10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonal 2.1.1

advertisement
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi Interpersonal
2.1.1. Pengertian komunikasi
Kata
komunikasi
(communication)
berasal
dari
bahasa
Latin
communication yang terbentuk dari dua suku kata : com (bahasa latin cum), berarti
dengan atau bersama dengan, dan unoi (bahasa Latin union) berarti bersatu
dengan. Jadi komunikasi dapat diartikan union with (bersatu dengan) atau union
together eith (bersama dengan). Ungkapan ini sering disebut dalam satu kata saja
yaitu communion yang berarti tidak sekedar bersama-sama dengan tetapi bersatu
dengan orang lain (bersama dalam satu kesatuan-bersatu dalam kesamaan)
(Liliweri, 2007)
Dalam Mundakir (2006) terdapat beberapa defenisi komunikasi untuk
melihat berbagai pendapat dalam mendefinisikan komunikasi, antara lain :
1. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang
disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti dilakukan oleh
penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan (Edwart Depari, dari AW
Widjaja)
2. Komunikasi adalah suatu rangkaian peristiwa yang terkait dalam penyampaian
pesandari pengirim ke penerima. Komuniksai adalah proses dimana seseorang
berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan (James A.F.
Stoner)
10
Universitas Sumatera Utara
11
3. William J Seiller (1998) mendefenisikan bahwa komunikasi adalah proses
yang mana simbol verbal dan non verbal dikirimkan, diterima dan diberi arti.
4. Hovlan, Janis, dan Kelly adalah ahli sosiologi Amerika mengatakan bahwa
“Communication is the process by wich an individual transmits stimuly
(ussually verbal) to modify the behavior of other individuals” dengan kata
lain, komunikasi adalah proses individu dalam mengirim stimulus (umumnya
dalam
bentuk
verbal)
untuk
mengubah
tingkah
laku
orang
lain.
(Forsdale,1981)
5. Louis Forsdale (1981), seorang ahli komunikasi dan pendidikan mengatakan
bahwa komunikasi adalah suatu proses memberikan signal menurut aturan
tertentu, sehingga dengan cara ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara, dan
diubah. “Comunication is the process by wich a system is establised,
maintained, and altered by means of shared signals that operate according to
rules”
Dari beberapa komunikasi tersebut secara umum disimpulkan bahwa
komunikasi merupakan proses pengiriman atau pertukaran (stimulus, signal,
symbol, informasi) baik dalam bentuk verbal maupun non verbal dari pengirim ke
penerima pesan dengan tujuan adanya perubahan (baik dalam aspek kognitif,
afektif maupun psikomotor).
2.1.2. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua
atau tiga orang dengan jarak fisik di antara mereka yang sangat dekat, bertatapan
Universitas Sumatera Utara
12
muka atau bermedia dengan sifat umpan balik yang berlangsung cepat, adaptasi
pesan bersifat khusus, serta memiliki tujuan/maksud komunikasi tidak berstruktur.
Komunikasi interpersonal dapat berlangsung antara profesional dan profesional
dengan klien. Komunikasi antar profesional dapat terjadi antara perawat dengan
dokter, perawat dengan ahli gizi, perawat dengan tenaga kesehatan lainnya.
Komunikasi antar profesional (perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya)
dengan lien atau keluarga klien merupakan komunikasi yang berlangsung dalam
rangka membantu memecahkan masalah klien. (Mundakir, 2006).
Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya
dua orang atau dalam kelompok kecil, yang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik ssecara verbal atau nonverbal
terutama
dalam
keperawatan.
Komunikasi
interpersonal
yang
sehat
memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan
pertumbuhan personal.
Menurut Nasir, Abdul, dkk (2009) komunikasi interpersonal memiliki
sifat-sifat yaitu bersifat dua arah yang berati melibatkan dua orang dalam situasi
interaksi, ada unsur dialogis dan ditujukan kepada sasaran terbatas dan dikenal.
Selain itu, Judy C. Person (1983) dalam Nasir, Abdul, dkk (2009) mengemukakan
bahwa komunikasi interpersonal bersifat transaksional yaitu tindakan pihak-pihak
yang berkomunikasi secara serempak dalam menyampaikan dan menerima pesan.
Komunikasi interpersonal merupakan rangkaian tindakan, kejadian, dan kegiatan
yang terjadi secara terus-menerus. Komunikasi interpersonal bukan suatu yang
statis tetapi dinamis. Hal ini berarti segala yang tercakup dalam komunikasi
Universitas Sumatera Utara
13
interpersonal selalu dalam keadaan berubah baik pelaku komunikasi, pesan,
situasi, maupun lingkungannya.
2.1.3. Tujuan Komunikasi Interpersonal
Menurut Muhammad (2004) dalam Nurhasanah (2009) komunikasi
interpersonal memiliki beberapa tujuan, diantaranya:
a.
Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal
atau pribadi. Belajar tentang diri kita maupun orang lain didapatkan dari
pertemuan
ataupun
komunikasi
interpersonal.
Komunikasi
interpersonal
memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai,
atau mengenai diri kita. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita
memberikan masukan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku
kita.
b.
Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi interpersonal yang menjadikan kita dapat memeahami
lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita.
Banyak komunikasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal,
meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa.
Hal itu sering didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi
interpersonal.
Universitas Sumatera Utara
14
c.
Membentuk dan Menjaga Hubungan yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang adalah membentuk dan memelihara hubungan
dengan orang lain. Dalam komunikasi interpersonal banyak waktu kita
pergunakan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.
d.
Berubah Sikap dan Tingkah Laku
Dalam komunikasi interpersonal, banyak waktu yang dipergunakan untuk
mengubah sikap dan tingkah laku. Kita dapat memperoleh cara baru ketika
berkomunikasi dengan orang lain seperti: mencoba diet baru, memilih barang
tertentu.
e.
Untuk Bermain dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah
mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu
akhir pekan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan dan cerita lucu
merupakan bentuk komunikasi interpersonal yang memberikan keseimbangan
yang penting dalam piliran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di
lingkungan kita.
f.
Untuk membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan
komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan
kliennya. Kita sama juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi seharihari. Berkonsultasi dengan teman kita, tentang masalah pribadi, studi ataupun
perkuliahan.
Universitas Sumatera Utara
15
2.1.4. Proses Komunikasi
Pengirim
Pesan
Penerima
Umpan
Gambar 2.1
Proses Komunikasi menurut Ellis RB, Gates RJ & Kenworthy N, 1999
Sumber : Ellis RB, Gates RJ & Kenworthy N, 1999
Noise
Encoding
(Komunikator)
Sumber
Decoding(Kom
unikan)
Media Channel
Efek
Noise
Feedback
Noise
Gambar 2.2: Proses Komunikasi
Sumber ; Mundakir,2006
Komunikasi terjadi bila ada sumber informasi yang merupakan bahan atau
materi
yang
akan
disampaikan
oleh
komunikator.
Sebelum
informasi
disampaikan, komunikator perlu melakukan penyandian (encoding) untuk
mengubah ide dalam otak ke dalam suatu sandi yang cocok dengan transmitter.
Contoh dari bentuk penyandian ini adalah kata-kata dalam komunikasi nonverbal,
anggukan kepala, sentuhan, kontak mata, dan sebagainya. Setelah pesan
Universitas Sumatera Utara
16
disandikan, kemudian komunikator menyampaikan pesan kepada penerima pesan
(komunikan) melalui saluran atau media. Ketepatan komunikan dalam menerima
pesan sangat dipengaruhi oleh kemampuan komunikan dalam melakukan
penafsiran atau decoding disamping itu juga dipengaruhi oleh faktor pengganggu
(noice). Ketepatan komunikan dalam menafsir pesan (decoding) dipengaruhi oleh
banyak hal misalnya: pengetahuan, pengalaman, fungsi alat indra yang digunakan
dan sebagainya. Komunikasi berlangsung efektif bila terjadi feedback yang baik
antara penerima pesan dengan pembawa pesan sebelum terjadinya perubahan atau
efek sebagai dampak dari komunikasi.
2.1.5. Macam-macam Komunikasi
Ada tiga macam komunikasi, antara lain:
2.1.5.1.Komunikasi Searah
Komunikator mengirim pesannya melalui saluran atau media dan
diterima oleh komunikan. Sedangkan komunikan tersebut tidak memberikan
umpan balik feedback. Mundakir (2006) mengatakan, komunikasi satu arah ini
bersifat koersif. Komunikasi ini jarang bahkan tidak ada kesempatan untuk
melakukan umpan balik karena sifat pesannya harus diterima oleh komunikan.
2.1.5.2.Komunikasi Dua Arah
Komunikator
mengirim
pesan
diterima
oleh
komunikan,
setelah
disimpulkan kemudian komunikan mengirimkan umpan balik kepada sumber
Universitas Sumatera Utara
17
berita atau komunikator. Selain itu, Mundakir (2006) mengatakan komunikasi dua
arah biasanya bersifat informative dan atau persuasive.
2.1.5.3.Komunikasi Berantai
Komunikan menerima pesan atau berita dari komunikator kemudian
disalurkan kepada komunikan kedua, dari komunikan kedua disampaikan kepada
komunikan ketiga dan seterusnya. Terdapat kelemahan dalam komunikasi
berantai, karena kadang-kadang pesan yang disampaikan sudah tidak murni atau
terjadi distorsi informasi sehingga pesan dapat menyimpang dari yang sebenarnya.
2.1.6. Metode Komunikasi
Komunikasi yang dilaksanakan pada umumnya mempunyai maksud dan
tujuan yang diharapkan, hal ini terkait dengan metoda yang digunakan. Ada tiga
metode komuniksai yang digunakan untuk melakukan komunikasi, yaitu:
2.1.6.1.Komunikasi Informatif
Komunikasi Informatif adalah metode komunikasi yang digunakan untuk
menyampaikan informasi secara umum. Sifat metode ini adalah memberikan
keterangan atau pemberitahuan yang bersifat informatif, stimulatif, dan edukatif.
Informatif bila suatu pesan yang disampaikan merupakan sesuatu yang baru bagi
penerima pesan. Stimulatif bila komunikasi dapat memberikan semangat atau
motivasi bagi penerima pesan untuk melakukan sesuatu atau merubah keadaan.
Bersifat edukatif bila komunikasi yang dilaksanakan memberikan pengetahuan
dan pengalaman baru bagi penerima pesan, misalnya perawat menjelaskan
manfaat nutrisi pada klien post operasi
Universitas Sumatera Utara
18
2.1.6.2.Komunikasi Persuasif
Komunikasi persuasif adalah metode komunikasi yang bersifat membujuk
sacara halus agar komunikan atau sasaran menjadi yakin dan mau mengikuti apa
yang diinginkan oleh komunikator. Metode ini umumnya dilakukan dalam ajakan
dengan cara memberi alasan-alasan yang rasional, menjajikan dan meyakinkan
bagi orang yang mendengarnya. Keuntungan dari metode ini adalah komunikan
diberi kebebasan untuk memilih, membuat penilaian tentang apa yang
disampaikan oleh komunikator sehinga dapat membuat keputusan sikap, apakah
setuju dan mengikuti ajakan yang disampaikan oleh komunikator atau sebaliknya.
Kelemahan dari metode ini adalah membutuhkan waktu yang relatif panjang
untuk dapat mempengaruhi komunikasi sehingga perlu kesabaran dan kegigihan
dari komunikator dalam menyampaikan informasi, misalnya perawat menjelaskan
dampak merokok pada klien yang sudah lama mempunyai kebiasaan merokok
dengan harapan agar klien dapat mengurangi atau meniggalkan kebiasaan
merokok yang telah menyebabkan klien di rawat di rumah sakit.
2.1.6.3.Komunikasi Instruktif atau Koersif
Komunikasi Instruktif atau Koersif adalah metode komunikasi yang berupa
perintah untuk melakukan sesuatu tugas atau pekerjaan. Komunikasi ini biasanya
terjadi antara pimpinan dan anak buah, bos dengan karyawan, pihak yang kuat
dengan pihak yang lemah, antara dokter atau perawat dengan pasien. Metode
komunikasi instruktif ini umumnya terjadi searah. Keuntungan dari metode ini
adalah berorientasi pada tujuan dan hasil sesuai dengan yang diinginkan,
sedangkan kelemahan dari metode ini adalah sifat otoriterdari pemberi pesan.
Universitas Sumatera Utara
19
2.1.7. Bentuk-bentuk Komunikasi
Manusia sebagai makhluk sosial yang memerlukan komunikasi dengan
orang lain. Komunikasi ini dilakukan dengan mengirimkan lambang-lambang
yang mengandung arti. Bentuk komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi dua
yaitu (Kariyoso,1994) :
1. Komunikasi verbal
Komunikasi verbal menggunakan kata-kata, mencakup komunikasi
bahasa lisan. Bahasa merupakan hal yang terbanyak dan terpenting
digunakan dalam berkomunikasi. Hal ini disebabkan karena bahasa selain
dapat mewakili kenyataan kongkrit dalam dunia sekeliling, juga dapat
mewakili hal-hal yang abstrak.
2. Komunikasi non verbal.
Komunikasi non verbal menyangkut tentang gerak-gerik, sikap,
ekspresi wajah, penampilan, dan lain sebagainya. Komunikasi non verbal
yang tidak disadari dapat merusak komunikasi antara perawat dengan
pasien. Pandangan, postur tubuh dan ekspresi wajah digunakan untuk
memantapkan pesan-pesan yang disampaikan.
2.1.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi baik sebagai faktor
pendukung maupun penghambat terjadinya komunikasi yang efektif, tidak lepas
dari unsur-unsur yang terdapat dalam komunikasi itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
20
2.1.8.1.Faktor Sumber Pesan (Source)
Sebagai seorang professional (perawat), sumber pesan/informasi adalah
sangat penting. Kualitas tidaknya komunikasi seseorang bisa dilihat dari sumber
informasi/ pesan yang disampaikan. Beberapa faktor sumber yang mempengaruhi
proses komunikasi adalah:
a. Bahasa yang digunakan
Kebanyakan sumber-sumber informasi/ pesan terutama buku karangan
orang luat negeri, serta internet yang mengakses informasi-informasi dunia
adalah berbahasa asing (Inggris). Hal ini tentunya sangat menghambat
sebagian besar masyarakat kita dalam memperoleh sumber karena
kenyataannya memang belum banyak yang memahami bahasa asing
tersebut.
b. Faktor teknis
Faktor teknis ini berkaitan dengan teknis operasional dalam memanfaatkan
sumber informasi, misalnya internet dan “birokrasi” dalam memperoleh
informasi, misalnya kita ingin mendapatkan informasi/ pesan dari seorang
pejabat.
c. Ketersediaan dan Keterjangkauan sumber
Diantara bentuk sumber yang telah kita bahas adalah personal, lembaga,
buku, surat kabar, internet, tv dan sejenisnya. Seiring dengan peningkatan
sumber daya insani, kita sudah tidak susah lagi untuk mencari orang
pandai
sebagai
rujukan
tentang
masalah
tertentu,
toko
buku,
sekolahan/kampus juga banyak berdiri di masyarakat daerah, televisi,
Universitas Sumatera Utara
21
internet juga sudah banyak tersedia. Mudahnya kita memperoleh sumber
informasi tersebut akan sangat menunjang terjadinya proses komunikasi
yang berkualitas dan efektif. Dikatakan terjangkau karena untuk
memperoleh informasi/pesan dari ilmuwan luar negeri, kita tidak perlu
pergi kesana. Kita dapat mengakses internet atau membeli buku-buku
karyanya yang sudah banyak dijumpai di toko buku sekeliling kita.
2.1.8.2.Faktor Komunikator (Comunicator)
Sebagai pelaku aktif dalam komunikasi, peran komunikator sangatlah
vital. Komunikasi dapat berjalan dengan lancar dan efektif tidak jarang karena
faktor komunikator.
a. Penampilan dan Sikap
Penampilan komunikator dalam berkomunikasi dapat meliputi beberapa
hal antara lain sikap, ekspresi verbal maupun nonverbal, busana yang
dipakai
dan
kerapian
komunikator
sangat
mempengaruhi
proses
komunikasi yang dilaksanakan. Seorang perawat yang bersikap sopan dan
satun dengan busana yang anggun dan rapi akan menunjang percaya diri
dan minat komunikan dalam merespon komunikator. Penampilan seorang
komunikator adalah stimulus awal bagi komunikan.
Beberapa sikap yang dapat menunjang keberhasilan komunikator adalah:
1) Senyum (keep smiling)
2) Terbuka
3) Rendah hati
4) Dapat menjadi pendengar yang baik
Universitas Sumatera Utara
22
5) Tidak sombong/ angkuh
6) Saling percaya
7) Cakap
b. Penguasaan masalah
Penguasaan masalah bagi seorang komunikator adalah hal yang mutlak.
Seorang komunikator akan tegas dan mantap dalam menyampaikan pesan
bila dia menguasai apa yang akan disampaikan. Selain meningkatkan
kepercayaan diri bagi komunikator, penguasaan masalah juga dapat
menghilangkan keraguan dari komunikan karena yakin mendapatkan
pesan/informasi dengan benar.
c. Penguasaan bahasa.
Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa penguasaan bahasa akan sangat
membantu komunikator dalam memperoleh sumber yang bagus dan
berkualitas. Dengan penguasaan bahwa seorang komunikator dapat
melakukan komunikasi dengan sistematis, terarah dan mudah dipahami
oleh komunikan.
d. Kesempatan
Adanya kesempatan yang cukup dalam menyampaikan pesan/informasi
menunjang terjadinya proses komunikasi yang lengkap. Kesempatan bagi
komunikator adalah adanya waktu dan tempat serta suasana psikologis
yang memungkinkan terlaksananya komunikasi secara dinamis.
Universitas Sumatera Utara
23
e. Saluran
Saluran yang dimaksud adalah alat indra(penglihatan, pendengaran,
pembauan, rasa, wicara) yang digunakan komunikator dalam mendapatkan
dan menyampaikan pesan.
2.1.8.3.Faktor Pesan (Massage)
a. Teknik penyampaian pesan yang digunakan
Teknik penyampaian pesan yang digunakan ini sering terganggun karena
faktor bahasa (language factor) dan faktor teknis (noise factor) selama
pesan disampaikan.
1) Faktor bahasa
Penggunaan bahasa yang kurang tepat selama komunikasi dapat
menimbulkan persepsi yang berbeda, sehingga pesan yang dimaksud
komunikator
tidak
dapat
tersampaikan
dengan
tepat
kepada
komunikan.
2) Faktor Teknis
Hambatan yang terjadi karena faktor teknis ini biasanya terjadi bila
komunikasi
tersebut
menggunakan
media,
misalnya:
pengeras
suaranya rusak sehingga tidak dapat terdengar dengan baik oleh
komunikan, adanya halilintar dan sebagainya.
b. Bentuk pesan
Bentuk pesan yang disampaikan dapat bersifat informatif, persuasif dan
koersif.
Universitas Sumatera Utara
24
1) Informatif
Adalah bentuk pesan yang memberikan keterangan-keterangan (faktafakta) atau pengetahuan-pengetahuan bagi komunikan, kemudian
komunikan mengambil kesimpulan sendiri. Bentuk pesan ini lebih
berhasil bila dilakukan kepada komunikan yang mempunyai rasa ingin
tahunya tinggi.
2) Persuasif
Bentuk penyampaian pesan dengan maksud mempengaruhi audien/
komunikan untuk menerima atau menggunakan maksud pesan yang
disampaikan oleh komunikator. Tujuan dari penyampaian bentuk pesan
persuasif adalah perubahan kesadaran atas kehendak sendiri (bukan
paksaan).
3) Koersif
Bentuk pesan koersif ini bersifat memaksa dengan menggunakan
sanksi-sanksi apabila komunikan tidak mengikuti makna pesan yang
disampaikan oleh komunikator. Bentuk pesan koersif dapat berupa
perintah, instruksi, dan sebagainya.
c. Pesan sesuai kebutuhan
Pesan yang disampaikan seorang komunikator dapat menimbulkan
ketertarikan atau sebaliknya kepada komunikan. Informasi atau pesan akan
diminati atau bahkan “dikejar” apabila pesan tersebut sesuai dengan
kebutuhan atau yang diinginkan komunikan. Bila pesan yang disampaikan
Universitas Sumatera Utara
25
dirasa tidak perlu dan tidak bermanfaat bagi komunikan, maka proses
komunikasi yang berlangsung akan cenderung pasif dan tidak berkembang.
d. Jelas
Faktor kejelasan pesan dapat menjamin keefektifan komunikasi yang
dilakukan. Pesan yang disampaikan dengan jelas dan mudah diterima oleh
komunikan akan lebih nampak hasilnya dan efektifnya proses komunikasi.
Faktor ini dapat berupa jelas bahasa yang digunakan, jelas maksud yang
diharapkan, dan jelas bentuk pesannya. Kejelasan disini juga dimaksudkan
agar pesan yang disampaikan dengan kejujuran dan keterbukaan, tidak ada
maksud yang tersembunyi dari tujuan awal.
e. Simple (Isi pesan tidak terlalu banyak)
Penyampaian pesan yang terlalu banyak juga merupakan faktor yang dapat
mengganggu proses komunikasi. Komunikan akan merasa kelelahan dan
bosan terhadap pesan yang disampaikan. Disamping itu, bila pesan
disampaikan secara melebar akan jauh dari tujuan pesan semula sehingga
komunikasi yang dilakukan tidak efektif.
2.1.8.4.Faktor Media/Saluran (channel)
Dalam komunikasi, penggunaan media atau saluran sangatlah menentukan
kelangsungan komunikasi. Media atau saluran yang langsung terlibat dalam
proses komunikasi disini sebagaimana yang disampaikan oleh kariyoso (1994)
adalah alat/sarana yang dilalui oleh suara, antara lain:
Universitas Sumatera Utara
26
a. Mata
b. Hidung
c. Otak
d. Tangan
e. Telinga
2.1.8.5.Faktor Umpan balik (Feedback)
Terjadinya
umpan
balik
dalam
proses
komunikasi
menandakan
komunikasi berjalan aktif. Faktor umpan balik yang dapat mempengaruhi
berlangsungnya komunikasi adalah:
a. Relevansi dan pentingnya umpan balik (Feedback)
b. Sifat Umpan Balik
c. Waktu (timing)
2.1.8.6.Faktor Komunikan (Comunican)
Keberhasilan komunikasi tidak bisa lepas dari peran dan pengaruh
komunikan. Dalam konteks komunikan (penerima pesan), komunikasi akan dapat
berjalan lancar dan efektif dipengaruhi oleh:
a. Penampilan dan sikap
b. Pengetahuan
c. Sistem Sosial
d. Saluran
2.1.8.7.Faktor Efek (Effect)
Hasil atau efek dari komunikasi ini juga mempengaruhi terjadinya
komunikasi. Komunikasi dengan tujuan tertentu yang sudah lama dan sering
Universitas Sumatera Utara
27
dilakukan namun bila tidak membawa dampak atau efek yang nyata dari hasil
komunikasi tersebut, maka orang atau komunikator cenderung jemu atau bosan
untuk menyampaikan pesan berikutnya, karena merasa tidak ada gunanya
dilakukannya komunikasi kepada orang tersebut.
2.1.9. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Dalam Pelayanan
Keperawatan
Setiap orang mempunyai sifat yang unik dan masing-masing dapat
membuat penafsiran dari pesan komunikasi yang dilakukan. Perbedaan penafsiran
yang disebabkan beberapa hal dapat mengganggu jalannya komunikasi yang
efektif. Seorang klien yang menunjukkan muka masam dapat mempunyai
beberapa arti: 1) tidak bahagia, 2) marah, 3) nyeri atau makna yang lain. Menurut
Perry dan Potter (1987) dalam Mundakir (2006), persepsi seseorang, nilai, emosi,
latar belakang budaya dan tingkat pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi
jalannya pengiriman dan penerimaan pesan (komunikasi) dalam pelayanan
keperawatan.
2.1.9.1.Persepsi
Persepsi adalah cara seseorang menyerap tentang sesuatu yang terjadi
disekelilingnya. Mekanisme penyerapan ini umumnya sangat terkait dengan
fungsi panca indera manusia. Proses penerapan rangsangan yang diorganisasikan
dan diinterpretasikan dalam otak kemudian menjadikan persepsi. Persepsi
seseorang juga bisa dipengaruhi pengalaman masa lalu. Persepsi akan sangat
Universitas Sumatera Utara
28
mempengaruhi jalannya komunikasi karena proses komunikasi harus ada persepsi
dan pengertian yang sama tentang pesan yang disampaikan dan diterima oleh
kedua belah pihak.
2.1.9.2.Nilai
Nilai adalah keyakinan yang dianut seseorang. Jalan hidup seseorang
dipengaruhi oleh keyakinan, fikiran, dan tingkah lakunya. Nilai seseorang berbeda
satu sama lainnya. Nilai seseorang sangat dekat dengan masalah etika.
Komunikasi yang terjadi antara perawat dengan klien juga dipengaruhi
oleh nilai-nilai dari kedua pihak. Komunikasi yang terjadi antar perawat dengan
klien hendaknya lebih mengarah pada memberikan support dan dukungan nasehat
untuk mengatasi masalah klien.
2.1.9.3.Emosi
Emosi adalah subyektif seseorang dalam merasakan situasi yang terjadi di
sekelilingnya.
Kekuatan
emosi
seseorang
dipengaruhi
oleh
bagaimana
kemampuan atau kesanggupan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain.
2.1.9.4.Latar Belakang Sosial Budaya
Latar belakang sosial budaya mempengaruhi jalannya komunikasi. Orang
Arab akan meratap sedih dan menangis apabila ada anggota keluarganya
meninggal dunia, hal ini berbeda dengan orang amerika golongan menengah yang
sering menahan tangis secara terbuka bila kehilangan orang yang dicintai.
Sedihnya dipendam untuk memperlihatkan ketegaran kepada anggota keluarga
yang lain. Faktor ini memang sedikit pengaruhnya namun paling tidak dapat
Universitas Sumatera Utara
29
dijadikan pegangan bagi perawat dalam bertutur kata, bersikap, dan melangkah
dalam berkomunikasi dengan klien.
2.1.9.5.Pengetahuan
Komunikasi sulit berlangsung bila terjadi perbedaan tingkat pengetahuan
dari pelaku komunikasi. Seorang perawat akan mudah menyampaikan atau
menjelaskan tentang penyebab meningginya kadar gula darah kepada pasien DM
yang mempunyai pengetahuan tentang penyakitnya dibanding harus menjelaskan
kepada orang awam.
2.1.9.6.Peran dan Hubungan
Peran seseorang mempengaruhi dalam menjalin hubungan dengan orang
lain. Seorang perawat yang berperan sebagai tenaga kesehatan akan merasa
nyaman dan terbuka apabila berkomunikasi dengan sesama perawat atau tenaga
kesehatan lainnya.
2.1.9.7.Kondisi Lingkungan
Komunikasi berkaitan dengan lingkungan sosial tempat komunikasi
berlangsung, dan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial yang merupakan identitas
sosial dari mereka yang terlibat dalam komunikasi antara lain: usia, jenis kelamin,
etnik, status sosial, bahasa, kekuasaan, peraturan sosial, dan peran sosial.
2.1.10. Membangun Komunikasi Interpersonal
Cara-cara
yang bisa digunakan sebagai panduan dalam membangun
komunikasi interpersonal yang efektif adalah sebagai berikut (Nasir, Abdul, dkk,
2009):
Universitas Sumatera Utara
30
2.1.10.1. Menciptakan ketertarikan dan menangkap perhatian
Sudah menjadi sifat dasar manusia bahwa mereka lebih cenderung tertarik
dengan dirinya sendiri daripada orang lain. Oleh karena itu salah satu hal yang
bisa kita lakukan agar orang lain menjadi tertarik dengan kita adalah dengan
menumbuhkan ketertarikan kita kepada orag tersebut. Dengan kata lain,
berhentilah untuk mebicarakan semua hal yang berkaitan dengan diri kita, namun
cobalah untuk memberikan perhatian lebih kepada lawan bicara kita. Ajaklah dia
untuk mendiskusikan segala hal mengenai dirinya seperti, model pakaian yang dia
suka ataupun olahraga yang mereka gemari, sejenak kita lupakan diri kita sendiri.
Dengan menciptakan ketertarikan kepada orang tersebut sebenarnya kita telah
melakukan salah satu upaya pengumpulan informasi mengenai lawan bicara kita.
Dengan begitu, sedikit demi sedikit kita dapat membuka tabir misteri lawan bicara
kita dan membuat kita memiliki pengetahuan dalam menyikapi lawan bicara kita
di kemudian hari.
Selain itu, manfaat dari poin ini adalah membuat lawan bicara kita merasa
aman apabila berhadapan dengan kita. Ia akan merasa diperhatikan. Akan tetapi,
dalam upaya menciptakan ketertarikan ini hendaknya kita juga memperhatikan
hal-hal tertentu yang kira-kira tidak membuat lawan bicar kita merasa seperti
diinvestigasi. Memulai pembicaraan dengan mendiskusikan masalah cuaca,
kemacetan lalu lintas, ataupun hal-hal umum lainnya kadang membuat lawan
bicara memnjadi bosan.
Universitas Sumatera Utara
31
Hal lain yang perlu juga diperhatikan adalah sebaiknya kita tidak
mengungkit-ungkit masalah-masalah yang sensitif seperti agama, ras, dan hal-hal
tabuh lainnya sesuai dengan daerah asal dimana lawan bicara kita berasal.
2.1.10.2. Membangun rasa simpati
Maksudnya adalah bagaimana membangun lingkungan komunikasi
dimana lawan bicara kita merasa percaya diri saat bicara dengan kita. Caranya
antara lain dengan membuat suasana yang hangat saat berkomunikasi,
menghilangkan suasana superior dan inferior, yakni bisa dengan kontak mata yang
hangat dan bersahabat, menirukan bahasa tubuh lawan bicara, ataupun dengan
menyebut nama lawan bicara kita berulang-ulang untuk menunjukkan rasa hormat
kita kepadanya.
2.1.10.3. Percaya Diri
Percaya diri sangat penting dalam berkomunikasi. Saat kita memiliki
percaya diri, maka kita akan membangun gambar (image) diri kita kepada orang
lain, akan tetapi kurangnya percaya diri membuat kita akan dipandang sebagai
seorang yang memiliki posisi yang lemah. Terkadang, kurang percaya diri
membuat kita sendiri menjadi tidak nyaman dalam berkomunikasi, gugup,
gemetaran, dan merasa setiap apa yang kita utarakan adalah hal-hal yang sama
sekali tidak berguna. Percaya diri saat berkomunikasi dapat menciptakan energi
yang positif.
2.1.10.4. Mengaplikasikan tiga hal penting
Ketiga hal penting itu adalah kemampuan bertanya, mendengarkan, dan
diam. Sebagian besar komunikator efektif dalam menggunakan ketiga
Universitas Sumatera Utara
32
kemampuan ini. Orang yang lebih banyak mendengar justru menjadi orang yang
disenangi dalam berkomunikasi.
Diam dan mendengar di sini bukan berarti kita mendengarkan secara pasif.
Akan tetapi, kita berusaha mendengar secara aktif, memberikan respon positif
terhadap topik yang disampaikan orang lain sembari sekali-sekali menimpali
dengan
pertanyaan-pertanyaan
relevan
yang
menunjukkan
bahwa
kita
memperrhatikan apa yang sedang dibicarakan.
2.1.10.5. Kejujuran dan Empati
Menciptakan ketertarikan kepada orang lain sebenarnya adalah bagaimana
kita membuat suatu bentuk ketertarikan pada orang lain dengan sebenar-benarnya.
Bukan dengan dibuat-buat ataupun pura-pura tertarik. Kejujuran di sini
maksudnya adalah jujur akan ketertarikan pada orang lain.
2.1.10.6. Optimisme
Optimisme menekankan pada hal-hal positif yang didiskusikan dalam
suatu komunikasi. Ada kalanya dalam suatu komunikasi yang terjadi setiap
harinya, terdapat banyak hal negatif yang dijadikan topik pembicaraan, seperti
kesedihan, kekecewaan, dan kemarahan. Komunikator yang baik tentu akan
berusaha untuk menggiring pembicaraan ke arah yang positif. Komunikator yang
baik dapat memberikan respon positif yang dapat membuat komunikasi tidak
hanya selalu berpikiran pada hal-hal yang negatif sehingga optimis pun dapat
tercipta.
Universitas Sumatera Utara
33
2.1.11. Interaksi Perawat dan Pasien
Menjalin hubungan yang baik antara perawat dan pasien mutlak
diperlukan dalam upaya melancarkan pelaksanaan tugas baik di rumah sakit,
puskesmas maupun pada saat kunjungan rumah. Dalam pelaksanaan perawatan di
ruangan proses hubungan interaksi yang baik antara perawat dan klien diharapkan
menyenangkan antara kedua pihak baik perawat maupun pasien dan keluarganya.
Apabila terjadi proses interaksi yang baik antara perawat dan pasien, perawat
dapat melaksanakan perawatan dengan sebaik-baiknya guna memenuhi kebutuhan
pasien. Adapu tujuan menjalin hubungan yang baik ini untuk (Kariyoso, 1994):
a. Memenuhi kebutuhan pasien
b. Membantu pasien dalam pengalaman hidup sehari-hari
c. Mencari tahu latar belakang pasien, dirawat di rumah sakit
2.1.12. Teknik Menjalin Hubungan dengan Pasien
Menurut Kariyoso (1994), teknik menjalin hubungan baik dengan pasien
yaitu:
a. Membantu pasien agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan
keadaan sekelilingnya.
Kebaikan hubungan ini tergantung perawat, perawat harus dapat
mengobservasi artinya mengamati keadaan klien terhadap hubungan. Perawat
harus dapat mengevaluasi serta merespon reaksi dan juga harus tanggap.
Kemampuan perawat terhadap hubungan ini tergantung dari pengetahuan,
pengertian serta keterampilan dalam menjalin hubungan dengan pasien. Hubungan
Universitas Sumatera Utara
34
ini lebih efektif lagi bila perawat melibatkan dirinya dengan pasien
dengan
menggunakan metode berkomunikasi sebagai alat untuk membantu pasien.
Perawat harus dapat pula mengendalikan perasaan, konflik-konflik yang
mungkin terjadi dalan rangka mengatasi kegelisahan, ketakutan dan perasaanperasaan yang timbul pada pasien.
b. Perawat harus dapat mengenal keunggulan dan kelemahan klien dalam
menjalin interaksi
Menanyakan kepada klien, kenapa tidak mau menyentuh makanannya, apa
yang sedang dipikirkannya. Mungkin ada satu alasan sehingga pasien tidak mau
melakukan perintah perawa.
c. Sebagai konsultan, perawat harus dapat mengukur dirinya sendiri dan
tanggap terhadap keluhan-keluhan pasiennya dan mengambil tindakan
seperlunya.
2.2. Kecerdasan Emosi
2.2.1. Pengertian Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog
Peter Salovey dan John Mayer. Mereka menerangkan kualitas-kualitas emosional
yang penting bagi keberhasilan seseorang. Emosi pada dasarnya, adalah dorongan
untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah
ditanamkan secara berangsur-angsur oleh evolusi. Akar kata emosi adalah movere,
kata kerja bahasa Latin yang berarti “menggerakkan, bergerak”, ditambah awalan
Universitas Sumatera Utara
35
“e” untuk memberi arti “bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan
bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi (Goleman, 1999).
Menurut Gardner keragaman kecerdasan terus berkembang, Gardner
menyebut kecerdasan emosi sebagai kecerdasan pribadi yang terdiri dari
kecerdasan antar pribadi dan kecerdasan intra pribadi. Kecerdasan antar pribadi
merupakan kemampuan untuk memahami orang lain, apa yang memotivasi
mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerja bahu membahu dengan
orang lain. Tenaga-tenaga penjualan, politisi, guru, dokter, perawat dan pemimpin
yang sukses merupakan orang-orang yang mempunyai tingkat kecerdasan antar
pribadi yang sangat tinggi. Kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan yang
korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Kemampuan tersebut adalah kemampuan
membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta
kemampuan untuk menggunakan model tadi sebagai alat untuk menempuh
kehidupan secara efektif. Inti kecerdasan pribadi menurut Gardner merupakan
kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati,
temperamen, motivasi dan hasrat orang lain. Salovey menempatkan kecerdasan
pribadi Gardner sebagai dasar tentang kecerdasan emosional yang diteruskannya
dengan memperluas kemampuan ini menjadi lima faktor utama yaitu : Kesadaran
emosi, Pengendalian emosi. Motivasi diri, Empati, dan Hubungan Sosial
(Goleman,1996)
Universitas Sumatera Utara
36
2.2.2. Faktor-faktor Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi terdiri dari 5 faktor yaitu faktor kesadaran emosi,
pengendalian emosi, motivasi diri, empati dan hubungan sosial
2.2.2.1.Kesadaran emosi
Kesadaran diri, mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi
merupakan dasar kecerdasan emosional. Kemampuan untuk memantau perasaan
dari waktu ke waktu merupakan hal penting bagi wawasan psikologi dan
pemahaman diri. Ketidakmampuan mencermati perasaan yang sesungguhnya
membuat seseorang berada dalam kekuasaan perasaan (Goleman, 1996).
Kesadaran diri merupakan pedoman untuk menyesuaikan kinerja dengan
situasi di lapangan dalam bidang apa pun, untuk mengelola perasaan yang tidak
menentu, untuk mempertahankan informasi, untuk menyesuaikan diri dengan
tepat terhadap perasaan orang-orang sekitar, dan untuk mengembangkan
keterampilan sosial dalam bekerja, termasuk yang esensial begi kepemimpinan
dan kerja sama dimulai . Kesadaran emosi dimulai dengan penyelarasan diri
terhadap aliran perasaan yang terus ada, kemudian mengenali bagaimana emosiemosi membentuk persepsi, pikiran dan perbuatan. Dari kesadaran itu muncullah
kesadaran lain. Bahwa perasaan kita berpengaruh terhadap mereka yang
berhubungan dengan kita (Goleman,1999)
Menurut Mayer, orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam
menangani dan mengatasi emosi mereka:
Universitas Sumatera Utara
37
1. Sadar diri
Peka akan suasana hati mereka ketika mengalaminya- dapat dimengerti bila
orang-orang ini memiliki kepintaran tersendiri dalam kehidupan emosional
mereka. Kejernihan pikiran mereka tentang emosi boleh jadi melandasi ciriciri kepribadian lain: mereka mandiri dan yakin akan batas-batas yang mereka
bangun, kesehatan jiwanya bagus, dan cenderung berpendapat positif akan
kehidupan. Bila suasana hatinya sedang jelek, mereka tidak risau dan tidak
larut ke dalamnya, dan mereka mampu melepaskan diri dari suasana itu
dengan lebih cepat. Pendek kata, ketajaman pola pikir mereka menjadi
penolong untuk mengatur emosi
2. Tenggelam dalam permasalahan
Mereka adalah orang-orang yang seringkali merasa dikuasai oleh emosi dan
tak berdaya untuk melepaskan diri, seolah-olah suasana hati mereka telah
mengambil ahli kekuasaan. Mereka mudah marah dan amat tidak peka akan
perasaanya, sehingga larut dalam perasaan-perasaan itu dan bukannya mencari
perpektif baru. Akibatnya, mereka kurang berupaya melepaskan diri dari
suasana hati yang jelek, merasa tidak mempunyai kendali atas kehidupan
emosional mereka. Seringkali mereka merasa kalah dan secara emosional
lepas kendali.
3. Pasrah
Meskipun seringkali orang-orang ini peka akan apa yang mereka rasakan,
mereka juga akan cenderung menerima begitu saja suasana hati mereka,
sehingga tidak berusaha untuk mengubahnya. Kelihatannya ada dua cabang
Universitas Sumatera Utara
38
jenis yang pasrah ini : mereka yang terbiasa dalam suasana hati yang
menyenagkan, dan dengan demikian motivasi untuk mengubahnya rendah;
dan orang-orang yang kendati peka akan perasaanya, rawan terhadap suasana
hati yang jelek tetapi menerimanya dengan sikap tidak hirau, tak melakukan
apa pun untuk mengubahnya meskipun tertekan – pola yang ditemukan,
misalnya, pada orang-orang yang menderita depresi dan yang tenggelam
dalam keputusasaan
Menurut Goleman (1999) kompetensi kesadaran emosi adalah:
a. Mengetahui emosi yang sedang dirasakan dan alasan mengapa terjadi emosi
tersebut
b. Menyadari keterkaitan antara perasaan mereka dengan yang mereka pikirkan,
pebuat, dan katakan
c. Mengetahui bagaimana perasaan mereka mempengaruhi kinerja
d. Mempunyai kesadaran yang menjadi pedoman untuk nilai-nilai dan sasaransasaran mereka
2.2.2.2.Pengendalian emosi
Pengendalian emosi oleh diri sendiri tidak hanya berarti meredam rasa
tertekan atau menahan gejolak emosi. Pengendalian emosi juga bisa berarti
dengan sengaja menghayati suatu emosi, termasuk yang tidak menyenangkan.
Kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan
atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang timbul karena gagalnya keterampilan
emosional dasar ini. Orang-orang yang tidak baik kemampuannya dalam
Universitas Sumatera Utara
39
keterampilan ini akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung,
sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari
kemunduran dan kejatuhan dalam kehidupan (Goleman, 1996).
Kendali diri emosi tidak sama dengan kendali diri yang berlebihan
(overcontrol), penyakalan semua perasaan dan spontanitas. Bahkan pengendalian
yang berlebihan dapat mendatangkan kerugian, baik fisik maupun mental.
Menurut Goleman (1999) kompetensi pengendalian emosi adalah:
a. Mengelola dengan baik perasaan-perasaan impulsif dan emosi-emosi yang
menekan seseorang
b. Tetap teguh, tetap positif, dan tida goyah bahkan dalam situasi yang paling
berat
c. Berfikir dengan jernih dan tetap terfokus walaupun dalam suatu tekanan
2.2.2.3.Motivasi Diri
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat
penting dalam kaitan untuk memberi perhatian untuk memotivasi diri sendiri dan
menguasai diri sendiri dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional (menahan diri
terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati) adalah landasan
keberhasilan dalam berbagai bidang. Orang-orang yang memiliki keterampilan ini
cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apa pun yang mereka
kerjakan (Goleman, 1996).
Universitas Sumatera Utara
40
Menurut Goleman (1999) kompetensi motivasi diri adalah:
a. Berorientasi kepada hasil, dengan semangat juang tinggi untuk meraih
tujuan dan memenuhi standart
b. Menetapkan sasaran yang menantang dan berani mengambil resiko yang
telah diperhitungkan
c. Mencari informasi sebanyak-banyaknya guna mengurangi ketidakpastian
dan mencari cara yang lebih baik
d. Selalu belajar untuk menigkatkan kinerja
2.2.2.4.Empati
Kemampuan mengindra perasaan seseorang sebelum yang bersangkutan
mengatakannya merupakan intisari empati. Orang jarang mengungkapkan
perasaan mereka lewat kata-kata. Sebaliknya, mereka memberitahu kita lewat
nada suara, ekspresi wajah, atau cara-cara nonverbal lain (Goleman, 1999).
Menurut Goleman (1999) Kemampuan yang dimiliki seseorang yang
empati:
a. Kesadaran diri
b. Mengenali perasaan yang tersembunyi dalam reaksi-reaksi tubuh sendiri
c. Kemampuan membaca emosi orang lain
d. Mengindra dan menanggapi kebutuhan atau perasaan seseorang yang tidak
diungkapkan lewat kata-kata
e. Menghayati masalah-masalah atau kebutuhan-kebutuhan yang ada di balik
perasaan seseorang
Universitas Sumatera Utara
41
f. Menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan-kepentingan orang lain
Empati merupakan kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri
emosional, merupakan “keterampilan bergaul” dasar. Orang yang empatik lebih
mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyratkan
apa-apa yyang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Orang-orang seperti ini
cocok untuk pekerjaan-pekerjaan perawat, mengajar, penjualan, dan manajemen
(Goleman, 1996).
Menurut Goleman (1999) kompetensi empati adalah:
a. Memperhatikan isyarat-isyarat emosi dan mendengarkan dengan baik
b. Menunjukkan kepekaan dan pemahaman terhadap perspektif orang lain
c. Membantu berdasarakan pemahaman terhadap kebutuhan dan perasaan
orang lain
2.2.2.5.Hubungan Sosial
Manusia adalah makhluk yang harus bekerjasama sejak zaman purba.
Hubungan sosial yang rumit dan unik pada manusia memberikan keunggulan
yang sangat penting untuk berjuang mempertahankan hidup. Kecerdasan
hubungan sosial juga sangat berpengaruh terhadap suatu pekerjaan
Seni membina hubungan, sebagian besar, merupakan keterampilan
mengelola emosi orang lain. Membina hubungan merupakan keterampilan yang
menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antarpribadi. Orangorang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam bidang apapun yang
mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain. (Goleman, 1996)
Universitas Sumatera Utara
42
Menurut Goleman (1999) kompetensi hubungan sosial adalah:
a. Menumbuhakn dan memelihara jaringan tidak formal yang meluas
b. Mencari hubungan-hubungan yang saling menguntungkan
c. Membangun hubungan saling percaya dan memelihara keutuhan anggota
d. Membangun dan memelihara persahabatan pribadi di antara sesama mitra
kerja
2.2.3. Hubungan Faktor-faktor Kecerdasan Emosi dengan Komunikasi
Interpersonal
Kecerdasan emosi berhubungan dengan komunikasi interpersonal. Orang
yang kecerdasan emosinya tinggi mampu
berkomunikasi dengan baik
dibandingkan dengan orang yang mempunyai kecerdasan emosi yang rendah.
Dalam kehidupan sehari-hari orang yang cerdas emosi mudah menyadari keadaan
dirinya, mampu mengendalikan emosi pada situasi yang tidak menyenangkan,
sehingga ia mampu melakukan komunikasi dengan orang lain (Goleman, 1999).
Dibawah ini akan dibahas hubungan faktor-faktor kecerdasan emosi
dengan komunikasi interpersonal.
2.2.3.1.Hubungan Kesadaran Emosi dengan Komunikasi Interpersonal
Emosi-emosi seseorang sangat mengganggu pikiran, emosi merupakan
tamu yang tak diundang dalam kehidupan kita, namun emosi memberi informasi
yang bila diabaikan akan mengakibatkan masalah-masalah serius. Jika kita
menyadari keberadaan emosi ini, maka kita akan memperlakukan emosi ini
dengan rasional, sehingga seseorang akan mampu melakukan komunikasi
Universitas Sumatera Utara
43
interpersonal dengan baik. Kurangnya kesadaran tentang aspek diri sendiri akan
mempengaruhi dalam berkomunikasi dengan orang lain. Peningkatan kesadaran
diri akan menghasilkan komunikasi yang lebih produktif (Goleman, 1999).
2.2.3.2.Hubungan Pengendalian Emosi dengan Komunikasi Interpersonal
Faktor kecerdasan emosi kedua yaitu pengendalian emosi mempunyai
hubungan dengan komunikasi interpersonal. Mampu mengendalikan suasana hati
penting untuk komunikasi yang baik (Goleman, 1999). Orang yang mampu
mengendalikan emosi, ia tidak menuruti hal-hal yang menghasilkan perilakuperilaku yang tidak produktif, tetap tenang, berfikir positif dan tidak bingung,
bahkan pada saat keadaan sangat sulit. Mereka mampu mengelola emosi yang
menyusahkan dan mengurangi kecemasan pada saat mengalami emosi tersebut
serta tetap stabil, berfikir tenang yaitu tetap terfokus meskipun berada dibawah
tekanan sekalipun. Keadaan tenang dan stabil ini membuat seseorang dapat
melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain. Berbeda dengan orang
yang sulit mengendalikan diri, maka mereka akan melakukan hambatan dalam
komunikasi interpersonal (Mulyani, 2008).
2.2.3.3.Hubungan Motivasi Diri dengan Komunikasi Interpersonal.
Orang yang mampu memotivasi diri, mereka selalu bersemangat dalam
kehidupannya, cara berfikirnya positif dan tidak berprasangka buruk pada orang
lain, hal ini yang menimbulkan mereka mampu untuk berkomunikasi
interpersonal dengan orang lain. Orang yang mampu memotivasi diri, mereka
termasuk orang-orang yang mempunyai sikap optimis, mereka mempunyai
pengharapan yang sangat kuat, berkeyakinan bahwa segala sesuatu akan beres,
Universitas Sumatera Utara
44
meskipun sedang dilanda masalah. Orang yang optimis memandang kegagalan
disebabkan oleh sesuatu hal yang dapat diubah sehingga mereka dapat berhasil
pada masa-masa mendatang. Orang yang optimis merupakan orang yang cerdas
emosi, mereka akan tetap melakukan komunikasi dengan orang lain meskipun
sedang dilanda masalah (Mulyani, 2008).
2.2.3.4.Hubungan Empati dengan Komunikasi Interpersonal
Orang yang empati mempunyai kepedulian yang mendalam atau
penerimaan yang penuh terhadap orang lain serta mampu mendengarkan orang
lain dengan sepenuhnya. Seorang perawat yang mempunyai sikap empati ia akan
memahami perasaan pasien yang sedang mencari pertolongan. Perawat yang
empati akan mampu berkomunikasi interpersonal dengan pasiennya, sehingga
mereka akan menerima pasien tanpa syarat, dan tanpa bias (Goleman,1999).
2.2.3.5.Hubungan faktor Hubungan Sosial dengan Komunikasi interpersonal
Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal
adalah percaya pada orang lain. Apabila percaya bahwa orang lain tidak akan
menghianati dan merugikan maka ia akan banyak membuka diri pada orang lain.
Hubungan sosial akan menentukan efektivitas komunikasi. Kepercayaan
meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka saluran komunikasi,
memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi, serta memperluas peluang
komunikan untuk mencapai maksudnya. Menjadi komunikator yang baik adalah
inti diantara semua keterampilan sosial (Goleman, 1999).
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan sosial yang baik.
Kegagalan komunikasi terjadi bila isi pesan kita dipahami, tetapi hubungan
Universitas Sumatera Utara
45
diantara komunikan menjadi rusak. Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif
bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan
(Goleman, 1999). Bila kita berkumpul dengan orang yang menyenangkan maka
akan terjadi komunikasi yang menyenangkan. Setiap melakukan komunikasi
interpersonal, kita tidak hanya sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga
menentukan kadar hubungan interpersonal. Perlahan-lahan studi komunikasi
interpersonal bergeser dari isi pesan pada aspek relasional. Makin baik hubungan
interpersonal maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut :
a. Makin terbuka seseorang mengungkapkan perasaannya
b. Makin cenderung meneliti perasaannya secara mendalam .
c. Makin cenderung mendengar dengan penuh perhatian dan bertindak.
Makin baik hubungan seseorang makin terbuka seseorang untuk mengungkapkan
dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya,
sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan
(Mulyani, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Download