KINFlash

advertisement
Sabtu, 27 Juni 2015
Edisi
4
Dari meja redaksi….
Halooo adik-adik,
KRISTUS - Sang Titik Yang Mempertemukan
A
llah kekal, tidak ada awal dan akhir.
Binatang ada awal dan akhir. Tapi
manusia, ada awal tapi tidak ada akhir,
sebab Allah menaruh kekekalan dalam diri
manusia. Semua manusia dalam sejarah
dicipta, hanya satu yang tidak dicipta yaitu
Yesus Kristus. Allah melahirkan Allah, apa
artinya? “Hari ini saya melahirkan Engkau.”
Istilah hari ini adalah sifat kekekalan yang
berada dalam status ‘sekarang’.
Apa arti Begotten Son?
Pertama, “Hari ini Aku melahirkan Engkau”
KIN Flash
T
artinya Engkau tidak mungkin digeser oleh
proses waktu, oleh sejarah. Allah tidak
melahirkan Yesus di dalam sejarah, di dalam
proses waktu. Yesus adalah Anak yang
dilahirkan Allah Bapa artinya Anak memiliki sifat
hidup sebagaimana Allah Bapa. Apa yang ada
pada Bapa juga ada pada Anak.
Kedua, Begotten Son artinya dilahirkan.
Begotten berarti Yesus dilahirkan oleh Allah,
Dia tidak dicipta. Maka kita tidak boleh
mempersamakan Yesus dengan tokoh mana
pun di dunia, karena semua tokoh dicipta.
o instill a firmer belief and to stir the teenagers into action continue to be the theme on the third
day. In his morning devotion, Rev. Rudie Gunawan brings the teenagers to see how having the fear
of the Lord will lead them to happiness. Vic. Eko Aria highlights the uniqueness of Christianity;
through Christ and what he accomplished on the cross, the fellowship between the holy God and sinful
men is made possible. Rev. Agus Marjanto compels us to see that there is no glory without cross; as such,
the value of one’s life is determined by his willingness to bear his cross. Mr. Heruarto Salim challenges the
teenagers to bear fruits which is only possible when one understands Christ’s suffering. In her preaching,
Vic. Dewi Winarko invites the audience to prepare themselves through prayer for their spiritual battles. Vic.
Calvin Bangun reminds the teenagers that sin can only be attractive for them if they fail to see the splendor
of God and invites them to have a desire for holiness. In her spirited preaching, Vic. Mercy Matakupan
points out three enemies that the teenagers must be aware of: the desire of the flesh, the delights of the eyes,
and the pride of life. In his morning session, Rev. Stephen Tong informs us that there is no great religion
founded outside of Asia and that among all the revealed religions (Judaism, Christianity, and Islam), only
Christianity teaches that the true God exists in three Persons and that God became flesh. Christology
becomes the center of Rev. Tong’s evening session when he answers the objections of the non-Christians,
Islam in particular, with regards to the deity of Jesus Christ. Rev. Tong underlines that unless we have piety,
we will never understand why God became flesh. The third day was closed with an invitation for these
teenagers to be soldiers of Christ. (dt)
Tanpa kita sadari, kita
melewati hari-hari
KIN.
dan ini adalah hari terakhir.
Besok tersisa kebaktian
minggu. Seluruh bahan
akan diselesaikan pada
hari ini. Kita semua patut
bersyukur
bisa
diberi
kekuatan sampai hari ini.
Ini sungguh anugerah besar
dari Tuhan.
Berapa banyak firman yang
kita pelajari? Berapa banyak
perubahan hidup yang kita
dapatkan? Berapa banyak
tekad atau komitmen yang
kita ambil dan kita akan
lakukan sepulang dari KIN
ini? Kiranya KIN ini sungguh
menjadi berkat besar bagi
kita. Kiranya Tuhan Yesus
memberikan anugerah yang
limpah kepada kita dengan
bijaksana-Nya.
Berapa banyak teman baru
yang kita kenal di dalam KIN
ini? Berapa banyak panitia
yang kalian kenal? Apa
yang kalian bisa pelajari
dari mereka semua? Apa
yang kalian mau pelajari
dan lakukan agar bisa lebih
baik lagi melayani Tuhan?
Kiranya Tuhan memberikan
banyak pengalaman selama
di KIN ini.
Jangan lewatkan setiap
kesempatan bisa menjadi
lebih
bijaksana
dan
bertumbuh. Inilah ciri remaja
yang sukses di masa depan
di hadapan Tuhan. Ayo terus
bersemangat…..
Tim Redaksi
SEKILAS
Sedangkan Yesus
tidak
dicipta,
melainkan dilahirkan. Bapa melahirkan
Yesus sebagai Anak. Banyak yang
bertanya, Bapa kawin sama siapa
sampai melahirkan Anak? Ini pertanyaan
yang salah. Istilah melahirkan dikaitkan
dengan perkawinan adalah bagi ciptaan
Allah. Allah melampaui dalil pernikahan
dan melahirkan, karena Ia yang
menciptakan dalil tersebut.
Bapa – Anak – Roh Kudus adalah
Tritunggal. Apakah Roh Kudus dicipta?
Tidak. Roh Kudus adalah Roh yang
keluar dari Bapa dan keluar dari Anak,
menjadi Pribadi Ketiga. Yesus Kristus
adalah Pribadi yang dilahirkan dari
Bapa menjadi Anak. Roh Kudus keluar
dari Allah Bapa dan Anak sehingga
keduanya (Bapa dan Anak) menjadi
Sumber bagi Yang Ketiga. Anak bukan
dicipta, tapi dilahirkan. Roh Kudus
tidak dicipta dan juga tidak dilahirkan,
melainkan “keluar dari”.
Di antara Bapa – Anak – Roh Kudus,
Allah Bapa merencanakan sesuatu
yang besar sekali menyangkut manusia
yang sudah jatuh ke dalam dosa. Allah
Bapa merencanakan “Allah menjadi
manusia”. Ini yang disebut INKARNASI,
yang berarti masuk ke dalam daging.
Dalam proses perubahan, berarti Allah
K
Dalam setiap agama ada pengertian
tentang Allah. Ada yang percaya banyak
allah. Ini namanya politheisme. Ada
yang mengatakan Allah cuma satu. Ini
monotheisme. Ada pula yang percaya
pantheisme. Pan berarti semua,
keseluruhan. Segala sesuatu dianggap
Allah dan Allah di dalam segala sesuatu.
Penganut kepercayaan ini percaya
bahwa ada roh dalam segala sesuatu.
Manakah yang orang Kristen percaya?
Kita percaya hanya ada satu Allah.
Hanya tiga agama yang menganut ini.
2
Dalam sejarah sebenarnya ada titik
pertemuan dan titik pertemuan itu
adalah untuk mempertemukan manusia
dengan Allah. Alpha dan Omega
bertemu di dalam sejarah dalam
pribadi Kristus. Kristus adalah titik yang
menggabungkan titik Alpha dan Omega.
Kristus adalah titik yang mengaitkan
kesementaraan dengan kekekalan.
Pertemuan ini tidak mungkin dari bawah
menuju ke atas (manusia yang dicipta
bertemu Yang Mencipta). Inisiatif harus
dari atas ke bawah.
Kalau engkau jatuh ke dalam sumur,
bisakah engkau keluar sendiri? Harus
dari atas ada yang membawa engkau
ke atas kembali. Bagaimana cara
orang di atas menolong engkau?
Dengan lempar tali ke bawah, begitu
saja? Tidak mungkin bisa. Tapi yang
di atas harus ada inisiatif dan upaya
memegang dan menarik tali tersebut.
Satu-satunya agama yang bisa kembali
kepada Allah adalah kekristenan karena
upaya itu bukan inisiatif manusia.
Inkarnasi menegakkan satu titik yaitu
titik pertemuan antara manusia yang
berdosa dengan Allah yang suci, antara
kesementaraan dengan kekekalan. Jika
Yesus hanya manusia dan bukan Allah,
Dia tidak mungkin menyelamatkan
kita. Jika Yesus hanya Allah dan bukan
manusia, maka Dia tidak mungkin
menggantikan kita.
Agama-agama mempunyai 5 hal yang
sama :
a. Agama mengakui dosa itu ada dan
semua agama sedih melihat dosa.
b. Semua agama mengharapkan ada
jalan keluar dari dosa.
c. Semua agama percaya manusia
harus bermoral.
d. Semua agama percaya sesudah
mati, hidup ini tidaklah habis.
Sesudah mati, masih ada.
e. Semua agama percaya ada
kuasa supranatural yang akan
membereskan kesulitan kita.
Tetapi
hanya
kekristenan
yang
memberikan jalan keluar sejati dan
satu-satunya yaitu melalui Kristus.
Allah Sejati: Allah Tritunggal
ita mendengar bahwa Allah itu
ada namun tidak terlihat. Dia
Pencipta bukan ciptaan. Kita tidak
mungkin mencari Allah di dunia ciptaan.
Ia menciptakan segala sesuatu dan
Ia bukan segala sesuatu. Ia tidak bisa
dipersamakan dengan alam ciptaan.
Allah yang ada, adalah Allah yang
berbicara.
Ketiga
masuk ke dalam tubuh manusia. Di
sini kita melihat, Allah yang dalam
kekekalan dan manusia yang berada
dalam kesementaraan, bertemu. Dalam
penciptaan ada titik Alpha dan titik
Omega. Sebelum Alpha dan setelah
Omega, adalah kekekalan. Yang
disebut Alpha adalah Allah, yang disebut
Omega adalah Allah. Sebenarnya Alpha
dan Omega adalah titik yang bermula
dan berakhir pada Allah.
KIN
agama
ini
juga
mengaku
mendapatkan wahyu yaitu agama
Yahudi,
Kristen,
dan
Islam.
Persamaannya
adalah
ketiganya
percaya Allah. Mereka mengaku ada
satu Allah saja. Yahudi percaya Tuhan
mewahyukan kepada Abraham. Mereka
menganut hanya Perjanjian Lama.
Orang Kristen mengatakan bahwa
tidak hanya berakhir pada Perjanjian
Lama. Mereka percaya Mesias akan
datang. Orang Kristen menyatakan
Yesus Kristus sebagai Mesias dalam
Perjanjian Baru. Orang Kristen berkata
dua perjanjian inilah firman Tuhan.
Pada tahun 570M lahirnya Mohammad.
Ketika ia 40 tahun, ia pergi ke gunung
dan melihat malaikat. Malaikat itu
menyuruh dia menulis dan membaca.
Jibril kemudian datang lagi dan
menyuruh untuk menulis Al quran.
Ketiga agama percaya satu Allah. Di
antara ketiganya hanya Kristen yang
percaya Tritunggal: Bapa, Putra,
dan Roh. Yahudi dan Islam menolak
ini. Iman Kristen berkata Ia satu, Ia
ada, dan berbicara kepada kita. Allah
bukan ide tetapi fakta. Ia konkrit dan
hidup. Ia adalah Roh maka kita tidak
bisa mengukur-Nya. Allah yang hidup
menciptakan hidup yang konkrit. Jika
hanya percaya Allah yang satu bukan
Tritunggal, berarti hanya ada dalam ide,
bukan realitas. Allah Tritunggal sejati
dan hidup. Allah Bapa melahirkan Allah
Anak, dari Keduanya keluar Roh Kudus.
Ia ada dari kekal sampai kekal, bukan
dicipta.
REFORMED INJILI CHANNEL
REFORMED INJILI EVENTS
@REFORMEDINJILI
@REFORMED.INJILI
SEKILAS
KIN
7 Perkataan Salib
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
hari ini juga engkau akan ada bersamasama dengan Aku di dalam Firdaus.”
(Luk. 23: 43)
D
ua perampok yang disalibkan
bersama-sama dengan Yesus
turut serta mencela Dia (Mat.
27:44,
Mrk.
15:32).
Perampokperampok ini adalah orang-orang yang
berdosa, merampok, dan mungkin
melakukan kejahatan-kejahatan lain.
Orang-orang hina seperti ini bahkan
ikut mengejek Yesus. Apabila kita diejek
oleh orang yang lebih pintar dari kita,
mungkin beberapa dari kita masih bisa
menerima. Tetapi bayangkan… Bila kita
diejek orang-orang yang tidak bermoral
dan tidak berpengetahuan seperti kedua
perampok ini. Saya pribadi sudah pasti
tidak tahan. Tetapi Yesus tetap tenang;
ucapan-Nya yang pertama di atas
kayu salib juga ditujukan bagi kedua
perampok tersebut. Pribadi Tuhan itu
panjang sabar; tetapi kesabaran-Nya
tidak bersifat kompromi terhadap dosa.
Kesabaran dan toleransi Allah adalah
Ia memberi kesempatan bagi kita untuk
bertobat.
Perampok
yang
tidak
bertobat
mengatakan “Bukankah Engkau adalah
Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan
kami!” Ya, Yesus adalah Sang Kristus.
Ya, Yesus adalah Tuhan yang mampu
melakukan segala sesuatu, termasuk
menyelamatkan diri-Nya dari siksaan
dunia saat itu. Seruan perampok ini
adalah seruan Iblis untuk Yesus turun
dari salib. Tetapi Yesus adalah Anak
yang taat kepada Bapa-Nya. Sesuai
dengan rencana keselamatan yang
telah Tuhan tetapkan, Yesus Kristus
harus disalibkan, menderita sengsara
di dalam dunia. Jikalau Kristus tidak
mengalami kesengsaraan di atas kayu
salib, tidak ada jalan pengampunan
akan dosa dan tidak ada perantara
yang bisa memperdamaikan manusia
dengan Allah Bapa.
Perampok
yang
lain
mengalami
perubahan hidup yang besar. Di sini kita
melihat, bahwa orang yang mempunyai
pengalaman yang sama, belum tentu
mempunyai kesimpulan dan reaksi yang
sama. Seorang perampok bertobat,
yang lainnya tidak. Alkitab tidak memberi
tahu kita dengan jelas mengapa seorang
perampok mengalami pertobatan itu.
Tetapi perampok yang bertobat itu pasti
mengalami penyesalan atas dosadosanya. Apa sebabnya orang tidak
mempunyai kesadaran tentang akibat
dosa sebelum melakukannya? Begitu
banyak orang menunggu sampai sudah
gagal dan jatuh ke dalam dosa, baru
menangis dan menyesal. Semua orang
bisa menangis akibat dosanya, tetapi
berbahagialah mereka yang menangis
sebelum berbuat dosa.
Perampok yang bertobat mengalami
beberapa hal:
1. Mengubah Arah. Kita semua
dilahirkan dalam aliran hidup Adam,
dengan membawa dosa asal yang
menuju kepada kebinasaan. Tetapi
pada saat cinta kasih Tuhan dan
peperangan Roh Kudus tiba dalam hati
kita, maka hal yang pasti kita kerjakan
adalah mengubah arah.
2.
Mengenal
Arti
Dosa
dan
Bertobat. Janganlah
menyesali
hukuman, tetapi sesalilah dosa.
Perampok ini berkata,“Tidakkah engkau
takut, juga tidak kepada Allah, sedang
engkau menerima hukuman yang sama?
Kita memang selayaknya dihukum,
sebab kita menerima balasan yang
setimpal dengan perbuatan kita” (Luk.
23:40-41). Dia sadar bahwa dirinya
patut dihukum dan menerima hukuman
yang setimpal. Ia sudah menjalani suatu
pengadilan yang adil, yang datang dari
Allah sendiri.
3. Menerima Karya Kristus. Ketika
Yesus disiksa, yang keluar dari diri-Nya
bukanlah kepahitan, kejahatan, atau
balas dendam, melainkan cinta kasih dan
kesucian sehingga menarik perampok
itu untuk bertanya dalam hatinya:
“Siapakah Dia? Bukankah sakit-Nya
sama dengan sakitku? Tetapi mengapa
respons Dia berbeda? Mengapa
Dia mempunyai satu ketabahan dan
kekuasaan yang begitu berani untuk
menanggung kesengsaraan yang tidak
bisa kutahan?” Perampok itu mengenal
sifat ilahi Kristus; ia mengenal Kristus
sebagai Allah, bukan manusia biasa.
4. Iman yang Tertuju kepada Yesus
Kristus. Perampok ini mengetahui
bahwa Yesus yang dipaku ini adalah
Kristus. Kristus Sang Pewaris Kerajaan
Allah. Inilah integrasi antara Yesus
dan Kristus dalam iman perampok
itu. Pertanyaan lain yang timbul
dalam hati perampok ini merupakan
pertanyaan terbesar dan terpenting
yang mungkin ditanyakan oleh orang
berdosa: “Apakah hubungan Kristus
dengan saya?” Perampok ini mengenal
anugerah
pengampunan.
Begitu
besar arti sebuah pengampunan bagi
perampok yang sudah dijatuhi hukuman
mati dan tidak memiliki pengharapan lagi
di dunia ini. Ia melihat kemuliaan Kristus
yang kekal dan mengetahui bahwa
Kerajaan-Nya itu pasti datang. Sebagai
orang pertama yang ditebus oleh darah
Kristus, perampok ini percaya bahwa
salib bukanlah titik akhir, tetapi proses
menuju kemuliaan.
Pengenalan perampok ini akan Yesus
Kristus dan karya-Nya didasarkan pada
Kristologi yang benar. Barangsiapa
yang bertobat secara emosional tetapi
tidak mengenal siapa Kristus dengan
iman yang benar, maka pertobatannya
tidak menjamin dirinya diselamatkan.
Ucapan kedua Yesus di atas kayu salib
ini juga memberitahukan kita akan
beberapa hal yang perlu dimengerti
orang-orang Kristen:
1. Keselamatan dan hidup kekal
dimulai pada waktu Anda bertobat,
bukan dimulai pada waktu Anda
mati. Tuhan Yesus mengatakan “Amin!
3
SEKILAS
KIN
Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
hari ini…” Hari ini adalah kalimat yang
berisi satu kepercayaan dan jaminan
akan keselamatan dan hidup kekal
kepada manusia yang bertobat. Orang
Kristen tidak perlu berdoa bagi orang
mati untuk keselamatan mereka, sebab
doa semacam itu berisi satu tanda tanya
akan hidup setelah kematian yang belum
memiliki jaminan yang penuh. Tetapi
yang diberikan oleh Kristus adalah
jaminan hidup kekal yang dimulai pada
hari seseorang bertobat dan menerimaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Jika kita mengetahui Kristus, mengenal
Dia dan menuruti perintah-Nya, maka
kita tahu bahwa kita sudah keluar dari
maut dan masuk ke dalam hidup (1Yoh.
5:1-13). Jaminan Kristus adalah jaminan
yang agung yang membedakan Kristen
dengan segala agama.
atau karena makan roti Perjamuan
Kudus,
atau
karena
melakukan
hidup
beragama
dan
hukum
Taurat. Kita menjalankan baptisan,
Perjamuan Kudus, dan hukum Taurat
bukan supaya beroleh keselamatan,
melainkan karena kita telah beroleh
keselamatan. Kita menjalankannya
untuk mengingat akan Tuhan dan
bersekutu dengan orang kudus yang
lain.
kuasa Roh Kudus. Bukan semua
orang akan diselamatkan, melainkan
hanya mereka yang percaya kepada
Kristus dan menerima-Nya sebagai
Tuhan dan Juruselamat pribadi. Yesus
berkata: “Hari ini juga, engkau akan
bersama-sama dengan Aku di dalam
Firdaus.” Berarti orang lain tidak dibawaNya ke Firdaus melainkan hanya orang
yang bertobat dan mengenal Kristus
dengan sesungguhnya.
3. Tidak ada api penyucian
(purgatory). Jika doktrin api penyucian
itu benar ada, maka orang seperti
perampok yang banyak dosanya ini
perlu masuk ke dalam api penyucian
beratus-ratus kali. Tetapi Tuhan Yesus
menjamin bahwa perampok itu akan
bersama-sama dengan Dia di Firdaus
hari itu.
Kiranya
kita
berkata
kepada
Tuhan: “Berilah
iman
kepadaku
seperti yang telah Engkau berikan
kepada perampok itu, yang telah
menggabungkan
pengertian
akan
Yesus dengan Kristus. Menggabungkan
sengsara Kristus dengan Kerajaan
sorga. Menggabungkan pengampunanNya dengan diriku yang tidak layak.”
2. Keselamatan adalah anugerah
Allah. Sola gratia. Perampok ini
diselamatkan bukan karena dibaptis,
4. Melawan universalisme. Allah
menyelamatkan
orang
bertobat
hanya di dalam Kristus dan melalui
Sumber
https://reformedevangelicalyouth.wordpress.
com/category/artikel/page/3/
“To understand God, first we must stand under God.”
Pdt. Dr. Stephen Tong
Sambungan dari hal.8
Hudson Taylor...
di Royal College of Surgeons. Ia juga
menggembalakan gereja di Newgate
Prison. Selama di sana, ia berkawan
dengan Charles Haddon Spurgeon
yang adalah gembala di Metropolitan
Tabernacle dan menjadi pendukung
kegiatan
misi
Taylor
sepanjang
hidupnya. Pada 25 Juni 1865, dengan
beban yang ia dapat dari Tuhan, Hudson
Taylor mendirikan China Inland Mission
(sekarang menjadi Overseas Missionary
Fellowship
International)
bersama
dengan William Thomas Berger. Tahun
1866, 18 orang misionaris berlayar ke
Tiongkok dan grup selanjutnya yang
juga terdiri dari 18 orang berlayar ke
sana pada tahun 1870. Pada tahun
1888, grup pertama dari Amerika Utara
menyusul dikirim ke sana.
Akhir Kisah
Hudson Taylor meninggal pada tanggal 3
Juni 1905 dan dikuburkan di Changsha,
Hunan. Ia menghabiskan 51 tahun dari
73 tahun hidupnya untuk mengabarkan
4
Injil di “Negeri Tirai Bambu”. Melalui
pelayanannya, 800 misionaris dikirim
ke Tiongkok, di antaranya yang terkenal
adalah C. T. Studd yang juga dipakai
luar biasa oleh Tuhan selama masa
pelayanannya di Tiongkok. Tidak hanya
itu, kurang lebih 18.000 penduduk
Tiongkok bertobat menjadi umat Allah
karena pelayanan Taylor dan rekan dari
CIM. Suatu ketika Hudson Taylor pernah
berkata: “If I had a thousand pounds,
China should have it. If I had a thousand
lives, China should have them. No! not
China, but Christ. Can we do too much
for Him?” (Jika saya memiliki seribu
pound, Tiongkok harus memilikinya.
Jika saya memiliki seribu jiwa, Tiongkok
harus memiliki mereka. Tidak! Bukan
Tiongkok, tetapi Kristus. Mungkinkah
kita melakukan terlalu banyak bagi Dia?)
Ungkapan tersebut adalah ungkapan
yang terpancar dari hati yang terus
terbakar dengan semangat penginjilan
dari Tuhan. Tepat 150 tahun sudah
berlalu sejak CIM didirikan, dan dengan
nama barunya OMF International masih
terus setia menjangkau jiwa-jiwa yang
terhilang tidak hanya di Tiongkok, tapi
juga di negara-negara di sekitarnya –
termasuk di Indonesia. Keturunannya
yang keempat, Rev. Hudson Taylor
IV; memiliki panggilan yang sama
dengannya untuk terus memberitakan
Injil.
Pada usia 17 tahun, Hudson Taylor
menjawab panggilan Tuhan dan telah
menjadi berkat bagi Tiongkok dan
bahkan seluruh dunia. Bagaimana
dengan
kita
–
remaja
yang
berkesempatan menerima anugerah
Tuhan mengikuti KIN 2015, bagaimana
respons kita menjawab panggilan
Tuhan untuk hidup setia memberitakan
Injil dan melayani Dia? Laus Deo!
Sumber
-http://omf.org/us/about/our-story/jameshudson-taylor/
-https://omf.org/us/about/our-story/quotes/
- h t t p : / / w w w. c h r i s t i a n i t y t o d a y. c o m /
ch/131christians/missionaries/htaylor.html
- http://en.wikipedia.org/wiki/Hudson_Taylor
SEKILAS
Mengenal: Vic. Eko Aria
S
etiap
manusia
mempunyai
keunikan.
Suatu
keunikan
yang sering tidak terlihat oleh
manusia, tetapi tersimpan dalam diri
orang yang dipersiapkan Tuhan untuk
melayani-Nya. Demikianlah Vic. Eko
Aria, yang berkhotbah dengan begitu
cepat bak senapan mesin, seolah
begitu banyak kata yang ingin keluar
dari pemikirannya dan mulutnya begitu
sulit untuk mengikutinya. Awalnya ia
terlihat biasa-biasa saja seperti anak
remaja lainnya, tetapi di dalam dirinya
tersimpan mutiara keinginan mencari
kebenaran sejati yang mendorongnya
sampai hari ini menjadi seorang hamba
Tuhan yang banyak belajar.
Vic. Eko Aria lahir pada tanggal 13 Juli
1981 di kota Kediri dan menempuh
pendidikan dasar hingga menengah
pertama di kota Pare. Menempuh
pendidikan dasar di sekolah Kristen
membuatnya mengenal pengajaran
umum kekristenan. Sejak kecil hingga
kuliah dia tidak pernah menonjol dalam
bidang apa pun yang dibanggakan
masyarakat pada umumnya seperti
pelajaran, atau ketrampilan-ketrampilan
tertentu lainnya. Hal tersebut berlanjut
pada hingga SMU dan justru cenderung
berjalan sangat buruk.
Sekolah dan hidupnya menjadi lebih
buruk ketika dia mengetahui bahwa
keponakannya menderita autis. Setelah
bertahun-tahun berdoa dan Tuhan tidak
sembuhkan, dia mulai pahit terhadap
Tuhan. Dia mulai mencari jalan alternatif
dengan jalur mistik dalam berbagai
bentuk. Namun sebagai orang yang
punya tradisi Kristen, sesekali dia masih
pergi ke gereja.
Suatu ketika dalam ibadah Minggu, dia
mendengarkan khotbah aneh tentang
“Predestinasi”, Tuhan memilih orang
untuk diselamatkan. Karena sebal
dengan konsep pemilihan tersebut,
dia melancarkan protes terhadap
gembala sidang setempat yang
kemudian berlanjut kepada perdebatan
dan diskusi selama beberapa bulan.
Pada masa tersebut Tuhan bekerja
dan membukakan tentang konsep
anugerah. Pemilihan Allah menjadi
konsep yang sangat menyebalkan
karena kita merasa bahwa Allah tidak
adil; namun jika kita menyadari akan
keberdosaan dan satu-satunya hal yang
layak kita terima hanyalah hukuman
kekal, maka pemilihan menjadi sebuah
berita
anugerah
yang
demikian
membebaskan.
Hal ini juga membuat dia menerima
keberadaan keponakannya tidak lagi
dengan kepahitan; bahkan seluruh
aspek hidupnya mampu dilihat dengan
kacamata anugerah. Hal yang layak kita
terima hanyalah neraka, selebihnya apa
pun itu adalah anugerah. Sejak saat
itu kegemaran untuk membaca Alkitab
mulai tumbuh, serta ketertarikannya
terhadap theologi mulai muncul.
Ketika ia sedang berkuliah di Surabaya,
dia sempat mengikuti STRIS Andhika
(Sekolah Theologia Reformed Injili
Surabaya). Dia mengikuti kuliah Pauline
Theology, di sana pertama kali ia melihat
bahwa penggalian Alkitab ternyata bisa
begitu mendalam. Ketika Gembala
Sidang gerejanya (GKT Hosana Pos PI
Surabaya Barat) ditahbiskan menjadi
pendeta, dia mendengar bahwa ketika
Gembalanya ditanya mengenai “Apakah
“Kebebasan orang Kristen adalah kebebasan yang taat.
Kebebasan yang liar bukanlah kebebasan, itu kebuasan.
Kebuasan membawa kepada kebinasaan.”
Pdt. Dr. Stephen Tong
KIN
ia mengakui Katekismus Heidelberg?”
Dia pun merasa bahwa katekismus
tersebut pasti sangat penting hingga
dipakai untuk menahbiskan pendeta
maka dia pun mencari dan membaca
katekismus tersebut.
Setelah itu dia menjadi sering tidak puas
terhadap khotbah-khotbah Minggu di
gereja yang cenderung dipadati dengan
nasihat moral yang kurang kuat dasar
biblika dan theologisnya. Sekali lagi dia
melancarkan protes ke gembalanya
dan gembala sidang itu berkata; “kalau
kamu tidak puas dengan khotbahnya,
gumulkan mungkin Tuhan mau kamu
yang berkhotbah.” Sejak waktu itu dia
kembali menggumulkan secara serius
panggilannya sebagai hamba Tuhan.
Pdt. Stephen Tong mengatakan bahwa
“Berbeda dengan para arsitek dunia
yang memakai bahan terbaik untuk
membuat bangunan yang terbaik;
tetapi Tuhan membangun kerajaan-Nya
melalui orang berdosa yang sedemikian
buruk dan tidak hebat (paraphrase).”
Hal tersebut membuatnya berani
untuk melayani Tuhan; sebab dia tidak
melayani dengan kemampuan diri yang
sangat kurang, namun Tuhan sendirilah
yang bekerja dan memakai sesuai
keinginan-Nya. Dia berharap Tuhan
sudi membentuk dan memakainya
untuk pekerjaan Tuhan, dengan seluruh
perlengkapan yang akan Tuhan berikan
berdasarkan kekayaan dan kemurahanNya. GOD be praised!!!
5
SEKILAS
Cyber Game
B
agi penggemar game tentu
tidak asing lagi dengan istilah
MMORPG, Xbox 360, PS3, PSP,
dan lain-lain. Mungkin pada saat artikel
ini diterbitkan, istilah-istilah tersebut
sudah outdated. Seiring dengan
berkembangnya teknologi, teknologi
hiburan (entertainment technology)
juga berkembang pesat, di samping
itu peminatnya juga melonjak drastis.
Bayangkan, pada peluncuran pertama
“World of Warcraft” di Amerika, terjual
dua ratus ribu lebih keping CD dalam
waktu 24 jam. Game (baca: cyber
game) menjadi hiburan yang sangat
diminati oleh remaja, pemuda, dan
dewasa. Bahkan game juga menjadi
industri dan profesi yang profesional di
beberapa negara. Tahun yang lalu (red.
tahun 2005), tepatnya pertengahan
November, Singapura dipercayakan
menjadi tuan rumah World Cyber
Game (WCG) Grand Final. Para
penggemar game berbondongbondong datang menyaksikan “atletatlet” negaranya turut bertanding dalam
WCG tersebut.
Game dibagi menurut genre sesuai
dengan minat dari para pemain – ada
yang action, simulasi, racing, strategy,
dan sebagainya. Tampilannya mulai
dari sebesar layar televisi hingga sekecil
layar telepon seluler.
Dalam artikel ini saya menyoroti game
online yang lebih banyak diminati
dan mencakup kisaran usia yang
lebih luas. Salah satunya adalah
MMORPG, yang singkatannya adalah
Massively Multiplayer Online RolePlaying Game. Dalam tipe game seperti
ini, masing-masing pemain memiliki
karakter virtual dan menjadi tokoh utama
dalam game itu. Mereka bergabung
dengan pemain-pemain lain yang
berasal dari berbagai negara dalam
suatu dunia virtual. Setiap pemain diberi
kesempatan yang sama untuk bersaing
dalam meningkatkan karakter virtualnya.
“Apa
6
KIN
sih
enaknya
maen game?”
Demikian pertanyaan yang sering
terdengar dari mereka yang kurang
dapat menikmatinya. Tentu responnya
berbeda-beda. Ada yang mengatakan
untuk mengisi waktu luang, obat
penghilang stress, hobi, kenikmatan,
dan ada pula yang mengatakan sebagai
karir. Dalam berbagai jawaban yang ada,
tentu tidak luput dari worldview (cara
pandang atau wawasan) seseorang.
Saya yakin game tidak sepenuhnya
buruk
karena
pada
batasan
tertentu game dapat menstimulasi
kreativitas,
kecerdasan,
serta
ketangkasan kita. Tetapi masalahnya
adalah betapa seringnya game bukan
lagi sekadar menstimulasi melainkan
menguasai atau menjadi ‘Tuhan’ di
dalam hidup para remaja dan pemuda.
Menurut survei di beberapa negara Asia
yang maju seperti Korea dan Jepang,
anak-anak remaja lebih tertarik untuk
berada di dalam rumah dengan gamenya
dibanding
bersosialisasi
dengan teman-teman mereka untuk
melakukan outdoor activity. Apakah
sebenarnya artinya bersosialisasi bagi
mereka? Arti bersosialisasi bagi mereka
sudah direduksi menjadi ber-“sosialisasi”
dalam dunia game yang virtual. Relasi
antar manusia berpribadi diganti
menjadi “relasi” antar karakter virtual.
Kebutuhan berelasi antar manusia
yang
didasarkan
kepada
relasi
dengan Allah Sumber Kehidupan
diganti dengan kebutuhan bersaing
antar karakter dalam dunia virtual.
Suatu kontradiksi dalam kehidupan:
dunia virtual menjadi penggerak bagi
manusia yang memainkannya (baca:
menggerakkannya).Kenikmatan
hidup melayani Pencipta digantikan
dengan kenikmatan hidup melayani
(baca: bermain) game. Fokus hidup
di dalam dunia real diikatkan kepada
dunia virtual. Suatu jebakan bagi
generasi zaman sekarang!
Akibatnya, tidak jarang anak-anak remaja
dan pemuda addicted (kecanduan)
dengan game, sehingga prestasi
akademis mereka menurun. Masa muda
mereka yang seharusnya diisi dengan
kesibukan dalam dunia pendidikan
demi future mereka, dialihkan kepada
kesibukan
bermain game demi
kenikmatan sesaat yang bersifat “here
and now”. Semangat perjuangan
generasi muda dirampas dan direduksi
menjadi semangat bersaing dalam
permainan game agar selalu dapat
memperoleh kemenangan. Sehingga
setiap pemain dilatih menjadi egois,
hedonis, dan individualis. Suatu “metode
pembodohan” generasi penerus yang
sangat mengerikan!
Dalam suratnya kepada jemaat di
Korintus, Paulus menuliskan, “‘Segala
sesuatu diperbolehkan.’ Benar, tetapi
bukan segala sesuatu berguna. ‘Segala
sesuatu diperbolehkan.’ Benar, tetapi
bukan segala sesuatu membangun.”
(1Kor.10:23) Suatu prinsip yang jelas dari
firman Tuhan sebagai guidance bagi
kita untuk melihat ke dalam hal
kenikmatan bermain game. Jadi,
bolehkah saya bermain game? Boleh!
Tetapi, ada pertanyaan lanjutan yang
harus juga dijawab: Seberapa besar
kegunaan game bagi kehidupan
saya di hadapan Tuhan? Seberapa
pentingkah game dalam hidup saya
dibanding dengan pengenalan akan
Tuhan dan kehendak-Nya? Apakah
saya sudah diikat oleh game dan
memperilah game? Seberapa jauh saya
dapat mengintegrasikan kenikmatan
bermain game dengan tujuan hidup
manusia untuk memuliakan dan
menikmati Allah?
Kiranya Tuhan memampukan kita
sebagai
generasi
muda
Kristen
untuk menghidupi suatu kehidupan
yang berintegritas di dalam dunia
yang berdosa ini sebagai terang dan
garam dunia, termasuk di dalam hal
bermain game. Soli Deo Gloria.
Sumber:
Budiman Thia
http://www.buletinpillar.org/artikel/cyber-game
Refleksi Hari ke-3
SEKILAS
KIN
Pdt. Rudie Gunawan, S.Th., M.Th.
Semakin maju teknologi, semakin hilang rasa takut manusia bahkan rasa takut akan Allah.
Padahal menurut psikologi, takut adalah bagian dari 4 emosi dasar yang harus dimiliki oleh
manusia. Rasa takut harus diarahkan kepada yang benar. Takut, dalam bahasa Ibrani berarti
hormat dengan moralitas, yang benar memimpin kepada hikmat sejati dengan mempelajari
Alkitab, dan akan membawa kita kepada kebahagiaan. Hiduplah dalam rasa takut yang benar.
Vic. Eko Aria, M.Div.
Manusia tidak bisa hidup tanpa Allah, tetapi manusia berdosa tidak bisa hidup dengan Allah.
Inilah dilema hidup manusia. Bait suci, yang menggambarkan Kesucian sekaligus rahmat
Allah, adalah jawaban satu-satunya. Kristus adalah bait suci yang dapat membawa kita
kembali hidup bersama Allah. Melalui salib-Nya, kita melihat bait suci, penumpahan darah
korban penebusan, tetapi juga kita melihat ada kasih Kristus. Hiduplah dalam takut akan Allah
dan jauhi dosa.
Pdt. Ir. Agus Marjanto, M.Th.
Jiwa memiliki kebutuhan yang berbeda dengan tubuh. Sehingga hidup glamor tetapi jiwa tetap
kosong adalah kesia-siaan. Jiwa akan semakin haus jikalau tidak terpenuhi kebutuhannya. Tiga
hal yang dapat memuaskan kebutuhan jiwa manusia: mengenal Allah bukan menginginkan
berkat-Nya, memuliakan Allah dengan memikul salib, dan melihat pertolongan Allah dalam
menghadapi dunia ini. Apakah yang engkau cari? Kesia-siaankah? Atau kepuasan jiwa yang
sejati?
Sdr. Heruarto Salim, B.Bus.
Orang kristen pasti berbuah, karena buah adalah tanda dari pertumbuhan dan kehidupan.
Pertumbuhan ini bersifat simetris atau menyeluruh menghasilkan karakter-karakter Kristen
(Gal. 5). Buah ini dihasilkan bukan karena kekuatan kita, tetapi karena Kristus adalah pokok
dan kita cabang-cabang yang dicangkokkan kepada-Nya. Kunci untuk kita benar-benar bisa
bertumbuh adalah dengan mengerti akan penderitaan Kristus di kayu salib yang memampukan
kita untuk berbuah. Karena itu… Berbuah atau mati!
Vic. Dewi Arianti Winarko, ST, M.Th.
Peperangan Rohani yang tidak kelihatan - yang mencuci otak, hati, dan iman - sedang
terjadi, apa yang akan engkau lakukan? Pekerjaan Tuhan yang besar bisa kapan pun terjadi,
apa yang engkau siapkan? Berdoalah! Di dalam doa kita dilatih menghadapi peperangan
rohani. Doa juga mempersiapkan kita untuk pekerjaan Tuhan yang besar. Berdoalah, karena
pengharapan akan kemenangan sudah dijamin oleh Kristus di atas kayu salib.
Vic. Calvin Bangun, S.IP., M.Th.
Di dalam Kristus hidup kita pasti berubah, rohani kita semakin dibentuk serupa dengan Kristus.
Dalam perubahan ini ada 2 faktor penting yaitu hasrat dan habit. Hasrat akan kekudusan harus
disertai dengan pembangunan akan habit kekudusan yang baik. Hasrat bisa timbul jikalau kita
melihat keindahan dalam mengikuti Tuhan dan dari hasrat inilah pengejaran akan habit yang
kudus pun dapat diperjuangkan. Tanpa hasrat dan habit, kerohanian kita akan mandek.
Vic. Mercy G. P. Matakupan, S.Th.
Di mana gandum ditabur, Iblis akan menabur lalang. Masa remaja adalah usia peperangan luar
biasa yang bukan membunuh fisik tetapi jiwa dan kerohanian. Dalam peperangan ini, musuh
terbesar adalah Iblis, kawanan dunia, dan diri kita sendiri yaitu keinginan daging, keinginan
mata, dan keangkuhan hidup. Ini bukan peperangan yang mudah, pergumulan hidup yang
besar kita hadapi. Panglima kita yaitu Yesus Kristus pernah berdarah dan disalibkan, apakah
kita akan berjuang dengan gigih? Ataukah kita akan menjadi pengecut yang melarikan diri?
7
SEKILAS
KIN
James Hudson Taylor
(1832 – 1905)
Misionaris Berpakaian Changshan yang Mencintai Bangsa Tionghoa
“All God’s giants have been weak men,
who did great things for God because
they reckoned on His being with them.”
“Semua raksasa-raksasa (iman) Allah
adalah orang-orang yang lemah, yang
melakukan hal-hal besar untuk Allah
karena
mereka
menggantungkan
keberadaan Dia dalam hidup mereka.”
(Hudson Taylor’s Choice Sayings: A Compilation
from His Writings and Addresses. London: China
Inland Mission, n.d., 29.)
K
ehidupan Awal Sang Misionaris:
Pertobatan dan Panggilan
James Hudson Taylor dilahirkan
di tengah-tengah keluarga Kristen
Methodist Inggris yang terus mendoakan
negara-negara yang belum mendengar
Injil Kristus. Ayahnya, James Taylor,
adalah seorang pengkhotbah awam
sekaligus merangkap sebagai apoteker.
Kehidupan rohani Taylor bukanlah
tanpa
pergumulan,
karena
saat
usia muda ia menjadi remaja yang
skeptis dan mencoba melarikan diri
dari iman Kristennya. Penyebab dari
keskeptikannya adalah alasan yang
sering kita jumpai dalam orang-orang
yang mengalami hal yang sama: karena
ia melihat begitu banyak orang Kristen
yang tidak konsisten terhadap Injil
dan Kebenaran dalam Alkitab yang
mereka imani. Tetapi kita bisa melihat
Tuhan memiliki rencana lain dalam
hidupnya. Pada bulan Juni 1849, satu
bulan setelah kakak perempuannya
memutuskan untuk berdoa baginya
setiap hari, Tuhan menggerakkan hati
Taylor yang saat itu berusia 17 tahun
saat ia membaca traktat yang berjudul
‘Poor Richard’ (Richard yang Malang).
Traktat ini membuka pemikirannya akan
perubahan yang dibawa oleh Allah dan
pemenuhan akan tujuan Allah melalui
hidup Kristus. Tidak hanya pertobatan,
tetapi panggilan Tuhan untuk menjadi
misionaris di negeri Tiongkok juga
datang kepadanya. Ia pun berkomitmen
untuk memenuhi panggilan Tuhan pada
bulan Desember 1849.
Pemberitaan Injil yang Radikal dan
Changsan
Empat tahun kemudian, di tengahtengah kondisi kesehatannya yang
buruk, keuangan yang tidak terlalu baik,
dan sedang menyelesaikan studinya di
sekolah medis, Taylor menjadi misionaris
di Tiongkok. Hudson Taylor bertolak ke
sana pada tanggal 19 September 1853
dan akhirnya tiba di kota Shanghai 6
bulan kemudian, yaitu pada tanggal
1 Maret 1854. Tahun pertamanya di
Tiongkok tidaklah mudah, karena ia
langsung berhadapan dengan Perang
Saudara. Saat ia menghabiskan waktu
untuk mempelajari bahasa, ia banyak
melihat rekan sesama misionarisnya
yang hidup dalam kemewahan dan
hanya sedikit yang pergi ke pedesaan
dan daerah yang lebih miskin. Godaan
ini tidak menyurutkan niatnya untuk terus
berjuang memberitakan Injil di daratan
Tiongkok.
Bersama
teman-teman
misionarisnya, Taylor mengabarkan
Injil dalam bahasa Mandarin. Tetapi,
sampai pada satu titik, ia menyadari
bahwa orang-orang Tionghoa di sana
sulit untuk menerima Injil, karena
perbedaan budaya yang ada dan
mereka memperlakukan Taylor sebagai
seorang asing. Melihat hal itu, Taylor pun
meneladani Dr. Charles Gutzlaff (yang ia
sebut sebagai “leluhur dari China Inland
Mission”) yang melakukan hal radikal:
memakai changsan (baju tradisional
Tionghoa) dan memanjangkan rambut
sehingga bisa dikepang, sama seperti
masyarakat di sana pada umumnya
saat itu. Dengan segera ia pun menjadi
bahan tertawaan baik oleh masyarakat
Tionghoa maupun para orang asing.
Tetapi puji Tuhan, karena Ia memang
bekerja melalui cara yang sulit kita
bayangkan: apa yang menjadi tertawaan
oleh orang lain, justru Allah pakai untuk
menjadi saluran perkabaran Injil-Nya.
Dengan bermodalkan changsan dan
rambut berkepang, pemberitaan Injil
menjadi relevan. Para masyarakat
Tionghoa tidak lagi memperlakukan
Taylor sebagai orang asing.
Kembali ke Inggris dan Berdirinya
China Inland Mission
Pada tahun 1857, Taylor keluar dari
Chinese
Evangelization
Society
karena badan misi tersebut tidak lagi
bisa membiayai kegiatan misinya. Ia
menjadi misionaris yang independen
dan
hidup
bergantung
hanya
kepada anugerah Tuhan saja dalam
memenuhi kebutuhannya. Kemudian
ia pun bersama dengan rekan-rekan
misionarisnya
mendirikan
badan
misi di Ningbo yang disebut Ningbo
Mission. Melalui Ningbo Mission, ia
sangat rindu untuk bisa menjangkau
pedesaan dan pedalaman Tiongkok.
Setahun kemudian, ia menikahi Maria
Jane Dyer, anak perempuan dari Rev.
Samuel Dyer; seorang misionaris pionir
yang melayani orang-orang Tionghoa
di Penang, Malaysia. Tetapi pada tahun
1861 Taylor mengalami penyakit yang
cukup serius yang memaksanya untuk
kembali ke Inggris. Saat berada di tanah
kelahirannya, Taylor merasa gelisah
karena terus memikirkan akan misinya
di daratan Tiongkok yang belum usai,
dan di tengah-tengah penyembuhannya
ia menerjemahkan Alkitab Perjanjian
Baru ke dalam dialek Ningbo. Ia tidak
menyia-nyiakan kesempatan dari Tuhan
dengan menyelesaikan sarjananya
Bersambung ke hal.4
TIM REDAKSI SEKILAS KIN: Penasihat: Pdt. Dr. Stephen Tong; Redaktur umum: Pdt. Sutjipto Subeno M.Th.; Tim Redaksi: Vic. Edward Oei M.C.S., Vic. Dr. David Tong,
Mitra Kumara, Johan Murjanto; Rubrik: Vic.Elsa Pardosi, Simon Lukmana; Layout: Johannes Kornelius, Adhya Kumara, Nanie K.; Produksi: Adi Lou, Iwan Darwins,
Evalina Kwok, Saut P., Yohanes Irwan
8
Download