BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangatlah penting dalam mendukung kemajuan suatu industri maupun organisasi. Dengan adanya sumber daya manusia yang terampil dan mempunyai keahlian yang sesuai dengan bidangnya akan memberikan kontribusi yang besar bagi setiap organisasi, sehingga pada akhirnya tujuan organisasi dapat tercapai. Keberhasilan suatu organisasi sangatlah dipengaruhi oleh sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Semakin tinggi kualitas sumber daya manusia yang ada di dalam suatu organisasi, maka semakin tinggi pula mutu dari organisasi tersebut. Dengan kata lain, citra dan mutu organisasi dapat dibentuk dari sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap organisasi yang telah berdiri sangatlah erat kaitannya dengan karyawan. Tanpa adanya karyawan di dalam suatu organisasi, maka organisasi tersebut tidak akan dapat menjalankan fungsi-fungsi organisasinya dengan sebagaimana semestinya. Banyaknya jumlah karyawan yang ada di dalam suatu organisasi akan menimbulkan beragam perilaku-perilaku yang diperlihatkan oleh tiap-tiap karyawan yang ada. Beragamnya perilaku karyawan di tempat kerja, bisa sesuai dengan norma organisasi bahkan tidak sesuai dengan norma organisasi. Perilaku yang tidak sesuai dengan norma dapat dikatakan sebagai perilaku yang menyimpang atau dikenal dengan workplace deviant behavior (WDB). Perilaku menyimpang juga dikenal dengan antisocial behavior atau workplace incivility, sedangkan dalam buku Ivancevich, Konopaske & Matteson (2005) perilaku menyimpang di tempat kerja dikatakan sebagai perilaku buruk di tempat kerja. Ada dua jenis perilaku menyimpang, diantaranya adalah perilaku menyimpang yang positif dan perilaku menyimpang yang negatif. Fokus pada penelitian ini adalah hanya pada perilaku menyimpang yang negatif. Hal ini disebabkan karena perilaku menyimpang yang negatif akan menghasilkan kerugian bagi organisasi dan akan mengurangi kinerja dari tiap-tiap individu ataupun karyawan di organisasi tersebut. Perilaku menyimpang yang dimaksud tidak hanya berupa perilaku kriminal seperti pencurian/perampokan, pembunuhan, sabotase dan 1 2 seperti perilaku kejahatan-kejahatan lainnya. Tetapi, perilaku menyimpang bisa juga berupa perilaku yang agresif seperti berbohong, menyebarkan kabar yang belum tentu benar (rumours), dan ketidakhadiran (DePaulo, 1989; Skarlicki & Folger, 1997; Fox & Spector, 1999, Kidwell & Bennet, 1993; Johns, 1997; Fagbohungbe & Akinbode & Ayodeji, 2012). Yang dimaksud dengan perilaku menyimpang di tempat kerja adalah perilaku sukarela yang melanggar norma-norma organisasi yang signifikan dan dengan demikian mengancam kesejahteraan atau anggota-anggotanya (Robinson dan Bennet dalam Robbins & Judge 2012:317). Perilaku menyimpang di tempat kerja yang dilakukan oleh karyawan berupa penyimpangan produksi, penyimpangan harta benda, penyimpangan politik maupun agresi pribadi. Menurut Bowling & Gruys (dikutip dalam Kura, Shamsudin & Chauhan 2013) perilaku yang menyimpang di tempat kerja dapat menciptakan laporan penurunan produktifitas tenaga kerja melalui ketidakhadiran atau keterlembatan, dan juga dapat merusak reputasi organisasi. Perilaku menyimpang di tempat kerja berpotensi merusak atau berbahaya bagi organisasi dan anggotanya (Lawrence & Robinson, 2007; Spector & Fox, 2002; Kura & Shamsudin & Chauhan, 2013). Belakangan ini perilaku menyimpang di tempat kerja telah menjadi perhatian penting bagi para peneliti-peneliti, dan juga merupakan pokok perhatian yang harus diperhatikan bagi tiap-tiap organisasi. Beberapa penelitian terdahulu mengenai perilaku menyimpang di tempat kerja menyebutkan bahwa tidak hanya dampak finansial yang akan diakibatkan oleh perilaku menyimpang di tempat kerja, tetapi perilaku menyimpang di tempat kerja juga akan berdampak pada efek sosial dan psikologi bagi tiap-tiap organisasi maupun anggotanya (Hollinger & Clark, 1982; Hollinger & Clark, 1983; Murphy, 1993; Fagbohungbe & Akinbode & Ayodeji, 2012). Perilaku menyimpang tidak hanya akan merusak reputasi suatu organisasi, tetapi juga akan menimbulkan berbagai macam kerugian di masa yang akan datang sehingga pada akhirnya akan berdampak pada citra organisasi yang sudah dibangun. Dalam penelitian yang telah di lakukan oleh Muafi (2011), menunjukkan bahwa dampak dan konsekuensi dari perilaku menyimpang di tempat kerja diantaranya adalah adanya niat untuk keluar dari pekerjaan (intent to quit), adanya ketidakpuasan dan penghinaan yang dialami di dalam dalam perusahaan, serta adanya efek negatif atas kinerja tiap-tiap individu. Kemudian dalam penelitian Omar, Halim, Zainah, Farhadi, Nasir & Khairuddin (2011), menunjukkan adanya hubungan 3 yang signifikan antara stress dan kepuasan kerja terhadap perilaku yang menyimpang. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku menyimpang di tempat kerja adalah pelanggaran norma-norma yang dilakukan oleh karyawan. Norma merupakan standar perilaku yang dapat diterima dan dibagikan oleh anggotanya yang menyatakan bahwa mereka harus atau harus tidak melakukan dalam situasi tertentu (Robbins & Judge 2012:314). Norma mengatur perilaku kelompok dalam cara yang penting, seperti memberikan dorongan kepada pekerja, jujur dan loyal kepada perusahaan, menetapkan cara yang tepat untuk berpakaian, dan aturan atau perintah yang harus dipatuhi apabila terlambat untuk absen dari pekerjaan (Greenberg & Baron 2003:281). Karyawan yang melanggar norma organisasi cenderung akan memperlihatkan perilaku yang menyimpang. Menyebarkan kabar yang belum tentu benar (rumours), berbohong mengenai jam kerja, berbohong, bisa dikatakan sebagai bentuk dari pelanggaran norma-norma yang akan berakibat pada terjadinya perilaku yang menyimpang. Disamping itu, perilaku menyimpang di tempat kerja dipengaruhi juga oleh kemampuan dari masing-masing karyawan ataupun individu dalam menghadapi suatu situasi. Kemampuan ini berkaitan dengan salah satu karakteristik kepribadian yakni aspek keyakinan dan kemampuan diri yang disebut dengan efikasi diri oleh Albert Bandura. Efikasi diri merupakan keyakinan individu mengenai kemampuannya untuk mengerahkan motivasi, sumber daya kognitif, dan tindakan yang diperlukan untuk berhasil melaksanakan tugas tertentu dalam konteks tertentu (Bandura dalam Malik, 2013). Menurut Bandura (dalam Robbins & Judge 2012:250), individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi tampaknya akan menanggapi umpan balik yang negatif dengan meningkatkan usahanya dan motivasinya, sedangkan individu yang memiliki efikasi diri yang rendah akan cenderung mengurangi usaha mereka setelah menanggapi umpan balik yang negatif. Dan dengan demikian, karyawan yang memiliki efikasi diri yang rendah akan lebih berpotensi untuk berperilaku menyimpang. Penelitian mengenai norma kelompok, efikasi diri dan perilaku menyimpang telah dilakukan oleh Kura & Shamsudin & Chauhan (2013), dengan objek penelitian di Negara Nigeria dengan melibatkan 217 pengajar dari berbagai perguruan tinggi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan injunctive norms terhadap 4 interpersonal deviance dan organizasional deviance, dan juga adanya hubungan injunctive norms terhadap interpersonal deviance dengan self-regulatory efficacy sebagai moderator. PT. Bank X, Tbk merupakan sebuah organisasi penyedia jasa yang bergerak dalam bidang industri perbankan. PT. Bank X, Tbk berkantor pusat di Jakarta adalah salah satu bank devisa yang usaha perbankannya fokus pada segmen usaha kecil dan menengah (UKM). Saat ini PT. Bank X, Tbk memiliki jumlah karyawan sebanyak 2487 orang dan sudah memiliki 92 kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai organisasi yang bergerak dalam bidang penyedia jasa, PT. Bank X, Tbk sangatlah membutuhkan sumber daya manusia yang kompeten di dalamnya agar bisa melaksanakan fungsi-fungsi perbankannya sebagaimana mestinya, dan selain itu agar terus bisa mempertahankan citra yang telah dibangun serta penghargaanpenghargaan yang telah diraih selama ini. Meskipun dengan jumlah karyawan yang begitu banyak, namun tidak semua karyawan PT. Bank X, Tbk memiliki perilaku yang sesuai dengan norma-norma yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga masih ada karyawan yang berperilaku menyimpang. Hal ini didukung dengan adanya karyawan-karyawan PT. Bank X, Tbk yang pernah menggunakan fotocopy kantor untuk keperluan pribadi, mengambil tambahan waktu istirahat dari yang seharusnya, menyebarkan kabar yang belum tentu benar (rumours/gossips), kehilangan kesabaran di tempat kerja, dimusuhi di tempat kerja, adanya favoritism, mengerjakan tugas yang tidak sesuai dengan jobdesk mereka, sukarnya menerima kritik dari rekan kerja, dan berhayal ketika belum selasai menyelesaikan pekerjaan. Bahkan beberapa hasil kuesioner yang didapatkan dari karyawan PT. Bank X, Tbk pernah mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan di tempat kerja, sehingga dengan demikian mereka tidak mampu menyelesaikan pekerjaannya pada situasi tersebut. Selain itu, berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang telah dilakukan dengan karyawan PT. Bank X, Tbk yang dijadikan sebagai responden penelitian, didapatkan hasil bahwa hampir sebagian karyawan pulang lebih awal dari yang seharusnya dan juga datang lebih lambat dari yang seharusnya. Kemudian, adanya hasil kuesioner dari beberapa karyawan bahwa mereka kerap menghadapi kesulitan dalam melaksanakan pekerjaannya. Banyaknya beban kerja yang dihadapi oleh karyawan terutama karyawan pada posisi back office, hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya efikasi diri yang dimiliki oleh karyawan PT. Bank X, Tbk. Efikasi 5 diri yang dimiliki oleh masing-masing karyawan sangatlah berpengaruh pada saat proses bekerja. Karena, tidak semua karyawan memiliki efikasi diri yang sama antara satu dengan yang lainnya maka diperlukan adanya fokus manajemen pada karyawankaryawan yang memiliki efikasi diri yang rendah. Meningkatkan norma-norma kelompok yang dapat diterapkan pada karyawan tentu akan mengurangi timbulnya perilaku menyimpang di tempat kerja yang dilakukan oleh karyawan. Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adakah pengaruh norma-norma kelompok terhadap perilaku menyimpang di tempat kerja dengan efikasi diri sebagai moderator pada PT. Bank X, Tbk Untuk itu penelitian ini diberi judul “ANALISIS PENGARUH NORMA KELOMPOK TERHADAP PERILAKU MENYIMPANG DI TEMPAT KERJA DENGAN EFIKASI DIRI SEBAGAI MODERATOR PADA PT. BANK X, TBK”. Penelitian ini sebelumnya telah dilakukan oleh Kura, Shamsudin, & Chauhan (2013) dengan objek penelitian yaitu sebuah institusi pendidikan di Nigeria, untuk itu penelitian ini dilakukan di Indonesia dan menjadikan PT. Bank X, Tbk yang berada di Jakarta menjadi objek penelitian dengan tujuan untuk mengetahui adakah perbandingan penelitian yang sebelumnya telah dilakukan di Nigeria. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pembahasan dan uraian pada latar belakang masalah, maka penelitian ini merumuskan permalahan yang perlu dijawab dalam penelitian ini, antara lain: 1. Adakah pengaruh norma kelompok terhadap perilaku menyimpang di tempat kerja pada PT. Bank X, Tbk? 2. Apakah efikasi diri akan memoderasi hubungan antara norma kelompok dan perilaku menyimpang di tempat kerja pada PT. Bank X, Tbk? 1.3 Ruang Lingkup Karena keterbatasan waktu dan tenaga, ruang lingkup yang akan diteliti dilakukan di PT. Bank X, Tbk yang berkantor pusat di Jakarta di Graha Ekonomi Jl. Setiabudi Selatan Kav, 7-8 Jakarta Selatan. Dengan menyebarkan kuesioner kepada sebanyak 200 karyawan PT. Bank X, Tbk, namun dikarenakan kurangnya respon dari PT. Bank X, Tbk sehingga kuesioner yang kembali hanya sebanyak 86 6 responden. Ruang lingkup yang akan diteliti di dalam penelitian ini adalah perilaku menyimpang di tempat kerja, norma kelompok, dan efikasi diri. Dimana perilaku menyimpang di tempat kerja difokuskan pada empat dimensi yang dikemukakan oleh Robinson & Bennet, diantaranya adalah penyimpangan produksi, penyimpangan harta benda, penyimpangan politik, dan agresi personal. Dan juga, dimana norma kelompok hanya difokuskan pada penelitian yang telah dilakukan oleh Robbins & Judge. Serta fokus yang terakhir yaitu efikasi diri yang dikemukakan oleh Albert Bandura. 1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui adakah pengaruh norma kelompok terhadap perilaku menyimpang di tempat kerja pada PT. Bank X, Tbk 2. Untuk mengetahui apakah efikasi diri akan memoderasi hubungan antara norma kelompok dan perilaku menyimpang di tempat kerja pada PT. Bank X, Tbk 1.5 Manfaat Penelitian Kontribusi Praktis : • Sebagai bahan masukan yang bermaanfaat bagi manajemen, pemilik, serta orang-orang yang berkepentingan di dalam perusahaan dalam menerapkan kebijakan norma-norma, dan perilaku-perilaku yang tepat bagi karyawan • Sebagai bahan masukan dalam menerapkan langkah-langkah untuk meningkatkan efikasi diri yang dimiliki oleh karyawan agar perusahaan dapat mempertahankan karyawannya • Sebagai bahan masukan bagi perusahaan agar dapat lebih baik dalam mengelola karyawan Kontribusi Teoritis : • Untuk memahami konsep peneliti di bidang Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya pada pengaruh norma-norma kelompok terhadap perilaku menyimpang di tempat kerja dengan efikasi diri sebagai variabel moderator 7 • Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dalam bidang Sumber Daya Manusia (SDM) agar menjadi pedoman atau bahan referensi bagi pihak lain untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut • Sebagai perbandingan hasil penelitian yang telah di lakukan sebelumnya di sebuah institusi pendidikan di Nigeria dengan topik yang sama. 8