PENDAHULUAN Kebutuhan energi dan masalah lingkungan di abad 21 akan mengharuskan adanya sitem pembangkit daya baru dengan efisiensi yang lebih besar dan lebih bersahabat dengan lingkungan. Sehingga perlu dilakukan usaha-usaha untuk mengurangi ketergantungan pada sumber energi minyak bumi. Salah satunya melalui diversifikasi sumber energi termasuk pengembangan energi alternatif yang memenuhi persyaratan energi masa depan yang murah, tersedia dalam jumlah melimpah, fleksibel dalam penggunaan dan ramah terhadap lingkungan. Bahan bakar fosil saat ini menyediakan mayoritas energi yang dikonsumsi oleh seluruh dunia, kira-kira 80.9 % dari seluruh sumber energi (International Energy Agency 2008). Sumber daya bahan bakar fosil cepat sekali habis, dan kilang-kilang minyak di dunia mulai mencapai batas persediaan. Permintaan akan bahan bakar fosil terus meningkat dari negara-negara maju dan berkembang sehingga dapat meningkatkan emisi CO dan isu pemanasan global dan perubahan iklim, sehingga kebutuhan akan energi terbaharui sangat diperlukan. Sumber daya terbaharui seperti tenaga air, panas bumi, sampah, solar, angin dan gelombang air laut menyediakan kira-kira 18.4 % dari konsumsi energi dunia (International Energy Agency 2008). Solusi alternatif untuk mengatasi beberapa permasalahan tersebut di atas salah satunya adalah dengan memanfaatkan sinar matahari. Sumber energi terbesar yang tersedia di bumi adalah energi radiasi yang berasal dari matahari. Energi matahari juga sangat menguntungkan dibandingkan energi dari fosil, yaitu karena karakteristik dari energi surya yang lebih ramah lingkungan. Sehingga diperlukan sebuah alat yang mampu menerima dan mengkonversi energi radiasi matahari menjadi energi listrik atau energi lain yang bisa dimanfaatkan. Alat untuk mengkonversi energi radiasi matahari menjadi energi listrik salah satunya adalah sel surya. Akhir-akhir ini, pengembangan sel fotovoltaik lapisan tipis begitu pesat seiring semakin berkurangnya sumber energi fosil, sehingga sel surya menjadi salah satu sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Ada tiga generasi sel surya yang telah dibuat sampai saat ini. Sel surya generasi pertama dibuat dari silikon kristalin dan digolongkan menjadi silikon monokristalin dan silikon polikristalin. Sel surya generasi kedua merupakan modifikasi dari sel surya generasi pertama yang tebal dan disebut sel surya film tipis. Sel surya ini digolongkan menjadi silikon film tipis, Cadmium Telurium (CdTe), Copper Indium Galium Dislenide (CIGS), dan Penyerap Tipis Ekstrem (ETA). Sel surya generasi ketiga disebut sel surya molekuler. Contoh dari sel surya jenis ini adalah Sel Surya Pewarna Tersensitisasi (SSPT) atau Dye Sensitized Solar Cell (DSSC). Sel fotoelektrokimia, seperti DSSC, menyediakan sebuah alternatif fotovoltaik p-n junction pada saat ini. Sel ini dibuat dengan menggunakan junction semikonduktor elektrolit yang berlawanan dengan junction padat yang klasik. DSSC terdiri atas lapisan tipis nanopori dengan area permukaan internal yang luas, dilapisi dengan monolayer zat pewarna yang mampu mengabsobsi sinar. Monolayer zat pewarna mengkonversi foton menjadi muatan, yang kemudian ditransfer sebagai elektron ke lapisan tipis nanopori dan mengalir sebagai arus listrik. 2 Latar Belakang Pengembangan sel surya pada generasi ketiga ini umumnya menggunakan bahan yang tidak toksik, ramah lingkungan, efisien atau dikenal sebagai bahan organik. Pengembangan lebih lanjut dengan memadukan antara bahan semikonduktor anorganik dan semikonduktor organik atau yang dikenal sebagai sel surya hibrid. Beberapa penelitian telah dilakukan yang memadukan semikonduktor ZnO nanorod dan semikonduktor organik diantaranya adalah perylene monoimide–monoanhydride sebagai dye menghasilkan efisiensi sebesar 0.59 % (Erten dan Baxter 2006), P3HT; PCBM mengahsilkan efisiensi sebesar 1.78 % (Moura et al. 2012). Diantara beberapa semikonduktor, ZnO struktur nano dianggap sebagai yang terbaik, hal itu jelas ditunjukkan dalam banyak studi yang nanopartikel ZnO secara signifikan memiliki efek antimikroba yang lebih tinggi dari nanopartikel oksida logam lainnya (Jones 2008). Saat ini, struktur nano yang berbeda dari ZnO telah dilaporkan seperti nanorod, kawat nano, nanocombs, nanorings, nanobridge, nanobelts, nanocages (Hughes et al., 2005; Yu 2010), dan lain-lain dan struktur nano ini memiliki aplikasi potensial dalam fabrikasi fungsional perangkat canggih nanoelektronik. Jika dibandingkan dengan struktur fotoanoda 1-D, film ZnO dengan struktur hirarkis telah memperlihatkan banyak capaian yang lebih baik pada DSSC dalam kaitan dengan area permukaan spesifik yang lebih besar untuk penyerapan dye. Hamburan cahaya efektif di dalam photoanode dan pori yang lebih banyak untuk penetrasi elektrolit ke dalam film fotoanoda. Fujihara (2004) telah membuat film ZnO dengan morfologi rose-like dan digunakan sebagai fotoanoda pada DSSC dengan efisiensi konversi yang diperoleh 4.1 %. Sejauh ini dye yang digunakan sebagai sensitizer dapat berupa dye sintesis maupun dye alami. Dye sintesis umumnya menggunakan organik logam berbasis ruthenium komplek, dye sintesis ini cukup mahal. Sedangkan dye alami dapat diekstrak dari bagian-bagian tumbuhan seperti daun, bunga atau buah. Berbagai jenis ekstrak tumbuhan telah digunakan sebagai fotosensitizer pada sistem sel surya tersensitisasi dye berupa ekstrak klorofil, karoten atau antosianin. Secara umum DSSC dibentuk melalui mekanisme fotoelektrokimia, di mana penyerapan cahaya matahari melalui pewarna tersensitisasi (dye sensitized) seperti halnya klorofil pada proses fotosintesis daun. Proses pembangkitan dan transfer elekton terjadi melalui bahan semikonduktor yang memiliki pita energi yang lebar. Larutan elektrolit pasangan redoks I-/I3- sebagai media transport muatan dan elektroda lawan (counter electrode) yang diberi lapisan katalis, biasanya platinum (Li et al. 2006). Sebuah kelompok peneliti di Jepang, Minoura et al. (2002) telah mencoba lebih dari dua puluh jenis dye alami dari ekstrak tumbuhan sebagai fotosensitiser pada sistem sel surya ini, diantaranya adalah kol merah, kunyit, teh hijau, dan sebagainya. Kelompok lain dari Brazil, Iha et al. (2003) juga intensif mengembangkan sel surya berbasis dye alami, selain itu Smestad et al. (1998) juga telah menguji beberapa jenis berry seperti strawberry dan blackberry sebagai fotosensitizer pada sistem sel surya tersensitisasi dye. Ekstrak dye atau pigmen tumbuhan yang digunakan sebagai fotosensitizer berupa ekstrak klorofil (Wang et al. 2006), karoten (Koyama et al. 2006) atau antosianin (Dai dan Rabani 2002). 3 Penelitian tentang sel surya pewarna tersensitisasi telah banyak dilakukan. Berbagai model DSSC dikembangkan agar diperoleh komposisi penyusun DSSC yang sesuai, penggantian zat pewarna dari tanaman yang berbeda, variasi lama perendaman semikonduktor dalam molekul zat pewarna, faktor penyinaran, dan sebagainya. Khusus pada penelitian ini, disintesis dan dikarakterisasi sebuah piranti sel surya berbasis ZnO Nanorod tersensitisasi dye yang diambil dari Buah Lampeni (Ardisia humilis Vahl) dengan variasi konsentrasi basa KOH yang disintesis dengan proses sol gel. Perumusan Masalah Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana efek photovoltaic dari sel surya yang tersensitisasi zat pewarna alami yang diambil dari Buah Lampeni. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah membuat dan mengkrakterisasi sel surya DSSC yang memanfaatkan ekstrak dye antosianin dari Buah Lampeni sebagi sensitizer. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Memberikan informasi tentang efek photovoltaic dari sel surya ZnO tersensitisasi zat pewarna alami yang diekstrak dari Buah Lampeni. 2. Menambah daya guna berupa ekstrak dye atau zat pewarna alami dari pohon buah Lampeni. 3. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya baik yang sifatnya mengkaji ulang maupun untuk pengembangan lebih lanjut. Ruang Lingkup Penelitian 1. 2. 3. 4. 5. Ruang lingkup penelitian dalam penelitian ini meliputi: Membuat semikonduktor ZnO dengan menggunakan metode sol-gel. Mengukur sifat optik dari semikonduktor ZnO dan dye antosanin. Mengukur sifat optik dari thin film hybrid semikonduktor ZnO/antosanin. Mengukur nilai I-V dari device sel surya hibrid ZnO/Antosianin. Mengukur nilai efisiensi dari divais sel surya ZnO/Antisianin.