BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Komunikasi adalah proses memaknai. Pemaknaan dilakukan seseorang terhadap informasi, sikap, dan perilaku orang lain yang berbentuk pengetahuan, pembicaraan, gerak-gerik atau sikap, perilaku dan perasaan-perasaan sehingga seseorang membuat reaksi terhadap informasi, sikap, dan perilaku yang pernah dia alami berdasarkan pengalaman yang dia alami. Komunikasi ini menjadi dasar aktivitas manusia. Dengan berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari, dirumah tangga, tempat pekerjaan dan dimanapun manusia berada. Dalam penelitian ini yang ditekankan bukanlah komunikasi sebagai proses melainkan komunikasi sebagai pembangkit makna (the generation of meaning). Tatkala kedua orang sedang berkomunikasi, syarat yang harus dipenuhi adalah kedua pihak memahami apa maksud pesan yang diterima oleh masing-masing pihak, lebih kurang secara akurat. Menurut Lasswell, cara yang terbaik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan berikut, “who? says what? in which channel? to whom? with what effect?” (Mulyana, 2007: 69). Model komunikasi Lasswell yang berupa ungkapan verbal tadi sering diterapkan dalam komunikasi massa. Model tersebut mengisyaratkan lebih dari satu saluran dapat membawa pesan. Unsur sumber (source) merangsang pertanyaan untuk pengendali/ pengirim pesan, sedangkan unsur pesan (says what) merupakan bahan untuk analisis isi. Saluran komunikasi (in which channel) dikaji dengan analisis media. Unsur penerima (to whom) dikaitkan dnegan < analisis khalayak. Unsur pengaruh (with what effect) jelas berhubungan dengan studi mengenai akibat yang ditimbulkan pesan komunikasi massa pada khalayak pemirsa, pembaca atau pendengar (Nimmo, 2005: 148). Dalam penelitian ini difokuskan untuk meneliti pesan sebuah iklan, dengan fokus amatan bahasa pesan dalam iklan. 2.2 Iklan Iklan adalah kegiatan yang dibuat dalam rangka mempromosikan suatu barang atau jasa yang dihasilkan oleh produsen, pada dasarnya tujuan iklan adalah mengubah atau mempengaruhi sikap khalayaknya. Iklan juga merupakan salah satu media untuk menyampaikan ideologi yang baru. Dalam pesan iklan digunakan bahasa sebagai medium untuk menyampaikan isi pesan tersebut. Iklan televisi yang umumnya berdurasi dalam ukuran detik, memanfaatkan sistem tanda untuk memperjelas makna citra5 iklan yang dikonstruksikan. Sehingga apa yang ada dalam berbagai makna iklan sesungguhnya adalah realitas bahas itu sendiri. Vestergaard dan Schroder menjelaskan, dalam bahasa komunikasi ada pesan verbal dan pesan non verbal yang berupa visual. Pesan verbal berhubungan dengan situasi saat komunikasi dan situasi ini ditentukan oleh konteks sosial kedua pihak (addresser & addressee6) yang melakukan komunikasi. Sedangkan dalam pesan non-verbal yang berupa visual hubungan kedua belah pihak sepenuhnya tidak ditentukan situasi, namun bagaimana addressee menafsirkan teks dan gambar. (Vestergaard dan Schroder, 1985:14,16,36) Iklan televisi menggunakan kedua pesan ini (verbal & non-verbal, visual) untuk mengkonstruksikan makna dan pencitraannya. Misalnya ketika di televisi hadir iklan layanan masyarakat dengan kata “inga-inga… ting”, sebenarnya tidak sekedar 9 B E 7 " " # # 0 ' kata-kata itu ada kata “ting” sebagai faktor yang memperkuat ingatan pemirsa terhadap kata-kata itu, namun sebenarnya kata “inga-ing… ting” itu telah diperkuat oleh visualisasi orang yang menyebut kata-kata “inga-inga… ting” itu dengan perilaku yang lucu dan menggelikan. (Bungin, 2006: 226) Sebagai bagian dari komunikasi, maka iklan menggunakan bahasa sebagai alat utama penggambaran sebuah realitas. Demikian pentingnya bahasa sebagai alat iklan, maka didalam iklan, bahasa digunakan untuk semua kepentingan iklan. Bahasa juga dipahami sebagai wacana dimana iklan dilihat sebagai seni. Artinya, iklan merupakan seni bagaimana orang menggunakan bahasa untuk menawarkan sesuatu. Karena itu ada dua unsur penting iklan; pertama iklan itu berbisnis, dan kedua iklan itu seni. Iklan sebagai alat bisnis, maka iklan menjual sesuatu dan iklan sebagai seni, maka iklan itu adalah kreativitas yang menjadi cermin suatu masyarakat dimana iklan itu berada. Bagi iklan yang menonjolkan seni, akan sangat bermanfaat bagi nuansa pengembangan seni masyarakat. jadi, di dalam iklan, bahasa digunakan dengan dua tujuan, pertama sebagai media komunikasi dan kedua bahasa digunakan untuk menciptakan realitas. Sebagai media komunikasi iklan bersifat informatif sedangkan sebagai wacana pencitraan realitas maka iklan adalah sebuah seni dimana orang menggunakan bahasa untuk menciptakan dunia yang diinginkannya, termasuk menciptakan wacana itu sendiri. (Bungin, 2006: 228-229) Sebagai media komunikasi, iklan layanan masyarakat bertujuan untuk membentuk opini publik, yang artinya memberikan pengetahuan, membangunkan sikap dan tindakan khalayak mengenai sebuah masalah politik. Dalam kerangka ini media menyampaikan pembicaraan-pembicaraan politik (political talks) kepada khalayak. Bentuk pembicaraan politik tersebut dapat berupa teks yang sarat akan 8 simbol politik, karena kemampuan inilah media massa terutama, sering dijadikan alat propaganda7 dalam komunikasi politik. Media mempunyai kekuatan yang besar untuk menyebarluaskan pesan-pesan politik, melakukan sosialisasi politik dan membentuk opini publik. 2.3 Propaganda Salah satu istilah dalam lalu lintas informasi adalah kata propaganda. Propaganda adalah sebuah upaya disengaja dan sistematis untuk membentuk persepsi, memanipulasi alam pikiran atau kognisi, dan memengaruhi langsung perilaku agar memberikan respon sesuai yang dikehendaki pelaku propaganda. Menurut Ellul, seorang sosiolog dan filosof Perancis, merangkumkan ciri ini dalam mendefinisikan propaganda sebagai komunikasi yang digunakan oleh suatu kelompok terorganisasi yang ingin menjangkau indivudu-individu secara psikologis dimanipulasikan dan digabungkan kedalam suatu organisasi, dengan memanipulasi lambang, propagandis8 menjangkau individu-individu. (Nimmo, 2005: 123-125) 2.4 Bahasa Salah satu elemen iklan adalah bahasa. Ferdinan de Sausure menunjukan hakikat bahasa adalah sistem tanda. Sistem ini terdiri dari penanda (bunyi yang kita dengar, tuturkan atau huruf-huruf yang kita baca dan tulis, serta petanda tertanda atau . , < , makna) (Fridolin, 1993:28, Sudjiman dan Zoest, 1992:9). Sistem tanda bahasa ini digunakan secara maksimal dalam iklan televisi. (Bungin, 2006: 226) Dalam konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utamanya9, bahasa merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa adalah alat konseptualitas, lebih jauh, terutama dalam media massa, keberadaan bahasa tidak lagi semata-mata untuk alat menggambarkan sebuah realitas, melainkan bisa menentukan gambaran (makna citra) mengenai sesuatu realitas media. (Hamad, 2004: 12) Konstruksi realitas yang muncul dalam iklan, dalam prosesnya itu merupakan upaya “menceritakan” (konseptualisasi) sebuah peristiwa, keadaan, atau benda, tak terkecuali mengenai halhal yang berkaitan dengan politik adalah usaha mengkonstruksikan realitas. Melalui media, televisi yang adalah media massa, iklan disampaikan sehingga membentuk sebuah cerita atau wacana yang bermakna. Dengan demikian isi media adalah realitas yang dikonstruksikan (constructed reality) dalam bentuk wacana yang bermakna. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan penciptaan realitas dilakukan dengan menggunakan bahasa (verbal maupun non-verbal) atau tanda bahasa (simbol). Ketika akan menciptakan realitas benda (barang), maka bahasa dapat digunakan untuk ‘penggambaran’ tentang sebuah realitas itu, namun disaat akan menciptakan citra realitas terhadap suatu benda, maka bahasa saja tidak cukup untuk tujuan tersebut. Sehingga digunakan tanda bahasa sebagai alat penggambaran citra tersebut. 0 D , & ' $ % ! & '()*+ ,-!,).? > & ' 1 & "# 2.5 Analisis Wacana Kritis Analisis wacana yang merupakan cara atau metode untuk mengkaji wacana (discourse) yang terkandung dalam sebuah pesan komunikasi digunakan dalam penelitian ini. Wacana adalah proses pengembangan dari komunikasi yang menggunakan simbol-simbol yang berkaitan dengan interpretasi dan peristiwaperistiwa dalam sistim kemasyarakatan yang luas. Melalui pendekatan wacana, pesan-pesan komunikasi, seperti kata-kata, tulisan, gambar, dan eksistensinya ditentukan oleh orang-orang yang menggunakannya, misalnya konteks peristiwa yang berkenaan dengannya, situasi kemasyarakatan yang melatarbelakangi keberadaannya, yang ke semua itu dapat berupa nilai-nilai, ideologi, emosi, atau kepentingan-kepentingan. Analisis wacana berkenaan dengan isi pesan komunikasi. Analisis wacana berfungsi untuk melacak variasi cara yang digunakan oleh komunikator dalam upaya mencapai tujuan atau maksud tertentu melalui pesan berisi wacana tertentu yang disampaikan. Hal ini mencakup berbagai hal misalnya, bagaimana proses simbolik digunakan khususnya terkait dengan kekuasaan, ideologi dan lambang-lambang bahasa serta apa fungsinya. Dalam penelitian ini dipilih pendekatan analisis wacana kritis (critical discourse analysis) yang secara khusus melacak bagaimana pesanpesan komunikasi mengukuhkan penekanan, pengekangan atau opresi dalam masyarakat. (Pawito, 2007: 175) Studi analisis wacana kritis (AWK) merupakan sebuah upaya atau proses penguraian, untuk memberi penjelasan dari sebuah teks (realitas sosial) yang sedang dikaji oleh seseorang atau kelompok dominan, yang kecenderungannya mempunyai 6 tujuan tertentu untuk memperoleh apa yang diinginkan. Artinya dalam sebuah konteks harus disadari akan adanya kepentingan yang sedang diperjuangkan. Analisis wacana kritis merupakan teknik analisa bahasa & sastra berkaitan dengan fenomena sosial yang terjadi dengan pendekatan kritis. Studi analisis wacana kritis (AWK) bukan saja menyelami isi teks yang menjadi obyek kajian, melainkan lebih dalam juga mengkaji konstruksi apa yang dibangun dalam isi teks dalam pesan iklan yang disampaikan Nasional Demokrat. Dipilih pendekatan ini dengan maksud hendak mengembangkan lebih lanjut studi komunikasi politik dan media periklanan, studi yang mendalami bagaimana pesan disusun khususnya mengenai konstruksi realitas politik dalam media iklan. Bila dilihat dalam praktiknya, tampak jelas bahwa media massa, memperlihatkan perilaku mereka sebagai konstruktor pesan (bukan sebatas penyampai pesan), dan sukar dijadikan wadah informasi yang bebas dari kepentingan ekonomi, politik, dan ideologis, serta tidak terlibat dalam dukung-mendukung kelompok tertentu. (Hamad, 2004: 38-39) Analisis wacana model Van Dijk merupakan salah satu analisis wacana kritis yang mengkolaborasikan elemen-elemen wacana sehingga bisa dimanfaatkan secara praktis. Model Van Dijk10 ini sering disebut sebagai “kognisi sosial”. Menurut Van Dijk penelitian analisis wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi. Pemahaman produksi teks pada akhirnya akan memperoleh pengetahuan mengapa teks bisa demikian, disini Van Dijk juga melihat bagaimana tatanan sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi/pikiran dan kesadaran yang membentuk 8 3 E : 1886 % ! % E " ! E# = dan berpengaruh terhadap teks-teks tertentu. Dalam analisis wacana yang digambarkan Van Dijk ada 3 dimensi/ bangunan yaitu teks, kognisi sosial dan analisis sosial. Inti analisis Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi tersebut dalam satu kesatuan analisis. Dimensi teks yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari produsen. Sedangkan aspek konteks mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Analisis Van Dijk menghubungkan analisis tekstual ke arah analisis yang komprehensif bagaimana teks diproduksi, baik dalam hubungannya dengan individu produsen dan masyarakat. Struktur wacana adalah cara yang efektif untuk melihat prosesretorika dan persuasi yang dijalankan ketika seseorang menyampaikan pesan. Kata-kata tertentu mungkin dipilih untuk mempertegas pilihan dan sikap, dan membentuk kesadaran politik, berikut uraian satu persatu elemen wacana Van Dijk. 9 2.1 Tabel Elemen Wacana Van Dijk STRUKTUR WACANA HAL YANG DIAMATI Tematik Struktur Makro Tema/Topik yang dikedepankan ELEMEN Topik Skematik Superstruktur Bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks utuh Skema Semantik Makna yang ingin ditekankan, misal dengan member detil pada satu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detil sisi lain. Latar, detil, maksud, pra-anggapan, nominalisasi Sintaksis Struktur Mikro Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih. Stilistik Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita. Retoris Bagaimana dan dengan cara penekanan dilakukan. Bentuk kalimat, Koherensi, Kata ganti. Leksikon Grafis, Metafora, Ekspresi. Dalam pandangan Van Dijk, segala teks bisa dianalisis dengan menggunakan elemen tersebut. Meski terdiri dari berbagai elemen, semua elemen tersebut merupakan kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama lain. Menurut littlejohn (Eriyanto,2001:226) antara bagian teks dalam model Van Dijk dilihat saling mendukung, dan mengandung arti yang koheren satu sama lain, karena semua teks dipandang Van Dijk mempunyai suatu aturan yang dapat dilihat sebagai suatu piramida. Prinsip ini untuk mengamati bagaimana suatu teks terbangun lewat elemen-elemen yang lebih kecil. Berikut akan diuraikan satu persatu elemen wacana Van Dijk tersebut : 1. Tematik B Menunjukkan gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. 2. Skematik Skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga terbentuk suatu kesatuan arti. 3. Latar Bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang ingin ditampilkan, menentukan kearah mana pandangan khalayak hendak dibawa. 4. Detil Berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang untuk melakukan penonjolan dan penciptaan citra tertentu. 5. Maksud Menunjukkan bagaimana kebenaran tertentu ditonjolkan secara eksplisit dan secara implisit mengaburkan kebenaran yang lain. 6. Koherensi Pertalian atau jalinan antar kata dan kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. 7. Koherensi Kondisional Ditandai dengan pemakaian tanda kalimat dengan jelas. Ada tidaknya anak kalimat tidak mempengaruhi arti. 8. Koherensi Pembeda Berhubungan dengan bagaimana dua peristiwa atau fakta hendak dibedakan. Dua buah peristiwa dapat dibuat saling bertentangan dan berseberangan. 9. Pengingkaran Bagaimana wartawan menyembunyikan apa yang akan diekspresikan secara implisit. 10.Bentuk kalimat Merupakan segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis, prisnsip kausalitas. Tidak hanya persoalan teknis di ketatabahasaan tapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat itu. 11.Kata ganti Elemen ini untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat untuk menunjukan dimana posisi seseorang dalam wacana. 12. Leksikon Menandakan bagaimana pemilihan kata dilakukan atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pilihan kata yang dipakai menunjukan sikap dan idiologi tertentu. 13.Praanggapan Pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. 14. Grafis Merupakan bagian untuk memeriksa bagian yang ditekankan atau ditonjolkan 15. Metafora < Penyampaian pesan melalui kiasan atau ungkapan. Metafora sebagai ornamen dari suatu berita yang sapat menjadi penunjuk utama untuk mengerti makan suatu teks. Dimensi kedua adalah kognisi sosial, yang menganalisis bagaimana kognisi sang komunikator dalam memahami seseorang atau sebuah peristiwa tertentu yang akan ditulis kedalam sebuah teks. Dalam pandangan van Dijk, kognisi sosial terutama dihubungkan dengan proses produksi berita. Proses produksi teks tidak hanya bermakna bagaimana suatu teks dibentuk, proses ini juga memasukan informasi yang digunakan untuk menulis dari suatu bentuk wacana tertentu. (Eriyanto, 2001:266) Dimensi ketiga dari analisis van Dijk adalah analisis sosial, yang menganalisis bagaimana wacana yang berkembang dalam masyarakat. Wacana adalah bagian dari wacana yang berkembang dalam masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. (Eriyanto, 2001:271) Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama dari penelitian ini, tentang bagaimana isi pesan ILM Nasional Demokrat tahun 2010-2011, digunakan analisis struktur teks van Dijk (dimensi pertama) yang terdiri atas beberapa struktur/tingkatan yang saling mendukung, seperti diuraikan diatas. Sedangkan untuk menjawab rumusan masalah yang kedua tentang wacana apa yang muncul dalam ILM Nasional Demokrat 2010-2011 maka digunakan kognisi sosial (dimensi kedua) dan analisis sosial (dimensi ketiga). Ketiga dimensi yang digambarkan van Dijk ini digunakan sebagai alat penelitian yang sesuai dengan rumusan masalah penelitian yang diuraikan berdasar latar belakang penelitian seperti yang tertulis di bab pendahuluan. Inti analisis van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi diatas dalam satu kesatuan analisis. 0