Pengaruh Infusa Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi)

advertisement
Prosiding Pendidikan Dokter
ISSN: 2460-657X
Pengaruh Infusa Belimbing Wuluh
(Averrhoa Bilimbi) Terhadap Kadar Malondialdehid Mencit Model Diabetik
1
Indah N Fajarini, 2Herri S Sastramihardja, dan 3Yuli Susanti
1,2,3
Pedidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung,
Jl. Hariangbangga No.20 Bandung 40116
1
e-mail: [email protected], 2 [email protected]
Abstrak. Diabetes mellitus adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemi dan
berdampak terbentuknya radikal bebas yang menyebabkan stres oksidatif. Malondialdehid (MDA)
merupakan salah satu hasil stres oksidatif. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) adalah tumbuhan yang
digunakan untuk mengatasi stress oksidatif karena mengandung flavonoid sebagai antioksidan. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh infusa belimbing wuluh terhadap kadar MDA mencit model
diabetik. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode rancangan acak lengkap
terhadap 36 ekor mencit jantan yang terbagi dalam enam kelompok, yaitu kelompok 1 (kontrol normal), 2
(kontrol positif), 3 (kontrol negatif). Kelompok 4, 5 dan 6 adalah kelompok infusa belimbing wuluh
dengan dosis 12,6; 25,3 dan 37,8 g/kgBB. Data dianalisis dengan uji One Way Anova, uji Dunnet dan uji
korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar MDA pada kelompok infusa belimbing
wuluh lebih kecil dibandingkan dengan kontrol negatif. Hasil uji statistik One Way Anova menunjukkan
bahwa infusa belimbing berpengaruh terhadap kadar MDA secara signifikan (p<0,05), dan dosis efektif
yang berpengaruh terhadap kadar MDA adalah 25,3 g/kgBB/hari. Hasil uji korelasi Pearson
menunjukkan terdapat korelasi yang sangat lemah antara peningkatan dosis infusa belimbing wuluh
dengan kadar MDA (r= -0,14). Simpulan, pemberian infusa belimbing wuluh berpengaruh terhadap kadar
MDA pada mencit model diabetik.
Kata Kunci : Diabetes Melitus, Infusa Belimbing Wuluh, Malondialdehid, MDA
A.
Pendahuluan
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom penyakit metabolisme yang
ditandai dengan hiperglikemia akibat kekurangan insulin ataupun disebabkan karena
terjadinya resistensi insulin.1 Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007 prevalensi
nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia > 15 tahun di
perkotaan adalah sebesar 5,7% dan prevalensi DM di provinsi Jawa Barat adalah
sebesar 0,8%.2, 3
Keadaan hiperglikemi pada penderita DM menyebabkan terbentuknya radikal
bebas, yang selanjutnya dapat membentuk oksigen reaktif. Pembentukan senyawa
oksigen reaktif yang berlebih mengakibatkan ketidakseimbangan antara antioksidan
protektif dan jumlah radikal bebas pada penderita DM sehingga terjadi kerusakan
oksidatif yang dikenal dengan stress oksidatif.4 Terjadinya kerusakan oksidatif pada
pasien DM ditandai dengan peningkatan kadar malondialdehid (MDA) pada pasien
DM.5 MDA merupakan produk akhir dari peroksidasi lipid, yang biasanya digunakan
sebagai indikator derajat stress oksidatif. Pada penelitian yang dilakukan oleh Suarsana
pada tahun 2011 membuktikan bahwa kadar MDA tinggi pada tikus hiperglikemia.6
Flavonoid merupakan senyawa fenol yang dimiliki oleh banyak tanaman.
Flavonoid memiliki beberapa aktivitas farmakologikal, antara lain yaitu sebagai
antioksidan dan antidiabetes.7,8 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zuhra,
Tarigan dan Sihotang pada tahun 2008, didapatkan hasil bahwa flavonoid memiliki efek
antioksidan yang kuat.9 Mekanisme kerja flavonoid sebagai antioksidan adalah menekan
639
Download