Career Management: Tanggung Jawab Siapa

advertisement
HumanCapital
Report May 2013:
Human Capital Journal
Achieving Human Capital Excellence
Journal
Career Management:
Tanggung Jawab
Siapa ?
23
Edited by :
Syahmuharnis
www.humancapitaljournal.com
Published by :
PT Menara Kadin Indonesia
>Learning >Consulting >Assessment Center >Research >HC Journal
Menara Kadin Indonesia 24th Floor
Jl. HR. Rasuna Said X - 5 Kav. 2 - 3, Jakarta 12950 Indonesia
Phone : (62 - 21) 5790 3840 Fax. : (62 - 21) 527 4443
Email : mki@pt - mki.co.id
learningcenter@pt - mki.co.id
Cover Story
Cover Story
Career Management:
Tanggung Jawab Siapa?
P
ara pegawai, apalagi
pegawai potensial
atau talent, sangat
membutuhkan informasi dan panduan
yang jelas tentang
jalur karir dan posisi
tertinggi yang bisa
diraih ketika bekerja
dalam sebuah organisasi. Kejelasan
tentang manajemen karir memberikan kepastian kepada mereka terkait
seberapa jauh perusahaan menyediakan
peluang terjadinya promosi karir dan
program pengembangan untuk mendukung pengembangan karir. Sehingga,
manajemen karir juga berdampak signifikan terhadap turnover atau attrition
rate para pegawai potensial atau pegawai
kunci.
Selanjutnya, hal tersebut berdampak
positif bagi Engagement Index karyawan
potensial. Mengingat tinggi-rendahnya
Engagement Index berkorelasi sangat
kuat dengan kinerja organisasi (baca:
HCJournal edisi September 2012), maka
ketersediaan manajemen karir mutlak
dibutuhkan oleh organisasi.
Menurut Hall & Associates (1986)
dan Greenhaus et al. (2000), manajemen
8
> Human Capital Journal n No. 23 n Tahun II
n
15 Mei - 15 Juni 2013
Manajemen karir perlu dibangun oleh
perusahaan untuk menjadi acuan bagi
manajemen dalam mengembangkan
karir para pegawai. Di sisi lain, manajemen karir memberikan informasi
kepada pegawai tentang jalur karir (career path) dan program pengembangan
kompetensi yang harus diambil untuk
bisa berkarir dengan baik. Sayangnya,
ba­nyak perusahaan yang tidak bersungguh-sungguh menyusun dan menerapkan manajemen karir.
karir adalah proses berkelanjutan dalam
mempersiapkan, mengembangkan,
mengimplementasikan, dan memantau perencanaan karir (career plan)
dan strategi yang dilaksanakan oleh
individu pegawai secara sendiri-sendiri
atau bersama-sama dengan sistem karir
perusahaan. Manajemen karir sesungguhnya merupakan proses berkelanjutan
dalam kehidupan kerja pegawai. Adanya
karir yang memuaskan karyawan me­
ningkatkan komitmen terhadap perusahaan, dan, sebaliknya, ketidakjelasan
karir membuat perasaan betah
karyawan bekerja menurun
(Greenhaus, et al, 2000).
Greenhaus menambahkan,
manajemen karir yang berkualitas semakin diperlukan sejalan
dengan perubahan lingkung­
an bisnis yang berlangsung
kian cepat, seperti perubahan
strategi dan arah bisnis, pe­
rampingan perusahaan, merger
dan akuisisi serta perubahan
teknologi. Perubahan tersebut
mengharuskan perusahaan
untuk selalu meninjau kembali
pilihan karir dan memodifikasi
jalur karir pegawai.
Riset Greehaus mendukung pendapat
bahwa manajemen karir yang efektif
memungkinkan perusahaan membuat
keputusan yang konsisten terhadap kar­
yawan potensial, aspirasi dan nilai-nilai
organisasi, maupun untuk meningkatkan
efektifitas organisasi. Banyak riset membuktikan bahwa inisiatif manajemen
karir merupakan simpul penghubung
antara organisasi dan individu pegawai,
di mana perusahaan berusaha menyambungkan kepentingan dan kemampuan
individu dengan peluang yang disedia-
Human Capital Journal n No. 23 n Tahun II
n
15 Mei - 15 Juni 2013 <
9
Cover Story
kan organisasi melalui sebuah program
terencana, mencakup beragam aktifitas
terpadu seperti sistem karir, konseling
karir, rotasi, mutasi, dan promosi jabat­
an, dan berbagai alat dan sumberdaya
manajemen karir lainnya (Hall & Associates 1986, Martin, et al. 2001).
Lebih jauh, Brown (1998) menegaskan ulang bahwa praktik manajemen
karir mesti mendukung individu karya­
wan dalam upaya mereka mengembangkan pengetahuan, keahlian, dan perilaku
untuk membuat mereka menjadi pribadi
yang sukses. Integrasi antara perencanaan karir individual dengan proses
manajemen karir organisasi terwujud
dalam pengembangan karir ketika kar­
yawan mendapatkan sejumlah sasaran
karir (Hall & Associates 1986).
Morrison dan Hock (1986) menulis
dalam Australian Journal of Business
and Management Research (Vol.1 No.2Mei 2011), manajemen karir mencerminkan perspektif organisasi dalam
proses pengembangan karir pegawai.
Hal ini akan terwujud bilamana upaya
organisasi mempertemukan minat dan
kemampuan pegawai dengan peluang
yang disediakan organisasi melalui
sebuah program terencana, yang mencakup pendesainan sistem karir internal
yang efektif, konseling pegawai, peluang
rotasi jabatan, dan perpaduan pengalam­
10
Cover Story
an pada sejumlah jabatan berbeda
dengan program training (on dan off the
job training).
Pakar lainnya, Gutteridge (1986) setuju dengan pendapat bahwa manajemen
karir melibatkan aktifitas sumberdaya
manusia (SDM) spesifik, seperti rotasi
jabatan, penilaian potensi, konseling
karir, serta training dan edukasi yang
didesain untuk mempertemukan minat
dan kompetensi karyawan dengan
peluang organisasi. Mengutip Greenhaus
et al (2000) dan Martin et al (2001),
sebuah praktik manajemen karir yang
efektif, lanjut Gutteridge, akan membantu meningkatkan keyakinan pegawai,
tujuan dan pengembangan strategi serta
memberikan bantuan dan umpan balik
kepada karyawan dalam pengembangan
karir. Pada gilirannya hal ini bermanfaat
bagi perusahaan dan pertumbuhan serta
kepercayaan diri pegawai.
Banyak studi terkait dengan manajemen karir dan pengembangan karir,
tetapi salah satu yang paling menarik
adalah studi yang dilakukan Noe (1996),
yang berusaha mendemonstrasikan
hubungan antara manajemen karir,
pengembangan karyawan, dan kinerja
karyawan. Studi tersebut mengindikasikan peningkatan aktifitas pengembangan
karyawan sesuai dengan usia, posisi
jabatan, dan dukungan manajer terhadap
> Human Capital Journal n No. 23 n Tahun II
n
15 Mei - 15 Juni 2013
pengembangan karyawan merupakan
kontributor signifikan dalam proses
pengembangan karir.
Hanya saja menurut Appelbaum et al
(2002), riset ini tidak memberikan bukti
konklusif bagi model manajemen karir,
tetapi mendukung hipotesa selama ini.
Secara alamiah dengan perencanaan dan
manajemen karir, setiap karyawan berharap mendapatkan hasil dari investasi
ini berupa perkembangan karir. Pengembangan karir menurut McDaniels dan
Gysbers (1992) adalah total konstelasi
faktor-faktor psikologis, sosiologis, pendidikan, fisikal, ekonomi, dan peluang
yang bersama-sama membentuk karir
setiap pegawai sepanjang hidupnya.
Greenhaus et al., (2000) mengusulkan pengembangan karir adalah proses
yang berkelanjutan di mana kemajuan
individu pegawai terjadi melalui serangkaian tahapan. Setiap tahapan memiliki
karakteristik, di antaranya, memiliki
sejumlah isu, tema, dan penugasan yang
relatif unik. Hall dan Associates (1986)
mendefinisikan pengembangan karir
sebagai outcome dari interaksi perencanaan karir individual dengan proses
manajemen karir institusional.
Adanya perencanaan karir dan
inisiatif pengembangan karyawan me­
ningkatkan efektifitas organisasi, namun
efektifitas tersebut tergantung kepada
kemampuan organisasi untuk mengubah
karyawan dari hanya memiliki harapan
dalam pola tradisional menjadi seseorang
yang memiliki tanggung jawab terhadap
pertumbuhan dan pengembangan karir
dirinya (Martin, Romero, Valle & Dolan
2001). Sebuah sistem pengembangan
karir memungkinkan organisasi mendapatkan aset berupa karyawan potensial
untuk keperluan pengisian staf dan
promosi jabatan dengan menyelaraskan
keahlian, pengalaman, dan aspirasi kar­
yawan terhadap kebutuhan organisasi.
Sebagai tambahan, perencanaan
karir membantu manajemen organisasi
membuat keputusan yang tepat terhadap
sistem kompensasi dan perencanaan
suksesi yang bertujuan untuk mendapat-
kan, mempertahankan, dan memotivasi
karyawan potensial sehingga tercipta
karyawan yang engaged dan produktif
(Thite 2001, Kapel & Shepherd 2004,
Kaye 2005). Lebih jauh, sistem pengembangan karir haruslah berkelanjutan
dan terhubung kepada manajemen SDM
organisasi (Leibowitz, et al.1988).
Model Pengembangan Karir
Mengacu kepada Model Pengembang­
an Karir yang disusun oleh Greenhaus et
al dalam bukunya Career Management
(2000), sebuah model pengembangan
karir sejatinya terdiri dari dua variabel
bebas utama, yakni perencanaan karir
dan manajemen karir. Kedua variabel independen tersebut menentukan pengembangan karir. Selanjutnya, pengembangan karir terhubung kepada dua variabel
outcome: kepuasan kerja (job satisfaction) dan komitmen karir. Dengan perkataan lain, hipotesanya adalah pengembangan karir adalah variabel intervensi
yang menghubungkan perencanaan karir
dan manajemen karir dengan kepuasan
pekerjaan dan komitmen karir.
Hall dan Associates (1986), dan
Granrose dan Portwood (1987) memberi
penekanan kepada pentingnya perencanaan karir sebagai langkah pertama
menuju proses pengembangan karir.
Setiap kar­yawan perlu mengeksplorasi
area pengembangan karir dan memutuskan sasaran personal dan rencana
pengembangan.
Hall dan Associates (1986) mendefinisikan perencanaan karir sebagai proses
menyeluruh untuk membuat karyawan
memahami tentang dirinya, peluang,
hambatan, pilihan-pilihan, dan konsekuensi dari perjalanan karir sekaligus
untuk mengidentifikasi sasaran terkait
karir, berbagai program pengembangan,
dan lama seseorang untuk bisa mencapai
setiap jabatan.
Leibowitz et al. (1986) memiliki
pendapat yang sedikit berbeda. Mere­
ka mendefinisikan perencanaan karir
adalah sebuah proses di mana individu
karyawan menentukan keahlian, minat,
dan nilai-nilai pribadinya. Manusia
cende­rung memilih karir mana yang sesuai dengan diri mereka, dan atas dasar
itu menetapkan tujuan dan menyusun
rencana untuk mewujudkan harapan
mereka. Leibowitz et al. menyatakan
bahwa individu karyawan adalah orang
yang paling bertanggung jawab membuat
perencanaan karir maupun mengidentifikasi keahlian, nilai-nilai, dan minatnya.
Karyawan pula yang harus mencari
pilihan-pilihan karir dalam rangka
menetapkan tujuan karir dan kemudian
menetapkan perencanaan karir diri
mereka.
Dapat disimpulkan, perencanaan
karir dipandang sebagai inisiatif individu
pegawai untuk meningkatkan kontrol
terhadap karir dan memahami pilihanpilihan jabatan, penugasan jabatan, dan
pengembangan diri. Perusahaan bisa
memberikan bantuan kepada karyawan
dengan menyediakan panduan manajemen karir dan berbagai alat bantu
perencanaan karir. Bahkan, banyak perusahaan yang menyediakan alat bantu
aplikasi untuk memandu karyawan
melaksanakan asesmen diri, menganalisis dan mengevaluasi preferensi karir,
Human Capital Journal n No. 23 n Tahun II
n
15 Mei - 15 Juni 2013 <
11
Cover Story
Cover Story
menuliskan sasaran pengembangan, dan
mempersiapkan rencana implementasi
(Hall & Associates 1986, Leibowitz, et al.
1986, Appelbaum, et al. 2002).
Manajemen karir sering disamakan
dengan pengembangan karir. Kedua hal
tersebut jelas berbeda. Sekali individu
pegawai menetapkan tujuan karirnya,
maka mereka harus mengembangkan
kompetensi untuk bisa mewujudkan
tujuan karir tersebut dengan praktik
manajemen karir yang sesuai. Dengan
kata lain, langkah berikutnya setelah
perencanaan karir adalah mengeksekusi
rencana karir tersebut melalui praktik
manajemen karir yang tepat. Seperti
telah dibahas di bagian awal tulisan ini,
manajemen karir adalah sebuah proses
berkelanjutan mempersiapkan, mengembangkan, mengimplementasikan, dan
memantau rencana karir dan strategi
S
Career Development Model
Career
Planning
Career
Development
Career
Management
Performance
Career
Commitment
Adapted from Career Management. Greenhaus et al (2000)
yang dilaksanakan oleh karyawan sesuai
dengan sistem karir perusahaan.
Pengembangan Karir dan
Kepuasan Jabatan
Menurut Lee (2000), organisasi yang
berinvestasi dengan manajemen karir
mampu meningkatkan kepuasan jabatan
Konsep dan Istilah Karir
ebuah karir
adalah rangkaian posisi yang
dijabat seseorang selama hidupnya. Ia terdiri dari
serangkaian aktifitas terkait pekerjaan yang menghadirkan
kontinutas, urutan, dan makna dalam kehidupan seseorang.
Ini merupakan aspek obyektif dari karir seseorang. Tetapi,
konsep karir juga mengandung elemen subyektif. Sebuah
karir terdiri dari perubahan dalam nilai-nilai, sikap, dan
motivasi yang terjadi sejalan dengan makin bertambahnya
usia pekerja.
Kedua elemen tersebut fokus utamanya pada individu.
Asumsi yang mendasari adalah setiap orang bisa menentukan nasibnya melalui serangkaian pergerakan positif dan terencana dengan baik. Di sisi lain, harus diakui pula perencanaan karir yang baik tidak menjamin kesuksesan se­seorang
berkarir. Karir setiap orang ditentukan oleh bebe­rapa
faktor yang kompleks, seperti kinerja, edukasi, pengalam­
an, pengaruh orang tua, dan sedikit faktor keberuntungan.
Seseorang tidak bisa mengandalkan keberuntungan dalam
meraih keberhasilan dalam karir. Individu yang sukses
mengidentifikasi tujuan karir, perencanaan karir, dan terus
berikhtiar. Bagi mereka, keberuntungan terjadi saat peluang
bertemu dengan ikhtiar secara proporsional.
Berikut adalah fakta penting terkait dengan karir:
- Sebuah karir terus dikembangkan sepanjang waktu:
mencakup kondisi-kondisi obyektif (seperti jabatan,
12
Job
Satisfaction
> Human Capital Journal n No. 23 n Tahun II
n
penugasan, dan tanggung
jawab) dan juga reaksi
subyektif (seperti sema­
ngat dan rasa bosan)
- Penilaian atas keberhasilan dalam karir sepenuhnya dinilai oleh individu pegawai. Ia harus menetapkan kriteria
sukses, dan kriteria tersebut bisa sangat beragam. Misalnya berdasarkan penghasilan, petualangan, kesempatan
bekerja dengan orang baru pada lingkungan baru, level
jabatan, kemampuan membantu orang, dan sebagainya.
- Elemen penting dari karir seseorang adalah untuk mera­
sakan sukses secara psikologis, yang pada dasarnya
adalah perasaan berprestasi dan berhasil mengemban
tanggung jawab. Sukses psikologis memberi energi
terhadap upaya meraih tujuan karir dan memudahkan
seseorang untuk mengambil tantangan baru sekaligus
menetapkan level jabatan, peran, dan tanggung jawab
yang lebih tinggi.
- Tipikal karir seseorang saat ini semakin melibatkan
ber­bagai posisi, transisi, dan organisasi dibandingkan de­
ngan masa lalu. Pada masa lalu, karyawan kurang mobile
dan organisasi lebih stabil sebagai pemberi pekerjaan.
Beberapa istilah penting dalam perencanaan karir:
- Karir (career): seluruh jabatan yang diemban seseorang
selama masa kerja
- Tujuan karir (career goals): posisi-posisi di masa depan yang ingin diraih seseorang dalam karirnya
15 Mei - 15 Juni 2013
para karyawan. Riset Lee ini diamini
oleh sejumlah riset terkait, kendatipun
terdapat perbedaan interpretasi terha­
dap kepuasan jabatan tersebut. Sebagai
contoh, Gregson (1987) mendefinisikan
kepuasan jabatan sebagai keadaan
emosional yang positif sebagai hasil
penilaian terhadap jabatan atau pekerjaan seseorang. Chay dan Bruvold (2003)
mendefinisikan kepuasan jabatan sebagai
respons afektif individu terhadap aspek
spesifik tertentu dari pekerjaan. Sedang­
kan Noe (1996) mendefinisikannya sebagai perasaan senang sebagai hasil dari
persepsi seseorang telah mengemban
beban pekerjaan yang bernilai penting.
Kepuasan jabatan adalah bentuk
sikap terkait dengan kondisi dan aspek
terkait dengan pekerjaan (Wiener
1982). Berdasarkan observasi
terhadap sikap tersebut, Jepsen
dan Sheu (2003) mengatakan bahwa
sikap tersebut – senang atau tidak senang
terhadap jabatan – bersifat universal dan
merupakan aspek esensial dari pengembangan karir. Mereka menegaskan, baik
teoris maupun praktisi setuju dengan
asumsi bahwa setiap orang mencari
kepuasan dalam pekerjaannya. Jika
seorang karyawan menjadi engaged
dalam pekerjaan karena sesuai dengan
pilihannya, maka pegawai tersebut akan
mendapatkan kepuasan dalam bekerja.
Berdasarkan teori Herzberg tentang
2 faktor yang mempengaruhi motivasi
seseorang dalam bekerja, maka hygiene
factor diperlukan agar karyawan tidak
merasa puas, tetapi hanya motivators
yang bisa membuat karyawan merasa
puas dan termotivasi (Herzberg, Mausner & Sydenham 1959, Bartol & Martin
1998). Motivators termasuk prestasi,
tanggung jawab, penghargaan, dan pertumbuhan (Bartol & Martin 1998).
Chen, Chang dan Yeh (2004) kemudian mensurvey kemampuan program
pengembangan karir dalam merespons
kebutuhan karir pada tahapan karir
berbeda dan pengaruhnya terhadap
kepuasan jabatan, pengembangan
profesional, dan produktifitas para
personil unit Research & Development.
Salah satu temuan utama riset tersebut
adalah, program pengembangan karir
positif mempengaruhi kepuasan jabatan,
pengembangan profesional, dan produktifitas.
Komitmen Karir dan
Pengembangan Karir
- Jalur karir (career paths):
garis progresi fleksibel di
mana karyawan melakukan
pergerakan karir
- Pemandu karir (career
anchors) : pola-pola nyata
sikap, motivasi, dan nilai-nilai
seseorang sebagai pemandu
dan penstabil karir setelah
mendapatkan pengalaman
dan umpan balik dalam be­
kerja
- Progresi karir (career progression) : membuat kemajuan karir seseorang melalui serangkaian perpindahan
yang tepat
- Perencanaan karir (career planning) : proses di mana
seseorang memilih tujuan karir dan jalur karir untuk
meraih tujuan karir tersebut
- Pengembangan karir (career development) : tindakan
pegawai untuk mewujudkan sebuah perencanaan karir
- Perencanaan dan pengembangan karir (career
planning & development) : upaya membantu karyawan
untuk menentukan tujuan karir yang realistis dan
peluang-peluang mewujudkannya
- Konseling karir (career counseling) : proses memberikan nasehat kepada karyawan dalam menetapkan tujuan
karir dan membantu
mereka menemukan
jalur karir yang sesuai
-Manajemen karir
(career management) :
sebuah proses berkelanjutan dalam menetapkan
tujuan karir, memformulasikan dan mengimplementasikan strategi
untuk mencapai tujuan
serta memantau hasilhasilnya
-Krisis karir perte­
ngahan (mid career crisis) : periode yang terjadi antara
usia pertengahan 30-an dan pertengahan 40-an di mana
karyawan seringkali melakukan reasesmen kemajuan
karirnya secara relatif terhadap tujuan dan ambisi awal
karir. Kejutan terhadap realitas (reality shock) : sebuah
periode yang mungkin terjadi pada perjalanan awal karir
ketika harapan tinggi terhadap jabatan dari pegawai baru
berhadapan dengan realitas jabatan yang kurang menantang dan membosankan
- Kondisi mendatar (plateauing) : Sebuah kondisi stagnan yang dihadapi seseorang dalam jabatannya saat ini
- Mentor : seseorang yang bertindak sebagai penasehat
dan pembantu karir informal lSumber: HRM
Human Capital Journal n No. 23 n Tahun II
n
15 Mei - 15 Juni 2013 <
13
Cover Story
Cover Story
Step 1
Komitmen karir adalah outcome lain
dari inisitiatif pengembangan karir. Hall
(1971), seperti dikutip Noordin, William
& Zimmer (2002), mendefinisikan komitmen karir sebagai kekuatan motivasi se­
seorang untuk bekerja pada peran karir
yang dipilih. Colarelli dan Bishop (1990)
menjelaskan, komitmen karir dicirikan oleh pengembangan tujuan karir
individual, keterikatan terhadapnya, dan
keterlibatan dalam perwujudan tujuan
tersebut. Organisasi yang menyediakan
informasi yang relevan terhadap karir
dan bantuan kepada karyawan untuk
mempersempit fokus karirnya dan makin
mencintai organisasi akan berujung
kepada peningkatan komitmen karir
karyawan (Granrose & Portwood 1987).
Siklus Manajemen Karir
Mengelola karir bukanlah kejadian
yang sekali waktu saja, melainkan sebuah
siklus berkelanjutan dari pengembangan
pribadi. Begitu sebuah tujuan karir tercapai, tujuan baru ditetapkan dan pengembangan berlanjut pada jalur tujuan baru
tersebut. Ada sejumlah langkah yang
perlu dilakukan dalam siklus manajemen
karir, (lihat Gambar. Siklus Manajemen
Karir)
P
14
> Human Capital Journal n No. 23 n Tahun II
n
Langkah pertama dalam mengelola
karir Anda adalah mengenali diri sendiri.
Hal terpenting adalah mengenali ke
mana Anda ingin pergi dalam bidang
karir. Lalu, kenapa Anda ingin mengejar
cara mendalam industri tersebut
4. Sesuaikan diri Anda dengan tujuan karir. Putuskan karir yang paling sesuai dengan diri Anda dengan
menyempitkan pilihan pekerjaan/jabatan. Evaluasi se­
tiap pilihan, identifikasi setiap alternatif, dan perhatikan juga pilihan jangka pendek dan panjang.
5. Tuliskan tindakan yang bisa diambil untuk
mewujudkan tujuan karir tersebut, misalnya mendaftar
program pendidikan atau pelatihan tertentu
6. Analisis karir yang sudah dipilih. Hal ini membantu Anda mendapatkan gambaran tentang bagaimana Anda mewujudkan harapan tersebut dan kompetensi
apa yang diperlukan untuk mewujudkannya
Elemen Perencanaan Manajemen Karir
Sama halnya dengan perencanaan keuangan, maka
sebuah rencana manajemen karir juga memiliki elemenelemen, antara lain:
- Inventori kekuatan, keahlian, dan kompetensi inti
- Mendefinisikan dan mengukur tujuan dan matriks ka­
rir: 1, 3, 5 dan 10 tahun
- Mengidentifikasi arah dan peluang karir
- Analisis pasar karir saat ini dan di masa depan
- Rencana kompensasi
- Rencana manajemen karir strategis : strategi, tindakan,
dan target waktu
- Strategi pemasaran : resume, surat aplikasi, dan sebagainya untuk mempromosikan diri
Beberapa elemen tersebut bisa dikerjakan sendiri, tetapi
juga bisa melibatkan pihak profesional lainnya. Ukuran keberhasilannya harus dibuat sesuai dengan tujuan karir dan
tindakan yang sudah dibuat. l
15 Mei - 15 Juni 2013
Step 4
- Resume Writing and
Interview Skills
Step 2
For Managers
- Basics of Coaching
Langkah Manajemen Karir
1: Tetapkan ke mana Anda
ingin pergi
Proses dan Elemen Perencanaan Manajemen Karir
roses manajemen karir bisa disederhanakan menjadi
3 elemen utama: Temukan (Discover), Rencanakan
(Plan), dan Bertindak (Act).
- Temukan – dilaksanakan melalui diskusi satu-satu,
asesmen, analisis situasi dan studi pasar yang bertujuan
untuk menemukan keahlian, kompetensi inti, dan peluang masa depan yang selaras dengan tujuan personal
dan profesional.
- Rencanakan – proses untuk merealisasikan rencana
pengembangan sesuai tujuan karir secara rinci (posisi, peran, tanggung jawab, kompensasi, budaya) dan
tindak­an-tindakan terencana untuk mencapai tujuan
karir tersebut.
- Bertindak – waktunya untuk melaksanakan seluruh perencanaan, di mana setiap tujuan dan tindakan
jangka pendek dengan akuntabilitas terukur. Biasanya
peninjauan ulang dilakukan melalui sesi coaching dan
mentoring eksekutif yang biasanya dilakukan sekali
sebulan, kuartalan atau sekali setahun - tergantung kebutuhan.
Secara lebih rinci, perencanaan karir bisa dilakukan sebagai berikut:
1. Evaluasi diri. Identifikasi minat, nilai-nilai, kebutuhan dan tujuan pribadi. Ini membantu Anda memahami karir yang telah atau akan dipilih, dan bagaimana
karir tersebut sesuai dengan diri Anda
2. Kembangkan sasaran karir. Dapatkan ide pekerjaan apa yang ingin raih, bagaimana rencana Anda
mendapatkan jabatan tersebut, dan kompetensi apa
yang ingin Anda tawarkan kepada perusahaan
3. Eksplorasi karir potensial. Tentukan bidang industri yang Anda inginkan untuk bekerja, dan pelajari se-
- Determine Where You
Want to Go
- (Optional) Understand
Your Worktype
- Identify Your Strengths
and Development Areas
Through 360 Degree
Feedback
Step 3
- Make a Career
Development Plan
Gambar. Siklus Manajemen Karir
pekerjaan dan karir tersebut, aktifitas
apa yang Anda lakukan untuk menggapainya, apa saja yang membuat Anda
terikat dan penuh semangat, dan apa
saja yang membuat Anda paling merasa
puas dan ingin meraih hasil ekselen?
Pertanyaan-pertanyaan ini merupakan
“jantung” dari mengenali diri sendiri.
Langkah Manajemen Karir 1
(pilihan): Pahami tipe pekerjaan
yang Anda sukai
Selain mengenali diri sendiri, perlu
juga untuk memahami tipe pekerjaan
yang membuat Anda merasa puas dan
berhasil. The Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) merupakan alat yang
cukup valid untuk memahami kekuatan
diri dan bagaimana mendayagunakan
kekuat­an ini saat merencanakan jalur
karir.
Langkah 2 Manajemen Karir:
Indentifikasi kekuatan dan area
pengembangan menggunakan
asesmen 360 derajat
Ada banyak alat untuk asesmen 360
derajat, salah satunya adalah The Hay
Group 360 derajat yang memungkinkan
Anda mendapatkan masukan dari manajer, kolega, dan orang yang Anda kelola,
dan kolega lainnya dalam kompetensi
kepemimpinan yang sangat penting
untuk berhasil dalam organisasi.
Langkah Manajemen Karir
3: Susun perencanaan
pengembangan karir
karir Anda adalah menciptakan rencana pengembangan karir diri sendiri.
Perencanaan ini membantu Anda meng­
hubungkan tujuan karir dengan program
pengembangan untuk membantu Anda
meraih prestasi dalam karir. Berdasarkan kekuatan kinerja Anda selama ini
dan tujuan karir yang sudah ditetapkan, Anda bisa membuat prioritas area
pengembangan. Anda harus mengidentifikasi peluang-peluang pengembangan
diri dan bagaimana memperoleh akses
terhadap peluang-peluang tersebut.
Langkah Manajemen Karir
4: Bangun keahlian menulis
resume dan wawancara
Bagi banyak individu, tujuan karir
mereka tentu ingin meraih posisi baru
tertentu. Kesuksesan dalam mendapatkan karir yang dituju sangat ditentukan
oleh kemampuan membuat resume dan
keahlian wawancara. Misalnya, bagaimana seseorang mempromosikan kualifikasi dirinya sesuai dengan persyaratan
jabatan.
Dukungan Pengembangan
Karir: Coaching
Untuk bisa mendukung pengembangan karir karyawan, maka para manajer
dan pimpinan organisasi harus memiliki keahlian melaksanakan coaching
yang efektif. Manajer harus mengetahui
kriteria dan kondisi yang harus ada
agar karyawan merasa terikat dengan
organisasi dan pekerjaannya. Atas dasar
itu, manajer dan pimpinan organisasi
membangun iklim saling percaya dan
komitmen sehingga coaching bisa dilaksanakan. Keahlian coaching bertumpu
pada kemampuan kepemimpinan dan
komunikasi sehingga manajer bisa menyesuaikan coaching dengan kebutuhan
individual pegawai dan mengelola proses
dengan baik. l
Pola Jalur Karir
Dalam manajemen karir, secara umum terdapat 3 pola jalur karir yang
dirancang oleh organisasi:
1. Jalur karir fungsional, di mana karir pegawai hanya bergerak pada
1 fungsi saja. Jalur karir fungsional menghasilkan para spesialis de­ngan
kompetensi teknis tinggi dan mampu bertindak sebagai pemecah masalah
yang handal dalam aspek teknis.
2. Jalur karir radial, di mana karir pegawai bergerak seperti spiral secara
gradual pada jalur tertentu dalam keluarga jabatan yang sama. Jalur karir
radial menghasilkan pegawai yang memiliki kemampuan beragam, berwawasan lebih luas, dan semi generalis. Jalur karir ini biasanya juga menjadi
solusi karir bagi karyawan potensial tetapi karirnya hampir mentok dan
mengalami kejenuhan.
3. Jalur karir lintas fungsional, di mana karir pegawai bergerak lintas
fungsi atau keluarga jabatan. Jalur karir lintas fungsional menghasilkan
karyawan generalis dengan kemampuan beragam, berwawasan luas, dan
siap mengambil peran manajerial yang lebih besar. l
Langkah ketiga dalam mengelola
Human Capital Journal n No. 23 n Tahun II
n
15 Mei - 15 Juni 2013 <
15
Cover Story
Cover Story
Menyusun
Perencanaan Karir
Lima Tahunan
Jelaslah bahwa dalam perencanaan karir, peran karyawan
itu sendiri sangat menentukan keberhasilan karir dirinya.
Untuk berhasil dalam karir, seyogyanya karyawan juga
mengembangkan perencanaan karir lima tahunan. Bagaimana ca­ranya?
M
engembangkan perencanaan karir lima tahunan?
Tentu saja sangat diperlukan. Menurut pakar manajemen karir Randall S. Hansen, Ph.D,
perencanaan tersebut diperlukan karena
dalam perjalanan karir seseorang, orang
tersebut telah mengalami perubahan
karir beberapa kali. Seberapa sukses
orang tersebut dalam membuat transisi
karir juga ditentukan oleh seberapa
bagus perencanaan dan persiapan
yang telah dibuat. “Perencanaan karir
merupakan jembatan penghubung dari
jabatan/karir saat ini dengan jabatan/
karir di masa depan,” tukasnya.
Berdasarkan lama waktu periode
perencanaan, maka perencanaan karir
terbagi dalam perencanaan karir jangka
16
pendek dan jangka panjang. Sebuah
perencanaan karir jangka pendek fokus
untuk selang waktu perencanaan karir
tahun depan dan beberapa tahun kemudian, tergantung dengan interpretasi
setiap pegawai. Biasanya kurang dari 5
tahun. Karakteristik kunci dari rencana
karir jangka pendek adalah menetapkan
tujuan dan sasaran realistis yang bisa
dicapai dalam beberapa tahun ke depan.
Sedangkan perencanaan karir
jangka panjang biasanya berumur 5
tahun atau lebih dan melibatkan faktorfaktor penentu perencanaan yang lebih
banyak. Kita tahu, bisnis, karir, dan
kondisi pekerjaan berubah sangat cepat,
dan keahlian yang sudah dimiliki atau
direncanakan saat ini boleh jadi tidak
diperlukan lagi di masa depan. Peren-
> Human Capital Journal n No. 23 n Tahun II
n
15 Mei - 15 Juni 2013
canaan karir jangka panjang seyogyanya lebih dalam mengidentifikasi dan
mengembangkan kompetensi inti yang
sangat dihargai oleh perusahaan, di
samping terus mengembangkan tujuan
karir dalam perspektif lebih luas.
Lantas, bagaimana menyusun peren­
canaan karir lima tahunan? Banyak
orang yang gagal berkarir, tetapi banyak
juga yang tahu sejak awal apa karir yang
ingin mereka dapatkan. Sebuah perencanaan karir membantu memantapkan
diri dalam meniti jalur karir saat ini
atau mengkonfirmasi adanya kebutuh­
an perubahan karir. Mengembangkan
perencanaan karir lima tahunan bisa
membantu untuk fokus dan mencegah
munculnya perasaan mentok dan jenuh
dalam sebuah pekerjaan/jabatan.
Langkah
1
Buatlah tujuan karir secepatnya.
Pikirkan tujuan akhir karir. Tanyakan
pada diri Anda, “Ke mana aku berada
dalam 5 tahun ke depan?” Gunakan hal
ini sebagai titik awal. Hati-hati, jangan
memilih posisi atau bidang pekerjaan
yang kelihatan menarik karena gajinya
besar. Monitor dan lakukan riset tentang
perkembangan tentang posisi atau
bidang jabatan tersebut dalam 5 tahun
terakhir.
1
Langkah
2
2
Dapatkan mentor karir dalam tahun
pertama. Pilihlah seseorang yang telah
berhasil atau sedang menuju keberhasil­
an mewujudkan tujuan karirnya. Idealnya, orang ini bisa dikontak dalam 5
tahun untuk mendapatkan umpan balik.
Orang ini bisa memberikan pandangan
berharga tentang perjalanan karir yang
bisa dimasukkan ke dalam perencanaan.
Langkah
3
Identifikasi kompetensi yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan karir
selama tahun kedua. Ases pendidikan,
pengetahuan atau keahlian spesifik atau
tahun pengalaman yang dibutuhkan
untuk sukses dalam bidang yang dipilih.
Carilah peluang untuk mempraktikkan
atau meningkatkan kompetensi yang
diidentifikasi pada langkah 3 selama
tahun keempat dan kelima. Sangat bermanfaat tidak hanya menyusun daftar
kompetensi ini dalam sebuah resume
tetapi juga memberikan contoh praktis
pengalaman yang bisa dimanfaatkan
dari pengetahuan tersebut.
3
Langkah
4
Langkah
5
4
5
Ases kompetensi diri saat ini dan tentukan area yang perlu dikembangkan untuk mencapai tujuan yang sudah dipilih
pada tahun kedua dan ketiga. Sebagai
tambahan terhadap identifikasi mentor,
berbicaralah dengan profesional lainnya
dalam bidang yang dipilih untuk mendapatkan umpan balik tentang kompetensi
apa yang paling berharga.
Identifikasi jabatan atau posisi yang
terdapat pada bidang yang diidentifikasi.
Hitung peluang dan terapkan untuk posisi tersebut. Jika dipersiapkan dengan
baik, sebuah wawancara bisa dilaksanakan. Jika tidak, ambil inisiatif dan
kontak kepada staf SDM untuk menggali
area mana yang bisa ditingkatkan untuk
menjadi lebih kompetitif untuk posisi
yang dipilih. l
Apa Kata Mereka?
Irsad Nizam
Human Resources & OD Adviser Bukaka Inti
Harus Punya Roadmap Career
S
aat ini perusahaan di Indonesia menyusun konsep Career Management
(CM) dengan mengakomodir talenta yang ada di perusahaan melalui
program Talent Management (TM). Hal ini ditegaskan oleh Irsad
Nizam, Human Resources & OD Adviser Bukaka Inti. Menurutnya, idealnya
bila bicara CM tentunya akan membahas tentang strengthen organization,
yaitu bagaimana keunggulan para karyawan dapat menjadi kekuatan organisasi dalam menjalankan roda bisnis, menghadapi persaingan bisnis, dan
kompetisi tenaga terlatih.
Oleh karena itu, dalam konsep CM, hal terpenting yang menjadi komponennya adalah keunggulan organisasi
(bisnis portofolio), kesolidan organisasi
(readiness & steadiness), dan kekuatan organisasi (karyawan berkompeten). “Perihal
jalur cepat ataukah regular, dapat diterapkan tergantung seberapa cepat company
ingin memenangkan kompetisi bisnis dan
seberapa kuat lini leader memainkan perannya,” ujar Irsad. Namun, roadmap yang
terbentang jelas akan menjadi jembatan
bagi karyawan meraih karirnya sesuainya
dengan keunggulan/kompetensi diri
masing-masing.
Ada dua hal yang tercakup dalam
career management yaitu vertical career
dan horizontal career. Menurutnya,
organisasi yang ingin menang dalam persaingan bisnis, harus memiliki roadmap career bagi seluruh level karyawannya. “Implementasinya dapat vertikal
maupun horizontal, tergantung seberapa confidence company memberdayakan kekuatan dan keunggulan kompetensi karyawannya,” tegas Irsad. Tantangan yang akan dihadapi oleh seorang HR dalam mengimplementasikan
CM di antaranya adalah komitmen management, kesiapan karyawan (minat
& kompetensi), dan kesiapan organisasi (infrastructure).
Banyak manfaat yang diperoleh perusahaan dan karyawan dengan
adanya CM. Manfaat yang didapat oleh perusaahn di antaranya adalah
engagement lebih terbentuk, produktivitas naik, dan siap memenangkan
persaingan. Sedangkan manfaat untuk karyawan yaitu job security, kenyamanan kerja terbentuk, dan lebih fokus. Yang terpenting adalah perusahaan
tetap harus memiliki tanggung jawab di kedua sisi yaitu karyawan yang berpotensial maupun karyawan yang kurang berpotensial. “Program pengembangan untuk karyawan yang berpotensial didesain secara terstruktur guna
mempersiapkan yang bersangkutan menuju jenjang lebih tinggi. Umumnya
mencakup MDP (management development program), DP (supervisor
development program), LDP (leadership development program), dan SMP
(strategic management program),” tutur Irsad. l Ratri Suyani
Human Capital Journal n No. 23 n Tahun II
n
15 Mei - 15 Juni 2013 <
17
Cover Story
Cover Story
Apa Kata Mereka?
Arividya Noviyanto
jangka panjang dari pengembangan seorang karyawan,
memastikan bahwa prosedur-prosedur HR yang berlaku
dijalankan, menjembatani antara kebutuhan organisasi
dan aspirasi dari karyawan.
Dilihat dari demografi usia, sekitar 50% karyawan
TEPI berusia 35 tahun kebawah. Hal ini tentu merupa­
kan tantangan tersendiri bagi TEPI untuk meng­
rinsip Career Management (CM) di Total E&P
akselerasi pengembangan karyawan untuk menutup
Indonesie (TEPI) dan Total Group adalah dengan
competency-gap. Ada berbagai cara yang dilakukan
meng-attract dan men-develop talent. Menuantara lain melalui job assignment yang merupakan
rut Arividya Noviyanto, Vice President Human
porsi terbesar dalam strategi pengembangan, coaching/
Resources, Communication & General Service Total
mentoring, self learning dan training. Dalam berbaE&P Indonesie, hal ini untuk memastikan bahwa TEPI
gai bidang disiplin, TEPI juga mengembangkan dan
dan Total Group memiliki resources yang dibutuhkan
mengimplementasikan konsep Pre-Employment trainuntuk mencapai kinerja yang ditargetkan dalam jangka
pendek dan panjang, memastikan adanya keseimbangan ing dimana fresh graduate sebelum direkrut sebagai
karyawan, mereka dididik melalui program training
(equity) dan keberagaman (diversity), dan membangun
termasuk on the job training yang sistematis sehingga
motivasi karyawan.
mereka cepat beradaptasi di lingkungan kerja.
Karakteristik dalam CM di TEPI adalah dengan
Tetapi tantangan utama yang dihadapi adalah
melalui pendekatan collaborative dalam hal pengambil­
bagaimana TEPI me-renew age pyramidnya. Dalam
an keputusan, management by Métier atau professional
arti mengakselerasi karyawan yang berusia muda
disiplin, Long-term Management (Total develops our
untuk mencapai level kompetensi yang diharapkan dan
own managers and experts), Mobility atau Growing
bagaimana pengalaman
by moving, yang berarti
yang dimiliki oleh generasi
karyawan dikembangkan
terdahulu diwariskan kemelalui berbagai macam
Dengan menerapkan CM yang
pada generasi penerusnya.
penugasan baik lintas
baik,
dari
sisi
perusahaan
akan
“Juga bagaimana TEPI
unit kerja, area geografi
mendapatkan
talent-talent
yang
me-retain talent-talent
maupun disiplin ilmu,
dibutuhkan dalam mendukung
terbaiknya dalam komserta mengembangkan
petisi global saat ini,” aku
suasana kerja internapencapaian target perusahaan
Arividya.
sional.
dalam jangka pendek maupun
Dengan menerapkan
Diakui Arividya, ada
panjang.
CM yang baik, dari sisi pe4 aktor utama yang berrusahaan akan mendapat­
peran dalam CM, yaitu
kan
talent-talent
yang
dibutuhkan
dalam mendukung
karyawan, Line Hierarchy, Head of Metier, dan Career
pencapaian target perusahaan dalam jangka pendek
Manager atau HR Business Partner. Karyawan adalah
maupun panjang. Sedangkan dari sisi karyawan, mereka
orang yang dapat mengarahkan karirnya melalui konakan mendapatkan kesempatan dalam pengembangan
tribusi, kinerja, dan potensial yang ditunjukkan. Line
diri yang lebih baik, dalam sisi teknikal maupun softskill
hierarchy adalah atasan dari karyawan tersebut yang
yang akan berguna bagi karyawan yang bersangkutan.
dapat memberikan evaluasi mengenai karyawan terseTEPI memberikan fasilitas bagi karyawannya
but melalui pengamatan dalam aktivitas kerja. Head of
untuk berkembang. Misalnya bagi new recruits yang
Metier adalah kepala dari suatu professional disiplin,
tetarik ­belajar lintas disiplin, dibuka program bernama
yang memastikan bahwa karyawan tersebut memiSMART, dimana dalam waktu sekitar 9 bulan seorang
liki ketrampilan dan keah­lian yang diperlukan untuk
mengantisipasi perubahan. Metier memiliki view jangka karyawan akan dibimbing oleh seorang mentor dalam
menyelesaikan suatu project. Di akhir program, project
panjang dalam hal pengembangan kompetensi (experini akan dipresentasikan kepada Top Management se­
tise dan skills yang dibutuhkan dan perlu dikembanghingga menambah pengalaman exposure bagi karyawan
kan) sesuai dengan kebutuhan bisnis saat ini ataupun di
masa depan. Sedangkan Career Manager atau HR Busi- tersebut. l
ness Partner adalah orang yang menekankan pada sisi
Vice President Human Resources, Communication &
General Service Total E&P Indonesie
Me-renew Age Pyramid
P
18
> Human Capital Journal n No. 23 n Tahun II
n
15 Mei - 15 Juni 2013
Apa Kata Mereka?
Eddie Priyono
Director PT Victory Jaya Perkasa
Talent yang Bagus Harus
Diberi Kesempatan
M
enurut Eddie Priyono, konsep Career Management
(CM) harus dimulai dari awal perekrutan. “Banyak­
korporasi yang memakai sistem Management
Trainee (MT), untuk mendapatkan calon calon mana­ger­
nya.” Calon manager disaring, dan banyak menda­patkan
pelatihan. Selama pelatihan, semua karir mereka akan
diarahkan sesuai talenta mereka, papar Director PT. Victory
Karyawan merupakan kekuatan
sebuah perusahaan untuk menjalankan bisnis agar perusahaan
bisa berkembang, maju dan tetap
ada.
Jaya Perkasa, yang juga menjabat sebagai Advisor di Lembaga Pusat Studi dan Komunikasi Pemerintahan (Puskopem).
Selain MT, program Talent Management (TM) juga menjadi
kebutuhan yang tak kalah penting bagi perusahaan.
Lulus seleksi awal MT, para trainee ini mulai melakukan
pekerjaan yang sesuai dengan talenta mereka, melalui on the
job training, coaching, mentoring, dan bentuk pengembang­
an karyawan lainnya. “kan tidak semua karyawan sudah
bagus dan memenuhi kebutuhan perusahaan, ada juga yang
sudah bagus atau sudah jadi, ada yang dipersiapkan dari
awal. Melalui MT, semua karya­wan yang berpotensi dan
bertalenta dipersiapkan dari nol, dan akan dikembangkan,
sehingga ketika mereka lulus, mereka langsung mampu
be­kerja, sesuai deskripsi dan standar yang telah ditetapkan”
tutur Eddie. Bahkan jika diperlukan, lanjut Eddie, karyawan
yang bagus akan diberikan pendidikan tambahan berupa
pendidikan formal di dalam atau di luar negeri.
Cara mengimplentasikannya, adalah dengan melalui
management development, yaitu dengan men-set up dari
kebutuhan tiap tiap departemen “Misalnya jika di departemen produksi membutuhkan manager produksi, maka
ha­rus dipersiapkan, melalui MT Produksi terlebih dulu.
Menurut saya, kerjakanlah dari awal dengan baik dan
benar,” tuturnya. Menurut Eddie, karyawan
merupakan kekuatan sebuah perusahaan untuk
menjalankan bisnis, agar perusahaan bisa
berkembang, maju dan tetap ada. Karena itu,
perlu strategi dalam hal pelatihan dan pengembangan khusus untuk para talent, agar talent
berkembang dengan optimal. “Seorang talent
yang bagus harus diberikan ke­sempatan, tidak
boleh dihambat. Kalau dihambat maka talent
tersebut akan kabur,” tegasnya.
Para talent dari MT, bisa mencapai posisi
yang lebih tinggi dan lebih cepat dibandingkan
karyawan biasa. “Jika jalur regular bisa membutuhkan waktu antara 5-6 tahun untuk mencapai
posisi manager, maka untuk talent, bisa sekitar
2-3 tahun saja. Ini jauh lebih cepat,”jelasnya.
Misalnya jika seorang sales lulusan MT, membutuhkan waktu 3 bulan untuk menjadi salesman,
6 bulan sebagai sales supervisor, disambung 6
bulan terakhir sebagai assistant manager, dan
tahun berikutnya sudah bisa naik menjadi sales
manager. “Tiap saat, mereka akan dimonitor dan
dievaluasi oleh atasannya, agar diketahui apa
saja yang menjadi plus minus, sehingga si MT
tersebut bisa diberikan pelatihan dan pengembangan tambahan,” paparnya. Bahkan jika perlu,
karyawan yang bersangkutan dimutasi atau dirotasi ke tempat lain, untuk menambah pengetahuannya. Diharapkan,
saatnya nanti dia bisa bekerjasama dengan bagian lain .
Ketika disinggung perihal manfaat yang didapat oleh
perusahaan dengan adanya konsep CM ini, dengan lugas Eddie menjawab bahwa perusahaan akan diuntungkan, karena
bisnis akan lebih terencana, produktivitas karya­wan dan
perusahaan akan optimal, dan perusahaan siap bersaing di
industri tempat mereka berkiprah. l
Human Capital Journal n No. 23 n Tahun II
n
15 Mei - 15 Juni 2013 <
19
Cover Story
Cover Story
Apa Kata Mereka?
Immanuel Adi Pakaryanto
Corporate HR Management PT. Triputra Investindo Arya
Memadukan Leadership,
EQ dan Passion
T
riputra Group, korporasi yang dibangun oleh Theodore Permadi Rachmat sejak tahun 1998 dan memiliki
11 kelompok usaha yang tergabung dalam 4 sektor
besar (agribisnis, manufaktur, pertambangan, dan perdagangan & jasa) mengembangkan sebuah sistem manajemen
bernama Triputra Management System (TMS). Sistem ini
bersifat universal dan dapat diimplementasikan pada lini
bisnis yang berbeda-beda di bawah naungan Triputra Group.
TMS adalah panduan komprehensif bagi anak perusahaan
dalam lingkup Triputra Group dalam menjalankan bisnisnya. Di dalam TMS terdapat 9 sub-sistem yang meliputi
Corporate Philosophy, Standardization & Improvement
Management, Operation Management, People Management, Information Technology Management, Risk Management, Good Corporate Governance, Strategic Management,
dan Enabler.
Menurut Immanuel Adi Pakaryanto, Deputy Head
Corporate HR Management PT. Triputra Investindo Arya,
dalam sub-sistem People Management, terkandung mindset
bahwa pengelolaan terhadap people dalam organisasi harus
diawali dengan pemahaman yang sangat baik mengenai bisnis. Hal tersebut dituangkan dalam bentuk People Blueprint.
People Blueprint tersebut digunakan sebagai dasar implementasi Talent Management, terdiri dari 3 bagian yaitu Attract (bagaimana menarik talent, baik dari dalam maupun
dari luar organisasi), Develop (bagaimana membangun
people), serta Deploy (bagaimana menempatkan people pada
posisi yang sesuai dengan passion, competence, serta kebutuhan organisasi).
Bagian yang
tidak kalah
penting dalam
sub-sistem People
Management
adalah HR Operation. “Bila semua
hal itu dilakukan
dengan
20
> Human Capital Journal n No. 23 n Tahun II
n
baik maka 3 tugas penting HR, yaitu menjaga dan meningkatkan People Availability, People Productivity, serta People
Stability akan dapat tercapai,” katanya. Adanya TMS, diakui
Adi, secara langsung berkaitan dengan erat dengan konsep
Career Management (CM) yang ada di Triputra Group. “Kalau bicara CM, jelas berkaitan dengan Talent Management
(TM). Apapun yang dilakukan di HR, harus dimulai dari
pemahaman TM yang benar,” paparnya.
Secara rutin, setidaknya 2 kali dalam setahun, talent
level Manager ke atas Triputra Group (kurang lebih 700
orang) dibicarakan dan disepakati roadmapnya. Pembica­
raan mengenai talent di Triputra Group atau lazim disebut
Winning Team Review (WTR) ini melibatkan Board of
Director Triputra Group, CEO anak perusahaan, Corp.
HR Triputra Group, serta PIC HR anak perusahaan. Hasil
proses ini adalah strategi dan key action yang perlu dilakukan di masing-masing anak perusahaan terkait dengan
talent-talent mereka dan rencana kaderisasi di masa yang
akan datang. Ada 2 strategi besar yang dapat diambil untuk
memenuhi kebutuhan talent dan kaderisasi yaitu Build
(membangun talent yang ada di dalam organisasi), atau Buy
(‘membeli’ talent dari luar organisasi).
Ada 4 aspek pengukuran talent yaitu Triputra DNA (core
values), Leadership, Passion, serta EQ (Emotional Quotient).
“Kader-kader pemimpin Triputra Group harus memenuhi
ke-4 aspek tersebut,” tegasnya. EQ adalah aspek yang
muncul belakangan, berawal dari kesadaran bahwa leader
dengan EQ tinggi akan dapat menjaga people sustainability
melalui pembentukan budaya dan iklim kerja yang kondusif.
Berdasarkan kesepakatan dari WTR inilah, kader-kader
tersebut digerakkan melalui serangkaian fire-test, semacam
pemberian tugas menantang untuk membuktikan bahwa
kader memang memiliki kualifikasi yang memadai untuk
dapat menjadi future leader.
Pendekatan Triputra Group dalam mengembangkan
talent adalah kombinasi antara training formal, fire-test,
dan mentoring. Training berjenjang mulai dari entry
level (Triputra Management Trainee Program) sampai
de­ngan training level executive (Triputra Executive Program) dilakukan oleh TREC (Triputra Excellence Center),
bekerjasama dengan berbagai konsultan dan lembaga
pendidikan tinggi. Namun pada akhirnya, yang paling efektif adalah fire-test dengan proses mentoring
yang dikelola dengan baik. “Salah satu tantangan bagi
Triputra Group, adalah bagaimana melengkapi jajaran
pemimpin dengan kesadaran, kemauan, serta kemampuan untuk melakukan mentoring secara berkesinambungan,” kata Adi kembali. Semua hal itu dilakukan sebagai wujud nyata motto Triputra Group:
Exellence through People and Process. l
15 Mei - 15 Juni 2013
Career Management: Do What You Love and
Let Your Talents Work for You
U
ntuk memenangkan perdari sisi soft competency dan juga hard
saingan dan dapat bercompetency. Dikenal dengan istilah
tahan di era globalisasi ini,
proses penilaian atau assessment yang
yang dibutuhkan perusatujuannya adalah pemetaan karyawan
haan adalah memiliki sum- berdasarkan kekuatan yang dimiliki.
ber daya manusia (SDM) yang unggul,
Selain assessment, penilaian juga
kompeten, produktif dan mampu bersabisa juga berdasarkan hasil appraisal,
ing untuk memberikan kinerja terbaik.
atau melalui pencapaian target KPI.
Bagaimana perusahaan bisa
Penilaian pun bisa dilakukan oleh badan
memperoleh SDM
komite yang terdiri
yang unggul dan
dari para pemimpin di
kompeten? Tentunya
perusahaan.
melalui serangkaian
Biasanya dari sekegiatan seleksi di
rangkaian proses ini,
awal. Adalah tugas
hasil yang diperoleh
perusahaan untuk
adalah gambaran
kemudian memperpeta karyawan dari
tahankan SDM yang
yang paling unggul
berkualitas tersebut
dalam hal kinerja dan
dengan memberipotensi untuk dikemkan fasilitas berupa
bangkan lebih lanjut
Oleh
kesempatan untuk
hingga sebaliknya.
Nining Kristiana
mengembangkan diri
Prioritas perusaPrincipal
Consultant
seoptimal mungkin.
haan adalah mengemSalah satunya adalah
bangkan karir
menyiapkan karir di perusahaan sesuai
seoptimal mungkin pada para karyawan
dengan keahlian, kompetensi, minat
yang disebut sebagai top performer dan
dan aspek-aspek pribadi lain yang bisa
talented. Mengapa? Karena karyawandikembangkan, biasa dikenal istilah
karyawan tersebut adalah kader utama
Career Management.
perusahaan yang sangat dibutuhkan unSalah satu contoh penerapan Career
tuk bertahan dan berkembangnya bisnis
Management di perusahaan adalah,
ke depan. Program pengembangan karir
menyiapkan jalur-jalur karir di perusayang diberikan, umumnya bersifat indihaan, misalnya jalur karir yang berbavidu dan berbasis pada kekuatan yang
sis keahlian atau bisa juga disiapkan
dimiliki oleh individu tersebut. Misaljalur karir yang berbasis kemampuan
nya, bila jalur karir yang disiapkan adakepemimpinan (jalur struktural).
lah berbasis pada aspek kepemimpinan,
Penentuan jalur karir tersebut tentunya
maka individu yang memiliki potensi
disesuaikan dengan kebutuhan peruterbaik untuk dikembangkan sebagai
sahaan yang dikaitkan dengan tujuan
pemimpin, terpilih untuk mengikuti
perusahaan. Bagaimana menyiapkan
program pengembangan karir sebagai
SDM yang sesuai untuk memasuki jalur
pemimpin.
karir yang dipersiapkan oleh perusaProgram pengembangan karir yang
haan? Salah satunya dengan melalukan
diberikan haruslah berfokus pada
proses identifikasi kompetensi karyawan kekuatan potensi yang dimiliki individu,
dengan kata lain individu memang harus
memiliki ‘modal’ kekuatan terlebih
dahulu baru kemudian dikembangkan
secara optimal, terutama aspek-aspek
potensi yang berkaitan dengan ‘soft competency’, misalnya potensi leadership,
communication skills, service orientation, achievement striving, dan lain-lain.
Bagaimana menilai berhasilnya
program pengembangan karir terfokus
ini? Adalah dengan memberikan target
yang harus dicapai dalam waktu yang
telah ditentukan. Target tersebut sesuai
dengan aspek kompetensi yang akan
dikembangkan dan nantinya harus berhasil dicapai di karir selanjutnya.
Meski program manajemen karir
tidaklah murah, selain dari sisi finansial,
waktu, tenaga dan fokus perhatian yang
dibutuhkan juga sangat banyak, namun
ini penting untuk dilakukan, karena
keuntungan yang diraih juga setimpal.
Memang sangatlah perlu bagi perusahaan untuk jeli dalam melakukan
seleksi karyawan saat perekrutan, terutama aspek-aspek yang memang sangat
penting untuk dimiliki dan dikembangkan lebih lanjut. Pilihlah karyawan yang
tidak hanya kompeten dari sisi keahlian
tetapi juga memiliki passion yang besar
yang memungkinkan karyawan tersebut dikembangkan karirnya seoptimal
mungkin. Seperti ada pepatah yang
mengatakan bahwa “hire the traits and
passions, improve the skills”. l
Firstasia Consultants.
Wisma 76 - 18th floor Jl. Letjen S. Parman Kav 76
Slipi, Jakarta Barat
Assessment Center, Executive Search, Training &
HR Management Consultancy Outsourcing by Mitra Kerja Utama
(sister company of Firstasia Consultants) P: 62.21.536 66 618 |
F: 62.21.536 77 666 | www.firstasiaconsultants.com
Human Capital Journal n No. 23 n Tahun II
n
15 Mei - 15 Juni 2013 <
21
Download