Permenko 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Permenko 8

advertisement
MENTERI
KOORDINATOR
REPUBLIK
BIDANG PEREKONOMIAN
INDONESIA
SALINAN
PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
SELAKU KET0A KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO,
KECIL, DAN MENENGAH
NOMOR 13 TAHUN 2015
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG
PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI
USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KOO~DINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA
SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO,
KECIL, DAN MENENGAH,
Menimbang
a.
bahwa
dalam
rangka
peningkatan
Kredit
meningkatkan
tata kelola yang baik (good governance)
dilakukan
Rakyat
perluasan
pelaksanaan
perlu
Usaha
dan
perubahan
dengan
Pedoman
tetap
Pedoman
Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat;
0.
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Peraturan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua
Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil,
dan
Menengah
tentang
Perubahan
Atas
Peraturan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua
Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil,
-2 dan
Menengah
Pelaksanaan
Mengingat
1.
Presiden
Peraturan
Republik
Nomor
Kemen terian
Indonesia
Kemen terian
7
ten tang
Pedoman
2015
tentang
Tahun
Negara
Tahun
Presiden
Peraturan
(Lembaran
2015
Kredit Usaha Rakyat;
Organisasi
20
Nomor 8 Tahun
(Lembaran
Negara
2015 Nomor 8);
Nomor
Tahun
8
Koordinator
Negara
Republik
Presiden
Nomor
2015
tentang
Bidang
Perekonomian
Indonesia
Tahun
2015
Nomor 9);
30
Keputusan
Komite
dan
Kebijakan
Menengah
Presiden
Pembiayaan
sebagaimana
Nomor
Kebijakan
14 Tahun
19
Bagi Usaha
diubah
Tahun
Pembiayaan
2015
Bagi
Mikro,
dengan
2015
Usaha
tentang
Keputusan
tentang
Mikro,
Kecil
Komite
Kecil,
dan
Menengah;
40
Keputusan
Presiden
Penggantian
Beberapa
Periode Tahun
50
Peraturan
Menteri
Kementerian
tahun
2015
Negara
Kabinet
Koordinator
Bidang
Perekonomian
2015 ten tang Organisasi
Indonesia
Menteri
Bidang
Perekonomian
Tahun
Koordinator
Bidang
Perekonomian
Pembiayaan
Mikro,
Kecil,
Nomor
1604);
dan
Pedoman
Negara
Menengah
Pelaksanaan
Republik
(Berita
2015 Nomor 768);
Ketua Komite Kebijakan
(Berita
Kerja
dan Tata Kerja
Selaku
tentang
tentang
Menteri
Koordinator
Negara Republik
Peraturan
79jP
2014-2019;
Nomor 5 Tahun
60
Nomor
Indonesia
8
Kredit
Tahun
Bagi Usaha
Tahun
Usaha
2015
2015
Rakyat
Nornor
-3 MEMUTUSKAN:
Menetapkan
PERATURAN
MENTERI
KOORDINATOR
PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE
BIDANG
KEBIJAKAN
PEMBIAYAANBAGI USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
TENTANG
PERUBAHAN
ATAS
PERATURAN
MENTERI
J(OORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA
KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO,
KECIL, DAN MENENGAH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAANKREDIT USAHA RAKYAT.
PasalI
Beberapa
Bidang
ketentuan
dalam
Perekonomian
Peraturan
Selaku
Menteri
Ketua
Koordinator
Komite
Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 8
Tahun
tentang
2015
Pedoman
Pelaksanaan
Kredit Usaha
Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
1604) diubah sebagai berikut:
1.
Ketentuan
Pasal 3 diubah,
sehingga
Pasal 3 berbunyi
sebagai beriku t:
Pasa13
(1)
Penerima
KUR adalah
individujperseorangan
badan usaha yang melakukan
atau
usaha yang produktif,
yaitu:
a.
usaha mikro, kecil, dan menengah;
b.
calon Tenaga Kerja Indonesia yang akan bekerja
di luar negeri;
c.
calon pekerja magang di luar negeri;
d.
anggota keluarga dari karyawanjkaryawati
berpenghasilan
tetap
atau
bekerja
yang
sebagai
Tenaga Kerja Indonesia;
e.
Tenaga Kerja Indonesia yang purna
bekerja di
luar negeri; dan
f.
Pekerja
Kerja.
yang
terkena
Pemutusan
Hubungan
-4 (2) Usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku
Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah ini.
2.
Ketentuan
Pasal 4 diubah,
sehingga Pasal 4 berbunyi
sebagai berikut:
Pasa14
(1)
Penyalur KUR adalah bank atau lembaga keuangan
bukan
bank
yang
telah
memenuhi
persyaratan
sebagai Penyalur KUR.
(2) Persyaratan
sebagai
Penyalur
KUR sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah:
a.
bank danjatau
lembaga keuangan bukan bank
yang sehat dan berkinerja baik;
b.
melakukan
kerja
sama
dengan
Perusahaan
Penjamin dalam penyaluran KUR;dan
c.
memiliki online system data KURdengan Sistem
Informasi Kredit Program.
(3) Bank atau lembaga keuangan
bukan
bank yang
berminat sebagai Penyalur KUR:
a.
mengajukan
kepada Otoritas Jasa
Keuangan
untuk dapat dinyatakan memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a;
dan
b.
mengajukan
kepada
Kementerian
Keuangan
untuk dapat dinyatakan memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
dan huruf c.
(4) Pengajuan
pemenuhan
persyaratan
kepada
Kementerian Keuangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf b hanya dapat dilakukan apabila bank
atau
lembaga
ditetapkan
keuangan
memenuhi
bukan
persyaratan
bank
telah
sebagaimana
-5dimaksud pada ayat (2) huruf a oleh Otoritas Jasa
Keuangan.
(5)
Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan pengajuan dari
bank
atau
lembaga
sebagaimana
menetapkan
bank
keuangan
dimaksud
pada
bukan
ayat
bank
(3) huruf
bank atau lembaga keuangan
telah
memenuhi
persyaratan
atau
sebagaimana
tidak
dimaksud
a
bukan
memenuhi
pada ayat (2)
huruf a.
(6) Penetapan
Otoritas Jasa
Keuangan
sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) disampaikan
kepada bank
atau lembaga keuangan bukan bank bersangkutan
dan
kepada
Komite Kebijakan
Pembiayaan
Bagi
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Kementerian
Keuangan, dan Kementerian Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah.
(7)
Kementerian Keuangan berdasarkan
bank
atau
sebagaimana
menetapkan
bank
keuangan
dimaksud
pada
bukan
ayat
bank
(3) huruf
bank atau lembaga keuangan
telah
persyaratan
lembaga
pengajuan dari
memenuhi
sebagaimana
atau
tidak
b
bukan
memenuhi
dimaksud
pada ayat (2)
Keuangan
sebagaimana
huruf b dan huruf c.
(8) Penetapan
Kementerian
dimaksud pada ayat (7) disampaikan kepada bank
atau lembaga keuangan bukan bank bersangkutan
dan
kepada
Komite Kebijakan Pembiayaan
Bagi
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Otoritas Jasa
Keuangan, dan Kementerian Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah.
(9)
Otoritas
Jasa
Keuangan
melakukan
penilaian
berkala kepada bank atau lembaga keuangan bukan
bank yang telah ditetapkan
atas
kesehatan
dan
kinerja
sebagai Penyalur KUR
bank
atau
lembaga
keuangan bukan bank sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a.
-6 (10) Berdasarkan
penilaian
sebagaimana
ayat (9), Otoritas Jasa
bank
atau
lembaga
memenuhi
ayat
disampaikan
a
kepada
bank
hasil
bank
Kebijakan Pembiayaan
tidak
dimaksud
pada
tersebut
lembaga
keuangan
dan
kepada
Komite
Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Kementerian
Kementerian
bank
penetapan
atau
bersangkutan
Menengah,
bukan
sebagaimana
dan
pada
dapat menetapkan
keuangan
persyaratan
(2) huruf
bukan
Keuangan
dimaksud
Koperasi
Keuangan,
dan
Usaha
dan
Kecil
dan
bank
yang
Menengah.
(11) Bank
atau
lembaga
dinyatakan
tidak
sebagaimana
telah
pada
lembaga
berhenti
ayat (10) tidak
keuangan
sebagai
bukan
dapat
Penyalur
bank
sebagaimana
KUR dengan memenuhi
dimaksud
yang
KUR sebagaimana
pada ayat (11) dapat mengajukan
sebagai Penyalur
kembali
ketentuan
pada ayat (3) huruf a.
3.
Lampiran II pada ayat (2) Pasal 5 diubah.
4.
Diantara
ayat (1) dan ayat (2) Pasal 7 disisipkan
ayat yaitu ayat (la) dan ayat (2) diubah,
berbunyi
persyaratan
sebagai Penyalur KUR.
atau
dimaksud
bukan
memenuhi
dimaksud
dan berhenti
(12) Bank
keuangan
1 (satu)
sehingga
Pasal 7
sebagai berikut:
Pasal 7
(1) Penyaluran
KUR oleh
Penyalur
basis data yang tercantum
Program yang disusun
(la) Sistem
pada
Informasi
ayat
(2) Kementerian
Kredit
disusun
Keuangan
Program
mendapatkan
oleh Kementerian
ditetapkan
secara
basis
dimaksud
data
dimaksud
bertahap,
oleh Kementerian
sebagaimana
Kredit
Keuangan.
sebagaimana
dalam menyusun
dukungan
kepada
dalam Sistem Informasi
Kredit Program
(1)
penahapannya
KUR mengacu
yang
Keuangan.
Sistem Informasi
pada
antara
ayat
lain
(1)
dari
-7 -
5.
kementerianjlembaga
teknis, pemerintah
KUR, dan perusahaan
Penj amin KUR.
Ketentuan
daerah,
penyalur
Pasal 13 ayat (2) dan ayat (4) diubah,
sehingga
Pasal 13 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 13
(1)
KUR Mikro sebagaimana
huruf
a diberikan
jumlah
paling
dimaksud
kepada
banyak
dalam Pasal
penerima
sebesar
12
KUR dengan
Rp25.000.000
(dua
puluh lima juta rupiah).
(2)
Suku
bunga
perseratus)
KUR Mikro
efektif
sebesar
pertahun
atau
dengan suku bungaflat/anuitas
(3)
Jangka
a.
paling
lama
3
paling
lama
Ketentuan
yang setara.
terpisahkan
waktu
III yang
dari
untuk
terkait
Kebijakan Pembiayaan
untuk
perpanjangan ,
(suplesi),
sebagaimana
merupakan
Peraturan
Perekonomian
tahun
investasi.
KUR Mikro
Lampiran
tahun
(lima)
kreditjpembiayaan
restrukturisasi
Bidang
(tiga)
5
jangka
tambahan
dalam
disesuaikan
modal kerja; atau
kreditj pembiayaan
(4)
(sembilan
waktu KUR Mikro:
kreditjpembiayaan
b.
9%
tercantum
bagian
Menteri
selaku
dan
tidak
Koordinator
Ketua
Komite
Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah ini.
6.
Ketentuan
Pasal
14 diubah,
sehingga
Pasal
14 berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 14
(1)
Calon
penenma
dimaksud
(2)
adalah
sebagaimana
pad a Pasal 3 ayat (1) huruf a, d, e, dan f.
Calon penerima
pada
KUR Mikro
Pasal
KUR Mikro se bagaimana
3 ayat
(1) huruf
a, d, dan
dimaksud
e harus
-8mempunyai usaha produktif dan layak yang telah
berjalan minimum 6 (enam) bulan.
(3)
Calon penerima KUR Mikro sebagaimana dimaksud
pada
Pasal 3 ayat
(1) huruf
pelatihan kewirausahaan
f telah
mengikuti
dan telah memiliki usaha
selama minimum 3 (tiga) bulan.
(4)
Calon penerima KUR Mikro sebagaimana dimaksud
pada
ayat
(1)
kreditjpembiayaan
dapat
sedang
menerima
lainnya antara lain berupa kredit
kepemilikan rumah, kredit kendaraan bermotor, dan
kartu kredit, serta KURdengan kolektabilitas lancar.
(5)
Calon penerima KUR Mikro sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dan ayat (3) memiliki surat lzin Usaha
Mikro clan Kecil yang diterbitkan pemerintah daerah
setempat danj atau surat izin lainnya.
7.
Ketentuan Pasal 17 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diubah,
sehingga Pasal 17 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 17
(1)
KUR Ritel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
huruf b diberikan kepada penerima KUR dengan
jumlah diatas Rp25.000.000 (dua puluh lima juta
rupiah) dan paling banyak sebesar Rp500.000.000
(lima ratus juta rupiah).
(2)
Suku
bunga
perseratus)
KUR Ritel sebesar
efektif
pertahun
9%
atau
(sembilan
disesuaikan
dengan suku bunga flat] anuitas yang setara.
(3) Jangka waktu KURRitel sebagai berikut:
a.
paling
lama
4
kreditjpembiayaan
b.
paling
lama
(empat)
Tahun
untuk
modal kerja; atau
5
(lima)
Tahun
untuk
kreditj pembiayaan investasi.
(4)
Ketentuan
jangka
tambahan
restrukturisasi
yang
waktu
terkait
kreditjpembiayaan
perpanjangan,
(suplesi),
dan
KUR Ritel diatur dalam Lampiran III
merupakan
bagian
tidak
terpisahkan
dari
-9Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini.
8.
Ketentuan Pasal 18 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 18
berbunyi sebagai beriku t:
Pasal 18
(1) Calon penenma
KUR Ritel adalah
sebagaimana
dimaksud pada Pasal 3 ayat (1) huruf a, d, dan e.
(2)
Calon penerima KUR Ritel harus mempunyai usaha
produktif dan layak yang telah berjalan minimum 6
(enam) bulan.
(3)
Calon penerima KUR Ritel dapat sedang menenma
kreditjpembiayaan
lainnya antara lain berupa kredit
kepemilikan rumah, kredit kendaraan bermotor, dan
kartu kredit, serta KURdengan kolektabilitas lancar.
(4)
Calon penerima KUR Ritel memiliki surat Izin Usaha
Mikro dan Kecil yang diterbitkan pemerintah daerah
setempat danj atau surat izin lainnya.
9.
Ketentuan Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) diubah, sehingga
Pasal 21 berbunyi sebagai berikut:
Pasal21
(1) KUR
Penempatan
sebagaimana
diberikan
Tenaga
dimaksud
kepada
paling banyak
dalam Pasal
penerima
sebesar
Kerja
Indonesia
12 huruf
c
KUR dengan jumlah
Rp25.000.000
(dua puluh
lima juta rupiah).
(2)
Suku
bunga
Tenaga
Kerja
Indonesia sebesar 9% (sembilan perseratus)
efektif
pertahun
atau
KUR Penempatan
dapat
disesuaikan
dengan
suku
Tenaga
Kerja
bunga flatj anuitas yang setara.
(3) Jangka
waktu
KUR Penempatan
Indonesia paling lama sama dengan masa kontrak
- 10 kerja dan tidak melebihi jangka waktu paling lama 3
(tiga) tahun.
10. Ketentuan
Pasal 23 diubah,
sehingga
Pasal
23 berbunyi
sebagai berikut:
Pasal23
(1)
Calon
penenma
Indonesia
KUR Penempatan
adalah se bagaimana
Tenaga
dimaksud
Kerja
pada Pasal
3 ayat (2) huruf b dan c.
(2)
Calon
penerima
Indonesia,
a.
KUR Penempatan
mempunyai
persyaratan
memiliki Perjanjian
ditempatkan
oleh
memiliki Perjanjian
TKI baik
yang
Penempatan
Kerja
sebagai berikut:
Penempatan
bagi TKI yang
Pelaksana
Tenaga Kerja Indonesia
b.
Tenaga
Penempatan
Swasta (PPTKIS); dan
Kerja dengan Pengguna bagi
ditempatkan
oleh
Pelaksana
Tenaga
Kerja
Indonesia
Swasta
(PPTKIS), Pemerintah
atau
TKI yang
bekerja
secara perseorangan.
(3)
Calon
penerima
Indonesia
KUR Penempatan
se lain memiliki persyaratan
dimaksud
persyaratan
pada
ayat
Tenaga
Magang
sesuai
KementerianjLembaga
berbunyi
Pasal
(1) tetap
30 ayat
Kerja
memenuhi
dalam
rangka
dan
Pekerja
Indonesia
ketentuan
peraturan
yang membina
(1) diubah,
Kerja
se bagaimana
harus
lainnya yang diperlukan
penempatan
11. Ketentuan
Tenaga
tenaga kerja.
sehingga
Pasal
30
sebagai berikut:
Pasal30
(1)
Dalam
rangka
KUR, dibentuk
yang
dan
efektivitas
Forum Koordinasi
beranggotakan
Pembangunan
Koordinator
pengawasan
Bidang
Badan
Pengawasan
Pengawasan
(koordinator),
Perekonomian,
pelaksanaan
KUR
Keuangan
Kementerian
Kementerian
- 11 Koperasi
dan
Kementerian
Usaha
Keuangan,
Kecil dan
Menengah,
Kementerian
Pertanian,
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian
Perindustrian,
Nasional
Kementerian
Penempatan
Tenaga
dan
Kerja, Badan
Perlindungan
Tenaga
Kerja Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan.
(2)
Rapat
Forum
Koordinasi
Pengawasan
KUR
dilakukan minimal 2 (dua) kali dalam 1 (satu) Tahun
untuk
membahas
pengawasan
pelaksanaan
KUR
pada bulan Juni dan Desember.
(3)
Simpulan dan keputusan
Pengawasan
Rapat Forum Koordinasi
KUR disampaikan
secara
tertulis
kepada Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah.
(4)
Forum
ruang
Koordinasi
Pengawasan
lingkup, uraian
penyelenggaraan
KUR menyusun
pekerjaan
Forum
dan tata
Koordinasi
tertib
Pengawasan
KUR.
12. Ketentuan Pasal 33 diubah, sehingga Pasal 33 berbunyi
sebagai berikut:
Pasal33
(1) Masing-masing Penyalur KUR, Penjamin KUR, dan
kementerianjlembaga
teknis
menyusun
Petunjuk
Teknis Penyaluran dan Pengawasan KUR.
(2)
Pengawasan sebagaimana
dimaksud
pada ayat (1)
menyangkut capaian plafon sektoral maupun bank
atau
lembaga
kepatuhan
keuangan
terhadap
Pelaksanaan KUR.
non
bank,
ketentuan
serta,
dan
Pedoman
- 12 Pasal II
1.
Pada
saat
Peraturan
Perekonomian
Menteri
Selaku
Pembiayaan
Koordinator
Ketua
Bagi Usaha
Bidang
Komite
Kebijakan
Mikro, Kecil, dan Menengah
ini
mulai berlaku:
a.
Keputusan
Menteri
Perekonomian
selaku
Pembiayaan
Ketua
188 Tahun
Usaha
Rakyat
2015
dan
Rakyat
se bagaimana
segala
tentang
dinyatakan
tetap
kerjasama
Peraturan
Menteri Koordinator
2015
dan
berlaku
Penjamin
Komite
tentang
dilakukan
Negara
oleh
berdasarkan
Pembiayaan
Republik
Bagi
Nomor 8 Tahun
Pelaksanaan
pihak sampai masa berlakunya
berakhir;
Keuangan
Bidang Perekonomian
Kebijakan
Pedoman
(Berita
sepanjang
Jasa
KUR
2015 Nomor 1604) tetap berlaku
Kredit Usaha
Indonesia
Tahun
dan mengikat
perjanjian
para
kerjasama
dan
perpanjangan,
suplesi, dan restrukturisasi
atas KUR
yang
disalurkan
Peraturan
telah
Menteri
Ketua
Koordinator
Komite
berdasarkan
Bidang
Kebijakan
Perekonomian
Pembiayaan
Mikro, Kecil, dan Menengah
ten tang Pedoman
(Berita
Negara
Nomor
1604)
tetap
Peraturan
Menteri
Ketua Komite Kebijakan
Mikro,
Kecil,
tanggal
1 Januari
dan
Menengah
2016.
Usaha
2015
para
Tahun
pihak
2015
sampal
kredit berakhir.
Koordinator
selaku
Selaku
Kredit Usaha Rakyat
Indonesia
mengikat
perjanjian
Bagi
Nomor 8 Tahun
Pelaksanaan
Republik
masa berlakunya
2.
Kredit
Mikro, Kecil, dan Menengah
Rakyat
c.
Penjamin
yang
KUR
Ketua
Kredit
dalam Pasal 4;
Penyalur
Usaha
Kebijakan
Penyalur
oleh Otoritas
dimaksud
perjanjian
Selaku
Komite
Perusahaan
belum ada perubahan
b.
Bidang
Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Nomor
Usaha
Koordinator
Bidang
Pembiayaan
ini
mulai
Perekonomian
Bagi Usaha
berlaku
pada
- 13 -
Agar
setiap
pengundangan
orang
mengetahuinya,
Peraturan
Perekonomian
selaku
Ketua
Bagi
Mikro,
Kecil,
Usaha
penempatannya
dalam
Ditetapkan
Menteri
Komite
dan
Berita Negara
memerin tahkan
Koordinator
Kebijakan
Menengah
Republik
Bidang
Pembiayaan
ini
dengan
Indonesia.
di Jakarta
pada tang gal 30 Desember
2015
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH,
ttd.
DARMIN NASUTION
Diundangkan
pada tanggal
di Jakarta
14 J an uari 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDO ~ESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 48
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
LAMPlRANI
PERATURANMENTERI KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU
KETUA
KOMITE
KEBIJAKAN
PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO,
KECIL, DAN MENENGAH
NOMOR 13 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT
USAHARAKYAT
RINCIAN USAHA PRODUKTIF PER SEKTOR EKONOMI
Sektor yang dibiayai KUR (mengacu pada Laporan Bank Umum
19 sektor
ekonomi)
1. Sektor Pertanian:
Seluruh usaha
di sektor pertanian
tanaman hortikultura,
perkebunan,
(sektor 1), termasuk
tanaman
pangan,
dan peternakan).
2. Perikanan:
Seluruh usaha di sektor perikanan
pernbudidayaan
(sektor 2), termasuk
penangkapan
dan
ikan).
3. Industri Pengolahan:
Seluruh usaha di sektor Industri Pengolahan (sektor 4), termasuk
kreatif di bidang periklanan,
pendukung kegiatan ketahanan
industri
fesyen, film, animasi, video, dan alat mesin
pangan.
4. Perdagangan:
Seluruh
usaha
pedagang eceran.
di sektor perdagangan
(sektor 7), termasuk
kuliner
dan
-2 5. Jasa-jasa:
Seluruh usaha:
sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makanan
(sektor 8), sektor transportasi - pergudangan - dan komunikasi (sektor 9),
sektor real estate - usaha persewaan - jasa perusahaan
(sektor 11), sektor
jasa pendidikan (sektor 13), sektor jasa kemasyarakatan - sosial budaya hiburan - perorangan lainnya (sektor 15).
MENTERI KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH,
ttd.
DARMIN NASUTION
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
LAMPlRAN II
PERATURAN MENTERI KOORDINATOR
BIDANG
PEREKONOMIAN
SELAKU
KETUA
KOMITE
KEBIJAKAN
PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO,
KECIL, DAN MENENGAH
NOMOR 13 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN
PELAKSANAAN
USAHA RAKYAT
KREDIT
POLA PENYALURAN KUR MELALUI LEMBAGA LINKAGE
1. Ketentuan
Linkage
Umum KUR melalui lembaga
linkage
a. Lernbaga
adalah
menerus-pinjamkan
berdas.irkan
Koperasi
modal
perjanjian
syariah,
kerja
Koperasi
Rakyat
ventura,
berbadan
KUR dari Penyalur
Sekunder,
Perkreditan
lembaga
Syariah,
Lembaga
lembaga
KUR kepada
sama.
linkage
Lembaga
perusahaan
bukan
yang
dapat
penerima
Primer, Bank Perkreditan
Keuangan
keuangan
hukum
meliputi
Rakyatj
pembiayaan,
KUR
Bank
perusahaan
Mikro
po la konvensional
bank
lainnya,
dan
atau
kelompok
usaha.
b. Penyalur
KUR meng-upload
data calon penerima
oleh Lembaga Linkage ke Sistem Informasi
c. Perusahaan
UMKM
Penjamin
Penerima
menerbitkan
KUR
yang
Kredit Program.
Sertifikat
telah
KUR yang diberikan
Penjaminan
diberikan
atas
nama
penyaluran
kreditj pembiayaan.
d. Suku
bunga
Menengah
dari
ditetapkan
efektif pertahun
TKI.
lembaga
untuk
linkage kepada
maksimum
sebesar
Usaha
Mikro,
9% (sembilan
Kecil, dan
perseratus)
KUR Mikro, KUR Ritel, dan KUR Penempatan
-2 e. Kementerianflembaga
teknis
danj atau
Pemerintah
Daerah
dapat
melakukan identifikasi data calon penerima KUR di sektor danj atau
wilayah masing-masing yang diajukan oleh Lembaga Linkage yang diup load
oleh
Penyalur
KUR dan
penjamin
KUR namun
tidak
mempengaruhi proses penyaluran KUR.
f. Lcmbaga linkage yang sedang memperoleh KreditjPembiayaan
dari
perbankan tetap diperbolehkan.
g. .Jumlah
KUR yang disalurkan
oleh Penyalur
KUR adalah
dengan daftar nominatif calon debitur yang diajukan
sesuai
oleh lembaga
linkage.
h. Plafon, suku bunga dan jangka waktu KUR melalui lembaga linkage
kepada debitur mengikuti ketentuan KUR.
1.
Pengaturan lebih lanjut
Linkage
dengan
Pola
terkait
penyaluran
Channelling
dan
KUR melalui lembaga
Pola
Executing
sesuai
kesepakatan Penyalur KUR atau Lembaga Linkage.
2. KURmelalui lembaga Linkage pola Channeling:
SIKP
Penyalur
KUR
Perusahaan
Penjamin
Kementerian Teknis /
Pemerintah Daerah
a. CalOLDebitur memberikan kuasa kepada pengurus Lembaga Linkage
untuk mengajukan permohonan kreditjpembiayaan
kepada Penyalur
KUR;
b. Lembaga Linkage mewakili Calon Debitur mengajukan
kreditjpembiayaan
permohonan
kepada Penyalur KUR.
c. Penyalur KUR mengupload data Calon Debitur KUR yang diberikan
oleh Lembaga Linkage ke SIKP.
d. Kernenterian Teknis danj atau Pemerintah Daerah dapat melakukan
identifikasi data Calon Debitur di sektor danj atau wilayah masingmasing melalui SIKP namun tidak mempengaruhi proses penyaluran
KUR.
-3 e.
Penyalur
KUR memproses
f.
Penyalur
KUR menyalurkan
memeriuhi
yang
kelayakan
kreditj pembiayaan
kreditjpembiayaan
persyaratan
kelayakan
kepada
kredit
awal.
calon debitur
melalui
Lembaga
Linkage.
g.
Penyalur
KUR melakukan
Perusahaan
proses
penjaminan
kredit
Debitur
kepada
Penjamin.
3. KUR melalui Lembaga Linkage pola Executing:
SIKP
h
f~
_
~
a. Calon
Kementerian Teknis /
Pemerintah Daerah
Perusahaan
Penjamin
Penyalur KUR
Lembaga Linkage
penerima
KUR mengajukan
permohonan
kreditjpembiayaan
kepada Lem baga Linkage;
Linkage
b. Lembaga
Penyalur
c. Penyalur
menyampaikan
data
Calon
Debitur
kepada
KUR.
KUR meng-upload
data calon penerima
KUR yang diberikan
oleh Lernbaga Linkage ke Sistem Informasi Kredit Program.
d. Kementerian
identifikasi
masing
Teknis danjatau
data
e. Penyalur
Sistem
KUR mendapat
f. Setelah mendapat
dan
memproses
di sektor
dan/ atau
Informasi
proses penyaluran
dalam Sistem Informasi
kredit
Daerah
Calon Debitur
melalui
mempengaruhi
Pemerintah
melakukan
wilayah
Program
namun
masingtidak
KUR.
konfirmasi
data Calon Debitur
KUR tercatat
Kredit Program (SIKP).
konfirmasi
menginformasikan
kelayakan
Kredit
dapat
SIKP,
Penyalur
kepada
kredit/ pembiayaan
g. Lembaga Linkage menyalurkan
KUR menyalurkan
Lembaga
Linkage
awal.
KUR kepada Calon Debitur.
untuk
-4 h. Penyalur
KUR
mengajukan
Penjaminan
kepada
Perusahaan
Penjamin.
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDO NESIA
SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH,
ttd.
DARMIN NASUTION
MENTERI
KOORDINATOR
REPUBLIK
BIDANG PEREKONOMIAN
INDONESIA
LAMPlRAN III
PERATURAN MENTERI KOORDINATOR
BIDANG
PEREKONOMIAN
SELAKU
KETUA
KOMITE
KEBIJAKAN
PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO,
KECIL, DAN MENENGAH
NOMOR 13 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN
PELAKSANAAN
USAHA RAKYAT
JANGKA WAKTU, PERPANJANGAN,
1. Jangka
waktu,
Perpanjangan,
Restrukturisasi
waktu
diperpanjang
perjanjian
dan
menjadi
b. Total akumulasi
c. Penerima
plafon
KUR
Mikro
ketentuan
Mikro sesuai dengan
2. Jangka
waktu,
Restrukturisasi
(1) khusus
diperpanjang
suplesi
atau
lima juta rupiah)
yang
diperbolehkan
pertimbangan
Perpanjangan,
angka
menjadi
untuk
maksimal
investasi
terhitung
maka
4
dapat
sejak tanggal
awal.
yang
per penerima
penyalur
maksimal
KUR.
dimungkinkan
berlaku
penambahan
Tambahan
KUR Ritel ditetapkan
perpanjangan
bermasalah
sesuai ketentuan
direstrukturisasi
dengan
dalam
7 (tujuh) tahun
terrriasuk
(tujuh puluh
:
kreditj pembiayaan
maksimal
kreditj pembiayaan
Rp75.000.000,-
diatur
untuk
i Suplesis, dan
KreditjPembiayaan
supZesi, atau restrukturisasi,
modal kerja dapat
tahun
DAN RESTRUKTURISASI
sebagai berikut
perpanjangan,
sebagaimana
kreditjpembiayaan
(empat)
Tambahan
KUR Mikro ditetapkan
a. Dalam hal diperlukan
jangka
SUPLESI,
KREDIT
di
plafon
penyalur
pmjaman
untuk
KUR,
KUR
KUR masing-masing.
KreditjPembiayaan
sebagai berikut
:
(SupleSI), dan
-2 a. Dalam hal diperlukan
jangka
waktu
sebagaimana
kreditjpembiayaan
5
(tahun)
diperpanjang
perpanjangan,
suplesi, atau restrukturisasi,
diatur
dalam
angka
modal kerja dapat diperpanjang
tahun
dan
untuk
menjadi maksimum
kreditjpembiayaan
1 khusus
maka
untuk
menjadi maksimum
investasi
dapat
7 (tujuh) tahun terhitung sejak tanggal
perjanjian kreditj pembiayaan awal.
b. Total akumulasi
plafon termasuk
Rp.500.000.000,c. Penerima
KUR
direstrukturisasi
dengan
ketentuan
suplesi atau perpanjangan
maksimum
(lima ratus juta rupiah) per debitur.
Ritel
sesuai
yang
bermasalah
ketentuan
diperbolehkan
Ritel sesu-ii dengan pertimbangan
yang
dimungkinkan
berlaku
penambahan
di Penyalur
plafon pinjarnan
untuk
KUR,
KUR
Penyalur KUR masing-masing.
MENTERI KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
SELAKU KETUAKOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH,
ttd.
DARMINNASUTION
Download