iTempo EDISI 147 | KORAN TEMPO | SABTU, 6 NOVEMBER 2010 SUPLEMEN GAYA HIDUP DIGITAL eliat tablet yang dimotori dan didominasi oleh Apple iPad telah menarik perhatian industri media massa. Itu adalah peluang untuk menciptakan platform media massa yang baru, setelah era portal Internet, situs bergerak, dan e-paper. Zamannya membaca koran dalam bentuk kertas yang lebar mulai tergantikan oleh koran-koran di layar komputer. Lalu arus bergerak ke layar yang lebih kecil, yaitu telepon seluler. Media massa menciptakan peluncurnya masing-masing, khususnya untuk BlackBerry dan iPhone. Tapi layar ponsel memang tak bisa menyajikan konten yang lebih variatif. Kelebihan inilah yang ditawarkan iPad. Di samping teks, media bisa menampilkan infografis yang dinamis serta multimedia, seperti video, musik, dan audio. Lalu kini sudah lahir masanya tablet Android. Mereka yang sudah menabuh genderang adalah Dell Streak dan Samsung Galaxy Tab. Ini pun menjadi magnet bagi media massa, seperti di Indonesia. Grup Kompas, misalnya, telah menempatkan dirinya di semua platform. Terakhir grup ini memajang dirinya di Galaxy Tab, tablet anyar dari Samsung. “Ini menghidupkan kembali roh media yang sempat lesu dan membuka peluang bisnis baru,” kata Edi Taslim, Business General Manager PT Kompas Cyber Media. Edi mengatakan perusahaannya harus sigap menyikapi kecepatan perubahan teknologi. Karena itu, mereka memproduksi dua versi, yakni replika dari Kompas cetak dan versi aplikasi tablet. “Aplikasi harus kami sesuaikan di tiap perangkat dan platform. Contohnya, tampilan di layar 7 inci akan berbeda dengan layar 5 inci. Supaya pembaca juga lebih nyaman,” ujar Edi. Kompas memang agresif. Perusahaan ini telah memboyong berbagai produk terbitannya ke berbagai platform. Edi menjanjikan perusahaannya akan memboyong 60 majalah, 22 surat kabar, dan 500 ribu judul buku ke layar tablet. MRA Group juga mengikuti langkah ini. Kelompok yang memproduksi majalah Cosmopolitan, Bazaar, Esquire, Men’s Health, Cosmo Girl, Hello, Trax, dan belasan majalah lain ini telah menjajal enam majalahnya di layar Galaxy Tab. Head of Editorial Development Book Publishing Director MRA Group Jane Ardaneshwari mengatakan media harus beradaptasi mengikuti perkembangan zaman. “Kalau tidak begitu, ya, media akan tergilas,” ujarnya. Pada bulan ini MRA akan memboyong dua lagi majalahnya ke Galaxy Tab. Jane berharap ke-20 majalahnya bisa terpampang di tablet 7 inci itu. MRA juga berupaya menghadirkan produk-produknya di platform dan perangkat bergerak lainnya. Direktur Produksi sekaligus Pemimpin Redaksi Vivanews.com, Karaniya Darmasaputra, juga melihat potensi dan peluang dalam pertumbuhan gadget di Indonesia. Ia menilai pengguna Internet bergerak sangat penting sehingga konten Vivanews perlu dibawa ke sana. Kelompok Tempo Media juga begitu. IT Manager Tempo Handy Darmawan mengatakan Tempo sedang mengembangkan berbagai aplikasi untuk menyesuaikan dengan berbagai perangkat dan platform yang mulai deras meluncur. “Saat ini yang sudah dibuat Tempointeraktif di mobile application,” ujar sosok yang akrab dipanggil Wawan ini. “Untuk iPhone, iPad, dan BlackBerry, kami masih mengembangkannya.” Wawan mengakui untuk pengembangan aplikasi di berbagi platform dan media ini baru dilakukan secara bertahap. Pembaca saat ini sudah bisa menikmati e-paper Koran Tempo di iPad meski belum memakai application asli. Apakah ini pertanda kematian media massa versi cetak? Edi menampik. Menurut dia, tiap medium memiliki pembacanya masing-masing. Memang diakuinya ada pergeseran pembaca dari versi cetak ke digital, tapi tak banyak. L DIAN YULIASTUTI | DEDDY S G Media massa Indonesia mejeng di perangkat tablet komputer.