. Sementara Asri (1986) mengemukakan promosi merupakan segala usaha untuk memperkenalkan produk kepada calon konsumen dan membujuk mereka agar membeli, serta mengingatkan kembali konsumen lama agar melakukan pembelian ulang. Selain itu promosi juga merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menyebarluaskan informasi 14 tentang barang atau jasa yang di jual dengan maksud untuk menambah pola prilaku konsumen. Sedangkan Wiliam Shoell (1993, dalam Alma 2009) menyatakan bahwa promosi ialah usaha yang dilakukan oleh marketer, berkomunikasi dengan calon audience. Komunikasi adalah sebuah proses membagi ide, informasi, atau perasaan audience. Alma (2009) dalam bukunya mengatakan bahwasanya promosi adalah sejenis komunikasi yang memberi penjelasan yang meyakinkan calon konsumen tentang barang dan jasa, dengan tujuan memperoleh perhatian, mendidik, mengingatkan, serta meyakinkan calon konsumen. Hurriyati (2008) mengemukakan bahwa tujuan utama dari promosi, yaitu: 1. Menginformasikan (informing), dimana dapat berupa menginformasikan pasar mengenai keberadaan suatu produk baru, memperkenalkan cara pemakaiaan produk, menyampaikan perubahan harga produk, menjelaskan cara kerja, meluruskan kesan yang keliru, mengurangi ketakutan atau kekhawatiran konsumen, serta membangun citra perusahaan. 2. Membujuk konsumen sasaran (persuading), untuk membujuk pilihan merek, pengalihan kemerek tertentu, mengubah persepsi konsumen terhadap atribut produk, mendorong pembeli untuk melakukan pembelian disaat itu juga, serta mendorong pembeli untuk menerima kunjungan waraniaga (salesmen). 3. Mengingatkan (remainding), dapat terdiri atas mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan dibutuhkan dalam waktu dekat, mengingatkan pembeli atas tempat yang menjual produk perusahaan, memberitahu pembeli tetap ingat walaupun tidak ada kampanye iklan, serta menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh pada produk perusahaan. Berdasarkan berbagai definisi serta tujuan promosi di atas dapat di simpulkan bahwasanya promosi merupakan suatu kegiatan yang tercakup di dalam pemasaran dimana kegiatan ini adalah segala jenis upaya yang dilakukan oleh pemasar dalam mengkomunikasikan informasi seputar nilai perusahaan dan produk kepada konsumen sasaran dengan tujuan memperoleh perhatian, pembelajaran, mempengaruhi, meyakinkan, serta mengingatkan konsumen sasaran yang selanjutnya akan memberi pengaruh pada peningkatan penjualan. 15 Alma (2009) dalam bukunya menyatakan bahwa dengan kegiatan promosi yang baik maka dapat mempengaruhi konsumen mengenai dimana dan bagaimana konsumen membelanjakan pendapatan mereka (Alma, 2009). Dalam kegiatan promosi sendiri terdapat tiga fungsi utama yang dipegang dalam kegiatan promosi, yaitu (Asri, 1986) mencari serta mendapatkan perhatian (attention) dari konsumen sasaran, mencari dan menumbuhkan interest pada diri konsumen sasaran, mengembangkan rasa ingin (desire) pada konsumen sasaran untuk memiliki barang yang di tawarkan. Meskipun secara umum bentuk-bentuk promosi memiliki fungsi yang sama, akan tetapi bentuk-bentuk tersebut dapat dibedakan berdasarkan tugas-tugas khususnya. Dimana tugas-tugas yang dimaksud tersebut sering disebut dengan bauran promosi (promotion mix) yang terdiri dari: personal selling, mass selling, promosi penjualan, public relation, serta direct marketing (Hurriyati, 2008). Kotler dan Armstrong (2006) mengemukakan bahwa bauran promosi merupakan suatu paduan spesifik periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, penjualan personal, dan sarana pemasaran langsung yang digunakan perusahaan untuk mengomunikasikan nilai konsumen secara persuasive dan membangun hubungan konsumen. Lebih jauh Peter D. Bennett (1995, dalam Kotler dan Armstrong, 2006) mendefinisikan lima sarana promosi utama dalam bauran promosi sebagai berikut: 1. Periklanan (advertising) merupakan semua bentuk terbayar presentasi nonpribadi dan promosi ide, barang, dan jasa dengan sponsor tertentu. 2. Promosi penjualan (sales promotion) merupakan insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan peroduk atau jasa. 3. Hubungan masyarakat (public relations) merupakan membangun hubungan baik dengan berbagai kalangan untuk mendapatkan publisitas yang diinginkan, membangun citra perusahaan yang baik, dan menghadapi atau menangani rumor, berita, dan kejadian yang tidak menyenangkan. 4. Penjualan personal (personal selling) merupakan presentasi pribadi yang dilakukan oleh wiraniaga perusahaan untuk tujuan penjualan dan membangun hubungan pelanggan. 16 5. Pemasaran langsung (direct marketing) merupakan hubuangan langsung dengan konsumen individual yang ditargetkan secara cermat untuk memperoleh respon yang segera dan membangun hubungan pelanggan yang langgeng, misalnya penggunaan surat langsung, telepon, televisi respon langsung, e-mail, internet, dan sarana lain untuk berkomunikasi langsung dengan konsumen. Promosi yang baik akan memberikan keuntungan kepada produsen, dimana promosi akan menimbulkan goodwill terhadap merek sehingga usaha dengan goodwill yang besar akan lebih mudah dalam memperoleh modal. Selain itu promosi bukan hanya dapat menyebabkan peningkatan dalam hal penjualan produk saja melainkan dapat menyebabkan kestabilan dalam produksi, efek lain dari promosi ialah produsen akan terhindar dari persaingan berdasarkan harga, dimana dengan adanya promosi maka konsumen melakukan pembelian bukan berdasarkan harga saja, tetapi berdasarkan faktor lain yaitu ketertarikan konsumen akan mereknya. 2.2. Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian-penelitian terdahulu yang juga menggunakan permasalahan marketing mix, diantaranya ialah: Tabel 2.1. Penelitian-Penelitian Terdahulu. Peneliti Samuel & Foedjia wati (2006) Judul Metode Analisis Hasil Penelitian Ekspektasi Pelanggan dan Struktur 1. Terdapat pengaruh langsung positif Aplikasi Bauran Pemasaran Equation bauran pemasaran terhadap loyalitas Terhadap Loyalitas Toko Modeling maupun kepuasan pelanggan. Moderen Dengan Kepuasan (SEM) 2. Kepuasan pelanggan merupakan Pelanggan Sebagai intervening positip antara ekspektasi Intervening (Studi Kasus Pada pelanggan dan aplikasi bauran Hypermarket Carrefour di pemasaran eceran terhadap loyalitas Surabaya) pelanggan toko moderen di Surabaya. Subagyo Pengaruh Bauran Analisis 1. Pengaruh signifikan antara bauran (2011) Pemasaran dalam Bisnis Jalur pemasaran terhadap kepuasan Restoran Terhadap konsumen. kepuasan dan Loyalitas 2. Pengaruh yang signifikan antara Konsumen pada Rumah bauran pemasaran terhadap loyalitas Makan Lestari Jember konsumen. 3. Pengaruh yang signifikan antara kepuasan konsumen dan loyalitas konsumen. Probos Analisis Pengaruh Bauran Analisis 1.Bauran pemasaran mampu uci Et Pemasaran Terhadap Regresi mempengaruhi loyalitas pelanggan 17 al (2014) ChungSub Shin et all (2015) Purno mo, O, A (2016) Iwansy ah, H. (2016) Loyalitas Pelanggan (Studi Linier restoran jepang Saboten Shokudo. Kasus: Restoran Jepang Berganda Saboten Shokudo, Malang) The Impact of Korean correlation 1. Taste is revealed to be the most Franchise Coffee Shop analysis, influential Faktor among Service Quality and and components that have an impact on Atmosphere on regression service quality. Customer Satisfaction and analysis 2. Taste also turned out to have the Loyalty most impact on service quality among components influencing customer loyalty. 3. Customer satisfaction affected customer loyalty. Pengaruh Faktor Internal Regresi 1. Faktor internal dan marketing mix Konsumen Dan Marketing Linier secara simultan terbukti Mix Terhadap Kepuasan Berganda berpengaruh nyata terhadap Konsumen Dan kepuasan konsumen. Dampaknya Terhadap 2. Jenis kelamin, usia, pendidikan, Loyalitas Konsumen produk, harga, dan tempat terbukti Sayuran Organik berpengaruh nyata terhadap (Studi Kasus Di Pt. Super kepuasan konsumen. Indo Magelang) 3. Kepuasan konsumen terbukti memiliki pengaruh yang nyata terhadap loyalitas konsumen. Pengaruh Faktor Internal Regresi 1. Faktor internal dan eksternal Konsumen Dan Marketing Linier konsumen secara simultan terbukti Mix Terhadap Loyalitas Berganda berpengaruh nyata terhadap Konsumen Buah di loyalitas konsumen Hortimart Agro Center, 2. Pendapatan, produk, harga, dan Bawen. tempat terbukti berpengaruh nyata terhadap loyalitas konsumen. 3. Usia dan promosi tidak terbukti memberikan pengaruh yang nyata. 2.3. Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang, tujuan, model hipotetis, serta tinjauan pustaka yang telah di uraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan sebagai jawaban sementara dari permasalahan dalam penelitian ini yaitu: 1. Diduga faktor marketing mix yang terdiri dari produk, harga, lokasi, serta promosi berpengaruh terhadap kepuasan konsumen minuman kopi di Banaran 9 Coffee and Tea, Bawen. 2. Diduga kepuasan konsumen berpengaruh terhadap loyalitas konsumen minuman kopi di Banaran 9 Coffee and Tea, Bawen. 18