RE SSK Kab. Banyuwangi

advertisement
Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 2016
Periode Pelaksanaan 2017-2021
Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Banyuwangi merupakan satu
rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun yang
berkaitan dengan perencanaan sektor sanitasi dan merupakan bagian dari Program Percepatan
Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) yang digalang oleh Pemerintah Pusat dalam rangka
mempercepat pembangunan sektor sanitasi Nasional dan untuk pencapaian Universal Access di
tahun 2019 yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Pusat dalam RPJMN 2015-2019.
Dengan adanya Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Banyuwangi ini,
mendorong komitmen Pemerintah Kabupaten dalam menyusun program investasi bidang sanitasi
dan juga memberikan penguatan dalam prosedur dan komitmen dukungan pendanaan dari
lingkungan eksternal Pemerintah Kabupaten, baik dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur,
Pemerintah Pusat, Bantuan Luar Negeri, Masyarakat atau Kerjasama dengan Swasta serta semua
pihak yang peduli terhadap pengembangan sektor sanitasi.
Berdasarkan garis batas koordinatnya, posisi Kabupaten Banyuwangi terletak diantara 7 43’ - 8 46’
Lintang Selatan dan 113 53’ - 114 38’ Bujur Timur. Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung timur
pulau jawa atau di ujung timur Provinsi Jawa Timur, berbatasan langsung dengan Selat Bali. Luas
Wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah 5.782,50 km2 atau 578.250 Ha, yang merupakan daerah
kawasan hutan sekitar 31,72%, persawahan sekitar 11,44%, perkebunan sekitar 14,21%,
permukiman sekitar 22,04%. Adapun sisanya sekitar 20,63 % dipergunakan untuk berbagai
manfaat fasilitas umum dan fasilitas sosial seperti jalan, ruang terbuka hijau, ladang, tambak dan
lain-lainnya. Kabupaten Banyuwngi terdiri dari 24 kecamatan dengan 217 desa/kelurahan, serta
meliputi 736 dusun, RW sebanyak 2.775 dan terdapat 10.177 RT. Jumlah penduduk Kabupaten
Banyuwangi tahun 2016 sebesar 1.599.811 jiwa (dari hasil proyeksi Badan Pusat Statistik
Kabupaten Banyuwangi). Jumlah penduduk yang paling banyak adalah di Kecamatan Muncar
dengan jumlah 133.187 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling rendah adalah di Kecamatan
Giri yaitu 29.617 jiwa.
A. Area berisiko dan permasalahan mendesak sanitasi di Kabupaten Banyuwangi
Air limbah Domestik
** Terdapat resiko sangat tinggi pada wilayah 3 (tiga) desa/kelurahan di 3
(tiga) Kecamatan dan resiko tinggi pada 39 (tiga puluh sembilan) desa/kelurahan di
19 (sembilan belas) Kecamatan.

Aspek Teknis
1. Jumlah KK tahun ini adalah 484.791 KK. Jumlah kepemilikan jamban di Kabupaten
Banyuwangi(Study EHRA 2016) adalah 79% atau 380.615 KK dengan rincian 75%
jamban pribadi dan 4% MCK/WC umum.
BABS: Sebanyak 21 % KK atau setara dengan 101.806 KK (Studi EHRA, 2016)
2. Jumlah kepemilikan septic tank dan pipa sewer = 64% (310.266 KK)
Artinya dari 380.615 KK yang memiliki jamban pribadi dan MCK ada 70.349 KK yang
tidak mempunyai septictank (Studi EHRA, 2016)
3. Sekitar 83% KK tidak pernah mengosongkan tangki septik (Studi EHRA, 2016)
4. Hanya ada 1 truk penyedot tinja milik pemda, pembuangan tinja ke IPLT, sungai atau
ke tanah.
 Aspek Non Teknis
1. Belum mempunyai masterplan air limbah skala Kabupaten
1
Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 2016
Periode Pelaksanaan 2017-2021
2.
3.
4.
5.
6.
Dana APBD untuk air limbah terlalu kecil
Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat dan swasta
Implementasi regulasi tentang larangan BABS belum maksimal
Kurangnya kesadaran masyarakat akan pengolahan limbah domestik
Masih kurangnya kegiatan komunikasi terkait pengelolaan air limbah.
Persampahan
**Terdapat resiko sangat tinggi pada wilayah 2 (dua) desa/kelurahan di 2
(dua) Kecamatan dan resiko tinggi pada 24 (dua puluh empat) desa/kelurahan di 13
(tiga belas) Kecamatan.
 Aspek Teknis
1. Masih adanya kebiasaan masyarakat yang mengelola sampah sembarangan, yaitu
dibakar (57%), dibuang ke sungai/laut/danau (13%), lain2 (16%), yang benar
dikumpulkan Ke TPS/kolektor hanya 14% (Studi EHRA, 2016).
2. Cakupan layanan persampahan masih rendah, 10 Kec dari 24 kec yang ada di
kabupaten Banyuwangi atau sekitar 33% (Instrumen Profil Sanitasi, 2016)
3. Peran serta masyarakat dalam pengolahan sampah masih rendah
4. TPS 3 R baru ada 3 yaitu di Kel. Penganjuran dan Kel. Sumberejo (Kec. Banyuwangi)
dan Desa Tembokrejo (kec. Muncar)
5. Kurang memadainya transportasi dan peralatan
6. Kurang memadainya jumlah dan kapasitas SDM pengelola sampah
7. TPA Bulusan sudah overload, sehingga perlu segera dibangun TPA baru atau
perluasan lahan TPA Bulusan
8. TPA Bulusan masih dikelola dengan sistem Control Landfill
 Aspek Non Teknis
1. Makin besarnya timbulan sampah, belum maksimalnya usaha pengurangan sampah
dari sumbernya
2. Sudah ada perda tentang pengelolaan persampahan tapi belum optimal
Drainase Perkotaan
** Terdapat
resiko sangat tinggi pada wilayah 1 (satu) desa di 1 (satu)
Kecamatan dan resiko tinggi pada 3 (tiga) desa/kelurahan di 3 (tiga) Kecamatan.
 Aspek Teknis
1. Rumah tangga yang pernah mengalami banjir/genangan 7% (Sudi EHRA,2016)
2. Kepemilikan SPAL, yang tidak meiliki SPAL sebesar 27% (Studi EHRA 2016)
3. Kapasitas saluran drainase eksisting yang tidak mencukupi.
4. Saluran grey water masih tercampur dengan saluran drainase.
5. Sungai sebagai muara akhir dari saluran mengalami pendangkalan
 Aspek Non Teknis
1. Perilaku masyarakat yang buang sampah di saluran drainase dan di sungai
2. Partisipasi masyarakat untuk ikut menjaga dan merawat saluran rendah
3. Adanya masyarakat yang memanfaatkan lahan pinggir drainase untuk pemukiman
4. Masterplan drainase yang ada, masih skala kawasan saja.
B.
Cakupan Layanan Eksisting dan Rencana Pengembangan Sanitasi Kabupaten Banyuwangi
Kondisi eksisting sanitasi Kabupaten Banyuwangi baik air limbah, persampahan,
drainase secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut :
Air Limbah Domestik
Kondisi eksisting cakupan layanan air limbah domestik di kabupaten Banyuwangi; BABS
27,89%, pengelolaan air limbah setempat (onsite) 72,07%, Ipal Komunal 0,04% dan rencana
pengembangan dan target cakupan layanan pada jangka menengah (2021) menjadi BABS 0%,
2
Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 2016
Periode Pelaksanaan 2017-2021
pengelolaan air limbah setempat (onsite) 76,22%, Sistem Komunal 11,25% dan sistem
pengolahan air limbah terpusat (off-site) 12,53%.
Persampahan
Kondisi eksisting cakupan layanan persampahan di kabupaten Banyuwangi; prosentase
sampah terangkut ke TPA sebesar 33%, 3R sebesar 3% dan dikelola mandiri oleh masyarakat
atau belum terlayani 64%. Rencanapengembangan dan target cakupan layanan pada jangka
menengah (2021) menjadi prosentase sampah yang terangkut sebesar 50%, prosentase
sampah tereduksi melalui 3R 20% dan prosentase sampah dikelola mandiri oleh masyarakat
disumbernya sebesar 20% serta prosentase sampah tidak terkelola sebesar 0%.
Drainase Perkotaan
Kondisi eksisting luas genangan di kabupaten Banyuwangi tersebar di 20 desa/kelurahan
dengan luas genangan eksisting 526,72 ha, tetapi yang sudah masuk dalam SK Bupati
no.188/482/KEP/429.011/2014 adalah di Kecamatan Banyuwangi (Kel. Lateng/ Kepatihan
/Kampung Mandar) dengan luas 9,73 ha, yang akan menjadi 0 ha pada jangka menengah
(2021).
C. Strategi Pengembangan sanitasi di Kabupaten Banyuwangi
Air Limbah Domestik
1. Menyusun peraturan daerah dan dokumen terkait pengelolaan air limbah domestik
2. Meningkatkan pengetahuan
3. masyarakat umum terkait pengelolaan air limbah domestik.
4. Menyediakan fasilitas pengolahan limbah komunal yang layak bagi masyarakat kurang
mampu
5. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang tangki septik yang memenuhi syarat
kesehatan
6. Menyiapkan stimulus atau insentif rehabilitasi tangki septik rumah tangga serta
penyambungan ke fasilitas pengolahan air limbah
7. Meningkatkan kualitas cubluk menjadi sarana jamban atau septic tank yang layak
8. Menyediakan dan mengoptimalkan fasilitas pengolahan air limbah setempat/ komunal/
kawasan/ perkotaan untuk area beresiko yang ditetapkan.
9. Menyiapkan readiness criteria untuk menambah jumlah infrastruktur pengolahan air
limbah dari sumber dana APBN/CSR
10.Meningkatkan fungsi dan manfaat IPLT
Persampahan
1. Menyediakan dan mengoptimalkan fasilitas pengolahan persampahan terutama pada
area beresiko tinggi
2. Memberikan penyuluhan dan pemahaman masyarakat tentang pengolahan
persampahan
3. Menyediakan sarana dan prasarana pengolahan persampahan yang layak dan memadai
4. Mengembangkan sistem pengolahan sampah 3R
5. Menjalin kerja sama dengan pihak swasta dalam pengelolaan CSR untuk persampahan
6. Memberikan insentif terhadap kegiatan pengolahan sampah setempat
7. Mengadakan pelatihan SDM pengelola persampahan
8. Menyiapkan readiness criteria untuk menambah jumlah infrastruktur pengelolaan
persampahan dari sumber dana APBN/CSR
Drainase Perkotaan
1. Menyusun masterplan drainase skala kabupaten
2. Melaksanakan pendataan dan tabulasi data daerah yang rawan genangan
3. Melaksanakan sosialisasi, kampanye dan rekomendasi tentang pengelolaan dan
pemanfaatan drainase
3
Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 2016
Periode Pelaksanaan 2017-2021
4. Melaksanakan pembangunan sektor drainase yang berorientasi pada drainase mandiri
5. Melaksanakan operasional, pemeliharaan, pengendalian dan monitoring sektor drainase
6. Menyiapkan readiness criteria untuk menambah jumlah infrastruktur drainase dari
sumber dana APBN/CSR
D.
Indikasi Pendanaan Sanitasi Kabupaten Banyuwangi
Dari daftar usulan program kegiatan sanitasi Kabupaten Banyuwangi tahun 2017-2021
(lampiran 4 dokumen SSK Kabupaten Banyuwangi 2016). Rekapitulasi kebutuhan anggaran
air limbah domestik sebesar Rp. 233,235 milyar, persampahan sebesar Rp. 65,779 milyar dan
drainase sebesar Rp. 18,075 milyar. Sehingga total kebutuhan sanitasi Kabupaten Banyuwangi
sebesar Rp. 317,089 milyar, kalau dibandingkan dengan perkiraan APBD murni/komitmen
terdapat gap sebesar Rp. 54,244 milyar.
Kebutuhan anggaran sanitasi untuk 5 tahun dari sumber anggaran pemerintah sebesar Rp.
271,729 milyar, dan non pemerintah sebesar Rp. 45,36 milyar. Sumber anggaran pemerintah
terdiri dari sumber pendanaan APBD Kab. sebesar Rp. 82,723 milyar; APBD Prov sebesar Rp.
1,4 milyar; APBN sebesar Rp. 172,3 milyar dan DAK sebesar Rp. 15,276 milyar. Sedangkan
untuk sumber anggaran non pemerintah terdiri dari pendanaan partisipasi swasta/CSR
sebesar Rp. 21,05 milyar dan pendanaan partisipasi masyarakat sebesar Rp. 24,31 milyar.
E.
Monitoring dan Evaluasi
Berdasarkan hal diatas bahwa strategi monitoring dan evaluasi memiliki peranan yang
penting. Tujuan utama strategi Monev ini adalah menetapkan kerangka kerja untuk
mengukur dan memperbaharui kondisi dasar sanitasi, juga memantau dampak, hasil
dan keluaran dari kegiatan sektor sanitasi kabupaten, untuk memastikan bahwa tujuan
dan sasaran sanitasi, rencana pengembangan dan target tertentu sanitasi kabupaten,
serta kepatuhan pada standar pelayanan minimum yang ada sudah dilaksanakan secara
efektif. Strategi monev akan dijadikan pedoman dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan pembangunan sanitasi sesuai Strategi Sanitasi Kabupaten Banyuwangi.
Bahwa monitoring evaluasi implementasi SSK sektor air limbah domestik, persampahan,
dan drainase perkotaan dilakukan oleh DPU-CKTR, BLH dan Dinkes, pengumpul
data
dan dokumentasi, adalah Bappeda dan SKPD pelaksana kegiatan, sedangkan
penanggung jawab adalah Bappeda selaku sekretariat dan pokja sanitasi Kabupaten
Banyuwangi. Laporan hasil kegiatan monitoring dan evaluasi diberikan kepada Bupati
Banyuwangi.
4
Download