TINJAUAN PUSTAKA lki111Gur.irnle Ikan gurame (0.rph1.ot1rn1n.s ~ ~ U I . L I I Lac I I ) ~ ) dikenal pula dengan sebutan gurami, gurameh, kalu, kalva, kalui dan kalowo (Ardiwinata, 198 I) Selain di Indonesia, ikan ini tersebar cli negara lain seperti Malaysia, Thailand, Kamboja, Filipina, India, Srilangka, India dan Pakistan serta di negara luar Indo Pasifik dibudidayakan cukup intensif Khusus di daerah Jawa, ikan ini Ikan ini dipasarkan untuk memenuhi permintaan lokal dan ekspor Budidaya ikan gurame secara tradisional sudah berlangsung culcup lama, sedangAan pembudidayaan secara intensif rnulai berkembang semenjak 111ulai diaplikasikannya pemberian pakan buatan guna memacu peningkatan produksinya. Salah satu faktor penentu keberhasilan dalam budidaya ikan ini ialah tersedianya pakan buatan yang tepat kandungan gizi, tersedia dalam jumlah banyak dan harganya relatif murah Ikan gurame tahan terhadap lingkungan dengan kondisi oksigen rendah, karena mempunyai alat pernapasan tambahan, labyrinth. Di daerah tropis ikan ini dapat dibudidayakan hingga ketinggian SO0 meter di atas permukaan laut Kebuti~hanProtein dan Energi Pakan Ikan membutuhkan nutrien untuk mempertahankan hidup serta pertumbuhan. Fungsi faali nutrien secara umum ialah sebagai sumber energi dan materi pembangun t~~buh. Nutrien yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan ialah protein. Kebutuhan ikan akan protein sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : ketersediaan energi non-protein pakan (kal-bohidrat clan lernak), ukuran dan umur- ikan, kualitas protein, suhu air, serta tingkat pembel-ian pakan (Furuichi, 1988) Mokoginta dkk (1994) mengungkapkan bahwa benih ikan gurame berukuran 0.15-0,l S y memet-lukan kadar- protein pakan 43.29% dengan rasio energi prote:in ( U P ) 8 kkal DEIg protein, sumber protein yans digunakan kasein dan gelatin, laju pertumbuhan dicapai 6,37%. Sedangkan penelitian Arlia (1994) terhadap benih ikan gurame berukirran 0,053 g dengan kadar protein pakan 35% dengan CIP 7,9 kk;al DEIg protein, serta sumber protein yang digunakan berasal dari tepung ikan, Iaju pertumbuhan dicapai 3.2 1°/b. Karbohidrat merupakan salah sat11 si~mberenergi. Pemberian tingkat energi optimum pada ikan meri~pakansclatu ha1 vany penting karena kelebihan atau kekurangan energi dapat nienyebabkan petumbuhan berkurang (Lovell, 1988) Energi untuk pemeliharaan tubuh dan aktivitas sukarela harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum energi digunakan ilntuk pertumbuhan Jika pakan kekurangan energi dari karbohidrat atau lemak maka ikan menggunakan sebagian dari proteinnya untuk memenuhi kebutuhan energinya. Hubungan antara karbohidrat dan protein ini dikenal sebagai "protein sparring action" oleh karbohidrat (National Research Council, 1983). Energi dari karbohidrat telah teruji sama efektifnya dengan energi dari lemak (Pieper dan Pfeitlfer, 1980) Meskipun karbohidrat merupakan sumber energi yang penting, namun kandungan karbohidrat dalam pakan diperlukan dalam jumlah relatif rendah. Karbohidrat dalam pakan dapat berupa serat kasar yang tidak dapat dicerna sert.a bahan ekstrak tanpa nitroyen (BETN) vany dapat dicerna atau yang disebut sebagai vo/1111Ic. c c~~.hohl.~/i.crtc. (Lo\ ell, 1988) lmbangan protein dan energi sangat penting dalam menunjang pertumbuhan ikan Pakan yang mempunyai kadar protein tinggi belum tentu dapat mem~percepat perturnbuhan apabila total energi pakan rendah Karena energi pakan terlebih dahulu dipakai i~ntuk keyiatan nietabolisme standar, seperti respirasi, transpor ion dan pengaturan suhu ti~buhserta aktivitas tubuh lainnya. Energi untuk seluruh aktivitas tersebut diharapkan sebagian besar berasal ctari bahan nutrien non-protein, dalam ha1 ini karbohidrat Apabila sumbangan energi dari bahan non-protein ini rendah maka protein akan digunakan sebagai sumber energi untuk berbagai aktivitas tersebut sehingga pertumbuhan akan berkurang. Dengan kata lain, penambahan nutrien non-protein dapat meningkatkan fungsi protein dalam menunjang pertumbuhan ikan (Furuichi, 1988). Energi non-protein dapat dipenuhi oleh karbohidrat. Karena sebagian besar enzim untuk mencerna karbohidrat tersedia dalam ikan (Wilson, 1994) dan karbohidrat merupakan sumber energi yang relatif murah dan diperlukan untuk biosintesis asam amino non-esensial dan asam nukleat (National Reserch Council, 1993) Kebutuhan Karbohidrat Pakari Pada umumnya karbohidrat pakan diperlukan oleh ikan dalam jumlah kecil. Pada ikan laut dan karnivora umumnya dapat memanfaatkan karbohidrat pakan secara optimum pada kadar 10-20%, sedangkan ikan omnivora pada kadar 30-40% (I-uruichi, 1988) Il\an mas, channel catf'ish, yellowtail dan red seabream dapat memanfaatkan polisakarida seperti pati dan dekstrin. Pada ikan mas ukuran 11 g, pati dan dekstrin berpengaruh lebih baik untuk pertumbuhan dibandingkan dengan glukosa (Furuichi dan - a ng, pati ber-pengaruh baik bagi \.one, IOS3) De~nikianJ u g pada yellowtail ~ ~ k ~ l r76 pel-tumbuhan (Furuichi, el c d . , 1986). Hasil penelitian Furuichi dan Yone (1982) pada ikan mas dan red seabream yang ber-bobot I-ata-rata I I g dan 40 g, yang diberi karbohidrat pakan w-.rt~u.ch,dekstrin dan glukosa, lnenunjukkan bahwa pada ikan mas pertumbuhan dan efisiensi pakan tertinggi dicapai oleh ikan mas yang diberi a-slarch, selanjutnya berturut-turut diikuti oleh pakan yang mengandung dekstrin dan glukosa. Sedangkan pada red seabream tidak menunjukkan adanya perbedaan pertumbuhan unti~kberbagai sumber karbohidrat, tetapi menunjukkan efisiensi pakan yang lebih baik bila diberi pakan cz-starch dibandingkan dengan lainnya. Penelitian lain menunjukkan bahwa ikan mas mempunyai toleransi tinggi terhadap glukosa kemudian diikuti oleh red seabream dan yellowtail. I[kan mas (Takeuchi, el a/., 1979) dan channel catfish (Garling dan Wilson, 197'7) dapat memanfaatkan karbohidrat hingga 25% dalam pakannya sama efektifnya dengiln lemak sebagai sumber energi. karbohidrat pakan Ikan nila (0reochronti.s ni1otic~1.s)dapat mema~nfaatkan hingga 45% (Shimeno, S. rr (11. 1993). Hasil peneliti~an yang dilakukan oleh Yuliana (2001) menunjukkan bahwa kadar karbohidrat yang terbaik iintuk ikan gurame ukuran kurang lebih 30 g adalah 20,8 1%. Kecernaan ikan air tawar dan ikan air laut terhadap karbohidrat berbeda. Kemampuan ikan laut dalam mencerna karbohidrat sekitar 20%, sedangkan ikan air tawar mampu mencerna di atas 20 %, seperti pada ikan mas 30-40% (Satoh, 199 1 dalam Wilson, 1994), channel catfish 25-30% (Wilson, 1991 dalam Wilson, 1994) dar~filapia sp sebesar 40% (Luquet dalam Wilson, 1994). Penyebab rendahnya kemampi~anikan dalam melnanfaatkan karbohidrat pakan tersebut antara lain disebabkan oleh rendahnva nilai kecernaan sumber karbohidrat, aktivitas enzim karboksilase ikan. keniampuan penyerapan glukosa, serta kemanlpuan sel ~nernanfaatkanglukosa dalam darah (Wilson, 1994; Shiau dan Chilang. 1995). Selain i t ~ t penyebab perbedaan respon ikan' dalam pemanfaatan karbohidrat pakan antara lain dikarenakan oleh jenis dan ukuran ikan; kandungan lemak dan protein pakan (Shimeno et nl., 1996); kompleksitas karbohidrat dan sumber karbohidr-at; serta ji~odhtrbit ikan. Ikan karnivor umumnya tidak manipu memanfaatkan karbohidrat kompleks dalam jumlah yang besar. Walaupun demikian ikan karnivor masih dapat memanfaatkan karbohidrat sederhana seperti glukosa, sukrosa dan laktosa sebagai sumber energi utama. Ikan omnivor seperti channel catfish dan ikan mas set-ta ikan herbivor seperti grass carp dapat mencerna karbohidrat yang berasal dari ti~mbuhan ( Y amada, 1983). Meskipun ikan kurang mampu memanfaatkan karbohidrat sebagai .sumber energi utama dalam pakannya dibandingkan dengan hewan darat dan manusia, namun beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa keberadaan karbohidrat dalam pakan mutlak diperlukan. Pada ikan rainbow trout yang diberi pakan dengan kandungan protein tinggi, terjadi laju glukoneogenesis yang tinggi, sedangkan yang diberi pakan dengan kandungan protein rendah dan karbohidrat tinggi didapatkan laju glukoneogenesis yang rendah (Cowey dan Walton, 1989). Dengan demikian karbohidrat berfkngsi tidak hanya sebagai sumber energi nonprotein, juga dapat berhngsi sebagai prekursor berbagai metabolit intermedier yang sangat diperlukan dalam pertumbuhan. Adapun hngsi lain dari karbohidrat adalah sebagai pengikat protein atau lipid yang merupakan komponen jaringan antigen seperti pada membr-an sel dan sekresi protein. Selain itu, karbohidrat punya peran dalarr~bagian matriks cairan intestin (gel) dan tenunan perisikat dalam pembentukan tulang rawan (Linder. 1992). tvletabolisme karbohidrat pada tubuh ikan terdiri dari dua arah yaitu katabolisme dan anabolisme. Pada katabolisme molekul n~ltrienyang relatif besar diserap rnasuk ke darah, diusaikan dan dii~bahnieniadi molekul yang lebih sederhana, sedangkan pada anabolistne unsur pokok kompleks jar-ingan dan cairan tubi~hdibentuk dari prekursor sederhana yang biasanya merupakan produk intermediate tingkat pertama katabolisme. Rangkaian yang cukup rumit dalam per~~bahan material dan energi disebut metabolisme intermediate (Hepher, 198s). Karbohidrat dicerna menjadi glukosa, yang diserap dan masuk ke dalam darah. Penggunaan glukosa sebagai suniber energi melalui dua tingkatan. Pada tingkat pertama glukosa diubah rnenjadi asam piruvat rnelalui serangkaian reaksi meliilui jalan glikolitik. Proses ini terjadi pada bagian sitoplasma sel dan tanpa memerlukan oksigen. Selanjutnya pada tingkat kedua diubah melalui serangkaian reaksi yang lain yaitu pada siklus Krebs atau siklus asarn trikarboksilat (siklus TCA) yang juga disebut siklus asam sitrat yang terjadi dalam mitokondria sel. Pada proses ini piruvat diubah menjiadi asetil koenzim A yang selanjutnya dioksidasi menjadi karbondioksida (COz) dan air (H20). Pada proses ini dihasilkan reduced nicotinamida adenin dinukeotida (NADH-IH ') dan flavin adenin dinukletida (FADH2) yang melalui phosphorilasi oksidatif dalarn sistem sitokrorn niengubah adenosin dihosphat (ADP) menjadi adenosin triphospat (ATP) yang kaya ener-gi. Proses oksidatif fosfbrilasi dalam suasana aerob. Sebagian energi glukosa dibebaskan melalui oksidasi glikolisis tingkat pertama tetapi umumnya dibebaskan melalui proses siklus TCA. Kebanyakan glukosa dikatabolisasi pada jaringaln hewan melalui t-angkaian glikolitik menghasilkan piruvat dan selanjutnya dioksidasi melalui siklus TC.4. Jalur lain rnetabolisme glukosa ialah yrrrtose pho.q~tr/.s/71111t disebut juga /7c~so.r.r/~lo)toyho.s/)hc~/r.sh/lt~/atau jalur Warbug-Dickens. Glukose 6-phosphate diyunakan sebagai prekusor yang mengarah ke pembentukan dua produk khusus yaitu reduced nikotinamida adenin dinukleotida phospat (NADPH) dan ribosa 5-.phospat. N.ADPH digunakan untuk sejumlah proses biosentesis khususnya sintesis nukleotida dan asam nukleat (Hepher, 19SS) h~letabolisnie ylukosa sebagian besar dikontrol oleh hormon Pada hewan endotherrnik, homeostasi girla darah terlihat nyata. Homeostasi terutama dikor~trololeh hormon insulin dan glukagorl yang dihasilkan oleh pankreas. Hormon tersebut ada pada ikan, tetapi homeostasi glukosa pada ikan kurang jelas. Insulin dan somatostantin rnenyebabkan tingkat ~ l u h o s a berkurang (hypoglycaemia) dalani jaringan atau mengubahnya menjadi glikoyen khususnya disimpan dalam hati. Bila kekuranga~ninsulin konsentrasi glukosa darah akan bertambah (hyperglycaemia) sehingga metabolisme ylukosa terganygu dan kondisi diabetis berkembang (Hepher, 1988). Kar-bohidrat pakan ilrnumnya berbentuk senyawa polisakarida, disakarida dan monosakarida. Karbohidrat tersebut dapat berasal dari tumbuhan (zat tepung, serat, sellulosa dan fruktosa) serta dari hewan yang berbentuk glikogen. Karena ikan tidak memiliki air liur, maka pencernaan karbohidrat dimulai di bagian lambung. Pencernaan karbohidrat secara intensif terjadi di segmen usus yaitu dengan adanya enzim amilase pankreatik (De Silva dan Anderson, 1995). Pada segmen usus, amilum dan ;glikogen akan dihidrolisis oleh enzim amilase menjadi maltosa dan dekstrin. Kemudian maltosa dan dekstrin ini akan dihidr-olisa oleh enziln a-limit dekstrinase rnenjadi ylukosa. Disakar-ida dihidrolisa oleh enzim laktase atau sukrase rnenyhasilkan galaktosa, glukosa dan fruktosa. Pada dindiny usus, galaktosa dan fruktosa akan diubah rnenjadi ;glukosa. C'mi~mnyaclalam bentuli glukosa tersebut. Larhohidrat tliserap oleh dinding LISLISlalu masuk ke dalam peredaran darah. Menurut Kaushik rr a/.(1989) bahwa ikan tidak rnemiliki enzim pencerna karbohidrat yang memadai di dalam saluran pencernaannva. sehingga nilai kecernaan karbohidrat pakan ilmumnya rendah. Aktivitas enzim amilase dalam menghidrolisis pati pada ikan omnivora, seperti tilapia, mas dan gilrame relatif lebih tinggi dibanding dengan ikan karnivora (Shimeno, 1974). Sebagai tambahan. aktivitas enzini pencernaan dan nilai kecernaan pada ikan secara umum lebih rendah dari manusia dan hewain ternak Namun tvloon (2001) kurang sependapat, dia rnengungkapkan bahwa ikan secara ratarata mengkonsumsi oksigen sepersepuluh mamalia, sehingga berimplikasi penyesuaian pada aliran darah, kecepatan pengambilan nutrien, kebutuhan nutrien dan tentu terhadap yang lainnya, dan utama sekali pada nilai kecernaan karbohidrat. Kecernaan bahan pakan oleh ikan sering dibatasi pada energi yang dapat dicerna, yang didefinisikan sebagai energi total pakan dikurangi energi yang dikeluarkan dalam feses (National Research Council, 1983). Nilai kecernaan karbohidrai; sangat dipenyari~hioleh sumber dan kadar karbohidarat dalam pakan serta jenis dan ukuran ikan (Shiai~dan Chuany, 1995). Nilai kecernaan beberapa sumber karbohidrat oleh beberapa ikan tertera pada Tabel 1. Tabel I . Nilai kecernaan karbohidrat berdasarkan kadar dan sumbernya oleh beberapa ikan (Wilson, 1994) lenis ikari K a i n b o ~trout ~ Channel cattish Sumber karbohidrat Ni~lai kecernaan(%) Dekstrin Icadarkarbohidrat pakan ( O / b ) 20 Tepc~nyubi kukus 20 69,2 Tepung dikukus 11,5 90,O Glukosa 20-60 99- 100 Sukrosa 20-60 99- 1 00 Laktosa 20-60 94-97 Tepung jagung tidak dikukus 12,5 72,8 25 60,9 50 55.1 12,s 83,l 25 78,: 50 66,s Tepung ~ ~ tidak b i dikukus 9 55.,0 Tepung ubi dikukus 7 85.,0 Tepung jagung dikukus Mas 7 7,2 Karbohidrat yang berstruktur kompleks memiliki nilai kecernaan yany rendah dari karbohidrat yany bel-struktur sederhana. Perbedaan sumber pati juga dapat menyebabkan perbedaan nilai kecernaan karbohidrat dan bergantung pada rasio amilose/amilopektin (Cruz-Surez, amilosa/amilopektin. maka kecernaan et al., 1994). karbohidrat Semakin tinggi semakin tinygi. rasio Perlakuan karbohidl-at misalnya denyan pengukusan dapat meningkatkan nilai kecernaan karbohidrat, karena pengukusan dapat menyebabkan sel-sel pati menjadi lunak dan pecah sehingga mudah dicerna. Channel catfish diketahui dapat memanfaatkan polisakarida seperti pati atau dekstrin untuk pertumbuhan dibandingkan disakarida atau yula sederhana (National Research Council, 1983). Pada benih ikan yurame sukrosa merupakan sumber karbohidrat terbaik dibandingkan karbohidrat komplek seperti pati (Cahyoko, 1995). Menurut Cruz-Suarez e/ a/. ( 1994) perbedaan kecernaan karbohidrat disebabkan oleh sumber patinya. Pati dari tanaman yang berbeda mempunyai perbedaan nisbah amilose/amilopektin (Ensminger, tit cil., 1990). Selain adanya perbedaan antar spesies dalam mencerna karbohidrat, pada dasarnya hasil akhir dari pencernaan karbohidrat adalah glukosa untuk semua oryanisme hidup, yang dimetabolisir menjadi glukose-6-fosfat. Walaupun glukosa bukan merupakan sumber energi yang superior untuk ikan, namun karbohidrat merupakan yroterr~.spal.irrgaction untuk pertumbuhan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 dal-i I\arbohidrat dengan bariasi prote~ndan konversi pakan untuh channel catfish yang dibel-i pakan dengan tingkat kasein yang berbeda pada dua tingkat karbohidrat (Hasting dan Dickie, 1972 dalam Zonneveld dkk , 1 99 1 ) / ~ I . O I ~ I I I\ / ) L I I . I I I ~ t1ot1 Pengamatan untuk mengetahui kemampuan ikan memanfaatkan karbohidrat dalam tubuhnya sebagai sumber eneryi telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan uji toleransi glukosa (Palmer dan Ryman, 1972, Shimeno et a / . , 1977, Furuichi dan Yone, 1 98 1; Panserat er el., 2000; Legate et a/., 200 1 ; dan Kelley PI a/., 200 1). Dalam setiap kasus, pemberian glukosa kepada ikan secara oral menghasilkan suatu gejala hyperglycemia berkepanjangan bila dibandingkan dengan manusia dan hewaii darat. Pada manusia, gula darah turun kembali menjadi normal sekitar 1-2 jam setelah makan. Sedangkan respon ikan pada beberapa tes toleransi glukosa sangat rendah. Sebagai contoh, pada ikan trout menunjukkan peningkatan konsentrasi glukosa darah selama 7 jam setelah pemberian pakan (Palmer clan Ryman, 1972), ikan rainbow trout IS jam (Harmon el crl , 199 1 ), channel catfish 6 jam (Wilson dan Poe, 1987) 1 1 jam (Ottolenylii CI crl/i\~el~.s) 3 jam yang ~ r l , 1995) dan ikan kerapu tikus (('~.omilep/~.s (libel-i pel-lakuan glukosa dan 6 jam pada pemberian dekstr-in, sukrosa dan pati ('Usman. 2002). FLII-ilichi dan Yone (198 1) telah mencoba pada tiga jenis ikan yaitu ikarl yellow clr~i,?clr~eru'ia/cr), red seabr-earn (Pagr..alsmqjor) dan mas (( jprir?rc.~calpio) tail (Se~.iolc~ dengan pernberian glukosa secara oral sebanyak 167 nld 1009, dan Marini (1 997) pada ikan gurarne. Hasilnya, ikan yang diberi glukosa secara oral akan menghasi1ka.n kadar gula darah maksimum, secara berurut;tn sebagai berikut : ikan yellow tail jam ke-3, red seabream, mas dan gurame jam ke-2 I'ada jam ke-5 pada ikan mas dan guram~ekadar gl~tkosaciarah kembali pada kontiisl riormal, sedangkan patla ikan ekor kuning dan seabream pada jam tersebut belum henibali. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum ikan memiliki respon gula yang rendah, apabila dibandingkan dengan gula darah manusia normal yang bisa mencapai maksimum satu jam setelah pemberian gula sebanyak 100 mg dan turun pada kondisi normal setelah dua jam. Terlebih pada ikan ekor kuning dan red seabream. Menurut Kelley eb a/. (2001) toleransi glukosa oleh beberapa ikan sangat dipengaruhi keberadaan beberapa hormon, yaitu glukagon, hormon per-tunibuhan, somatostatin, kortisol dan katekolamin. a-.St(~rclz Sebutan lain dari .stcn.ch ialah amilum atau dalam bahasa sehari-hari disebut pati. Disebut u-.~tarchkarena pada jenis karbohidrat ini, g~lgusaldehida pada rnolekul glukosa bereaksi dengan gugus-OH yang terikat pada atom C nomor 5, sehingga membentuk hemiasetal siklik yang disebut anomer a dengan rotasi spesifik + 1 12". Pada cc-.scirrch ini letak gugus -OH pada atom C nomor I terletak disebelah kanan, sedangkan p gugus -OH pada atom C nomor 1 sebelah kiri. Jenis karbohidrat - I i n masuk pada golongan polisakar-ida yang nlempunvai molekul besar clan lebih konipleks dari mono atau oligosakarida. Rumus empiris .s/~u.chadalah (ChHI,,05.H20),,. Sumber cc-.s/al.ch banyak diperoleh dari umbi, daun, batang pohon dan biji-bijian. Di Indonesia batany pohon yang banyak mengandung .~mmchadalah pohon sagu, sehingga di beberapa daerah merupakan sumber makanan pokok. Adapun untuk urnbi-umbian banyak ditemukan dari umbi ketela pohon dan ilbi jalar. Slcrrch terdiri atas dua macam polisakarida yang keduanya adalah polimer dari glukosa, vaitu amilosa (kira-kira 20-28%) dan sisanya amilopektin. Untuk memisahkan amilosa dan amilopektin dapat dilakukan dengan cara, .c/cn.ch diperlakukan der~ganair panas, komponen yang dapat larut adalah amilosa dan yang tidak adalah amilopektin. Amilosa terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang terikat dengan ikatan a 1,4-glilcosidik, molekulnya merupakan rantai terbuka. Amilopektin terdiri atas molekul D-glukosa yang sebayian besar mempunyai ikatan 1,4-glikosidik dan sebagian lagi ikatan 1.6 glikosidik. Adanya ikatan 1,6 glikosidik ini menyebabkan terjadinya cabang, sehingga rnolekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang. Semakin besar kandungan amilosa dan semakin kecil kandungan arnilopektin suatu bahan, maka bahan tersebut semakin niudah dicerna karbohidratnya. Rasio amilosa amilopektin beberapa sumber karbohidrat dapat dilihat pada Tabel 3. karbohidr-at Tabel 3. Per-bandingan amilosa/amilopektin beberapa s~~rnber J aguny I'adi Sorgurn Keterangan I = Chetfel dalarn Cruz-Suarez, et trl. (1994) 2 = Pomesanz dala~nMuhtadi dan Suyiono (1992) Wlolekul arnilopektin lebih besar dari molekul amilosa karena terdiri atas lebih dari seribu unit ylukosa. Butir-butir .SIL[I.L'~ tidak larut dalam air dingin tetapi apabila suspensi dalam air dipanaskan, akan terjadi suatu larutan koloid yang kental. Larutan koloid ini apabila diberi larutan iodium akan benvarna biru. Warna biru tersebut disebabka~i oleh molekul amilosa yany membentuk senyawa. Amilopektin dengan iodiilm akan memberikan warna ungu atau merah lembayung. Stnl.ch dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga akan menghasilkan glukosa. Hidrolisis juga dapat dilakukan dengan menggunakan enzim amilase. Hasil lanjutan hidrolisis dan pencernaan serta pemanasan .r/rrr.chialah dekstsin