1 KONTRIBUSI FAKTOR LINGKUNGAN FISIK DAN KIMIA KERJA TERHADAP PENCAPAIAN KINERJA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) PERUSAHAAN Iwan M. Ramdan FKM Universitas Mulawarman Email : [email protected] Abstract Performance of Indonesian Occupational Health and Safety (OHS) with occupational accidents and occupational diseases as the main indicators has not been satisfactory. The main factors causing occupational accidents and occupation disease are human factors and environmental factors. Without prejudice to the human factors, the purposes of the study are to determine the relationship of physical and chemical environmental factors against the performance of OHS and its contribution to the performance of OHS. Analytical survey with cross sectional approach to Plywood Companies in East Kalimantan. Obtained a significant relationship between the physical and chemical environment variables with OHS performance (p = 0.043) and contribute 38.2% of the OHS performance. Secara I. Pendahuluan Kinerja Keselamatan dan Kesehatan perusahaan garis besar ditentukan kinerja oleh K3 faktor Kerja (K3) masih memerlukan perhatian teknologi, faktor manajemen K3, faktor yang Menurut manusia, faktor legislasi dan regulasi serta International Labour Organization sampai faktor lingkungan kerja yang bervariasi saat ini di tingkat ASEAN kinerja K3 sesuai jenis industri yang bersangkutan Indonesia masih berada pada urutan ke (Jafri, 2003; OEDC, 2005; Suma’mur, 98 dari 100 negara yang disurvei. Angka 1989). lebih mendalam. kejadian kecelakaan kerja dan Penyakit Penelitian ini mencoba menganalisis Akibat Kerja (PAK) yang merupakan kontribusi faktor lingkungan fisik dan indikator utama kinerja K3 di Indonesia kimia kerja terhadap pencapaian kinerja merupakan yang tertinggi di ASEAN K3 perusahaan secara terpisah, setelah (Markanen, 2004). Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Kimia 2013 Inovasi Pendidikan dan Penelitian Kimia Menyongsong Era Industrialisasi di Kaltim Samarinda, 09 November 2013 2 sebelumnya dianalisis secara bersamaan dengan pengaruh faktor manusia. Hipotesis pemodelan untuk menjelaskan pengaruh efikasi diri, locus of control, persepsi tenaga kerja dan pengaruh faktor lingkungan fisik dan II. Metode Jenis penelitian merupakan survei pendekatan cross yang dilakukan kimia kerja dibentuk untuk analitik dengan menggambarkan jalur pengaruh yang sectional. Variabel terjadi diantara faktor-faktor yang telah bebas terdiri dari faktor manusia (efikasi dijelaskan diatas. Cara pengumpulan data diri, locus of control dan persepsi), faktor yang digunakan lingkungan kuesioner, fisik dan kimia kerja terdiri metode dari metode dokmentasi lingkungan dan (kebisingan, pencahayaan, debu dan suhu pengukuran ruangan kerja) dan variabel terikat adalah Sedangkan teknik analisis data yang kinerja K3 yang diukur berdasarkan 5 digunakan indikator yaitu pengetahuan K3, kepuasan struktural kerja, angka kehadiran kerja, riwayat model/SEM). adalah kerja. model persamaan (Structural equation mengalami kecelakaan kerja dan riwayat mengalami PAK. Penelitian III. Hasil dilakukan di bagian produksi sebuah perusahaan plywood di Kalimantan populasi Timur 1.995 menggunakan random yang mempunyai orang. Dengan proportioned stratified sampling, penentuan jumlah sampel menggunakan tabel yang disusun oleh Cohen (1977). Dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95 % (a2 = .05), effect size untuk r .30 (medium) dan power penelitian .99 , sampel yang dipakai sebanyak 200 orang . a. Uji kesesuaian model Hasil pengujian kesesuaian model adalah sebagai berikut : Tabel 1 Ringkasan Goodness of Fit Index model persamaan struktural Indeks CMIN/DF GFI RMSEA AGFI TLI CFI Cut off value < 5.00 > 0.90 < 0.08 > 0.90 > 0.90 > 0.90 Berdasarkan tabel Hasil 1.298 0.918 0.039 0.888 0.972 0.977 1 Evaluasi model Baik Baik Baik Marginal Baik Baik dapat disimpulkan model efikasi K3, locus of control dan persepsi K3 dengan Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Kimia 2013 Inovasi Pendidikan dan Penelitian Kimia Menyongsong Era Industrialisasi di Kaltim Samarinda, 09 November 2013 3 melibatkan variabel lingkungan fisik dan kimia kerja (pencahayaan, kebisingan, suhu ruangan dan debu) secara umum dapat disimpulkan fit. Tabel 2 Efek langsung, efek tidak langsung dan efek total Hubungan variabel Efek langsung 0,285 0,241 0,239 0,382 Efikasi K3 →Kinerja K3 locus of control K3 → Kinerja K3 Persepsi K3 → Kinerja K3 Lingkungan kerja →Kinerja K3 Efek tidak langsung 0,000 0,000 0,000 0,000 Efek total 0,285 0,241 0,239 0,382 Signifikan t > 1,96 Tabel 1 Evalusi Bobot Regresi Uji Kausalitas Hubungan variabel Estimasi S.E C.R p Ket Efikasi Diri → Kinerja K3 locus of control →Kinerja K3 Persepsi →Kinerja K3 Lingkungan fisik dan kimia kerja→ Kinerja K3 .212 .081 2.616 .009 .205 .550 .373 .709 .189 .070 2.709 .007 -.331 .555 -.596 .043 Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Signifikan b. Hasil analisis model persamaan struktural Gambar 1 Model Persamaan Struktural .43 .91 e3 1.15 e2 1 e1 1 Magnitude 1 Generality Strength IV. Pembahasan .83 1.00 .69 1.42 Efikasi Diri. Hasil analisis pengaruh lingkungan .50 e4 1 e5 1 1.00 .20 Pusat Kendali. Eksternal .18 .24 fisik 1.03 dan .30 .81 e6 .73 e7 1 .28 e8 1 .77 e9 1 .17 .83 1.01 berupa 1.00 PAK .96 .92 Absen 1 1 kondisi e17 .79 1 e16 .67 pencahayaan, paparan kebisingan, paparan Pengetahuan 1 e15 1.06 .26 -.31 Persepsi. e18 1.04 1.08 .92 1.26 .86 Per_Gawat Per_Manfaat kimia 1 Prestasi K3. .31 Per_Rentan Kec_Kerja eK3 .26 1 .74 .67 1.07 1.18 Internal .82 Kepuasan_Kerja 1 e14 debu dan kondisi suhu ruangan kerja 1.00 Per_Kuat 1.07 Goodness of fit Chi Square :162.257 Prob :.014 CMIN :1.298 GFI :.918 AGFI :.888 TLI :.972 CFI :.977 RMSEA :.039 Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Kimia 2013 Inovasi Pendidikan dan Penelitian Kimia Menyongsong Era Industrialisasi di Kaltim Pencahayaan Kebisingan Debu ISBB Samarinda, 09 November 2013 Lingkungan kerja. .87 11.00 e10 1.21 1.13 1.34 e11 1.97 e12 1.00 1.55 e13 4 menunjukan hubungan yang signifikan adalah sebesar 38,2%. Sementara itu dengan kerja. faktor regresi 60,6%. Kinerja Sementara K3 hasil tenaga analisis menujukan arah hubungan yang negatif atau tidak sebesar Implikasi dari temuan ini adalah jika perusahaan tetap membiarkan kondisi mengindikasikan jika kondisi lingkungan lingkungan kerja tetap buruk seperti ini, kerja maka dapat diprediksi kinerja kerja akan malah Hasil berkontribusi ini naik searah. manusia akan menurunkan Kinerja K3. Hasil menurun. Hasil penelitian ini telah relevan penelurusan lebih lanjut dengan pendapat Suma’mur (1996) yang terhadap hasil pengukuran lingkungan menyebutkan lingkungan kerja ternyata membuktikan sebagian buruk menyebabkan besar lingkungan fisik dan kimia kerja kepuasan kerja, meningkatkan kecelakaan tidak kerja dan PAK serta peningkatan angka memenuhi persyaratan yang ditentukan. Kondisi pencahayaan ruangan akan kerja yang penurunan absensi. kerja 30 % kurang dari persyaratan yang Temuan penelitian ini telah sesuai ditentukan, paparan kebisingan 51,5 % dengan penelitian Cheyne et al. (2002) telah melewati nilai ambang batas yang yang menyimpulkan keberhasilan K3 diperkenankan, kadar debu ruangan kerja perusahaan pada sektor manufaktur di 85,5 % telah melewati nilai ambang batas Inggris sangat ditentukan oleh penanganan yang diperkenankan dan suhu ruangan hazard lingkungan kerja ,standar K3, kerja 86 % juga telah melewati nilai manajemen K3, partisipasi tenaga kerja, ambang dan komunikasi dalam perusahaan. batas yang diperkenankan. Adanya hubungan yang tidak searah Temuan penelitian ini telah sesuai antara lingkungan kerja dengan kinerja dengan hasil penelitian Schulz & Schultz kerja melihat (1990) yang menyimpulkan semakin baik sebagian besar kondisi lingkungan kerja penerangan di tempat kerja semakin kecil buruk ini. terjadinya dapat Hasil dibenarkan analisis jika kecelakaan kerja. menunjukkan Diestimasikan sekitar 25% kecelakaan kontribusi faktor lingkungan fisik dan kerja terjadi pada semua jenis industri kimia kerja terhadap perolehan Kinerja K3 dengan penerangan yang buruk. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Kimia 2013 Inovasi Pendidikan dan Penelitian Kimia Menyongsong Era Industrialisasi di Kaltim Samarinda, 09 November 2013 5 Hubungan antara taraf (iluminasi) dengan kecelakaan ternyata cukup sebetulnya tinggi sangat penerangan dan mudah kerja hal ini dilakukan heat cramps atau hyperpyrexia, sedangkan suhu yang terlalu rendah dapat menimbulkan frosbite trench foot. Faktor kimia seperti debu yang dapat perbaikan oleh pihak manajemen. Suhu menyebabkan pneumoconiosis, antara lain ruangan kerja juga telah menjadi salah silicosis, asbestosis dan lain-lain. satu penyebab gangguan K3. Tingginya Paparan tekanan panas menyebabkan temperatur ruangan kerja mempengaruhi gangguan kesehatan dan keselamatan kesehatan dan kerja. kerja. Dampak paparan panas tersebut Perusahaan yang dengan mengakibatkan gangguan tubuh yang peralatan yang menghasilkan suhu tinggi ringan sampai terjadinya kematian. Urutan telah menyebabkan tenaga kerjanya dampak yang merugikan akibat tekanan mengalami gangguan K3 tiga kali lebih panas jika tidak ditanggulangi segera besar adalah dehidrasi, heat rush, heat fatigue, keselamatan beroperasi dibandingkan perusahaan-perusahaan yang dengan memiliki tingkat suhu ruangan kerja dibawahnya. heat cramps, heat exhaustion, heat syncope dan heat stroke (ACGIH, 2000). Hasil penelitian ini juga menguatkan Penerangan yang terlalu rendah atau pendapat Suma’mur (1989), sebelumnya terlalu yang menguraikan pengaruh lingkungan kelelahan mata yang dapat berdampak kerja yang buruk terhadap kesehatan dan terhadap kelelahan mental. Gejalanya bisa keselamatan kerja. Pengaruh faktor fisik berupa seperti suara bising yang melampaui NAB kemampuan intelektual, daya konsentrasi dapat menyebabkan ketulian atau pekak, dan penurunan kecepatan berpikir. Lebih ganguan komunikasi dan pembicaraan, dari gangguan konsentrasi kerja, peningkatan mendekatkan matanya terhadap benda kelelahan kerja, peningkatan stress kerja untuk memperbesar ukuran benda, maka dan peningkatan ketidakhadiran kerja mata yang pada akhirnya akan menurunkan maksimum produktivitas kerja. Suhu yang terlalu penglihatan rangkap dan kabur. Kejadian tinggi menyebabkan akhir ini dapat disertai perasaan sakit heat stroke dan kontras dapat sakit itu kepala, apabila akan menyebabkan pekerja dipaksa yang penurunan mencoba berakomodasi mungkin terjadi Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Kimia 2013 Inovasi Pendidikan dan Penelitian Kimia Menyongsong Era Industrialisasi di Kaltim Samarinda, 09 November 2013 6 kepala di daerah atas mata. Akibat-akibat suhu/iklim kerja) merupakan variabel yang disebabkan oleh penerangan di yang berpengaruh signifikan terhadap tempat pencapaian kinerja K3 tenaga kerja, dan kerja yang buruk adalah : kelelahan mata dengan berkurangnya daya berkontribusi cukup besar (38,2%) dan efesiensi kerja, kelelahan mental, terhadap pencapaian kinerja K3. Dalam keluhan pegal di daerah mata dan sakit meningkatkan pencapaian kinerja K3 mata sekitar mata serta meningkatnya perusahaan, faktor lingkungan fisik dan kecelakaan kerja (Suma’mur, 1996) kimia kerja tidak bisa diabaikan karena berkontribusi cukup besar. V. Kesimpulan Faktor lingkungan fisik dan kimia kerja (kebisingan, pencahayaan, debu dan Daftar Pustaka American Conference of Governmental Industrial Hygienists (ACGIH). 2000. Threshold Limit Values and Biological Exposure Indices http://www.acgih.org/store/ProductDet ail.cfm?id=1361 Cheyne, A., Oliver, A., Thomas, J.M., & Cox, S. 2002. The Architecture of Employee Attitudes to Safety in The Manufacturing Sector. J. Pers.Rev. 31, 649-670 Cohen, J. 1977. Statistical Power Analysis for the Behavioral Sciences. New York ; Academic Press. Heinrich, H. W., Petersen & Nestor, R. 1980. Industrial Accident Prevention. New York ; McGraw-Hill Book Company. Jafri, H., Wijayanuddin, M., Ahmad, A., & Kamsah, M. Z. 2005. Effective Occupational Health and Safety Performance Measurements, Malaysia ; J.ICCBPE/SOMChE ; pp 702-708. Markanen, P.A. 2004. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia. Philippines : ILO, Sub regional office for South-East Asia and The Pacific. Organization for Economic and Depelovement Center/OEDC. 2005. Safety Performance Indicators, Guidance for Industry, Public Authorities and Communities for developing SPI Programmes related to Chemical Acident Prevention, Preparedness and Response. Paris Cedex, France ; OEDC Publications Suma’mur, P.K. 1989. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta ; CV Haji Masagung. Schultz, D.P. & Schultz, S.E. 1990. Psychology and Industry Today. Max Well, McMillan International Editions, New York. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Kimia 2013 Inovasi Pendidikan dan Penelitian Kimia Menyongsong Era Industrialisasi di Kaltim Samarinda, 09 November 2013 7 Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Kimia 2013 Inovasi Pendidikan dan Penelitian Kimia Menyongsong Era Industrialisasi di Kaltim Samarinda, 09 November 2013