MENTERI KOORDINATOR REPUBLIK BIDANG PEREKONOMIAN INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KET0A KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOO~DINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH, Menimbang a. bahwa dalam rangka peningkatan Kredit meningkatkan tata kelola yang baik (good governance) dilakukan Rakyat perluasan pelaksanaan perlu Usaha dan perubahan dengan Pedoman tetap Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat; 0. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, -2 dan Menengah Pelaksanaan Mengingat 1. Presiden Peraturan Republik Nomor Kemen terian Indonesia Kemen terian 7 ten tang Pedoman 2015 tentang Tahun Negara Tahun Presiden Peraturan (Lembaran 2015 Kredit Usaha Rakyat; Organisasi 20 Nomor 8 Tahun (Lembaran Negara 2015 Nomor 8); Nomor Tahun 8 Koordinator Negara Republik Presiden Nomor 2015 tentang Bidang Perekonomian Indonesia Tahun 2015 Nomor 9); 30 Keputusan Komite dan Kebijakan Menengah Presiden Pembiayaan sebagaimana Nomor Kebijakan 14 Tahun 19 Bagi Usaha diubah Tahun Pembiayaan 2015 Bagi Mikro, dengan 2015 Usaha tentang Keputusan tentang Mikro, Kecil Komite Kecil, dan Menengah; 40 Keputusan Presiden Penggantian Beberapa Periode Tahun 50 Peraturan Menteri Kementerian tahun 2015 Negara Kabinet Koordinator Bidang Perekonomian 2015 ten tang Organisasi Indonesia Menteri Bidang Perekonomian Tahun Koordinator Bidang Perekonomian Pembiayaan Mikro, Kecil, Nomor 1604); dan Pedoman Negara Menengah Pelaksanaan Republik (Berita 2015 Nomor 768); Ketua Komite Kebijakan (Berita Kerja dan Tata Kerja Selaku tentang tentang Menteri Koordinator Negara Republik Peraturan 79jP 2014-2019; Nomor 5 Tahun 60 Nomor Indonesia 8 Kredit Tahun Bagi Usaha Tahun Usaha 2015 2015 Rakyat Nornor -3 MEMUTUSKAN: Menetapkan PERATURAN MENTERI KOORDINATOR PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE BIDANG KEBIJAKAN PEMBIAYAANBAGI USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI J(OORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAANKREDIT USAHA RAKYAT. PasalI Beberapa Bidang ketentuan dalam Perekonomian Peraturan Selaku Menteri Ketua Koordinator Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 8 Tahun tentang 2015 Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1604) diubah sebagai berikut: 1. Ketentuan Pasal 3 diubah, sehingga Pasal 3 berbunyi sebagai beriku t: Pasa13 (1) Penerima KUR adalah individujperseorangan badan usaha yang melakukan atau usaha yang produktif, yaitu: a. usaha mikro, kecil, dan menengah; b. calon Tenaga Kerja Indonesia yang akan bekerja di luar negeri; c. calon pekerja magang di luar negeri; d. anggota keluarga dari karyawanjkaryawati berpenghasilan tetap atau bekerja yang sebagai Tenaga Kerja Indonesia; e. Tenaga Kerja Indonesia yang purna bekerja di luar negeri; dan f. Pekerja Kerja. yang terkena Pemutusan Hubungan -4 (2) Usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini. 2. Ketentuan Pasal 4 diubah, sehingga Pasal 4 berbunyi sebagai berikut: Pasa14 (1) Penyalur KUR adalah bank atau lembaga keuangan bukan bank yang telah memenuhi persyaratan sebagai Penyalur KUR. (2) Persyaratan sebagai Penyalur KUR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. bank danjatau lembaga keuangan bukan bank yang sehat dan berkinerja baik; b. melakukan kerja sama dengan Perusahaan Penjamin dalam penyaluran KUR;dan c. memiliki online system data KURdengan Sistem Informasi Kredit Program. (3) Bank atau lembaga keuangan bukan bank yang berminat sebagai Penyalur KUR: a. mengajukan kepada Otoritas Jasa Keuangan untuk dapat dinyatakan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a; dan b. mengajukan kepada Kementerian Keuangan untuk dapat dinyatakan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf c. (4) Pengajuan pemenuhan persyaratan kepada Kementerian Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b hanya dapat dilakukan apabila bank atau lembaga ditetapkan keuangan memenuhi bukan persyaratan bank telah sebagaimana -5dimaksud pada ayat (2) huruf a oleh Otoritas Jasa Keuangan. (5) Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan pengajuan dari bank atau lembaga sebagaimana menetapkan bank keuangan dimaksud pada bukan ayat bank (3) huruf bank atau lembaga keuangan telah memenuhi persyaratan atau sebagaimana tidak dimaksud a bukan memenuhi pada ayat (2) huruf a. (6) Penetapan Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan kepada bank atau lembaga keuangan bukan bank bersangkutan dan kepada Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. (7) Kementerian Keuangan berdasarkan bank atau sebagaimana menetapkan bank keuangan dimaksud pada bukan ayat bank (3) huruf bank atau lembaga keuangan telah persyaratan lembaga pengajuan dari memenuhi sebagaimana atau tidak b bukan memenuhi dimaksud pada ayat (2) Keuangan sebagaimana huruf b dan huruf c. (8) Penetapan Kementerian dimaksud pada ayat (7) disampaikan kepada bank atau lembaga keuangan bukan bank bersangkutan dan kepada Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Otoritas Jasa Keuangan, dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. (9) Otoritas Jasa Keuangan melakukan penilaian berkala kepada bank atau lembaga keuangan bukan bank yang telah ditetapkan atas kesehatan dan kinerja sebagai Penyalur KUR bank atau lembaga keuangan bukan bank sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a. -6 (10) Berdasarkan penilaian sebagaimana ayat (9), Otoritas Jasa bank atau lembaga memenuhi ayat disampaikan a kepada bank hasil bank Kebijakan Pembiayaan tidak dimaksud pada tersebut lembaga keuangan dan kepada Komite Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Kementerian Kementerian bank penetapan atau bersangkutan Menengah, bukan sebagaimana dan pada dapat menetapkan keuangan persyaratan (2) huruf bukan Keuangan dimaksud Koperasi Keuangan, dan Usaha dan Kecil dan bank yang Menengah. (11) Bank atau lembaga dinyatakan tidak sebagaimana telah pada lembaga berhenti ayat (10) tidak keuangan sebagai bukan dapat Penyalur bank sebagaimana KUR dengan memenuhi dimaksud yang KUR sebagaimana pada ayat (11) dapat mengajukan sebagai Penyalur kembali ketentuan pada ayat (3) huruf a. 3. Lampiran II pada ayat (2) Pasal 5 diubah. 4. Diantara ayat (1) dan ayat (2) Pasal 7 disisipkan ayat yaitu ayat (la) dan ayat (2) diubah, berbunyi persyaratan sebagai Penyalur KUR. atau dimaksud bukan memenuhi dimaksud dan berhenti (12) Bank keuangan 1 (satu) sehingga Pasal 7 sebagai berikut: Pasal 7 (1) Penyaluran KUR oleh Penyalur basis data yang tercantum Program yang disusun (la) Sistem pada Informasi ayat (2) Kementerian Kredit disusun Keuangan Program mendapatkan oleh Kementerian ditetapkan secara basis dimaksud data dimaksud bertahap, oleh Kementerian sebagaimana Kredit Keuangan. sebagaimana dalam menyusun dukungan kepada dalam Sistem Informasi Kredit Program (1) penahapannya KUR mengacu yang Keuangan. Sistem Informasi pada antara ayat lain (1) dari -7 - 5. kementerianjlembaga teknis, pemerintah KUR, dan perusahaan Penj amin KUR. Ketentuan daerah, penyalur Pasal 13 ayat (2) dan ayat (4) diubah, sehingga Pasal 13 berbunyi sebagai berikut: Pasal 13 (1) KUR Mikro sebagaimana huruf a diberikan jumlah paling dimaksud kepada banyak dalam Pasal penerima sebesar 12 KUR dengan Rp25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah). (2) Suku bunga perseratus) KUR Mikro efektif sebesar pertahun atau dengan suku bungaflat/anuitas (3) Jangka a. paling lama 3 paling lama Ketentuan yang setara. terpisahkan waktu III yang dari untuk terkait Kebijakan Pembiayaan untuk perpanjangan , (suplesi), sebagaimana merupakan Peraturan Perekonomian tahun investasi. KUR Mikro Lampiran tahun (lima) kreditjpembiayaan restrukturisasi Bidang (tiga) 5 jangka tambahan dalam disesuaikan modal kerja; atau kreditj pembiayaan (4) (sembilan waktu KUR Mikro: kreditjpembiayaan b. 9% tercantum bagian Menteri selaku dan tidak Koordinator Ketua Komite Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini. 6. Ketentuan Pasal 14 diubah, sehingga Pasal 14 berbunyi sebagai berikut: Pasal 14 (1) Calon penenma dimaksud (2) adalah sebagaimana pad a Pasal 3 ayat (1) huruf a, d, e, dan f. Calon penerima pada KUR Mikro Pasal KUR Mikro se bagaimana 3 ayat (1) huruf a, d, dan dimaksud e harus -8mempunyai usaha produktif dan layak yang telah berjalan minimum 6 (enam) bulan. (3) Calon penerima KUR Mikro sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (1) huruf pelatihan kewirausahaan f telah mengikuti dan telah memiliki usaha selama minimum 3 (tiga) bulan. (4) Calon penerima KUR Mikro sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kreditjpembiayaan dapat sedang menerima lainnya antara lain berupa kredit kepemilikan rumah, kredit kendaraan bermotor, dan kartu kredit, serta KURdengan kolektabilitas lancar. (5) Calon penerima KUR Mikro sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) memiliki surat lzin Usaha Mikro clan Kecil yang diterbitkan pemerintah daerah setempat danj atau surat izin lainnya. 7. Ketentuan Pasal 17 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diubah, sehingga Pasal 17 berbunyi sebagai berikut: Pasal 17 (1) KUR Ritel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b diberikan kepada penerima KUR dengan jumlah diatas Rp25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah). (2) Suku bunga perseratus) KUR Ritel sebesar efektif pertahun 9% atau (sembilan disesuaikan dengan suku bunga flat] anuitas yang setara. (3) Jangka waktu KURRitel sebagai berikut: a. paling lama 4 kreditjpembiayaan b. paling lama (empat) Tahun untuk modal kerja; atau 5 (lima) Tahun untuk kreditj pembiayaan investasi. (4) Ketentuan jangka tambahan restrukturisasi yang waktu terkait kreditjpembiayaan perpanjangan, (suplesi), dan KUR Ritel diatur dalam Lampiran III merupakan bagian tidak terpisahkan dari -9Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini. 8. Ketentuan Pasal 18 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 18 berbunyi sebagai beriku t: Pasal 18 (1) Calon penenma KUR Ritel adalah sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (1) huruf a, d, dan e. (2) Calon penerima KUR Ritel harus mempunyai usaha produktif dan layak yang telah berjalan minimum 6 (enam) bulan. (3) Calon penerima KUR Ritel dapat sedang menenma kreditjpembiayaan lainnya antara lain berupa kredit kepemilikan rumah, kredit kendaraan bermotor, dan kartu kredit, serta KURdengan kolektabilitas lancar. (4) Calon penerima KUR Ritel memiliki surat Izin Usaha Mikro dan Kecil yang diterbitkan pemerintah daerah setempat danj atau surat izin lainnya. 9. Ketentuan Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) diubah, sehingga Pasal 21 berbunyi sebagai berikut: Pasal21 (1) KUR Penempatan sebagaimana diberikan Tenaga dimaksud kepada paling banyak dalam Pasal penerima sebesar Kerja Indonesia 12 huruf c KUR dengan jumlah Rp25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah). (2) Suku bunga Tenaga Kerja Indonesia sebesar 9% (sembilan perseratus) efektif pertahun atau KUR Penempatan dapat disesuaikan dengan suku Tenaga Kerja bunga flatj anuitas yang setara. (3) Jangka waktu KUR Penempatan Indonesia paling lama sama dengan masa kontrak - 10 kerja dan tidak melebihi jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun. 10. Ketentuan Pasal 23 diubah, sehingga Pasal 23 berbunyi sebagai berikut: Pasal23 (1) Calon penenma Indonesia KUR Penempatan adalah se bagaimana Tenaga dimaksud Kerja pada Pasal 3 ayat (2) huruf b dan c. (2) Calon penerima Indonesia, a. KUR Penempatan mempunyai persyaratan memiliki Perjanjian ditempatkan oleh memiliki Perjanjian TKI baik yang Penempatan Kerja sebagai berikut: Penempatan bagi TKI yang Pelaksana Tenaga Kerja Indonesia b. Tenaga Penempatan Swasta (PPTKIS); dan Kerja dengan Pengguna bagi ditempatkan oleh Pelaksana Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS), Pemerintah atau TKI yang bekerja secara perseorangan. (3) Calon penerima Indonesia KUR Penempatan se lain memiliki persyaratan dimaksud persyaratan pada ayat Tenaga Magang sesuai KementerianjLembaga berbunyi Pasal (1) tetap 30 ayat Kerja memenuhi dalam rangka dan Pekerja Indonesia ketentuan peraturan yang membina (1) diubah, Kerja se bagaimana harus lainnya yang diperlukan penempatan 11. Ketentuan Tenaga tenaga kerja. sehingga Pasal 30 sebagai berikut: Pasal30 (1) Dalam rangka KUR, dibentuk yang dan efektivitas Forum Koordinasi beranggotakan Pembangunan Koordinator pengawasan Bidang Badan Pengawasan Pengawasan (koordinator), Perekonomian, pelaksanaan KUR Keuangan Kementerian Kementerian - 11 Koperasi dan Kementerian Usaha Keuangan, Kecil dan Menengah, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian, Nasional Kementerian Penempatan Tenaga dan Kerja, Badan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan. (2) Rapat Forum Koordinasi Pengawasan KUR dilakukan minimal 2 (dua) kali dalam 1 (satu) Tahun untuk membahas pengawasan pelaksanaan KUR pada bulan Juni dan Desember. (3) Simpulan dan keputusan Pengawasan Rapat Forum Koordinasi KUR disampaikan secara tertulis kepada Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. (4) Forum ruang Koordinasi Pengawasan lingkup, uraian penyelenggaraan KUR menyusun pekerjaan Forum dan tata Koordinasi tertib Pengawasan KUR. 12. Ketentuan Pasal 33 diubah, sehingga Pasal 33 berbunyi sebagai berikut: Pasal33 (1) Masing-masing Penyalur KUR, Penjamin KUR, dan kementerianjlembaga teknis menyusun Petunjuk Teknis Penyaluran dan Pengawasan KUR. (2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyangkut capaian plafon sektoral maupun bank atau lembaga kepatuhan keuangan terhadap Pelaksanaan KUR. non bank, ketentuan serta, dan Pedoman - 12 Pasal II 1. Pada saat Peraturan Perekonomian Menteri Selaku Pembiayaan Koordinator Ketua Bagi Usaha Bidang Komite Kebijakan Mikro, Kecil, dan Menengah ini mulai berlaku: a. Keputusan Menteri Perekonomian selaku Pembiayaan Ketua 188 Tahun Usaha Rakyat 2015 dan Rakyat se bagaimana segala tentang dinyatakan tetap kerjasama Peraturan Menteri Koordinator 2015 dan berlaku Penjamin Komite tentang dilakukan Negara oleh berdasarkan Pembiayaan Republik Bagi Nomor 8 Tahun Pelaksanaan pihak sampai masa berlakunya berakhir; Keuangan Bidang Perekonomian Kebijakan Pedoman (Berita sepanjang Jasa KUR 2015 Nomor 1604) tetap berlaku Kredit Usaha Indonesia Tahun dan mengikat perjanjian para kerjasama dan perpanjangan, suplesi, dan restrukturisasi atas KUR yang disalurkan Peraturan telah Menteri Ketua Koordinator Komite berdasarkan Bidang Kebijakan Perekonomian Pembiayaan Mikro, Kecil, dan Menengah ten tang Pedoman (Berita Negara Nomor 1604) tetap Peraturan Menteri Ketua Komite Kebijakan Mikro, Kecil, tanggal 1 Januari dan Menengah 2016. Usaha 2015 para Tahun pihak 2015 sampal kredit berakhir. Koordinator selaku Selaku Kredit Usaha Rakyat Indonesia mengikat perjanjian Bagi Nomor 8 Tahun Pelaksanaan Republik masa berlakunya 2. Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah Rakyat c. Penjamin yang KUR Ketua Kredit dalam Pasal 4; Penyalur Usaha Kebijakan Penyalur oleh Otoritas dimaksud perjanjian Selaku Komite Perusahaan belum ada perubahan b. Bidang Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor Usaha Koordinator Bidang Pembiayaan ini mulai Perekonomian Bagi Usaha berlaku pada - 13 - Agar setiap pengundangan orang mengetahuinya, Peraturan Perekonomian selaku Ketua Bagi Mikro, Kecil, Usaha penempatannya dalam Ditetapkan Menteri Komite dan Berita Negara memerin tahkan Koordinator Kebijakan Menengah Republik Bidang Pembiayaan ini dengan Indonesia. di Jakarta pada tang gal 30 Desember 2015 MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH, ttd. DARMIN NASUTION Diundangkan pada tanggal di Jakarta 14 J an uari 2016 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDO ~ESIA, ttd. WIDODO EKATJAHJANA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 48 MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA LAMPlRANI PERATURANMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHARAKYAT RINCIAN USAHA PRODUKTIF PER SEKTOR EKONOMI Sektor yang dibiayai KUR (mengacu pada Laporan Bank Umum 19 sektor ekonomi) 1. Sektor Pertanian: Seluruh usaha di sektor pertanian tanaman hortikultura, perkebunan, (sektor 1), termasuk tanaman pangan, dan peternakan). 2. Perikanan: Seluruh usaha di sektor perikanan pernbudidayaan (sektor 2), termasuk penangkapan dan ikan). 3. Industri Pengolahan: Seluruh usaha di sektor Industri Pengolahan (sektor 4), termasuk kreatif di bidang periklanan, pendukung kegiatan ketahanan industri fesyen, film, animasi, video, dan alat mesin pangan. 4. Perdagangan: Seluruh usaha pedagang eceran. di sektor perdagangan (sektor 7), termasuk kuliner dan -2 5. Jasa-jasa: Seluruh usaha: sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makanan (sektor 8), sektor transportasi - pergudangan - dan komunikasi (sektor 9), sektor real estate - usaha persewaan - jasa perusahaan (sektor 11), sektor jasa pendidikan (sektor 13), sektor jasa kemasyarakatan - sosial budaya hiburan - perorangan lainnya (sektor 15). MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH, ttd. DARMIN NASUTION MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA LAMPlRAN II PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN USAHA RAKYAT KREDIT POLA PENYALURAN KUR MELALUI LEMBAGA LINKAGE 1. Ketentuan Linkage Umum KUR melalui lembaga linkage a. Lernbaga adalah menerus-pinjamkan berdas.irkan Koperasi modal perjanjian syariah, kerja Koperasi Rakyat ventura, berbadan KUR dari Penyalur Sekunder, Perkreditan lembaga Syariah, Lembaga lembaga KUR kepada sama. linkage Lembaga perusahaan bukan yang dapat penerima Primer, Bank Perkreditan Keuangan keuangan hukum meliputi Rakyatj pembiayaan, KUR Bank perusahaan Mikro po la konvensional bank lainnya, dan atau kelompok usaha. b. Penyalur KUR meng-upload data calon penerima oleh Lembaga Linkage ke Sistem Informasi c. Perusahaan UMKM Penjamin Penerima menerbitkan KUR yang Kredit Program. Sertifikat telah KUR yang diberikan Penjaminan diberikan atas nama penyaluran kreditj pembiayaan. d. Suku bunga Menengah dari ditetapkan efektif pertahun TKI. lembaga untuk linkage kepada maksimum sebesar Usaha Mikro, 9% (sembilan Kecil, dan perseratus) KUR Mikro, KUR Ritel, dan KUR Penempatan -2 e. Kementerianflembaga teknis danj atau Pemerintah Daerah dapat melakukan identifikasi data calon penerima KUR di sektor danj atau wilayah masing-masing yang diajukan oleh Lembaga Linkage yang diup load oleh Penyalur KUR dan penjamin KUR namun tidak mempengaruhi proses penyaluran KUR. f. Lcmbaga linkage yang sedang memperoleh KreditjPembiayaan dari perbankan tetap diperbolehkan. g. .Jumlah KUR yang disalurkan oleh Penyalur KUR adalah dengan daftar nominatif calon debitur yang diajukan sesuai oleh lembaga linkage. h. Plafon, suku bunga dan jangka waktu KUR melalui lembaga linkage kepada debitur mengikuti ketentuan KUR. 1. Pengaturan lebih lanjut Linkage dengan Pola terkait penyaluran Channelling dan KUR melalui lembaga Pola Executing sesuai kesepakatan Penyalur KUR atau Lembaga Linkage. 2. KURmelalui lembaga Linkage pola Channeling: SIKP Penyalur KUR Perusahaan Penjamin Kementerian Teknis / Pemerintah Daerah a. CalOLDebitur memberikan kuasa kepada pengurus Lembaga Linkage untuk mengajukan permohonan kreditjpembiayaan kepada Penyalur KUR; b. Lembaga Linkage mewakili Calon Debitur mengajukan kreditjpembiayaan permohonan kepada Penyalur KUR. c. Penyalur KUR mengupload data Calon Debitur KUR yang diberikan oleh Lembaga Linkage ke SIKP. d. Kernenterian Teknis danj atau Pemerintah Daerah dapat melakukan identifikasi data Calon Debitur di sektor danj atau wilayah masingmasing melalui SIKP namun tidak mempengaruhi proses penyaluran KUR. -3 e. Penyalur KUR memproses f. Penyalur KUR menyalurkan memeriuhi yang kelayakan kreditj pembiayaan kreditjpembiayaan persyaratan kelayakan kepada kredit awal. calon debitur melalui Lembaga Linkage. g. Penyalur KUR melakukan Perusahaan proses penjaminan kredit Debitur kepada Penjamin. 3. KUR melalui Lembaga Linkage pola Executing: SIKP h f~ _ ~ a. Calon Kementerian Teknis / Pemerintah Daerah Perusahaan Penjamin Penyalur KUR Lembaga Linkage penerima KUR mengajukan permohonan kreditjpembiayaan kepada Lem baga Linkage; Linkage b. Lembaga Penyalur c. Penyalur menyampaikan data Calon Debitur kepada KUR. KUR meng-upload data calon penerima KUR yang diberikan oleh Lernbaga Linkage ke Sistem Informasi Kredit Program. d. Kementerian identifikasi masing Teknis danjatau data e. Penyalur Sistem KUR mendapat f. Setelah mendapat dan memproses di sektor dan/ atau Informasi proses penyaluran dalam Sistem Informasi kredit Daerah Calon Debitur melalui mempengaruhi Pemerintah melakukan wilayah Program namun masingtidak KUR. konfirmasi data Calon Debitur KUR tercatat Kredit Program (SIKP). konfirmasi menginformasikan kelayakan Kredit dapat SIKP, Penyalur kepada kredit/ pembiayaan g. Lembaga Linkage menyalurkan KUR menyalurkan Lembaga Linkage awal. KUR kepada Calon Debitur. untuk -4 h. Penyalur KUR mengajukan Penjaminan kepada Perusahaan Penjamin. MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDO NESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH, ttd. DARMIN NASUTION MENTERI KOORDINATOR REPUBLIK BIDANG PEREKONOMIAN INDONESIA LAMPlRAN III PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN USAHA RAKYAT JANGKA WAKTU, PERPANJANGAN, 1. Jangka waktu, Perpanjangan, Restrukturisasi waktu diperpanjang perjanjian dan menjadi b. Total akumulasi c. Penerima plafon KUR Mikro ketentuan Mikro sesuai dengan 2. Jangka waktu, Restrukturisasi (1) khusus diperpanjang suplesi atau lima juta rupiah) yang diperbolehkan pertimbangan Perpanjangan, angka menjadi untuk maksimal investasi terhitung maka 4 dapat sejak tanggal awal. yang per penerima penyalur maksimal KUR. dimungkinkan berlaku penambahan Tambahan KUR Ritel ditetapkan perpanjangan bermasalah sesuai ketentuan direstrukturisasi dengan dalam 7 (tujuh) tahun terrriasuk (tujuh puluh : kreditj pembiayaan maksimal kreditj pembiayaan Rp75.000.000,- diatur untuk i Suplesis, dan KreditjPembiayaan supZesi, atau restrukturisasi, modal kerja dapat tahun DAN RESTRUKTURISASI sebagai berikut perpanjangan, sebagaimana kreditjpembiayaan (empat) Tambahan KUR Mikro ditetapkan a. Dalam hal diperlukan jangka SUPLESI, KREDIT di plafon penyalur pmjaman untuk KUR, KUR KUR masing-masing. KreditjPembiayaan sebagai berikut : (SupleSI), dan -2 a. Dalam hal diperlukan jangka waktu sebagaimana kreditjpembiayaan 5 (tahun) diperpanjang perpanjangan, suplesi, atau restrukturisasi, diatur dalam angka modal kerja dapat diperpanjang tahun dan untuk menjadi maksimum kreditjpembiayaan 1 khusus maka untuk menjadi maksimum investasi dapat 7 (tujuh) tahun terhitung sejak tanggal perjanjian kreditj pembiayaan awal. b. Total akumulasi plafon termasuk Rp.500.000.000,c. Penerima KUR direstrukturisasi dengan ketentuan suplesi atau perpanjangan maksimum (lima ratus juta rupiah) per debitur. Ritel sesuai yang bermasalah ketentuan diperbolehkan Ritel sesu-ii dengan pertimbangan yang dimungkinkan berlaku penambahan di Penyalur plafon pinjarnan untuk KUR, KUR Penyalur KUR masing-masing. MENTERI KOORDINATORBIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUAKOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH, ttd. DARMINNASUTION