JURNAL 6 NILAI KEPUASAN KONSUMEN SEPEDA (Sri Rosmiati

advertisement
JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS
Volume 1 Nomor 2 Desember 2013, Halaman 214-228
Nilai Kepuasan Pengguna Sepeda Merek Polygon di Kota Banda Aceh
Sri Rosmiati Sani, SE, M.Si
Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekah Banda Aceh
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan sepeda merek Polygon di
Kota Banda Aceh. Responden penelitian sebanyak 72 orang pelanggan sepeda Polygon yang diambil secara
secara convinience sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan selanjutnya data dianalisis
dengan menggunakan peralatan statistik uji beda rata-rata. Penelitian ini menemukan umumnya pelanggan
sepeda Polygon di Kota Banda Aceh merasakan bahwa nilai pelanggan (nilai produk, pelayanan, karyawan,
citra dan nilai biaya) yang mereka rasakan cukup baik, ditunjukkan oleh nilai rata-rata skor 3,223. Namun
demikian mereka memiliki harapan yang besar terhadap kelima nilai tersebut, ditunjukkan oleh nilai ratarata skor sebesar 3,903. Pelanggan sepeda Polygon paling tidak puas terhadap nilai pelayanan. Sebaliknya
nilai pelanggan yang dinilai paling memuaskan bagi pelanggan sepeda Polygon adalah nilai produk. Hasil
pengujian statistik memperlihatkan nilai t hitung sebesar 7,141 lebih besar bila dibandingkan dengan nilai t
tabel pada tingkat keyakinan 95 persen menunjukkan angka sebesar 1,994. Dengan demikian Ha diterima,
sebaliknya Ho ditolak, yang bermakna terdapat perbedaan antara harapan dan kenyataan yang dirasakan
pelanggan sepeda Polygon di Kota Banda Aceh sehubungan dengan nilai produk (product value), nilai
pelayanan (service value), nilai karyawan (personnel value), nilai citra (image value), dan nilai biaya (price
value). Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah, secara umum pelanggan sepeda Polygon
di Kota Banda Aceh sudah memiliki penilaian yang cukup baik terhadap nilai produk, pelayanan, karyawan,
citra dan nilai biaya berkaitan dengan sepeda tersebut. Namun demikian dilihat dari perbandingan antara
harapan dan kenyataan, harapan mereka terhadap kelima nilai tersebut masih lebih besar dari kenyataan
yang mereka rasakan.
Kata Kunci: Nilai Produk (Product Value), Nilai Pelayanan (Service Value), Nilai Karyawan (Personnel
Value), Nilai Citra (Image Value) dan Nilai Biaya (Price Value).
Latar Belakang Penelitian
Dalam upaya meningkatkan kepuasan
pelanggan, setiap perusahaan dituntut untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan
tidak terlepas dari nilai-nilai pelanggan. Karena
itu, setiap perusahaan dipandang perlu untuk
mengkaji nilai pelanggannya. Nilai dapat
diartikan sebagai pengkajian secara menyeluruh
manfaat dari suatu produk, didasarkan persepsi
pelanggan atas apa yang telah diterima oleh
pelanggan dan yang telah diberikan oleh produk
tersebut. Nilai pelanggan adalah persepsi
pelanggan dari apa yang mereka inginkan terjadi
yaitu konsekuensi-konsekuensi dari produk/jasa
yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhannya,
pada situasi spesifik (Harjati, 2003). Kepuasan
konsumen terhadap suatu produk (barang dan
jasa) sangat ditentukan oleh sejauhmana produk
yang ditawarkan mampu memenuhi kebutuhan
dan keinginan pelanggan.
Secara teoritis nilai pelanggan terdiri dari nilai
produk (product value), nilai pelayanan (service
value), nilai karyawan (personnel value), nilai
citra (image value), dan nilai harga (price value).
Dalam membeli suatu produk, pelanggan
mempersepsikan kelima jenis nilai tersebut.
214
Tinggi rendahnya kepuasan pelanggan terhadap
suatu produk tergantung dari sejauhmana masingmasing nilai tersebut dipersepsikan baik oleh
konsumen. Nilai produk merupakan kemampuan
produk yang ditawarkan untuk memenuhi
kebutuhan
pelanggan.
Nilai
karyawan
berhubungan dengan kemampuan karyawan
dalam memberikan pelayanan bagi pelanggan.
Setiap pelanggan menginginkan adanya karyawan
yang ramah, empati dan sopan dalam memberikan
pelayanan.
Nilai citra berhubungan dengan penilaian
pelanggan terhadap citra produk. Citra adalah
keseluruhan persepsi terhadap seluruh objek yang
terbentuk berdasarkan informasi dan pengalaman
masa lalu konsumen. Setiap konsumen
menginginkan produk dengan citra/image yang
lebih baik. Selanjutnya nilai biaya (price value)
adalah penilaian konsumen terhadap biaya yang
harus mereka keluarkan untuk memperoleh suatu
produk. secara umum konsumen menginginkan
produk dengan biaya terjangkau, ada kemudahankemudahan dalam melakukan pembelian dan lain
sebagainya.
Nilai kepuasan pelanggan produk kendaraan
roda dua seperti halnya sepeda merek Polygon
tentunya tidak terlepas dari penilaian konsumen
Nilai Kepuasan Pengguna Sepeda Merek Polygon di Kota Banda Aceh
Sri Rosmiati Sani, SE, M.Si
terhadap lima jenis nilai di atas. Apalagi selama
ini, masyarakat sebagai konsumen sepeda
memiliki banyak alternatif pilihan dalam memilih
kendaraan mulai dari pilihan merek, hingga
pilihan warna dan lain sebagainya. Alternatif
pilihan merek misalnya, hingga saat ini pangsa
pasar sepeda tidak hanya didominasi oleh merek
Polygon, akan tetapi juga masih banyak sepeda
merek lain yang menjadi pilihan bagi konsumen,
seperti dan lain sebagainya.
Polygon merupakan merek sepeda buatan
Indonesia. Tidak hanya terkenal di Indonesia,
tetapi juga di Asia Pasifik. Polygon mempunyai
keanekaragaman produk-produk sepeda seperti
jenis sepeda gunung dan sepeda balap. Sepeda
gunung yang lebih dikenal dengan sepeda MTB
Mountain Bikes dan sepeda balap yang lebih
dikenal dengan Road Bikes. Polygoncycle
membaginya lagi dengan jenis biasa dan royal
series. Royal series adalah sepeda yang termasuk
kategori high level.
Seiring dengan semakin tingginya tingkat
persaingan perusahaan pada industri kendaraan
roda dua seperti halnya sepeda, upaya
peningkatan kepuasan pelanggan menjadi sangat
penting. Pada dasarnya kepuasan pelanggan
merupakan perasaan senang atau kecewa
seseorang yang muncul setelah membandingkan
antara persepsi/kesannya terhadap kinerja (atau
hasil) suatu produk dan harapan-harapannya
(Kotler, 2001). Artinya, setiap konsumen akan
cenderung memilih produk yang dapat
memberikan nilai maksimum bagi kepuasan
mereka.
Kenyataan menunjukkan, upaya untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan dikalangan
perusahaan tidak hanya dilakukan melalui
pelayanan yang baik bagi calon pembeli, akan
tetapi juga ditempuh dengan cara memperbaiki
desain produk, kemudahan dalam pembelian,
hingga adanya garansi dan pelayanan purna jual.
Perbaikan desain produk misalnya, diwujudkan
dalam
bentuk
inovasi
desain
sehingga
mengakibatkan produk dengan merek yang sama
namun dengan tipe yang berbeda. Seperti halnya
sepeda Polygon yang terdiri dari berbagai jenis
sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
Hasil survey awal di Kota Banda Aceh
menunjukkan
bahwa
konsumen
sepeda
memanfaatkan sepeda Polygon untuk kegiatan
olah raga. Sekalipun olah raga bersepeda belum
begitu familiar dikalangan masyarakat Kota
Banda Aceh secara umum, namun secara kasat
mata dapat dilihat bahwa jumlah pengendara
sepeda semakin hari semakin meningkat.
Sekalipun tidak ada data kuantitatif yang
menjelaskan jumlah pengguna sepeda, namun
hasil pengamatan peneliti menunjukkan adanya
kecenderungan yang demikian. Sepeda yang
digunakan oleh masyarakat untuk kegiatan olah
raga bukan hanya Polygon, akan tetapi juga terdiri
dari berbagai merek, termasuk sepeda Ontel yang
juga mendapat tempat tersendiri di hati
konsumennya.
Keberadaan sepeda Polygon di Kota Banda
Aceh bukanlah satu-satunya sepeda yang menjadi
pilihan masyarakat. Akan tetapi Polygon
sebenarnya hanya salah satu jenis sepeda yang
menjadi perhatian masyarakat disamping sepeda
merek lainnya. Namun berdasarkan hasil
wawancara yang peneliti lakukan dengan salah
seorang pemilik toko sepeda di Kota Banda Aceh,
diketahui bahwa permintaan masyarakat terhadap
sepeda
Polygon
cenderung
mengalami
peningkatan dari waktu ke waktu, terutama untuk
jenis sepeda balap (road bike). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan antara harapan dan kenyataan yang
dirasakan pelanggan sepeda merek Polygon di
Kota Banda Aceh sehubungan dengan nilai
produk (product value), nilai pelayanan (service
value), nilai karyawan (personnel value), nilai
citra (image value), dan nilai biaya (price value)”.
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Nilai Pelanggan
Zeithaml yang dikutip oleh Endraswati (2008)
mendefinisikan bahwa nilai pelanggan adalah
penilaian menyeluruh atas kegunaan suatu produk
berdasarkan persepsi atas apa yang diterima dan
apa yang
dikorbankan. Thamrin (2003)
menyatakan bahwa nilai pelanggan yang tinggi
seharusnya menjadi tujuan utama dari semua
bisnis karena pelanggan membuat keputusan
berdasarkan nilai yang diterima. Pelanggan akan
membeli produk atau jasa dari perusahaan yang
mereka yakini menawarkan nilai pelanggan yang
tinggi. Kepuasan timbul dalam benak konsumen
ketika mereka membandingkan kinerja produk
dan harapan mereka. Bila kinerja produk melebihi
harapan mereka maka konsumen akan puas.
Dengan kata lain bila persepsi nilai produk tinggi,
maka konsumen akan puas. Pendapat ini juga
didukung oleh Howard dan Sheth yang dikutip
oleh Anderson (2004:54) yang menyatakan bahwa
persepsi nilai konsumen merupakan faktor
penentu kepuasan konsumen.
Sedangkan Harjati yang dikutip oleh Saryadi
dan Wahyudin (2007) menyatakan bahwa nilai
pelanggan adalah persepsi pelanggan dari apa
yang mereka inginkan terjadi yaitu konsekuensikonsekuensi dari produk/jasa yang ditawarkan
215
JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS
Volume 1 Nomor 2 Desember 2013, Halaman 214-228
untuk memenuhi kebutuhannya, pada situasi
spesifik. Suatu merk yang paling unggul di antara
merk-merk lainnya akan menduduki posisi
pertama dalam benak konsumen dan merupakan
merk yang paling mudah diingat oleh konsumen.
Hal ini sangat menguntungkan karena apabila
konsumen melakukan pembelian, merk yang
paling mudah diingat yang pertama kali akan
dipertimbangkan untuk dipilih.
Rangkuti (2003:31) mendefinisikan “nilai
sebagai pengkajian secara menyeluruh manfaat
dari suatu produk, didasarkan persepsi pelanggan
atas apa yang telah diterima oleh pelanggan dan
yang telah diberikan oleh produk tersebut”.
Konsumen membeli dari perusahaan apa yang
mereka yakini dapat menawarkan nilai tertinggi
yang diberikan kepada pelanggan (customer
delivered value) yaitu perbedaan antara nilai total
pelanggan (total customer value) dan biaya total
pelanggan (total customer cost). (Endraswati,
2008).
Sementara itu Fornell, et al yang dikutip oleh
Thamrin (2003) juga mengatakan bahwa persepsi
nilai konsumen merupakan faktor penentu
kepuasan konsumen. Para penjual dapat
meningkatkan
persepsi
nilai
dengan
meningkatkan persepsi pembeli terhadap kualitas
produk atau manfaat relatif terhadap harga jual.
Karena pada dasarnya seorang konsumen
menginginkan nilai total terhadap segala sesuatu
yang berkaitan dengan produk. Nilai total
pelanggan meliputi nilai produk, nilai jasa,
personil, dan citra, maksudnya nilai produk, nilai
jasa, dan personil merujuk fungsi (kegunaan)
produk. Citra lebih dikaitkan dengan image
produk. Kalau konsumen membeli produk
bermerek atau produk berkualitas tinggi, akan
menunjukkan bahwa produk tersebut memiliki
citra positif. Sama halnya dengan mengkonsumsi
produk halal akan menunjukkan citra positif bagi
umat Islam (Endraswati, 2008).
Biaya total pelanggan meliputi biaya moneter
(harga produk), waktu (waktu yang dibutuhkan
oleh konsumen untuk membeli produk tersebut,
apakah produk sulit atau mudah didapatkan),
energi (energi yang dikeluarkan konsumen untuk
membeli produk), dan psikis (lebih dikaitkan
dengan mood atau hasrat konsumen dalam
melakukan pembelian). Kalau pelanggan merasa
bahwa nilai yang diperoleh lebih tinggi dari biaya
yang dikeluarkan, maka pelanggan memperoleh
laba yang dapat berwujud kepuasan pelanggan.
Pelanggan adalah orang yang memaksimalkan
nilai, dan nilai yang diterima pelanggan akan
mempengaruhi tingkat kepuasannya terhadap
216
suatu produk dan kebiasaan mereka untuk
membeli kembali.
Kotler dan Keller (2007:171) menyatakan,
yang dipikirkan pelanggan adalah selisih antara
evaluasi calon pelanggan atas semua manfaat
serta semua biaya tawaran tertentu dan alternatifalternatif lain yang dipikirkan. Nilai pelanggan
total (total customer value) adalah nilai moneter
yang dipikirkan atas sekumpulan manfaat
ekonomis, fungsional, dan psikologis yang
diharapkan oleh pelanggan atas tawaran pasar
tertentu. Biaya pelanggan total (total customer
cost) adalah sekumpulan biaya yang pelanggan
harapkan untuk dikeluarkan guna mengevaluasi,
mendapatkan, menggunakan, dan membuang
tawaran pasar tertentu.
Gambar 1
Penentu-penentu Nilai yang Diberikan Ke Pelanggan
Nilai yang Diberikan
Kepada Pelanggan
Nilai
Pelanggan
Total
Biaya
Pelanggan
Total
Nilai
Produk
Biaya
Moneter
Nilai
Pelayanan
Biaya
Waktu
Nilai
Karyawan
Biaya
Energi
Nilai
Citra
Biaya
Mental
Sumber: Kotler dan Keller (2007: 171).
Pengukuran terhadap nilai pelanggan pada
dasarnya tidak terlepas dari perbandingan antara
nilai pelanggan total dan biaya pelanggan total.
Nilai pelanggan total merupakan segala sesuatu
yang diterima oleh pelanggan dengan manfaatkan
produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan.
Nilai pelanggan total tersebut terdiri dari nilai
produk, nilai pelayanan, nilai karyawan dan nilai
citra. Sedangkan biaya pelanggan total adalah
keseluruhan
pengorbanan
yang
diberikan
pelanggan untuk memperoleh nilai total. Biaya
total terdiri dari biaya moneter yang sifatnya
Nilai Kepuasan Pengguna Sepeda Merek Polygon di Kota Banda Aceh
Sri Rosmiati Sani, SE, M.Si
kuantitatif, biaya waktu, biaya energi dan biaya
mental. Seorang konsumen akan merasakan
adanya kepuasan apabila biaya total yang mereka
keluarkan untuk memperoleh suatu produk lebih
kecil bila dibandingkan dengan nilai total yang
mereka rasakan.
Lebih lanjut Kotler (2007:171) menyatakan
bahwa dalam perekonomian yang persaingannya
maha hebat dengan semakin banyaknya
pembelian yang rasional, perusahaan hanya dapat
menang dengan menciptakan dan memberikan
nilai yang unggul. Tugas itu mencakup lima
kapabalitas berikut: memahami nilai pelanggan,
menciptakan nilai pelanggan, memberikan nilai
pelanggan, merebut nilai pelanggan, dan
mempertahankan nilai pelanggan. Supaya
berhasil, perusahaan perlu menggunakan konsep
rantai nilai dan jaringan kerja pemberian nilai.
Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan adalah rangkuman
kondisi psikologis yang dihasilkan ketika emosi
yang mengelilingi harapan yang tidak cocok
dilipat gandakan oleh perasaan-perasaan yang
terbentuk dalam pelanggan tentang pengalaman
pengkonsumsian. Kepuasan atau ketidakpuasan
pelanggan adalah respon pelanggan terhadap
evaluasi ketidaksesuaian atau diskonfirmasi yang
dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja
aktual produk yang dirasakan setelah pemakaian.
Artinya bahwa pelanggan akan merasa puas bila
hasilnya sesuai dengan yang diharapkan dan
sebaliknya pelanggan akan merasa tidak puas bila
hasilnya tidak sesuai dengan harapan (Tse dan
Wilson, dalam Nasution, 2004:104).
Masalah
kepuasan
adalah
masalah
perorangan yang sifatnya sangat subyektif karena
hal ini tergantung pada masing-masing individu
untuk merasakan dan menyatakan. Masalah
kepuasan ini sangat sulit untuk diukur. Jika
diusahakan untuk diukur, ukuran tersebut tetap
akan banyak mengandung unsur-unsur yang
bersifat subjektif. Untuk itu diasumsikan bahwa
ukuran kepuasan dapat dinyatakan secara ordinal
(urutan), yaitu: tidak puas, kurang puas, cukup
puas, puas dan sangat puas.
Purnomo (2003:195) mengartikan kepuasan
pelanggan sebagai “Perbedaan antara harapan dan
kinerja atau hasil yang diharapkan”, maksudnya
bahwa kepuasan pelanggan tercipta jika
pelanggan merasakan output atau hasil pekerjaan
sesuai dengan harapan, atau bahkan melebihi
harapan pelanggan. Oliver yang dikutip oleh
Barnes (2003:64) menyatakan kepuasan adalah
tanggapan pelanggan atas terpenuhinya kebutuhan
yang berarti bahwa penilaian pelanggan atas
barang atau jasa memberikan tingkat kenyamanan
yang terkait dengan pemenuhan suatu kebutuhan,
termasuk pemenuhan kebutuhan yang tidak sesuai
harapan atau pemenuhan yang melebihi harapan
pelanggan.
Kotler (2005:46) menyatakan, “kepuasan
pelanggan adalah perasaan pelanggan setelah
membeli barang atau jasa tersebut”. Kotler juga
menjelaskan kepuasan pelanggan adalah fungsi
dari pengharapannya dan kualitas produk yang
dirasakan oleh pelanggan. Pengharapan pelanggan
dibentuk berdasarkan pengalaman mereka, saran
teman-teman dan iklan yang disampaikan
perusahaan jasa. Pelanggan memilih memberi jasa
berdasarkan harapan ini dan setelah menikmati
jasa tadi mereka akan membandingkannya dengan
apa yang mereka harapkan. Bila jasa yang mereka
nikmati ternyata berada jauh dibawah yang
mereka
harapkan,
maka
mengakibatkan
ketidakpuasan. Makin besar jurang harapan
dengan kenyataan makin besar pula ketidakpuasan
pelanggan. Pada literatur selanjutnya, Kotler
(2005:70) menyatakan: “Kepuasan pelanggan
adalah perasaan senang atau kecewa yang
seseorang yang muncul setelah membandingkan
antara kinerja (hasil) produk yang dipikirkan
terhadap kinerja atau (hasil) yang diharapkan. jika
kinerja berada dibawah harapan, pelanggan tidak
puas. Jika kinerja memenuhi harapan pelanggan
puas. Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan
amat puas atau senang”.
Selanjutnya Engel, et al yang dikutip oleh
Tjiptono (2005:146) meyatakan, “kepuasan
pelanggan merupakan evaluasi purnabeli dimana
alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya
memberikan hasil (outcome) sama atau
melampaui harapan pelanggan, sedangkan
ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh
tidak memenuhi harapan pelanggan.
Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Kotler (2005:38), mengidentifikasikan metode
untuk mengukur kepuasan pelanggan yaitu :
Complaint and Suggestion System (sistem keluhan
dan saran), Customer Satisfaciton Surveys (survei
kepuasan pelanggan), Ghost Shopping dan Lost
Customers Analysis. Masing metode tersebut
dijelaskan sebagai berikut.
a. Complaint and Suggestion System (sistem
keluhan dan saran)
Setiap organisasi yang berorientasi pada
pelanggan perlu memberikan kesempatan
yang luas kepada para pelanggannya untuk
menyampaikan saran, pendapat dan keluhan
mereka. Media yang digunakan bisa berupa
kotak saran, yang diletakkan di tempat-tempat
217
JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS
Volume 1 Nomor 2 Desember 2013, Halaman 214-228
strategis (yang mudah dijangkau atau sering
dilewati oleh pelanggan), kartu komentar
(yang diisi langsung maupun dikirim via pos
kepada perusahaan), saluran telepon khusus
bebas pulsa, dan lain-lain. Informasiinformasi yang diperoleh melalui motode ini
dapat memberikan ide-ide baru dan masukan
yang berharga pada perusahaan, sehingga
memungkinkan perusahaan untuk bereaksi
dengan tanggap dan cepat dalam mengatasi
masalah-masalah yang timbul. Akan tetapi,
karena metode ini bersifat pasif, maka sulit
untuk mendapatkan gambaran lengkap
mengenai kepuasan atau ketidakpuasan
pelanggan. Tidak semua pelanggan yang tidak
puas akan menyampaikan keluhannya, bisa
saja mereka langsung beralih pemasok dan
tidak akan membeli produk perusahaan itu
lagi. Upaya mendapatkan saran yang barus
dari pelanggan juga sulit diwujudkan dengan
metode ini. Terlebih lagi bila perusahaan
tidak memberikan timbal balik dan tindak
lanjut yang memadai kepada mereka yang
telah bersusah payah berfikir menyumbang
ide kepada perusahaan.
b. Customer Satisfaciton Surveys (survei
kepuasan pelanggan)
Umumnya banyak penelitian mengenai
kepuasan pelanggan yang dilakukan dengan
penelitian survei, baik dengan survei melalui
pos, telepon, maupun wawancara pribadi.
Melalui survei perusahaan akan memperoleh
tanggapan dan umpan balik secara langsung
dari pelanggan dan juga memberikan tanda
positif bahwa perusahaan menaruh perhatian
terhadap para pelanggannya.
c. Ghost Shopping
Salah satu cara untuk memperoleh gambaran
mengenai kepuasan pelanggan adalah dengan
mempekerjakan beberapa orang (ghost
shopper) untuk berperan atau bersikap sebagai
pelanggan/pembeli
potensial
produk
perusahaan dan pesaing. Kemudian mereka
melaporkan
teman-temannya
mengenai
kekuatan dan kelemahan produk perusahaan
dan pesaing berdasarkan pengalaman mereka
dalam pembelian produk-produk tersebut.
Selain itu, para ghost shopper tersebut juga
dapat mengamati cara perusaan dan
pesaingnya melayani permintaan pelanggan,
menjawab
pertanyaan
pelanggan
dan
menangani setiap keluhan.
d. Lost Customers Analysis
Perusahaan sebaiknya menghubungi para
pelanggan yang telah berhenti membeli atau
telah pindah pemasok agar dapat memahami
218
mengapa hal itu terjadi dan supaya dapat
mengambil keputusan perbaikan/penyempurnaan selanjutnya. Bukan hanya exit
interview saja yang perlu, tetapi customer lost
rate juga penting, dimana peningkatan
customer loss rate menunjukkan kegagalan
perusahaan dalam memuaskanpelanggannya.
Selanjutnya Matilla dan James yang dikutip
oleh Tjiptono (2005:36) menyatakan, metode
survei kepuasan pelanggan dapat menggunakan
pengukuran berbagai cara sebagai berikut:
a. Directly Reported Satisfaction
Pengukuran dapat dilakukan secara langsung
dengan pertanyaan seperti seberapa puas
pelanggan terhadap pelayanan perusahaan
pada skala berikut: sangat tidak puas, tidak
puas, netral, puas, sangat puas.
b. Derived Satisfaction
Pelanggan diberi pertanyaan mengenai
seberapa besar mereka mengharapkan suatu
atribut tertentu dan seberapa besar yang
mereka rasakan.
c. Problem Analysis
Pelanggan
diminta
untuk menuliskan
masalah-masalah yang mereka hadapi
berkaitan dengan penawaran dari perusahaan
dan jasa diminta untuk menuliskan perbaikanperbaikan yang mereka sarankan.
d. Importance/Performance
Pelanggan diminta untuk merangking
berbagai elemen (atribut) dari penawaran
berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen
dan sebera baik kinerja perusahaan dalam
masing-masing elemen.
Keterkaitan Nilai Pelanggan dan Kepuasan
Pelanggan
Nilai pelanggan pada dasarnya merupakan
penilaian menyeluruh atas kegunaan suatu produk
berdasarkan persepsi atas apa yang diterima dan
apa yang dikorbankan. Pelanggan akan membeli
produk atau jasa dari perusahaan yang mereka
yakini menawarkan nilai pelanggan yang tinggi.
Nilai pelanggan yang tinggi akan tercipta apabila
harapan pelanggan terhadap segala sesuatu yang
berkaitan dengan produk sudah terpenuhi. Karena
kepuasan timbul dalam benak konsumen ketika
mereka membandingkan kinerja produk dan
harapan mereka. Dengan kata lain bila persepsi
nilai produk tinggi.
Keterkaitan antara nilai pelanggan dengan
kepuasan seperti yang dikemukakan oleh Kotler
(2005:68) “para pelanggan bertindak dalam
rangka memaksimumkan nilai dengan dibatasi
oleh biaya pencarian serta keterbatasan
pengetahuan, mobilitas, dan penghasilan. Mereka
Nilai Kepuasan Pengguna Sepeda Merek Polygon di Kota Banda Aceh
Sri Rosmiati Sani, SE, M.Si
membentuk harapan akan nilai dan bertindak
berdasarkan harapan itu. Kenyataan apakah suatu
tawaran
memenuhi
harapan
akan
nilai
mempengaruhi kepuasan dan kemungkinan
pembelian ulang”. Pendapat ini juga didukung
oleh pendapat Lovelock dan Wright (2007:102)
yang menyatakan, “pelanggan mengalami
berbagai tingkat kepuasan atau ketidakpuasan
setelah mengalami masing-masing jasa sesuai
dengan sejauh mana harapan mereka terpenuhi
atau terlampaui. Karena kepuasan adalah keadaan
emosional, reaksi pasca-pembelian mereka dapat
berupa kemarahan, ketidakpuasan, kejengkelan,
netralitas, kegembiraan atau kesenangan”.
Berdasarkan pendapat di atas jelaslah bahwa
nilai pelanggan dapat mempengaruhi tingkat
kepuasan konsumen yang dalam hal ini adalah
konsumen sepeda merk Polygon. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Thamrin (2003) bahwa
“persepsi nilai konsumen merupakan faktor
penentu kepuasan konsumen”. Hal ini berarti
bahwa semakin baik penilaian konsumen terhadap
suatu produk akan semakin tinggi pula tingkat
kepuasan mereka.
Hasil Penelitian Terkait
Saryadi dan Wahyudin (2007) dalam
penelitiannya yang berjudul Analisis Nilai
Kepuasan Pelanggan Kendaraan Bermotor Roda 2
Di Surakarta (Studi Kasus Sepeda Motor Bebek
Merk Honda) menyimpulkan sebagai berikut.
1. Variabel product value, service value, dan
personnel value secara individu signifikan
mempunyai pengaruh positif terhadap nilai
kepuasan pelanggan, sedangkan variabel
image value tidak signifikan terhadap nilai
kepuasan pelanggan. Variabel price value
secara individual signifikan mempunyai
pengaruh negatif terhadap nilai kepuasan
pelanggan;
2. Variabel bebas product value, service value,
personnel value, image value, dan price value
secara
bersama-sama
mempengaruhi
pengaruh terhadap variabel nilai kepuasan
pelanggan (customer satisfaction value) pada
=1%;
3. Harga berpengaruh negatif, berarti apabila
perusahaan
akan
menurunkan
harga
produknya, pelanggan beranggapan produk
itu mungkin kurang berkualitas dan tidak akan
memuaskan pelanggan. Sebaliknya bila harga
terlalu tinggi bagi pelanggan, seolah
perusahaan tidak percaya akan kemampuan
beli pelanggan.
Ariskamalia (2007) mengadakan penelitian
dengan judul Sikap Konsumen Sepeda Motor
Honda di Bangkalan. Penelitian tersebut
menemukan bahwa sikap konsumen terhadap
atribut-atribut sepeda motor Honda yang terdiri
dari atribut kualitas mesin, suku cadang, bahan
bakar, harga jual kembali, dan model yang
dijadikan ukuran untuk menilai mutu, ciri dan
desain produk adalah sangat baik. Hal ini
disimpulkan atas dasar perhitungan analisis model
multiatribut attitude yang hasil nilai sikap
diketahui sebesar 12,93. Walaupun sikap
konsumen tidak maksimal (0), tetapi nilai sikap
sebesar 12,93 ini dapat dikatakan sangat baik
karena berada di antara 0-100 dalam skala sikap
(Likert) yang berarti sangat baik/positif.
Fahri (2009) dalam penelitiannya yang
berjudul Analisis Kinerja Kualitas Pelayan
Terhadap Kepuasan Pelanggan pada Telkomsel
Pontianak Area, antara lain menyimpulkan bahwa
kualitas pelayanan Telkomsel, diproyeksikan
dalam 5 komponen, yaitu: sikap customer service,
tanggapan Grapari Pontianak dalam menghadapi
keluhan pelanggan, jasa pembayaran, fasilitas
tambahan dan ketepatan waktu pelayanan.
Penilaian dan analisis kuantitatif dengan
menggunakan diagram kartesius menunjukkan
bahwa pelanggan merasa puas dan menganggap
penting atas sikap customer service dalam
memberikan informasi secara jelas dan simpati
serta bersikap ramah. Jasa pembayaran kurang
memuaskan pelanggan. Hal ini dikarenakan
keanekaragaman
cara
pembayaran
yang
sebenarnya memudahkan pelanggan, kurang
dipahami pelanggan.
Penelitian ini memiliki perbedaan dengan
hasil penelitian sebelumnya seperti dijelaskan di
atas. Penelitian Saryadi dan Wahyudin melihat
nilai kepuasan pelanggan sebagai fungsi dari lima
nilai pelanggan meliputi product value, service
value, personnel value, image value, dan price
value. Dengan kata lain, dalam penelitian Saryadi
dan Wahyudin nilai pelanggan dijadikan sebagai
variabel bebas, sedangkan nilai kepuasan
pelanggan dijadikan variabel terikat sehingga
peralatan analisis data yang digunakan adalah
regresi linier berganda. Sedangkan penelitian ini
hanya terfokus pada nilai kepuasan pelanggan
dimana nilai kepuasan diukur berdasarkan
perbandingan antara kenyataan harapan dan
kenyataan yang dirasakan oleh pelanggan
berkaitan dengan masing-masing nilai pelanggan
sehingga peralatan analisis data yang digunakan
adalah uji beda rata-rata.
219
JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS
Volume 1 Nomor 2 Desember 2013, Halaman 214-228
Kerangka Pemikiran dan Pengembangan
Hipotesis
Konsumen sepeda Polygon tentunya memiliki
nilai-nilai yang berlaku dalam dirinya. Nilai
konsumen pada dasarnya merupakan persepsi
Berdasarkan uraian tersebut kerangka
pemikiran tersebut, maka paradigma penelitian
atau hubungan antar konsep dalam penelitian
seperti terlihat dalam Gambar 2.
Gambar 2
Paradigma Penelitian
Sepeda Merek
Polygon
Kebutuhan/Keinginan
Pembeli Terhadap:
Yang Diterima/Dialami
Pembeli Terhadap:
produk (product value), nilai
karyawan (personnel value), nilai
citra (image value), dan nilai biaya
(price value)
produk (product value), nilai
karyawan (personnel value), nilai
citra (image value), dan nilai biaya
(price value)
Harapan Konsumen
Persepsi Konsumen
Perbandingan Harapan
dan Persepsi
Kepuasan
konsumen dari apa yang mereka inginkan terjadi
yaitu konsekuensi-konsekuensi dari produk/jasa
yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhannya
pada situasi spesifik. Dengan demikian konsumen
akan merasa puas terhadap suatu produk dan jasa
apabila apa yang mereka harapkan sesuai dengan
apa yang mereka rasakan.
Nilai konsumen yang dimaksudkan dalam
penelitian ini terdiri dari nilai produk (product
value), nilai karyawan (personnel value), nilai
citra (image value), dan nilai biaya (price value).
Pada dasarnya setiap konsumen menginginkan
agar nilai-nilai tersebut sesuai dengan keinginan
mereka.
Sehingga
pengukuran
kepuasan
konsumen dalam penelitian ini dapat dilakukan
dengan melihat perbedaan atau perbandingan
antara apa yang mereka harapkan dengan
kenyataan yang mereka rasakan, sehubungan
dengan masing-masing nilai tersebut.
220
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas,
maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini
dapat dinyatakan sebagai berikut: “terdapat
perbedaan antara harapan dan kenyataan yang
dirasakan pelanggan sepeda merek Polygon di
Kota Banda Aceh sehubungan dengan nilai
produk (product value), nilai pelayanan (service
value), nilai karyawan (personnel value), nilai
citra (image value), dan nilai biaya (price value)”.
METODE PENELITIAN
Ruang Lingkup Penelitian
Pengukuran kepuasan pembeli dilihat dari
ada atau tidaknya perbedaan antara harapan dan
kenyataan yang dirasakan sehubungan dengan
lima nilai pelanggan yang terdiri dari nilai produk
(product value), nilai pelayanan (service value),
nilai karyawan (personnel value), nilai citra
(image value), dan nilai biaya (price value).
Nilai Kepuasan Pengguna Sepeda Merek Polygon di Kota Banda Aceh
Sri Rosmiati Sani, SE, M.Si
Selanjutnya sepeda yang dimaksudkan dalam
penelitian ini dibatasi hanya pada sepeda merek
Polygon. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa
sepeda merek Polygon banyak diminati oleh
masyarakat di Kota Banda Aceh.
Populasi dan Penarikan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
masyarakat yang membeli sepeda Polygon di
Kota Banda Aceh yang jumlahnya tidak diketahui
secara pasti. Karena itu untuk kepentingan
penelitian, sampel penelitian ini sebanyak 75
orang pengguna sepeda Polygon dengan ketentuan
selain menggunakan sepeda Polygon, pembeli
yang dimaksudkan juga sudah pernah membeli
dan menggunakan sepeda merek lain selain
Polygon. Hal ini dimaksudkan agar dalam
mengungkapkan persepsi yang berhubungan
dengan nilai kepuasan, seorang responden adalah
mereka yang sudah dapat mempersepsikan nilai
kepuasan terhadap sepeda merek lain. Selanjutnya
pengedaran kuesioner kepada calon responden
dilakukan secara convinience sampling. Artinya
peneliti secara langsung memberikan kuesioner
kepada pengguna sepeda merek Polygon yang
lebih awal dijumpai.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan cara
mengedarkan kuesioner kepada pembeli sepeda
Polygon yang terpilih menjadi sampel penelitian.
Kuesioner tersebut berbentuk berpasangan (terdiri
dari dua kolom) yaitu kolom harapan dan kolom
kenyataan. Setiap kolom berisi pertanyaan/
pernyataan yang berhubungan dengan nilai
pelanggan yang meliputi nilai produk (product
value), nilai karyawan (personnel value), nilai
citra (image value), dan nilai biaya (price value).
Masing-masing pertanyaan/pernyataan disediakan
alternatif pilihan jawaban. Responden diminta
untuk memilih salah satu alternatif pilihan
jawaban yang dianggap paling sesuai pada
masing-masing pertanyaan/ pernyataan terkait.
Skala Pengukuran
Skala pengukuran data yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari skala nominal dan
skala Likert. Skala nominal adalah penggunaan
skala untuk membedakan dua kelompok data atau
lebih. Dalam penelitian ini, skala nominal
digunakan untuk data yang berhubungan dengan
karakteristik responden seperti jenis kelamin,
tingkatan usia, status perkawinan, tingkat
pendidikan dan lain sebagainya. Selanjutnya skala
Likert adalah pemberian skala yang dimaksudkan
untuk membedakan tingkatan data. Penggunaan
skala Likert dalam penelitian ini adalah untuk
memberikan skor/bobot terhadap alternatif pilihan
jawaban pada masing-masing pertanyaan/
pernyataan yang berhubungan dengan variabel
yang diteliti.
Pemberian skor tersebut mengacu pada skala
Likert dengan point 1 sampai 5 sesuai dengan
jumlah alternatif pilihan jawaban yang disediakan.
Pada kolom harapan alternatif pilihan jawaban
yang disediakan adalah dalam bentuk tingkat
kepentingan, sehingga pemberian skor berlaku:
skor 1 = sangat tidak penting, skor 2 = tidak
penting, skor 3 = cukup penting, skor 4 = penting,
dan skor 5 = sangat penting. Selanjutnya untuk
kolom kenyataan, pilihan jawaban yang
disediakan dalam bentuk tingkat kesetujuan,
sehingga pemberian skor berlaku: skor 1 = sangat
tidak setuju, skor 2 = tidak setuju, skor 3 = cukup
setuju, skor 4 = setuju, dan skor 5 = sangat setuju.
Peralatan Analisis Data
Karena kepuasan pembeli dapat dilihat
berdasarkan kesenjangan antara harapan dan
kenyataan, maka pengukuran kepuasan pembeli
dapat dilihat dari ada atau tidaknya perbedaan
antara harapan dengan kenyataan yang diterima
sehubungan
dengan
masing-msaing
nilai
pelanggan yang meliputi nilai produk (product
value), nilai karyawan (personnel value), nilai
citra (image value), dan nilai biaya (price value).
Kesenjangan antara harapan atau tingkat
kepentingan dengan kenyataan yang dirasakan
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Sektor kesenjangan = sektor persepsi – sektor
ekspektasi.
Februadi, dkk (2000) menyatakan sektor
kesenjangan (gap score) nol berarti persepsi
konsumen sama dengan apa yang mereka
ekspektasikan. Sektor negatif menunjukkan
kenyaaan yang dirasakan berada dibawah harapan.
Sektor positif berarti nilai yang mereka rasakan
lebih dari apa yang mereka harapkan.
Dari seluruh kuesioner yang dianalisis,
dilakukan perhitungan untuk mencari nilai rerata
untuk setiap item pernyataan dan untuk kedua
bagian kuesioner juga (bagian ekspektasi dan
persepsi). Dari nilai rerata tersebut dihitung nilai
rerata untuk masing-masing nilai pelanggan.
Selanjutnya untuk mencari nilai gap antara
kenyataan dan harapan, digunakan rumus di atas.
Selanjutnya untuk mengetahui signifikansi
perbedaan antara harapan dan kenyataan yang
dirasakan konsumen sepeda Polygon peralatan
statistik yang digunakan peralatan statistik uji
beda rata-rata (Uji t) dengan metode paired-
221
JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS
Volume 1 Nomor 2 Desember 2013, Halaman 214-228
sample t test (uji t sampel berpasangan). Rangkuti
(2003:132) menyatakan nilai t untuk data
berpasangan dapat dicari dengan rumus sebagai
berikut.
t
D  D
Sd / n
n
D
 Di
Sd 
i 1
n
n

i 1
Di  D
2
n 1
Dimana:
Di =
Hasil pengurangan nilai rata-rata
skor harapan dengan nilai ratarata skor kenyataan.
Sd = Standar deviasi.
n = Jumlah responden (n = 75)
Pengujian hipotesis didasarkan pada
perbandingan nilai t hitung dan nilai t tabel pada
tingkat keyakinan 95 persen, dengan ketentuan
sebagai berikut:
- Apabila nilai t hitung > nilai t tabel maka Ha
diterima, sebaliknya Ho ditolak yang
bermakna terdapat perbedaan antara harapan
dan kenyataan yang dirasakan pelanggan
sepeda merek Polygon di Kota Banda Aceh
sehubungan dengan nilai produk (product
value), nilai pelayanan (service value), nilai
karyawan (personnel value), nilai citra (image
value), dan nilai biaya (price value).
- Apabila nilai t hitung < nilai t tabel maka Ha
diterima, sebaliknya Ho ditolak yang
bermakna tidak terdapat perbedaan antara
harapan dan kenyataan yang dirasakan
pelanggan sepeda merek Polygon di Kota
Banda Aceh sehubungan dengan nilai produk
(product value), nilai pelayanan (service
value), nilai karyawan (personnel value), nilai
citra (image value), dan nilai biaya (price
value).
Operasional Variabel
Variabel yang dioperasionalkan dalam
penelitian ini terdiri dari lima nilai pelanggan
yang meliputi nilai produk (product value), nilai
karyawan (personnel value), nilai citra (image
value), dan nilai biaya (price value). Nilai produk
adalah nilai guna yang dirasakan konsumen
sehubungan dengan fisik produk. Indikator yang
digunakan untuk mengukur nilai produk sepeda
Polygon terdiri dari daya tahan sepeda,
kelengkapan atribut sepeda, performansi yang
lebih baik, kehandalan dalam melakukan
222
perjalanan, desain yang menarik dan variasi
pilihan warna.
Nilai pelayanan adalah nilai guna yang
dirasakan
pelanggan
sehubungan
dengan
pelayanan pada saat dan setelah pembelian.
Indikator yang digunakan terdiri dari kemudahan
memesan sepeda, adanya lissing/jaminan kredit,
kemudahan dalam melakukan transaksi, pilihan
cara pembayaran (cash & credit), dan adanya
pelayanan purna jual. Nilai karyawan adalah nilai
guna yang dirasakan pelanggan sehubungan
dengan karyawan. Indikator yang digunakan
terdiri dari pembeli dilayani dengan baik, pembeli
dilayani dengan cepat, kamauan karyawan
(karyawan tokok sepeda) menyelesaikan masalah
yang dihadapi oleh konsumen, karyawan memiliki
sikap empati dan karyawan mau menepatai
janjinya.
Nilai citra adalah Nilai guna yang dirasakan
diperoleh seseorang dari sebuah alternatif sebagai
hasil dari kemampuan alternatif tersebut untuk
membangun
keingintahuan,
menyediakan
kesenangan baru, dan/atau memuaskan keinginan
untuk mendapatkan pengetahuan. Indikator yang
digunakan untuk mengukur nilai citra terdiri dari
ketertarikan terhadap sepeda merek Polygon,
merek Polygon sudah familiar dikalangan
konsumen sepeda, membeli Polygon memiliki
prestise tersendiri dan membeli polygon untuk
mendapatkan utility maksimum.
Terakhir nilai biaya adalah biaya yang
dikeluarkan konsumen sebagai evaluasi terhadap
keinginan atau harapan pada produk. Nilai biaya
terdiri dari biaya moneter, biaya waktu, biaya
energi dan biaya mental. Indikator yang
digunakan untuk mengukur nilai biaya berkaitan
dengan sepeda merek Polygon adalah harga beli
relatif murah, onderdil sepeda tidak mahal,
adanya hadiah pembelian, adanya potongan harga
dan adanya garansi frame.
Uji Reliabilitas dan Validitas
Uji Reliabilitas
Keandalan (reliability) suatu pengukuran
menunjukkan sejauh mana pengukuran tersebut
tanpa bias (bebas kesalahan-error free) dan
karena itu menjamin pengukuran yang konsisten
lintas waktu dan lintas beragam item dalam
instrumen. Dengan kata lain, keandalan suatu
pengukuran merupakan indikasi mengenai
stabilitas dan konsistensi di mana instrumen
mengukur konsep dan membantu menilai
ketepatan sebuah pengukuran (Sekaran, 2006:40).
Hal ini berarti bahwa pengujian reliabilitas
digunakan untuk mengetahui apakah alat
pengumpulan data telah menunjukkan tingkat
Nilai Kepuasan Pengguna Sepeda Merek Polygon di Kota Banda Aceh
Sri Rosmiati Sani, SE, M.Si
ketepatan, keakuratan, atau konsistensi alat
tersebut dalam mengungkapkan gejala tertentu
dari sekelompok individu, walaupun dilakukan
pada waktu yang berbeda. Menurut Peterson
(dalam Ma’ruf, 2005:95) koefesien alpha
cronbach yang dipersyaratkan sebagai tolok ukur
reliabilibitas konstruk adalah di atas 0,70.
Pengujian Validitas
Suatu skala pengukuran disebut valid apabila
ia melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan
mengukur apa yang seharusnya diukur. Bila skala
pengukuran tidak valid, maka ia tidak bermanfaat
bagi peneliti karena tidak mengukur apa yang
seharusnya dilakukan (Kuncoro, 2003:151).
Dalam penelitian ini, penentuan validitas dapat
dilakukan dengan mencari nilai korelasi skor
masing-masing item dengan skor total item untuk
setiap variabel. Kemudian nilai r hitung yang
diperoleh dari korelasi tersebut dibandingkan
dengan nilai r tabel pada tingkat keyakinan 95
persen. Suliyanto (2006:149) menyatakan, apabila
nilai r hitung > r tabel item pernyataan tersebut
dinyatakan valid. Sebaliknya apabila nilai r hitung
< r tabel maka item pernyataan tersebut tidak
valid.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Validitas
Uji validitas dalam penelitian ini didasarkan
pada perbandingan nilai r hitung dan nilai r tabel.
Nilai r hitung diperoleh dengan mengkorelasikan
skor jawaban pada setiap item pernyataan
kuesioner dengan total skor item pada setiap nilai
pelanggan. Baik untuk belahan kuesioner yang
berhubungan dengan yang dirasakan (tingkat
kesetujuan) maupun yang berhubungan dengan
yang
diharapkan
(tingkat
kepentingan).
Sedangkan nilai r tabel diperoleh dari tabel
statistik r product moment. Suatu item dinyatakan
valid apabila nilai r hitung lebih besar bila
dibandingkan dengan nilai r tabel. Sebaliknya
apabila nilai r hitung suatu item pernyataan lebih
kecil bila dibandingkan dengan nilai r tabel, maka
item pernyataan terkait dinyatakan tidak valid.
Hasil pengolahan data menunjukkan nilai r
hitung untuk seluruh item pernyataan yang
berkaitan dengan kenyataan yang dirasakan pada
nilai produk menunjukkan angka lebih besar bila
dibandingkan dengan nilai r tabel. Dengan
demikian dapat diartikan bahwa seluruh item
pernyataan yang berkaitan dengan nilai produk
pada belahan kenyataan yang dirasakan pengguna
sepeda merek Polygon dinyatakan valid. Dengan
kata lain, seluruh item pernyataan yang digunakan
untuk mengukur penilaian konsumen terhadap
atribut produk sepeda merek Polygon dinyatakan
valid, atau mampu mengukur persepsi mereka
terhadap nilai produk tersebut.
Demikian pula halnya dengan item
pernyataan berkaitan dengan nilai produk pada
belahan tingkat kepentingan, juga dinyatakan
valid karena nilai r hitung untuk seluruh item
pernyataan juga lebih besar bila dibandingkan
dengan nilai r tabel.
Nilai r hitung untuk seluruh item pernyataan
yang berkaitan dengan kenyataan yang dirasakan
pada nilai pelayanan menunjukkan angka lebih
besar bila dibandingkan dengan nilai r tabel.
Dengan demikian dapat diartikan bahwa seluruh
item pernyataan yang berkaitan dengan nilai
pelayanan pada belahan kenyataan yang dirasakan
dinyatakan valid. Demikian pula halnya dengan
item pernyataan berkaitan dengan nilai pelayanan
pada belahan tingkat kepentingan, juga
dinyatakan valid karena nilai r hitung untuk
seluruh item pernyataan juga lebih besar bila
dibandingkan dengan nilai r tabel.
Selanjutnya nilai r hitung untuk seluruh item
pernyataan yang berkaitan dengan kenyataan yang
dirasakan pada nilai karyawan menunjukkan
angka lebih besar bila dibandingkan dengan nilai r
tabel. Dengan demikian dapat diartikan bahwa
seluruh item pernyataan yang berkaitan dengan
nilai karyawan pada belahan kenyataan yang
dirasakan dinyatakan valid. Demikian pula halnya
dengan item pernyataan berkaitan dengan
karyawan pada belahan tingkat kepentingan, juga
dinyatakan valid karena nilai r hitung untuk
seluruh item pernyataan juga lebih besar bila
dibandingkan dengan nilai r tabel.
Nilai r hitung untuk seluruh item pernyataan
yang berkaitan dengan nilai citra pada belahan
kenyataan yang dirasakan oleh konsumen juga
menunjukkan angka lebih besar bila dibandingkan
dengan nilai r tabel. Hal ini berarti bahwa seluruh
item pernyataan yang berkaitan dengan kenyataan
yang dirasakan konsumen sehubungan dengan
citra sepeda merek Polygon juga dinyatakan valid.
Demikian pula halnya dengan item
pernyataan berkaitan dengan nilai citra pada
belahan tingkat kepentingan konsumen terhadap
nilai tersebut, juga menunjukkan nilai r hitung
lebih besar bila dibandingkan dengan nilai r tabel,
sehingga dapat diinterpretasikan bahwa seluruh
item pernyataan yang digunakan untuk mengukur
kepentingan konsumen terhadap nilai citra sepeda
merek Polygon dinyatakan valid. Untuk lebih
jelasnya mengenai hasil uji validitas dapat dilihat
Tabel 1.
223
JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS
Volume 1 Nomor 2 Desember 2013, Halaman 214-228
Tabel 1
Nilai r Hitung dan Nilai r Tabel Sebagai Tolok Ukur Validitas
Kesetujuan
Kepentingan
Nilai
Nilai
(Kenyataan)
(Harapan)
r Tabel
Pelanggan
(n = 72)
Item
R hitung
Item
R hitung
Nilai Produk
A1
0,616
A11
0,861
0,235
A2
0,690
A21
0,718
0,235
A3
0,650
A31
0,870
0,235
A4
0,684
A41
0,831
0,235
A5
0,707
A51
0,784
0,235
A6
0,631
A61
0,701
0,235
Nilai Pelayanan
B1
0,645
B11
0,870
0,235
B2
0,769
B21
0,881
0,235
B3
0,618
B31
0,736
0,235
B4
0,693
B41
0,810
0,235
B5
0,840
B51
0,890
0,235
Nilai Karyawan
C1
0,751
C11
0,827
0,235
C2
0,772
C21
0,816
0,235
C3
0,756
C31
0,797
0,235
C4
0,634
C41
0,782
0,235
C5
0,751
C51
0,875
0,235
Nilai Citra
D1
0,797
D11
0,778
0,235
D2
0,832
D21
0,885
0,235
D3
0,549
D31
0,760
0,235
D4
0,870
D41
0,854
0,235
Nilai Biaya
E1
0,779
E11
0,834
0,235
E2
0,730
E21
0,836
0,235
E3
0,764
E31
0,838
0,235
E4
0,723
E41
0,779
0,235
E5
0,686
E51
0,804
0,235
Sumber: Data Primer (Diolah), 2013
Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat dilihat
nilai r hitung lebih besar bila dibandingkan
dengan nilai r tabel. Sehingga dapat
diinterpretasikan bahwa setiap item pernyataan
pada masing-masing nilai pelanggan baik untuk
nilai yang dirasakan (tingkat kesetujuan) maupun
untuk nilai yang diharapkan (tingkat kesetujuan)
dinyatakan valid.
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Hasil Uji Reliabilitas
Tolok ukur reliabilitas kuesioner dalam
penelitian ini adalah nilai cronbach alpha yang
diperoleh melalui perhitungan statistik. Suatu
kuesioner dinyatakan handal apabila memiliki
nilai cronbach alpha di atas 0,60. Hal ini berarti
bahwa apabila hasil perhitungan menghasilkan
nilai cronbach alpha dibawah 0,60, maka
Tabel 2
Nilai Cronbach Alpha Masing-masing Nilai Pelanggan
Sebagai Tolok Ukur Reliabilitas Kuesioner
Nilai Cronbach Alpha
Variabel
Kenyataan
Harapan
 Nilai Produk
0,742
0,882
 Nilai Pelayanan
0,575
0,891
 Nilai Karyawan
0,786
0,875
 Nilai Citra
0,771
0,836
 Nilai Biaya
0,781
0,876
Sumber: Data Primer (Diolah), 2013.
224
Keterangan
Keterangan
Handal
Handal
Handal
Handal
Handal
Nilai Kepuasan Pengguna Sepeda Merek Polygon di Kota Banda Aceh
Sri Rosmiati Sani, SE, M.Si
kuesioner dinyatakan tidak handal. Hasil
pengolahan data menunjukkan nilai cronbach
alpha masing-masing variabel penelitian yang
terdiri dari lima nilai pelanggan yang meliputi
nilai produk, nilai pelayanan, nilai karyawan, nilai
citra dan nilai biaya, baik untuk yang diharapkan
(tingkat kepentingan) maupun untuk yang
dirasakan (tingkat kesetujuan).
Tabel 2 di atas memperlihatkan bahwa nilai
cronbach alpha masing-masing nilai pelanggan
baik untuk tingkat kepentingan (yang dirasakan)
maupun untuk tingkat kesetujuan (yang dirasakan)
menunjukkan nilai cronbach alpha di atas 0,60.
Dengan demikian dapat diartikan bahwa
kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
dinyatakan handal. Dengan kata lain, kuesioner
yang digunakan untuk mengukur kepuasan
pembeli sepeda Polygon berdasarkan lima nilai
pelanggan meliputi nilai produk, nilai pelayanan,
nilai karyawan, nilai citra dan nilai biaya memiliki
tingkat ketepatan, keakuratan, dan konsistensi
dalam mengungkapkan gejala tertentu dari
sekelompok individu, walaupun dilakukan pada
waktu yang berbeda.
Analisis Kepuasan Pelanggan Sepeda Polygon
di Kota Banda Aceh
Secara teoritis, kepuasan pelanggan terhadap
suatu produk dapat diukur melalui perbandingan
antara tingkat kepentingan mereka pada lima nilai
pelanggan dengan kenyataan yang mereka rasakan
sehubungan dengan pemanfaatan produk tersebut.
Harapan atau tingkat kepentingan pembeli
terhadap nilai pelanggan dapat dilihat dari tinggi
rendahnya tingkat kepentingan terhadap produk
yang dalam hal ini adalah sepeda Polygon.
Sedangkan kenyataan dirasakan berdasarkan
penilaian (tingkat kesetujuan) pada setiap itemitem pernyataan yang berhubungan dengan lima
nilai
pelanggan.
Selanjutnya
dengan
membandingkan antara kedua nilai rata-rata skor
(tingkat kepentingan dan kenyataan dirasakan)
akan dapat diperoleh nilai kesenjangan (gap) yang
dapat dijadikan indikator besar kecilnya
perbedaan antara harapan dan kenyataan yang
dirasakan pembeli sepeda Polygon.
Hasil pengolahan data menunjukkan, nilai
rata-rata skor tingkat kepentingan pembeli sepeda
Polygon terhadap nilai produk menunjukkan
angka sebesar 3,962. Angka ini mendekati 4,00
(skor untuk pilihan jawaban penting), dapat
diartikan bahwa harapan pelanggan terhadap nilai
produk sepeda Polygon tersebut tergolong tinggi.
Sedangkan nilai rata-rata skor pilihan jawaban
untuk nilai yang dirasakan menunjukkan angka
sebesar 3,318 lebih kecil bila dibandingkan
dengan yang diharapkan. Nilai kesenjangan (gap)
antara harapan atau tingkat kepentingan dan
kenyataan sehubungan dengan nilai produk
sepeda tersebut sebesar -0,645 (3,317-3,962). Hal
ini berarti bahwa harapan pelanggan akan nilai
produk sepeda Polygon lebih tinggi bila
dibandingkan dengan kenyataan yang dirasakan.
Selanjutnya untuk nilai pelayanan diperoleh
nilai rerata skor harapan (nilai yang diharapkan)
sebesar 3,774. Nilai rerata skor pilihan jawaban
pada kolom yang dirasakan untuk nilai tersebut
sebesar 3,056, sehingga diperoleh nilai
kesenjangan (gap) sebesar -0,718 (3,056-3,774).
Hal ini juga dapat diartikan bahwa kenyataan
yang dirasakan pelanggan sepeda Polygon
sehubungan dengan nilai pelayanan lebih rendah
bila dibandingkan dengan tingkat kepentingan
atau harapan pelanggan terhadap nilai tersebut,
Tabel 3
Nilai Rerata Skor Alternatif Pilihan Jawaban Responden Terhadap
Tingkat Kepentingan (Harapan) dan Kenyataan yang Dirasakan Pelanggan
Sepeda Polygon di Kota Banda Aceh
Rerata Skor
Gap atau
Kenyataan
Harapan
Kesen(Nilai
(Nilai
jangan
dirasakan)
Diharapkan)
1 Nilai produk
3,317
3,962
-0,645*
2 Nilai pelayanan
3,056
3,774
-0,718**
3 Nilai karyawan
3,230
3,900
-0,670
4 Nilai citra
3,135
3,835
-0,700
5 Nilai biaya
3,376
4,044
-0,668
3,223
3,903
-0,680
Rerata
Sumber: Data Primer (Diolah), 2013.
Keterangan: **) Kesenjangan paling besar
*) Kesenjangan paling kecil
No
Nilai
Pelanggan
Katagori
Kepuasan
Belum sepenuhnya puas
Belum sepenuhnya puas
Belum sepenuhnya puas
Belum sepenuhnya puas
Belum sepenuhnya puas
Belum sepenuhnya puas
225
JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS
Volume 1 Nomor 2 Desember 2013, Halaman 214-228
sehingga mereka belum sepenuhnya puas dengan
nilai pelayanan.
Secara umum harapan atau tingkat
kepentingan pelanggan sepeda merek Polygon
terhadap kelima nilai pelanggan lebih besar bila
dibandingkan dengan kenyataan yang dirasakan.
Namun semua variabel (nilai pelanggan) yang
diteliti memiliki kesenjangan (gap) lebih kecil
dari 1. Dengan kata lain, harapan terhadap kelima
“nilai pelanggan” yang digunakan sebagai tolok
ukur kepuasan pelanggan jauh lebih besar bila
dibandingkan dengan kenyataan yang mereka
rasakan. Sehingga nilai produk, pelayanan,
karyawan, citra dan nilai biaya yang wujud
sehubungan dengan pembelian sepeda Polygon
belum mampu sepenuhnya memenuhi harapan
pelanggan.
Di antara kelima nilai pelanggan yang
digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan
sepeda Polygon nilai kesenjangan (gap) terbesar
wujud pada nilai karyawan, yakni sebesar -0,718.
Hal ini mengindikasikan bahwa secara umum
pelanggan sepeda tersebut masih mengharapkan
adanya pelayanan yang lebih baik dari
penggunaan sepeda merek Polygon.
Sebaliknya nilai kesenjangan (gap) terkecil
wujud pada nilai produk yakni sebesar -0,645. Hal
ini berarti bahwa sekalipun masih terdapat
kesenjangan (gap) antara harapan dan kenyataan
yang dirasakan pelanggan sehubungan dengan
nilai produk, namun kesenjangan yang
dimaksudkan tidak terlalu besar. Sehingga nilai
produk merupakan nilai pelanggan yang dianggap
paling mampu mendekati harapan pembeli sepeda
Polygon. Secara umum pelanggan menginginkan
sepeda tersebut tahan lama, memiliki atribut yang
lengkap, performance yang lebih baik, desain
yang menarik dan warna yang sesuai dengan
keinginan mereka. Sekalipun harapan pelanggan
terhadap semua atribut tersebut belum terpenuhi
kesecara
keseluruhan
namun
setidaknya
kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang
mereka rasakan sehubungan dengan nilai produk
lebih kecil bila dibandingkan dengan kesenjangan
antara harapan dan kenyataan yang mereka
rasakan pada nilai pelayanan, nilai karyawan, nilai
citra dan nilai biaya.
Analisis Uji Beda Antara Nilai yang
Diharapkan dan Nilai yang Dirasakan
Konsumen Sepeda Polygon
Nilai rerata skor harapan pelanggan sepeda
Polygon terhadap nilai pelanggan lebih besar bila
dibandingkan dengan nilai rerata skor pilihan
jawaban yang mereka berikan terhadap nilai yang
mereka rasakan. Hal ini bermakna bahwa harapan
226
mereka terhadap nilai produk, pelayanan,
karyawan, citra dan nilai biaya belum terpenuhi
semuanya. Uji beda rata-rata (uji t) digunakan
untuk mengetahui signifikansi (nyata atau tidak
nyata) perbedaan antara harapan (nilai yang
diharapkan) dengan
kenyataan (nilai yang
dirasakan) pelanggan sehubungan dengan sepeda
merek tersebut.
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa
nilai rata-rata harapan untuk nilai produk sebesar
3,961 lebih besar bila dibandingkan dengan nilai
rata-rata kenyataan sebesar 3,317. Nilai t hitung
untuk nilai produk sebesar 6,970. Sedangkan nilai
tabel pada tingkat keyakinan 95% menunjukkan
angka sebesar 1,994. Karena nilai t hitung > t
tabel dapat diartikan terdapat perbedaan yang
signifikan antara harapan dan kenyataan yang
dirasakan pelanggan sepeda Polygon di Kota
Banda Aceh sehubungan dengan nilai produk.
Perbedaan yang signifikan disebabkan harapan
pelanggan terhadap nilai produk lebih besar bila
dibandingkan dengan kenyataan yang dirasakan.
Uji beda rata-rata terhadap harapan dan
kenyataan yang dirasakan pelanggan berkaitan
dengan nilai pelayanan juga menunjukkan
kecenderungan yang sama. Hal ini dapat dilihat
dari nilai rata-rata harapan untuk nilai pelayanan
sebesar 3,772 lebih besar bila dibandingkan
dengan nilai rata-rata kenyataan sebesar 3,056.
Nilai t hitung untuk nilai pelayanan sebesar 6,351.
Sedangkan nilai tabel pada tingkat keyakinan 95%
menunjukkan angka sebesar 1,994. Karena nilai t
hitung > t tabel dapat diartikan terdapat perbedaan
yang signifikan antara harapan dan kenyataan
yang dirasakan pelanggan sepeda Polygon di Kota
Banda Aceh sehubungan dengan nilai pelayanan.
Selanjutnya hasil uji beda rata-rata antara
harapan dan kenyataan yang dirasakan pelanggan
berhubungan dengan nilai karyawan menunjukkan
angka sebesar 3,900 lebih besar bila dibandingkan
dengan nilai rata-rata kenyataan sebesar 3,231.
Nilai t hitung untuk nilai karyawan sebesar 5,927.
Sedangkan nilai tabel pada tingkat keyakinan 95%
menunjukkan angka sebesar 1,994. Karena nilai t
hitung > t tabel dapat diartikan terdapat perbedaan
yang signifikan antara harapan dan kenyataan
yang dirasakan pelanggan sepeda Polygon di Kota
Banda Aceh sehubungan dengan nilai karyawan.
Untuk lebih jelasnya mengenai hasil uji
beda rata-rata antara harapan dan kenyataan yang
dirasakan pelanggan sepeda merek Polygon di
Kota Banda Aceh dapat diringkas dalam Tabel 4
Nilai Kepuasan Pengguna Sepeda Merek Polygon di Kota Banda Aceh
Sri Rosmiati Sani, SE, M.Si
Tabel 4
Ringkasan Hasil Uji T Baik Uji Masing-masing Nilai Pelanggan
Maupun Keseluruhan Nilai
Nilai T
Dimensi Kualitas Layanan
Sig
Keterangan
T hitung
T Tabel
Nilai produk
6,970
1,994
0,000
Berbeda nyata
Nilai pelayanan
6,351
1,994
0,000
Berbeda nyata
Nilai karyawan
5,927
1,994
0,000
Berbeda nyata
Nilai citra
5,692
1,994
0,000
Berbeda nyata
Nilai biaya
5,723
1,994
0,000
Berbeda nyata
Keseluruhan nilai pelanggan
0,000
7,141
1,994
Berbeda nyata
Sumber: Data Primer (Diolah), 2013.
Hasil pengolahan data terhadap harapan dan
kenyataan yang dirasakan pelanggan berkaitan
dengan nilai citra menunjukkan nilai rata-rata
harapan sebesar 3,833. Sedangkan nilai rata-rata
kenyataan sebesar 3,135. Nilai t hitung untuk nilai
citra sebesar 5,692. Sedangkan nilai tabel pada
tingkat keyakinan 95% menunjukkan angka
sebesar 1,994. Karena nilai t hitung > t tabel dapat
diartikan terdapat perbedaan yang signifikan
antara harapan dan kenyataan yang dirasakan
pelanggan sepeda Polygon di Kota Banda Aceh
sehubungan dengan nilai citra.
Selanjutnya hasil uji beda rata-rata antara
harapan dan kenyataan yang dirasakan pelanggan
berkaitan dengan nilai biaya menunjukkan ratarata harapan sebesar 4,041. Di sisi lain nilai ratarata kenyataan menunjukkan angka lebih kecil
yaitu sebesar 3,378. Nilai t hitung untuk nilai
biaya sebesar 5,723. Sedangkan nilai tabel pada
tingkat keyakinan 95% menunjukkan angka
sebesar 1,994. Karena nilai t hitung > t tabel dapat
diartikan terdapat perbedaan yang signifikan
antara harapan dan kenyataan yang dirasakan
pelanggan sepeda Polygon di Kota Banda Aceh
sehubungan dengan nilai biaya.
Untuk memperjelas kajian mengenai
perbedaan antara harapan dan kenyataan yang
dirasakan pelanggan Sepeda Polygon berkaitan
dengan lima nilai pelanggan, juga dilakukan uji
beda terhadap kelima nilai dimaksud secara
keseluruhan. Hasil pengolahan data menunjukkan
nilai rata-rata skor harapan sebesar 3,902. Nilai t
hitung untuk pengujian keseluruhan nilai sebesar
7,141. Sedangkan nilai tabel pada tingkat
keyakinan 95% menunjukkan angka sebesar
1,994. Dengan demikian Ha diterima, sebaliknya
Ho ditolak, yang bermakna terdapat perbedaan
antara harapan dan kenyataan yang dirasakan
pelanggan sepeda Polygon di Kota Banda Aceh
sehubungan dengan nilai produk (product value),
nilai pelayanan (service value), nilai karyawan
(personnel value), nilai citra (image value), dan
nilai biaya (price value), sehingga hipotesis
penelitian dapat diterima.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Umumnya pelanggan sepeda Polygon di Kota
Banda Aceh merasakan bahwa nilai pelanggan
(nilai produk, pelayanan, karyawan, citra dan nilai
biaya) yang mereka rasakan cukup baik. Namun
demikian mereka memiliki harapan yang besar
terhadap kelima nilai tersebut. Dengan demikian,
jika dilihat dari perbandingan antara harapan dan
kenyataan yang dirasakan, pelanggan sepeda
Polygon belum puas terhadap kelima nilai
pelanggan yang wujud sehubungan dengan
pembelian sepeda merek tersebut.
Di antara lima nilai pelanggan (nilai produk,
pelayanan, karyawan, citra dan nilai biaya),
pelanggan sepeda Polygon paling tidak puas
terhadap nilai pelayanan. Hal ini didasarkan pada
kesenjangan (gap) antara harapan dan kenyataan
yang dirasakan pelanggan untuk nilai tersebut
paling besar diantara nilai kesenjangan (gap) pada
empat nilai pelanggan lainnya. Sebaliknya nilai
pelanggan yang dinilai paling memuaskan bagi
pelanggan sepeda Polygon adalah nilai produk
dengan kesenjangan (gap) terkecil.
Hasil pengujian statistik memperlihatkan nilai
t hitung lebih besar bila dibandingkan dengan
nilai t tabel. Dengan demikian Ha diterima,
sebaliknya Ho ditolak, yang bermakna terdapat
perbedaan antara harapan dan kenyataan yang
dirasakan pelanggan sepeda Polygon di Kota
Banda Aceh sehubungan dengan nilai produk
(product value), nilai pelayanan (service value),
nilai karyawan (personnel value), nilai citra
(image value), dan nilai biaya (price value).
227
JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS
Volume 1 Nomor 2 Desember 2013, Halaman 214-228
Saran-saran
Harapan pelanggan terhadap sepeda
Polygon masih jauh lebih besar bila dibandingkan
dengan kenyataan yang mereka rasakan terutama
untuk nilai pelayanan. Karena itu, dipandang
perlu untuk melakukan upaya peningkatan
kepuasan pelanggan sepeda tersebut oleh pihakpihak terkait terutama produsen dan pemilik toko
sepeda tersebut. Peningkatan kepuasan pelanggan
dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
1. Tingkatkan kepuasan pelanggan terhadap nilai
pelayanan dengan memperkecil kesenjangan
(gap) antara harapan dan kenyataan yang
mereka rasakan. Upaya tersebut dapat
dilakukan
melalui
kemudahan
dalam
memesan sepeda, adanya lissing/jaminan
kredit, kemudahan dalam cara pembayaran
(cash & kredit) dan adanya pelayanan purna
jual.
2. Sekalipun nilai produk merupakan nilai yang
dianggap paling baik oleh pelanggan, namun
masih terjadi kesenjangan (gap) antara
harapan dan kenyataan. Karena itu, perbaikan
terhadap nilai produk juga dipandang perlu
untuk dilakukan terutama oleh produsen
sepeda Polygon. Upaya peningkatan nilai
produk tentunya harus dilakukan dengan
peningkatan mutu produk, melengkapi atribut
sepeda, performance yang lebih baik serta
desain dan warna yang lebih menarik.
3. Tingkatkan kepuasan pelanggan terhadap nilai
biaya, dengan cara memberikan potongan
harga pembelian sepeda Polygon dan adanya
garansi/jaminan atas kerusakan frame sepeda
tersebut dalam periode waktu tertentu.
4. Selanjutnya upaya perbaikan dan peningkatan
kepuasan pelanggan sepeda Polygon dapat
dilakukan dengan menerima saran-saran dari
pelanggan sepeda tersebut. Dalam hal ini
pihak perusahaan sebagai produsen dan toko
sepeda sebagai agen pemasaran sebaiknya
menyediakan kotak saran bagi masyarakat
agar mereka dapat menyampaikan saran-saran
dan keinginan mereka tentang “nilai-nilai”
yang mereka inginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson,
Lehmann,
(1994)
“Customer
satisfaction, Market share, and Profitability:
Findings from Sweden”, Journal of
Marketing, Vol. 58, July, pp. 53-65.
Ariskamalia, Hendi (2007) Sikap Konsumen
Sepeda Motor Honda di Bangkalan, Jurnal
Studi Manajemen COMPETENCE, Vol. 1 No.
2, Oktober, pp. 51-72.
228
Barnes, James G. (2003) Secrets of Customer
Relationship
Management
(RahasiaManajemen Hubungan Pelanggan).
Andi, Yogyakarta.
Endraswati, (2008) Mutu Produk, Nilai, dan
Kepuasan Pelanggan Dalam Pandangan
Islam, [email protected], dikunjungi
tanggal 26 Oktober 2008.
Fahri, Helman (2009) Analisis Kinerja Kualitas
Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan
pada Telkomsel Pontianak Area, Jurnal
Ekonomi dan Bisnis, Vol. 8, No. 2, Agustus
2009 pp. 166-175.
Harjati, Lily, (2003), Tidak Cukup Hanya
Kepuasan Pelanggan Diperlukan Nilai
Pelanggan Untuk Survival, Jurnal Ekonomi
Perusahaan, STIE IBII, Jakarta, Volume 10,
No. 1, maret 2003, pp. 37-55.
Kotler, Philip dan Keller Kevin L (2007)
Manajemen Pemasaran, Edisi 12, Jilid I,
Indeks, Jakarta.
Kotler, Philip (2005) Manajemen Pemasaran,
Edisi Kesebelas, Jilid I, Indeks, Jakarta.
Kuncoro, Mudrajat (2003) Metode Riset Untuk
Bisnis dan Ekonomi: Bagaimana Meneliti dan
Menulis Tesis ?, Erlangga, Jakarta.
Lovelock dan Wright (2007) Manajemen
Pemasaran Jasa, PT Indeks, Jakarta.
Nasution, M. Nur. (2004) Manajemen Jasa
Terpadu. Ghalia Indonesia. Bogor.
Purnomo, Hari (2003) Pengantar Tehnik Industri.
Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.
Rangkuti, Freddy (2003) Mengukur Kepuasan
Pelanggan, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
, (2003) Riset Pemasaran,
Cetakan Ke-6, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Saryadi dan Wahyudin (2007) Analisis Nilai
Kepuasan Pelanggan Kendaraan Bermotor
Roda 2 Di Surakarta (Studi Kasus Sepeda
Motor Bebek Merk Honda) Jurnal Bisnis dan
Manajemen, Vol. 2, No. 3, 2007: pp. 45-63.
Sekaran Uma (2006) Research Methods For
Business: Metodologi Penelitian Untuk
Bisnis, Edisi 4, Buku 2, Terjemahan: Kwan
Men Yon, Salemba Empat, Jakarta.
Suliyanto (2006) Metode Riset Bisnis, Penerbit
Andi, Yogyakarta
Thamrin, Denada (2003) Studi Mengenai Proses
Adopsi Konsumen Pasca Masa Tayang Iklan
Produk ”Xon-Ce” di Surabaya, Jurnal Sains
Pemasaran Indonesia, Volume II, No. 2
September 2003, pp. 143-158.
Tjiptono, Fandy , (2005) Manajemen Pemasaran
Jasa, Bayu Media, Malang.
Download