bab i pendahuluan - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
KONTEKS MASALAH
Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dan kompleks bagi
kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang dilakukan
dengan manusia lain, baik yang sudah dikenal maupun yang tidak dikenal sama
sekali. Komunikasi memiliki peran yang sangat vital bagi kehidupan manusia.
Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang
disampaikan melalui lambang tertentu yang mengandung arti, dilakukan oleh
penyampai pesan (sumber, komunikator sendiri) ditujukan kepada penerima pesan
(receiver,komunikan, audience).
Setiap orang selalu berupaya memahami setiap peristiwa yang
dialaminya. Orang memberikan makna terhadap apa yang terjadi di dalam dirinya
sendiri atau lingkungan sekitarnya. Terkadang makna yang diberikan itu sangat
jelas dan mudah dipahami orang lain, namun terkadang makna itu buram, tidak
dapat dipahami dan bahkan bertentangan dengan makna sebelumnya.
Komunikasi berfungsi sebagai perekat atau lem dalam masyarakat.
Manusia sebagai pribadi maupun makhluk sosial akan saling berkomunikasi dan
saling mempengaruhi satu sama lain dalam hubungan yang beraneka ragam,
dengan gaya dan cara yang berbeda pula. Komunikasi merupakan dasar dari
seluruh interaksi antar manusia. Interaksi manusia baik antara perorangan,
kelompok maupun organisasi tidak mungkin terjadi tanpa komunikasi. Begitupun
dalam interaksi keluarga, baik antar pribadi anggota keluarga, orang tua dengan
anak maupun dengan keluarga yang lain sebagai perorangan, kelompok maupun
sebagai keluarga itu sendiri.
Menurut Richard L. Weaver, salah satu karakteristik komunikasi
antarpribadi adalah tidak harus bertatap muka (Budyatna,2011:16). Komunikasi
antarpribadi yang sudah terbentuk, adanya saling pengertian antara dua individu.
Misalnya, antara orangtua dan anaknya yang menempuh pendidikan jauh dengan
orangtua dan tidak tinggal serumah dengan orangtua, maka interaksi yang terjalin
melalui telepon, email, chatting, dan sebagainya. Komunikasi antarpribadi sebagai
Universitas sumatera Utara
proses yang merupakan rangkaian sistematis perilaku yang bertujuan yang terjadi
dari waktu ke waktu atau berulang kali. Misalnya, selama dua puluh menit
percakapan telepon seorang anak dengan orangtuanya untuk mendapatkan
informasi keluarga.
Komunikasi antarpribadi merupakan salah satu faktor yang menentukan
konsep diri seseorang, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin
sesuai dengan konsep dirinya. Suksesnya komunikasi antarpribadi banyak
bergantung pada kualitas konsep diri seseorang (Rakhmat,2008:105). Seseorang
berkomunikasi harus memiliki konsep yang positif, maka komunikasi akan
semakin efektif. Contohnya, bila seorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai
orang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur dan mempelajari
materi kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis
yang baik. Konsep diri memiliki peran penting karena menjadi motivasi utang
yang didukung oleh seluruh elemen lainnya yang terdapat pada sistem kognitif
manusia (Morissan,2009:70).
Konsep diri merupakan faktor yang menentukan dalam komunikasi
antarpribadi, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan
konsep dirinya. Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang
dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari
interaksi dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan,
melainkan berkembang dari pengalaman yang terus-menerus dan terdiferensiasi.
Dasara dari konsep diri individu ditanamkan pada saat dini kehidupan anak yang
menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya di kemudian hari
(Agustiani,2009:138).
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan individu tentang dirinya.
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri
yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu: yakin akan kemampuan mengatasi
masalah; merasa setara dengan orang lain; menerima pujian tanpa rasa malu;
menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan
perilaku yang tidak
seluruhnya disetujui oleh masyarakat; mampu memperbaiki
dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak
Universitas sumatera Utara
disenanginya dan berusaha mengubah. Konsep diri merupakan faktor yang sangat
menentukan dalam komunikasi antarpribadi, yaitu:
a. Nubuat yang dipenuhi sendiri. Karena setiap orang bertingkah laku
sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Bila seseorang mahasiswa
menganggap dirinya sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah
secara teratur, membuat catatan yang baik,
mempelajari materi kuliah
dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.
b. Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan
komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain
meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri
menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita,
kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan
baru.
c. Percaya diri (self confidence). Keinginan untuk menutup diri, selain
karena konsep diri yang negatif timbul dari kurangnya kepercayaan
kepada
kemampuan sendiri. Orang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat
mungkin menghindari situasi komunikasi. Ketakutan
komunikasi
untuk
melakukan
dikenal sebagai communication apprehension. Orang yang
aprehensif dalam komunikasi disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Tentu
tidak semua aprehensi komunikasi disebabkan kurangnya percaya diri; tetapi di
antara berbagai faktor, percaya diri adalah yang paling menentukan. Untuk
meningkatkan percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu
seperti yang dikatakan Maxwell Maltz, seorang
tokoh
Psikosibernetik,
”Believe in yourself and you’ll succeed”.
d. Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita
karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka
diri (terpaan selektif), bagaimana kita mempersepsi pesan (persepsi selektif), dan
apa yang kita ingat (ingatan selektif). (Rakhmat, 2005: 104-109).
Konsep diri terbentuk dan berkembang karena adanya empat faktor
(Devito,2009:53-55). Pertama, konsep diri seseorang dibentuk karena adanya
orang-orang yang paling penting dalam hidup seseorang seperti orang tua. Kedua,
Universitas sumatera Utara
perbandingan yang dibuat antara diri sendiri dan orang lain. Ketiga, adanya
budaya yang dianut. Keempat, mengevaluasi pikiran dan perilaku diri sendiri.
Menurut D.H. Demo menekankan pada maksud bahwa konsep diri
dibentuk, dipelihara, diperkuat, dan/atau diubah oleh komunikasi para anggota
keluarga.
Mereka
itulah
yang
disebut
sebagai
significant
others.
(Budyatna,2011:169). significant others yang dimaksud merupakan orangtua.
Orangtua adalah faktor utama yang membentuk dan mengembangkan konsep diri
seorang anak. Orangtua mengarahkan tindakan anaknya, membentuk pikiran
anaknya dan menyentuh anaknya secara emosional. Karena orangtua mempunyai
hubungan emosional. Dan merekalah, secara perlahan-lahan yang membentuk
konsep diri anak melalui senyuman, pujian, penghargaan, pelukan, yang
menyebabkan anak tersebut menilai dirinya sendiri secara positif. Ejekan,
cemoohan, dan hardikan, membuat anak tersebut memandang dirinya sencari
secara negatif.
Ketika si anak tumbuh dewasa menjadi seorang mahasiswa dan
mengharuskan si anak berpisah dengan orangtuanya karena menempuh
pendidikan di daerah yang berbeda, mahasiswa tersebut merasa harus
mengembangkan potensi dirinya dengan mengikuti kegiatan-kegiatan kampus,
organisasi-organisasi, lingkungan tempat tinggal, interaksi dengan orang sekitar.
Melalui ini membuat konsep diri mahasiswa ini berkembang karena disebabkan
oleh orang lain atau lingkungan.. Pandangan ini disebut generalized others
dimana orang lain yang memandanganya.
Komunikasi
berkontribusi
bagi
pembentukan
konsep
diri
dan
pengembangan konsep diri. Selain orangtua dan orang lain yang menjadi faktor
pembentukkan konsep
diri, ada
budaya yang
menjadi latar belakang
pembentukkan konsep diri. Ketika seorang mahasiswa indekos berada di
lingkungan yang berbeda dengan lingkungan ketika bersama dengan orangtuanya.
Mahasiswa tersebut akan berperilaku dari apa yang diajarkan dan didikan
orangtuanya. Ketika seorang mahasiswa di didik dengan etika yang baik dan
dengan dasar didikan agama yang kuat maka mahasiswa tersebut tidak akan
berpengaruh pada lingkungan sekitar. Tetapi ketika, mahasiswa tersebut dilandasi
sikap yang tidak mempunyai etika dan tidak di didik dengan baik, maka
Universitas sumatera Utara
mahasiswa indekos tersebut akan mudah terpengaruh dengan hal-hal yang tidak
baik. Mengevaluasi pikiran dan perilaku diri sendiri ada salah satu faktor yang
membentuk konsep diri seorang mahasiswa. Ketika mahasiswa tersebut
berperilaku melalui tindakan, seorang mahasiswa indekos akan mengevaluasi
dirinya sendiri
Komunikasi yang terjalin akan bergantung pada kualitas konsep diri yang
dibentuk. Apakah konsep diri tersebut positif atau negatif (Morissan,2009:70-71).
Semakin efektif komunikasi yang terjalin, makan akan semakin positif konsep diri
yang terbentuk dan sebaliknya.
Teori disonansi kognitif akan membantu untuk mengetahui perasaan
yang dimiliki orang ketika mereka menemukan diri mereka sendiri melakukan
sesuatu yang tidak sesuai dengan pendapat yang dipegang. Melalui teori ini, akan
mengetahui bagaiman konsep diri yang dibentuk oleh mahasiswa indekos untuk
mengetahu siapa dirinya sebelum dan setelah menjadi anak kos.
Kualitas konsep diri tersebut dibentuk salah satunya karena adanya teori
interaksi simbolik (Morissan,2009:74). Interaksi simbolik merupakan makna suatu
objek sosial serta sikap dan rencana tindakan tidak merupakan sesuatu yang
terisolir satu sama lain. Seluruh ide paham interaksi simbolik menyatakan bahwa
makna muncul melalui interaksi. Orang-orang terdekat seperti orangtua
memberikan pengaruh besar. Orangtua yang memperkenalkan dengan kata-kata
baru, konsep-konsep untuk membantu membedakan antara diri sendiri dan orang
lain sehingga miliki sense of self. Konsep diri berkembang karena adanya
interaksi dengan orang lain. Apalagi ketika seorang anak berstatus mahasiswa
indekos, konsep diri yang terbentuk tersebut berbeda ketika mahasiswa tersebut
tidak tinggal lagi dengan orangtua. Karena pada awalnya konsep diri yang
dibentuk diawal dengan orangtua akan berkembang melalui interaksi sosial yang
ada di lingkungannya (West,2011:101-102). Lingkungan dimana mahasiswa
indekos tersebut tinggal dan melakukan interaksi dengan oranglain akan
mengubah konsep diri mahasiswa indekos tersebut. Ini disebabkan karena
mahasiswa tersebut perlu mengembangkan potensi dirinya sendiri ketika
mahassiswa tersebut berada di lingkungan yang berbeda dimana tidak tinggal
dengan orangtuanya karena sedang menempuh pendidikan. Latar belakang budaya
Universitas sumatera Utara
dan adanya kesadaran diri untuk mengevalusi perilakunya sendiri merupak faktor
yang membentuk konsep diri mahasiswa indekos tersebut Melalui interaksi ini
mahasiswa tersebut dapat menyelidiki tentang diri.
Subjek penelitian adalah mahasiswa-mahasiswi yang berstatus aktif dan
tidak tinggal dengan orangtua (anak kos)
di Universitas Sumatera Utara.
Pemilihan lokasi penelitian di daerah sekitar Universitas Sumatera Utara
dilakukan mahasiswa indekos di USU ada yang berasal dari luar Medan yang
tidak tinggal dengan orangtuanya. Peneliti ingin mengetahui konsep diri
mahasiswa ketika tinggal dengan orangtuanya dan konsep diri mahasiswa tersebut
berkembang ketika menjadi mahasiswa indekos dimana konsep diri berkembang
karena adanya faktor-faktor lain ketika tidak tinggal bersama dengan orangtuanya.
Bila melihat pada salah satu tujuan komunikasi antarpribadi adalah untuk
memelihara hubungan yang bermakna dengan orang lain, maka yang menjadi
pertanyaannya adalah bagaimana proses pembentukkan konsep diri mahasiswa
indekos Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan konteks masalah di atas, maka
peneliti tertarik untuk meneliti proses pembentukan konsep diri mahasiswa
indekos setelah menjadi anak kos.
1.2.
FOKUS MASALAH
Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti
merumuskan fokus masalah adalah “ Bagaimana Proses Pembentukan Konsep
Diri Mahasiswa Indekos Universitas Sumatera Utara Setelah Menjadi Anak Kos”.
1.3.
TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui
karakteristik
mahasiswa
indekos
Universitas
Sumatera Utara
2.
Untuk menggambarkan proses pembentukan konsep diri mahasiswa
indekos Universitas Sumatera Utara setelah menjadi anak kos.
Universitas sumatera Utara
1.4.
MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya komunikasi antarpribadi
yang berkaitan dengan pembentukan konsep diri.
2.
Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
dan memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan di lingkungan
FISIP USU, khususnya di bidang ilmu komunikasi.
3.
Secara praktis, penelitian ini diharapakan dapat memberikan kontribusi
bagi mahasiswa-mahasiswi dan orangtua yang berbeda tempat tinggal
sehingga dapat meningkatkan komunikasi dan kedekatan antara orangtua
dan anak.
Universitas sumatera Utara
Download