BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat yang terorganisasi dimana efek – efek diperdagangkan yang disebut Bursa Efek. Bursa efek atau stock exchange adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun dengan melalui wakil – wakilnya, termasuk didalamnya bank – bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan. Fungsi bursa efek ini antara lain adalah menjaga komunitas pasar dan menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran. Pasar modal menurut Dahlan (2001:1) mendefinisikan ”pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat yang terorganisasi, tempat efek – efek diperdagangkan yang disebut bursa efek”. Selanjutnya definisi pasar modal menurut kamus pasar uang dan modal adalah ”pasar konkrit atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun keatas”. Sedangkan menurut David L scott, pasar modal adalah ”pasar untuk dana jangka panjang dimana saham biasa, saham preferen dan obligasi diperdagangkan”. Menurut Sunariyah (2011:4-5) mendefenisikan pasar modal baik secara umum maupun sempit yakni: secara umum, pasar modal adalah ”sistem keuangan 10 11 yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank – bank komersial dan semua lembaga keuangan dibidang keuangan serta keseluruhan surat – surat berharga yang beredar”. Dalam arti sempit, pasar modal adalah ”sebagai suatu pasar yang disiapkan guna memperdagangkan saham – saham, obligasi – obligasi, dan jenis – jenis surat berharga lainnya dengan perantara pedagang efek”. Jadi dapat simpulkan, pasar modal adalah suatu tempat yang terorganisasi, guna memperdagangkan berbagai instrumen jangka panjang dengan perantara pedagang efek. Pada dasarnya pasar modal mempertemukan antara permintaan dan penawaran. Jika permintaan lebih tinggi dari penawaran, harga menjadi lebih tinggi, dan bila sebaliknya harga akan cenderung turun. Pasar modal berbeda dengan pasar lainnya dalam hal komoditas yang diperdagangkan, yakni pasar modal yang menyediakan berbagai bacam instrumen sekuritas jangka panjang. 2.2 Reksadana 2.2.1 Defenisi dan Karakteristik reksadana Dilihat dari asal katanya, reksadana dapat diartikan ”Sebagai kumpulan uang yang dipelihara bersama untuk suatu kepentingan”. Secara umum reksadana dapat diartikan ” Sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam porfolio efek oleh Manajer investasi ”. Berdasarkan Undang – undang No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal, reksadana merupakan wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat yang selanjutnya diinvestasikan (kembali) dalam porfolio efek oleh manajer investasi 12 dan kekayaaan bersama milik pemodal akan disimpan dan diadministrasikan pleh bank kustodian. Dari berbagai defenisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa reksadana memiliki beberapa karakteristik, diantaranya adalah: 1. Kumpulan dana yang pemiliknya merupakan berbagai pihak yang menginvestasikan dananya ke dalam reksadana dalam berbagai variasi, berdasarkan tujuan investasi masing– masing dan investor tersebut bisa berasal dari kalangan peroranganmaupun suatu lembaga. 2. Diinvestasikan kedalam berbagai instrumen investasi, seperti rekening koran, deposito, surat berharga jangka pendek (Repo, Commercial paper, Prommisory Notes), surat hutang jangka panjang (Medium Term Notes, Obligasi dan obligasi Konversi), sham maupun derivatif seperti option atau future dengan alokasi asset yang berbeda – beda berdasarkan tujuan investasi dan tingkat return yang diharapkan. 3. Dikelola oleh Manajer investasi yang merupakan perusahaan yang telah mendapat izin resmi dari Bapepam untuk melakukan kegiatan usahanya. 4. Merupakan investasi yang sifatnya jangka menengah dan jangka panjang. Hal ini dapat dilihat dari konsep reksadana yang pada umumnya mengalokasikan dananya pada instrumen investasi jangka panjang seperti Medium Term Notes, Obligasi dan obligasi saham. Dan karena karakteristiknya berbeda dengan deposito, maka reksadana seringkali dianggap sebagai produk komplementer dari produk – produk perbankan. 13 5. Investor reksadana akan memperoleh bukti pembelian reksadana berupa unit penyertaan ( pada reksadana terbuka) atau saham (pada reksadana tertutup). Dan jika investor ingin menarik investasinya dari reksadana tersebut, maka investor akan menjual unit penyertaannya/saham yang dimilikinya. 2.2.2 Jenis – Jenis Reksadana Reksadana yang berkembang di Indonesia dapat dibedakan dalam empat kelompok, antara lain: 1. Reksadana Pendapatan tetap (RDPT) RDPT menginvestasikan sebagian besar dananya (minimum 80%) pada instrumen investasi yang bersifat hutang seperti obligasi, SBI dan insrtumen lainnya dan sebagian kecil (antara 5 – 10 %) dananya pada pasar uang dan kas untuk menjaga penarikan dana oleh investor. Melalui RDPT, investor individu dapat turut menikmati hasil obligasi yang berupa kupon obligasi yang tercermin dari kenaikan NAB. Investasi dari investor individu pada RDPT juga sangat ringan sebagaimana investasi pada deposito. Keuntungan yang dimiliki oleh investor adalah adanya penyebaran resiko karena manajer investasi yang mengelola reksadana tersebut tidak hanya berpaku pada satu perusahaan saja yang mengeluarkan obligasi tersebut tetapi pada banyak perusahaan sehingga resiko investasi menjadi lebih kecil. Namun satu hal yang harus diperhatikan oleh investor RDPT adalah suku bunga bank dapat mengalami fluktuasi atau 14 naik/turun yang berdampak pada obligasi tercermin dari perubahan NAB perunit dari RDPTnya. Investasi pada reksadana jenis ini bersifat lebih stabil dan sangat cocok untuk orang yang tidak ingin mengambil resiko akan kehilangan sebagian nilai investasinya. Pada umumnya tujian pada investasi ini adalah untuk jangka menengah dan jangka panjang (3 tahun atau lebih) dengan resiko menengah dan potensi retrun yang lebih besar jika dibandingkan dengan reksadana Pasar Uang. 2. Reksadana Saham (RDS) RDS adalah reksadana yang melakukan investasi dalam investasi dalam efek bersifat ekuitas (saham) minimal 80% dari portfolionya. Dalam RDS investasinya mendasarkan pada saham – saham yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI), dimana investor mengharapkan potensi hasil yang tinggi dari pertumbuhan harga –harga salam melalui capital gain dan deviden. Jika dibandingkan dengan RDPT, RDS memberikan potensi pertumbuhan investasi yang lebih besar, demikina juga dengan resikonya. Satu hal yang harus dipahami oleh investor adalah bahwasanya investasi pada reksadana saham adalah jenis investasi jangka panjang, dimana dalam jangka pendeknya mungkin saja dapat terjadi fluktuasi harga saham yang mengarah pada penurunan NAB, namun harus disadari oleh investor bahwa jenis investasinya dalah untuk jangka panjang, maka ia tidak akan mengambil keputusan yang terburu – buru misalnya langsung menjual unit penyertaannya tersebut pada waktu NAB mengalami kemerosotan karena pada dasarnya ia telah mengerti dan mau menerima resiko 15 yang menyertainya. RDS sangat bermanfaat bagi investor yang ingin berinvestasi di bursa saham namun tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengelola portfolio sahamnya. Dengan berinvestasi pada reksadana saham, investor dapat terbebas dari kerumitan berinvestasi di saham dan dapat memiliki manajer investor yang profesional serta bank kustodian yang akan mengelola investasinya. 3. Reksadana Pasar Uang (RDPU) RDPU adalah reksadana yang melakukan investasi 100% pada Efek Pasar Uang. Efek pasar uang adalah efek – efek hutang yang berjangka kurang dari satu tahun, misalnya deposito, SBI, obligasi dan efek hutang lainnya dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. RDPU sangat cocok untuk investasi jangka pendek, yaitu untuk melengkapi jenis investasi pada deposito dan tabungan. RDPU adalah reksadana yang paling aman, terutama dengan adanya peminjaman dari pemerintah. Namun perlu juga diketahui bahwa potensi keuntungan RDPU juga terbatas, dimana investasinya sebagian besar pada deposito dan SBI, sehingga hasil investasinya juga tidak berbeda jauh dengan bunga deposito dan SBI. RDPU sangat likuid sehingga cocok untuk investasi jangka pendek dengan resiko penurunan hasil investasi yang sangat kecil pada waktu pencarian investasinya. 4. Reksadana Campuran (RDC) RDC adalah reksadana yang mendasarkan investasinya pada berbagai instrumen baik yang bersifat ekuitas maupun hutang dengan porsi alokasi yang 16 lebih fleksibel. Dalam pengelolaan portfolionya, RDC dapat berorientasi pada saham, obligasi atau pasar uang dan secara fleksibel berpindah – pindah dari satu jenis investasi ke jenis investasi lainnya tergantung kondisi pasar, mana yang memberikan hasil investasi yang paling optimal dengan memperhitungkan resiko yang harus dihadapi. Potensial hasil dari resiko RDC umumnya di atsa RDPU dan RDPT, namun masih dibawah RDS. Dalam memilih RDC, apa yang akan dijadikan pilihan termasuk komposisi investasi dari RDC tersebut, maka investor dapat mempelajarinya melalui prospektus dan pembaharuan prospektus yang berisi laporan keuangan yang diterbitkan enam bulan sekali. 2.2.3 Bentuk Hukum Reksadana Berdasarkan ketentuan reksadana dapat didirikan dalam bentuk hukum perseroan (PT) atau kontrak Investasi Kolektif (Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, 2001, p254 – 255) : 1. Reksadana Perseroan Reksadana Perseroan (PT) merupakan badan hukum tersendiri yang didirikan untuk melakukan kegiatan reksadana. Sebagai suatu badan hukum PT, maka reksadana yang berbentuk perseroan memiliki anggaran dasr, adanya pemegang saham, pengurus, direksi, kekayaan sendiri dan kewajiban – kewajiban. Reksadana perseroan adalah emiten yang kegiatan usahanya menghimpun dana dengan menjual saham dan selanjutnya dana penjualan saham tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar modal dan 17 pasar uang. Pada reksadana perseroan sahamnya dapat berbentuk Reksadana Terbuka (Open-End Investment Fund) dan Reksadana Tertutup(Closed-End Investment Fund). Reksadana perseroan mempunyai ciri – ciri sebagai berikut : Bentuk Hukum adalah Perseroan Terbatas (PT) Pengelolaan kekayaan reksadana didasarkan pada kontrak antara perusahaan dengan manajer investasi yang ditunjuk Penyimpanan kekayaan reksadana didasarkan pada kontrak antara manajer investasi dan bank kustodian. 2. Reksadana Kontrak Investasi Kolektif (KIK) Reksadana KIK pada prinsipnya bukanlah badan hukum tersendiri. Reksadana jenis ini melakukan kegiatannya berdasarkan kontrak yang dibuat oleh manajer investasi dan bank kustodian. Investor secara kolektif mempercayakan dananya kepada manajer investasi untuk dikelola. Dana yang terhimpun tersebut disimpan dan diaministrasikan pada bank kustodian. Selanjutnya kekayaan yang dikelola oleh manajer investasi dalam bentuk portfolio adalah milik bersama para investor dan proporsional. Reksadana KIK dapat diartikan sebagai wadah diaman investor dapat ikut melakukan investasi dalam suatu portfolio efek bersama yang dikelola oleh manajer investasi. Ciri – ciri Reksadana Kontrak Investasi Kolektif adalah : Bentuk Hukumnya adalah Kontrak Investasi Kolektif. 18 Pengelolaan reksadana dilakukan oleh manajer investasi berdasarkan kontrak Penyimpanan kekayaan investasi kolektif dilaksanakan bank kustodian berdasarkan kontrak. 2.2. 4 Sifat Reksadana Bentuk hukum reksadana menentukan sifat suatu reksadana yang dapat dilakukan. Berdasarkan sifat operasionalnya, reksadana dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu ; Reksadana Terbuka (Open-End Fund) dan Reksadana Tertutup (Closed-End Fund) (Dahlan Siamat, 2001, p258 – 259) 1. Reksadana Terbuka (Open-End Fund) Adapun ciri –cirinya sebagai berikut : Reksadana dapat menerbitkan saham baru secara terus menerus, sepanjang ada investor yang mau membelinya. Saham reksadana tidak perlu dicatat di Bursa efek. Investor dapat menjual kembali saham reksadana yang dimilikinya kepada manajer investasi. Harga jual/beli saham reksadana berdasarkan NAB. Reksadana Terbuka (Bank Kustodian) wajib menghitung NAB per saham setiap hari bursa. 2. Reksadana Tertutup (Closed-End Investment Fund) Adapun cirri – cirinya sebagai berikut : 19 Reksadana hanya dapat mengeluarkan atau menjual sahamnya sampai dengan batas modal dasar. Tidak dapat membeli kembali saham yang telah dijual kepada investor Saham rekdasana tercatat di Bursa Efek Jual/beli reksadana dilakukan di Bursa Efek Reksadana Tertutup wajib menghitung NAB per saham setiap minggu Nilai saham reksadana tertutup ditentukan berdasarkan supply and demand dilantai bursa 2.2.5 Karakteristik, Manfaat dan Resiko Reksadana Reksadana sebagai suatu securities yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia memiliki karakteristik tersendiri antara lain : 1. merupakan produk investasi, sehingga memiliki beberapa jenis produk yang ditawarkan kepada investor sesuai dengan tingkat resiko yang dihadapi oleh investor. 2. Merupakan produk massal, sehingga tidak ada jenis reksadana yang benar – benar tepat untuk kebutuhan masing – masing investor. Yang perlu dicari oleh investor adalah yang paling mendekati kebutuhan atau mungkin diperlukan beberapa jenis reksadana untuk memenuhi berbagai kebutuhan tersebut. 3. Investor menyerahkan kontrol kepada pihak lain dalam hal ini yang berperan adalah manajer investor yang profesional, sehingga dana investor betul – betul diinvestasikan pada proyek yang bermanfaat dan juga menguntungkan. Peran investor hanya mengendalikan secara tidak 20 langsung, yaitu menarik kembali dananya jika investasi yang dilakukan manajer investasi tidak sesuai dengan keinginan dari investor. 4. Tidak kebal resiko, investor harus menyadari bahwa semakin lama dana berputar, maka resikonya makin besar tetapi juga memberikan return atau potensial keuntungan yang besar pula. Selain mempunyai karakteristik tertentu, reksadana juga mempunyai kelebihan/manfaat yang lebih jika dibandingkan dengan investasi securities lainnya, (Jaka E. Cahyono, Cara Jitu Meraih Keuntungan dari Reksadana, 2000, p141), seperti: 1. Terjangkau, tanpa dominasi. Reksadana memberikan peluang kepada investor kecil, akses untuk berinvestasi di pasar modal. Untuk itu diperlukan nilai minimum untuk bisa membuka rekening investasi di reksadana juga dibuat sekecil mungkin agar terjangkau oleh masyarakat umum, khususnya investor menengah kebawah/kecil. 2. Sangat Likuid Unit penyertaanreksadana sangat likuid, dimana kita menginginkan untuk dijual kembali unit penyertaan yang kita pegang dapat dilakukan, maka dengan sendirinya reksadana wajib membelinya. Untuk reksadana yang bersifat tertutup, likuiditas sahamnya sama dengan instrumen pasar modalnya, yakni bergantung kepada ada tidaknya pembeli karena reksadana tertutup tidak wajib membeli sahamnya dari investor. 3. Terdiversifikasi secara otomatis 21 Dengan jumlah dana yang besar, reksadana bisa melakukan diversifikasi investasi, dengan membeli bermacam – macam surat berharga sehingga resikonya menurun. Dalam berinvestasi, reksadana boleh berinvestasi pada satu pihak maksimum sebesar 10% dari total dana yang dikelolanya. Ini berarti setidaknya reksadana minimum menyebar dananya sedikitnya di sepuluh tempat. 4. Dikelola oleh profesional dan murah Banyak orang berinvestasi di reksadana karena tidak memiliki waktu untuk memilih secara langsung sarana investasi yang tersedia di pasar modal, seperti saham, obligasi dan turunannya. Memang, program investasi reksadana disusun oleh para profesional, yang tugasnya sehari – hari adalah mengelola dana. Selama mereka berkerja ada dukungan infrastruktur yang lebih baik, misalnya mendapat layanan dari analisis investasi, yang akan mencari peluang investasi setiap harinya, sehingga bisa memperkecil resiko investasi. Artinya dengan dana yang sangat terbatas, kita secara tidak langsung telah menikmati layanan para profesional dibidang pengelolaan danar reksa. 5. Kemudahan dalam alokasi aset Big is powerful. Konsep ini berlaku dibidang investasi, dimana dengan mempunyai dana yang besar bisa memperoleh banyak kemudahan. Kalau bertransaksi saham, mereka bisa mendapat diskon. Bila menempatkan dana di bank bisa memperoleh premium rate. Dengan asetnya yang besar, reksadana 22 bisa membeli obligasi, yang tidak terjangkau oleh banyak investor individu, karena besarnya denominasi per satuan. 6. Lebih aman dan diatur lebih ketat Reksadana juga bisa lebih aman jika dibandingkan instrumen investasi lainnya karena ditur lebih ketat. Peraturan yang berlaku di pasar modal akan berlaku secara menyeluruh bagi para pelaku yang terlibat dalam perdagangan reksadana tanpa terkecuali. Disamping memiliki manfaat seperti yang disebutkan diatas, reksadana juga memiliki beberapa sesiko diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Resiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan Berfluktuasinya Nilai Unit Penyertaan reksadana dapat diakibatkan kenaikan atau penurunan NAB reksadana tersebut. Penurunan ini disebabkan oelh beberapa faktor, antara lain: Perubahan efek ekuitas dan efek lainnya yang terkait dengan investasi reksadana. Baiaya – biaya yang dikenakan setiap kali pemodal melakukan pembelian maupun penjualan 2. Resiko Likuiditas Pelunasan pembayaran penjualan kembali unit penyertaan oleh investor akan sangat bergantung kepada likuiditas dari portfolio atau kemampuan dari manjer investasi untuk membeli kembali (melunasi) dengan menyediakan uang tunai. 3. Resiko Wanprestasi oleh pihak – pihak Terkait 23 Resiko ini dapat terjadi apabila rekan usaha manajer investasi gagal memenuhi kewajibannya. Rekan usaha dapat termasuk tapi tidak terbatas pada emiten, pialang, dan bank kustodian serta agen penjual. 4.Resiko Kehilangan Kesempatan Transaksi Investasi pada saat Pengajuan Klaim Asuransi. Dalam hal terjadinya kerusakan atau kehilangan atas surat – surat berharga dan asset reksadana yang disimpan di bank kustodian, manajer investasi tidak dapat melakukan transaksi atas surat – surat berharga tersebut, sehingga akan dapat berpengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih perunit Penyertaan. Dan untuk itu diperlukan bank kustodian yang mana bank tersebut dilindungi oleh asuransi yang menanggung atas segala biaya penggantian surat – surat berharga tersebut. 2.3 Tinjauan Teori Variabel Penelitian 2.3.1. Tingkat Inflasi Menurut khalwaty (2000: 4-5) hubungan yang erat dan luas antara inflasi dan berbagai sektor perekonomian melahirkan berbagai perbedaan pengertian dan presepsi tentang inflasi, demikian pula dalam menformulasikan kebijakankebijakan untuk solusinya. Namun pada prinsipnya terdapat beberapa kesatuan pandangan bahwa inflasi merupakan suatu fenomena dan dilema ekonomi. Inflasi adalah suatu keadaan yang mengindetifikasikan semakin lemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (interisik) mata uang suatu negara. 24 Dalam buku Principles of microekonomic, Amacher dan Ulbarich (2005:101-102), menjelaskan bahwa terjadinya inflasi merupakan akibat dari kenaikan tingkat harga di atas rata – rata yang berlaku umum yang dapat diukur dengan indeks haraga barang – barang komsumsi dari tahun ke tahun, sebagaimana terlihat dari definisi inflasi yang dikemukakannya sebagai berikut : inflation arises in the general, or average, level of prices. The measure of inflation is a price index. A price measures changes in price level from year to year. The best – known measure is the Customer Price Index (CPI). Consumer Price Index is a measure of the year to year increase in the price level based on the cost of a representative market based of consumer goods. Menurut Bryns dan Stone (2005:109)(Economic Book) menjelaskan dan memberi definisi inflasi sebagai berikut: Most people view increases in any of the prices the pay for goods or services as inflationary. For the purpose of microeconomic analysis, we are concerned with chanes in the level absolute prices because these changes represent inflation or deflation. Inflation occours when the average level of prices rises while deflation occurs when prices fall on the average. An increase in the price of single goods is not necessary inflationary. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga – harga secara tajam yang berlangsung terus – menerus dalam jangka waktu cukup lama. Seiring dengan kenaikan harga – harga tersebut, nilai uang juga mengalami penurunan tajam sebanding dengan kenaikan harga – harga tersebut. 25 2.3.2 Perubahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Mata Uang Asing (Kurs US$) Dalam perekonomian global dewasa ini hampir tidak satupun negara di dunia yang bisa menghindari dari pengaruh pergerakan valuta asing khususnya terhadap pengaruh nilai mata uang dollar Amerika. Penentuan kurs merupakan hal yang penting bagi pelaku bursa valas, karena kurs sangat mempengaruhi jumlah biaya yang harus dikeluarkan serta besarnya manfaat (keuntungan yang akan diperoleh dalam transaksi barang dan jasa dan surat berharga yang berlangsung dalam bursa valas). Fluktuasi kurs valas dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti jumlah uang yang beredar, tingkat inflasi, suku bunga bank, permintaan dan penawaran aset yang terjadi dibeberapa negara memiliki hubungan ekonomi dan sistem keuangan international. Pada pertengahan tahun 1997 mata uang negara – negara asia mulai mengalami depresi yang cukup besar. Dimulai jatuhnya nilai mata uang Won – Korea awal tahun 1997, diikutioleh nilai mata uang Bath – Thailand pada bulan Juni 1997, kemudian Peso – Philipina, Dollar – Singapura dan Ringgit – Malaysia. Nilai mata uang rupiah mulai melemah pada pertengahan Juli 1997, mengalami depresiasi yang sangat besar. Pada periode – periode sebelumnya, setiap tahunnya rupiah mengalami depresiasi dengan tingkat bunga dibawah sepersepuluh persen dengan target depresiasi rupiah sebesar lima persen pertahun. Peningkatan nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lainnya berakibat harga barang – barang negara lain akan lebih murah begitu juga sebaliknya. Dari sudut pasar modal penurunan nilai mata uang suatu negara akan menjadi return investasi pada negara tersebut, juga menurun jika diukur dengan 26 mata uang negara lain. Menurut Shapiro (2006) dari perspektif investasi seharusnya suatu investasi yang dilakukan di negara manapun akan memiliki nilai yang sama dan karena itu menuntut imbal hasil yang sama (riil) karena berlaku interest rate parity. Secara teoritis kurs mata uang suatu negara misalnya negara Indonesia (rupiah) dengan kurs mata uang negara lain (US Dollar) dipengaruhi oleh beberapa faktor fundamental seperti jumlah uang yang beredar, perbedaan tingkat inflasi, perbedaan suku bunga serta permintaan dan penawaran asset dari dua negara yang mata uangnya ditentukan oleh kurs (Kuncoro, 2006:157). Dalam penentuan kurs valas terdapat tiga teori atau pendekatan yang digunakan. Pertama pendekatan neraca pembayaran (balance of payment approach)I, kedua pendekatan moneter (monetari approach) dan ketiga pendekatan keseimbangan portfolio (portfolio approach). Secara singkatnya ketiga pendekatan tersebut dijelaskan sebagai berikut : Pertama adalah pendekatan neraca pembayaran. Menurut pendekatan ini kurs mata uang ditentukan oleh aliran permintaan dan penawaran dalam pasar valas (sapiro, 2006). Aliran permintaan dan penawaran itu sendiri sebenarnya dipengaruhi oleh adanya transaksi antar Negara yang meliputi perdagangan barang dan jasa serta transaksi modal (investasi). Dengan demikian kurs mata uang dipengaruhi oleh kondisi neraca pembayaran secara Negara. Bila neraca pembayaran mengalami defisit berarti permintaan akan mata uang asing meningkat dan akan mengakibatkan mata uang domestik mengalami penurunan (terdepresiasi), begitu juga sebaliknya kalau surplus permintaan akan mata uang 27 asing menurun dan akan mengakibatkan mata uang domestik mengalami peningkatan (terapresiasi) Kedua adalah pendekatan moneter (monetary approach), dimana dalam pendekatan ini beranggapan bahwa yang mempengaruhi permintaan dan penawaran uang adalah factor – factor moneter. Menurut pendekatan ini kurs mata uang akan ditentukan dari jumlah uang yang beredar relatif, pendapatan riil relatif dan perbedaan suku bunga serta perbedaan inflasi kedua negara. Pendekatan ketiga adalah pendekatan keseimbangan portfolio yang intinya adalah menitikberatkan pada variabel moneter dan tidak memasukkan asset finansial lainnya. Dalam pendekatan ini asset dipandang memiliki sifat yang saling menggantikan secara sempurna. Setiap kejutan dalam bentuk perubahan kekayaan akan menghasilkan dua hal, pertama dampak kekayaan berupa kenaikan permintaan akan asset finansial dan keduanya adalah dampak subsitusi yaitu penggantian asset finansial yang menguntungkan dengan asset finansial lainnya. Akibatnya kurs valas dan suku bunga harus menyesuaikan agar tercapai keseimbangan portfolio.