Sabtu, 27 Juni 2015 Edisi 4 Dari meja redaksi…. Halooo adik-adik, KRISTUS - Sang Titik Yang Mempertemukan A llah kekal, tidak ada awal dan akhir. Binatang ada awal dan akhir. Tapi manusia, ada awal tapi tidak ada akhir, sebab Allah menaruh kekekalan dalam diri manusia. Semua manusia dalam sejarah dicipta, hanya satu yang tidak dicipta yaitu Yesus Kristus. Allah melahirkan Allah, apa artinya? “Hari ini saya melahirkan Engkau.” Istilah hari ini adalah sifat kekekalan yang berada dalam status ‘sekarang’. Apa arti Begotten Son? Pertama, “Hari ini Aku melahirkan Engkau” KIN Flash T artinya Engkau tidak mungkin digeser oleh proses waktu, oleh sejarah. Allah tidak melahirkan Yesus di dalam sejarah, di dalam proses waktu. Yesus adalah Anak yang dilahirkan Allah Bapa artinya Anak memiliki sifat hidup sebagaimana Allah Bapa. Apa yang ada pada Bapa juga ada pada Anak. Kedua, Begotten Son artinya dilahirkan. Begotten berarti Yesus dilahirkan oleh Allah, Dia tidak dicipta. Maka kita tidak boleh mempersamakan Yesus dengan tokoh mana pun di dunia, karena semua tokoh dicipta. o instill a firmer belief and to stir the teenagers into action continue to be the theme on the third day. In his morning devotion, Rev. Rudie Gunawan brings the teenagers to see how having the fear of the Lord will lead them to happiness. Vic. Eko Aria highlights the uniqueness of Christianity; through Christ and what he accomplished on the cross, the fellowship between the holy God and sinful men is made possible. Rev. Agus Marjanto compels us to see that there is no glory without cross; as such, the value of one’s life is determined by his willingness to bear his cross. Mr. Heruarto Salim challenges the teenagers to bear fruits which is only possible when one understands Christ’s suffering. In her preaching, Vic. Dewi Winarko invites the audience to prepare themselves through prayer for their spiritual battles. Vic. Calvin Bangun reminds the teenagers that sin can only be attractive for them if they fail to see the splendor of God and invites them to have a desire for holiness. In her spirited preaching, Vic. Mercy Matakupan points out three enemies that the teenagers must be aware of: the desire of the flesh, the delights of the eyes, and the pride of life. In his morning session, Rev. Stephen Tong informs us that there is no great religion founded outside of Asia and that among all the revealed religions (Judaism, Christianity, and Islam), only Christianity teaches that the true God exists in three Persons and that God became flesh. Christology becomes the center of Rev. Tong’s evening session when he answers the objections of the non-Christians, Islam in particular, with regards to the deity of Jesus Christ. Rev. Tong underlines that unless we have piety, we will never understand why God became flesh. The third day was closed with an invitation for these teenagers to be soldiers of Christ. (dt) Tanpa kita sadari, kita melewati hari-hari KIN. dan ini adalah hari terakhir. Besok tersisa kebaktian minggu. Seluruh bahan akan diselesaikan pada hari ini. Kita semua patut bersyukur bisa diberi kekuatan sampai hari ini. Ini sungguh anugerah besar dari Tuhan. Berapa banyak firman yang kita pelajari? Berapa banyak perubahan hidup yang kita dapatkan? Berapa banyak tekad atau komitmen yang kita ambil dan kita akan lakukan sepulang dari KIN ini? Kiranya KIN ini sungguh menjadi berkat besar bagi kita. Kiranya Tuhan Yesus memberikan anugerah yang limpah kepada kita dengan bijaksana-Nya. Berapa banyak teman baru yang kita kenal di dalam KIN ini? Berapa banyak panitia yang kalian kenal? Apa yang kalian bisa pelajari dari mereka semua? Apa yang kalian mau pelajari dan lakukan agar bisa lebih baik lagi melayani Tuhan? Kiranya Tuhan memberikan banyak pengalaman selama di KIN ini. Jangan lewatkan setiap kesempatan bisa menjadi lebih bijaksana dan bertumbuh. Inilah ciri remaja yang sukses di masa depan di hadapan Tuhan. Ayo terus bersemangat….. Tim Redaksi SEKILAS Sedangkan Yesus tidak dicipta, melainkan dilahirkan. Bapa melahirkan Yesus sebagai Anak. Banyak yang bertanya, Bapa kawin sama siapa sampai melahirkan Anak? Ini pertanyaan yang salah. Istilah melahirkan dikaitkan dengan perkawinan adalah bagi ciptaan Allah. Allah melampaui dalil pernikahan dan melahirkan, karena Ia yang menciptakan dalil tersebut. Bapa – Anak – Roh Kudus adalah Tritunggal. Apakah Roh Kudus dicipta? Tidak. Roh Kudus adalah Roh yang keluar dari Bapa dan keluar dari Anak, menjadi Pribadi Ketiga. Yesus Kristus adalah Pribadi yang dilahirkan dari Bapa menjadi Anak. Roh Kudus keluar dari Allah Bapa dan Anak sehingga keduanya (Bapa dan Anak) menjadi Sumber bagi Yang Ketiga. Anak bukan dicipta, tapi dilahirkan. Roh Kudus tidak dicipta dan juga tidak dilahirkan, melainkan “keluar dari”. Di antara Bapa – Anak – Roh Kudus, Allah Bapa merencanakan sesuatu yang besar sekali menyangkut manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa. Allah Bapa merencanakan “Allah menjadi manusia”. Ini yang disebut INKARNASI, yang berarti masuk ke dalam daging. Dalam proses perubahan, berarti Allah K Dalam setiap agama ada pengertian tentang Allah. Ada yang percaya banyak allah. Ini namanya politheisme. Ada yang mengatakan Allah cuma satu. Ini monotheisme. Ada pula yang percaya pantheisme. Pan berarti semua, keseluruhan. Segala sesuatu dianggap Allah dan Allah di dalam segala sesuatu. Penganut kepercayaan ini percaya bahwa ada roh dalam segala sesuatu. Manakah yang orang Kristen percaya? Kita percaya hanya ada satu Allah. Hanya tiga agama yang menganut ini. 2 Dalam sejarah sebenarnya ada titik pertemuan dan titik pertemuan itu adalah untuk mempertemukan manusia dengan Allah. Alpha dan Omega bertemu di dalam sejarah dalam pribadi Kristus. Kristus adalah titik yang menggabungkan titik Alpha dan Omega. Kristus adalah titik yang mengaitkan kesementaraan dengan kekekalan. Pertemuan ini tidak mungkin dari bawah menuju ke atas (manusia yang dicipta bertemu Yang Mencipta). Inisiatif harus dari atas ke bawah. Kalau engkau jatuh ke dalam sumur, bisakah engkau keluar sendiri? Harus dari atas ada yang membawa engkau ke atas kembali. Bagaimana cara orang di atas menolong engkau? Dengan lempar tali ke bawah, begitu saja? Tidak mungkin bisa. Tapi yang di atas harus ada inisiatif dan upaya memegang dan menarik tali tersebut. Satu-satunya agama yang bisa kembali kepada Allah adalah kekristenan karena upaya itu bukan inisiatif manusia. Inkarnasi menegakkan satu titik yaitu titik pertemuan antara manusia yang berdosa dengan Allah yang suci, antara kesementaraan dengan kekekalan. Jika Yesus hanya manusia dan bukan Allah, Dia tidak mungkin menyelamatkan kita. Jika Yesus hanya Allah dan bukan manusia, maka Dia tidak mungkin menggantikan kita. Agama-agama mempunyai 5 hal yang sama : a. Agama mengakui dosa itu ada dan semua agama sedih melihat dosa. b. Semua agama mengharapkan ada jalan keluar dari dosa. c. Semua agama percaya manusia harus bermoral. d. Semua agama percaya sesudah mati, hidup ini tidaklah habis. Sesudah mati, masih ada. e. Semua agama percaya ada kuasa supranatural yang akan membereskan kesulitan kita. Tetapi hanya kekristenan yang memberikan jalan keluar sejati dan satu-satunya yaitu melalui Kristus. Allah Sejati: Allah Tritunggal ita mendengar bahwa Allah itu ada namun tidak terlihat. Dia Pencipta bukan ciptaan. Kita tidak mungkin mencari Allah di dunia ciptaan. Ia menciptakan segala sesuatu dan Ia bukan segala sesuatu. Ia tidak bisa dipersamakan dengan alam ciptaan. Allah yang ada, adalah Allah yang berbicara. Ketiga masuk ke dalam tubuh manusia. Di sini kita melihat, Allah yang dalam kekekalan dan manusia yang berada dalam kesementaraan, bertemu. Dalam penciptaan ada titik Alpha dan titik Omega. Sebelum Alpha dan setelah Omega, adalah kekekalan. Yang disebut Alpha adalah Allah, yang disebut Omega adalah Allah. Sebenarnya Alpha dan Omega adalah titik yang bermula dan berakhir pada Allah. KIN agama ini juga mengaku mendapatkan wahyu yaitu agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Persamaannya adalah ketiganya percaya Allah. Mereka mengaku ada satu Allah saja. Yahudi percaya Tuhan mewahyukan kepada Abraham. Mereka menganut hanya Perjanjian Lama. Orang Kristen mengatakan bahwa tidak hanya berakhir pada Perjanjian Lama. Mereka percaya Mesias akan datang. Orang Kristen menyatakan Yesus Kristus sebagai Mesias dalam Perjanjian Baru. Orang Kristen berkata dua perjanjian inilah firman Tuhan. Pada tahun 570M lahirnya Mohammad. Ketika ia 40 tahun, ia pergi ke gunung dan melihat malaikat. Malaikat itu menyuruh dia menulis dan membaca. Jibril kemudian datang lagi dan menyuruh untuk menulis Al quran. Ketiga agama percaya satu Allah. Di antara ketiganya hanya Kristen yang percaya Tritunggal: Bapa, Putra, dan Roh. Yahudi dan Islam menolak ini. Iman Kristen berkata Ia satu, Ia ada, dan berbicara kepada kita. Allah bukan ide tetapi fakta. Ia konkrit dan hidup. Ia adalah Roh maka kita tidak bisa mengukur-Nya. Allah yang hidup menciptakan hidup yang konkrit. Jika hanya percaya Allah yang satu bukan Tritunggal, berarti hanya ada dalam ide, bukan realitas. Allah Tritunggal sejati dan hidup. Allah Bapa melahirkan Allah Anak, dari Keduanya keluar Roh Kudus. Ia ada dari kekal sampai kekal, bukan dicipta. REFORMED INJILI CHANNEL REFORMED INJILI EVENTS @REFORMEDINJILI @REFORMED.INJILI SEKILAS KIN 7 Perkataan Salib “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersamasama dengan Aku di dalam Firdaus.” (Luk. 23: 43) D ua perampok yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus turut serta mencela Dia (Mat. 27:44, Mrk. 15:32). Perampokperampok ini adalah orang-orang yang berdosa, merampok, dan mungkin melakukan kejahatan-kejahatan lain. Orang-orang hina seperti ini bahkan ikut mengejek Yesus. Apabila kita diejek oleh orang yang lebih pintar dari kita, mungkin beberapa dari kita masih bisa menerima. Tetapi bayangkan… Bila kita diejek orang-orang yang tidak bermoral dan tidak berpengetahuan seperti kedua perampok ini. Saya pribadi sudah pasti tidak tahan. Tetapi Yesus tetap tenang; ucapan-Nya yang pertama di atas kayu salib juga ditujukan bagi kedua perampok tersebut. Pribadi Tuhan itu panjang sabar; tetapi kesabaran-Nya tidak bersifat kompromi terhadap dosa. Kesabaran dan toleransi Allah adalah Ia memberi kesempatan bagi kita untuk bertobat. Perampok yang tidak bertobat mengatakan “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!” Ya, Yesus adalah Sang Kristus. Ya, Yesus adalah Tuhan yang mampu melakukan segala sesuatu, termasuk menyelamatkan diri-Nya dari siksaan dunia saat itu. Seruan perampok ini adalah seruan Iblis untuk Yesus turun dari salib. Tetapi Yesus adalah Anak yang taat kepada Bapa-Nya. Sesuai dengan rencana keselamatan yang telah Tuhan tetapkan, Yesus Kristus harus disalibkan, menderita sengsara di dalam dunia. Jikalau Kristus tidak mengalami kesengsaraan di atas kayu salib, tidak ada jalan pengampunan akan dosa dan tidak ada perantara yang bisa memperdamaikan manusia dengan Allah Bapa. Perampok yang lain mengalami perubahan hidup yang besar. Di sini kita melihat, bahwa orang yang mempunyai pengalaman yang sama, belum tentu mempunyai kesimpulan dan reaksi yang sama. Seorang perampok bertobat, yang lainnya tidak. Alkitab tidak memberi tahu kita dengan jelas mengapa seorang perampok mengalami pertobatan itu. Tetapi perampok yang bertobat itu pasti mengalami penyesalan atas dosadosanya. Apa sebabnya orang tidak mempunyai kesadaran tentang akibat dosa sebelum melakukannya? Begitu banyak orang menunggu sampai sudah gagal dan jatuh ke dalam dosa, baru menangis dan menyesal. Semua orang bisa menangis akibat dosanya, tetapi berbahagialah mereka yang menangis sebelum berbuat dosa. Perampok yang bertobat mengalami beberapa hal: 1. Mengubah Arah. Kita semua dilahirkan dalam aliran hidup Adam, dengan membawa dosa asal yang menuju kepada kebinasaan. Tetapi pada saat cinta kasih Tuhan dan peperangan Roh Kudus tiba dalam hati kita, maka hal yang pasti kita kerjakan adalah mengubah arah. 2. Mengenal Arti Dosa dan Bertobat. Janganlah menyesali hukuman, tetapi sesalilah dosa. Perampok ini berkata,“Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita” (Luk. 23:40-41). Dia sadar bahwa dirinya patut dihukum dan menerima hukuman yang setimpal. Ia sudah menjalani suatu pengadilan yang adil, yang datang dari Allah sendiri. 3. Menerima Karya Kristus. Ketika Yesus disiksa, yang keluar dari diri-Nya bukanlah kepahitan, kejahatan, atau balas dendam, melainkan cinta kasih dan kesucian sehingga menarik perampok itu untuk bertanya dalam hatinya: “Siapakah Dia? Bukankah sakit-Nya sama dengan sakitku? Tetapi mengapa respons Dia berbeda? Mengapa Dia mempunyai satu ketabahan dan kekuasaan yang begitu berani untuk menanggung kesengsaraan yang tidak bisa kutahan?” Perampok itu mengenal sifat ilahi Kristus; ia mengenal Kristus sebagai Allah, bukan manusia biasa. 4. Iman yang Tertuju kepada Yesus Kristus. Perampok ini mengetahui bahwa Yesus yang dipaku ini adalah Kristus. Kristus Sang Pewaris Kerajaan Allah. Inilah integrasi antara Yesus dan Kristus dalam iman perampok itu. Pertanyaan lain yang timbul dalam hati perampok ini merupakan pertanyaan terbesar dan terpenting yang mungkin ditanyakan oleh orang berdosa: “Apakah hubungan Kristus dengan saya?” Perampok ini mengenal anugerah pengampunan. Begitu besar arti sebuah pengampunan bagi perampok yang sudah dijatuhi hukuman mati dan tidak memiliki pengharapan lagi di dunia ini. Ia melihat kemuliaan Kristus yang kekal dan mengetahui bahwa Kerajaan-Nya itu pasti datang. Sebagai orang pertama yang ditebus oleh darah Kristus, perampok ini percaya bahwa salib bukanlah titik akhir, tetapi proses menuju kemuliaan. Pengenalan perampok ini akan Yesus Kristus dan karya-Nya didasarkan pada Kristologi yang benar. Barangsiapa yang bertobat secara emosional tetapi tidak mengenal siapa Kristus dengan iman yang benar, maka pertobatannya tidak menjamin dirinya diselamatkan. Ucapan kedua Yesus di atas kayu salib ini juga memberitahukan kita akan beberapa hal yang perlu dimengerti orang-orang Kristen: 1. Keselamatan dan hidup kekal dimulai pada waktu Anda bertobat, bukan dimulai pada waktu Anda mati. Tuhan Yesus mengatakan “Amin! 3 SEKILAS KIN Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini…” Hari ini adalah kalimat yang berisi satu kepercayaan dan jaminan akan keselamatan dan hidup kekal kepada manusia yang bertobat. Orang Kristen tidak perlu berdoa bagi orang mati untuk keselamatan mereka, sebab doa semacam itu berisi satu tanda tanya akan hidup setelah kematian yang belum memiliki jaminan yang penuh. Tetapi yang diberikan oleh Kristus adalah jaminan hidup kekal yang dimulai pada hari seseorang bertobat dan menerimaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat. Jika kita mengetahui Kristus, mengenal Dia dan menuruti perintah-Nya, maka kita tahu bahwa kita sudah keluar dari maut dan masuk ke dalam hidup (1Yoh. 5:1-13). Jaminan Kristus adalah jaminan yang agung yang membedakan Kristen dengan segala agama. atau karena makan roti Perjamuan Kudus, atau karena melakukan hidup beragama dan hukum Taurat. Kita menjalankan baptisan, Perjamuan Kudus, dan hukum Taurat bukan supaya beroleh keselamatan, melainkan karena kita telah beroleh keselamatan. Kita menjalankannya untuk mengingat akan Tuhan dan bersekutu dengan orang kudus yang lain. kuasa Roh Kudus. Bukan semua orang akan diselamatkan, melainkan hanya mereka yang percaya kepada Kristus dan menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi. Yesus berkata: “Hari ini juga, engkau akan bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” Berarti orang lain tidak dibawaNya ke Firdaus melainkan hanya orang yang bertobat dan mengenal Kristus dengan sesungguhnya. 3. Tidak ada api penyucian (purgatory). Jika doktrin api penyucian itu benar ada, maka orang seperti perampok yang banyak dosanya ini perlu masuk ke dalam api penyucian beratus-ratus kali. Tetapi Tuhan Yesus menjamin bahwa perampok itu akan bersama-sama dengan Dia di Firdaus hari itu. Kiranya kita berkata kepada Tuhan: “Berilah iman kepadaku seperti yang telah Engkau berikan kepada perampok itu, yang telah menggabungkan pengertian akan Yesus dengan Kristus. Menggabungkan sengsara Kristus dengan Kerajaan sorga. Menggabungkan pengampunanNya dengan diriku yang tidak layak.” 2. Keselamatan adalah anugerah Allah. Sola gratia. Perampok ini diselamatkan bukan karena dibaptis, 4. Melawan universalisme. Allah menyelamatkan orang bertobat hanya di dalam Kristus dan melalui Sumber https://reformedevangelicalyouth.wordpress. com/category/artikel/page/3/ “To understand God, first we must stand under God.” Pdt. Dr. Stephen Tong Sambungan dari hal.8 Hudson Taylor... di Royal College of Surgeons. Ia juga menggembalakan gereja di Newgate Prison. Selama di sana, ia berkawan dengan Charles Haddon Spurgeon yang adalah gembala di Metropolitan Tabernacle dan menjadi pendukung kegiatan misi Taylor sepanjang hidupnya. Pada 25 Juni 1865, dengan beban yang ia dapat dari Tuhan, Hudson Taylor mendirikan China Inland Mission (sekarang menjadi Overseas Missionary Fellowship International) bersama dengan William Thomas Berger. Tahun 1866, 18 orang misionaris berlayar ke Tiongkok dan grup selanjutnya yang juga terdiri dari 18 orang berlayar ke sana pada tahun 1870. Pada tahun 1888, grup pertama dari Amerika Utara menyusul dikirim ke sana. Akhir Kisah Hudson Taylor meninggal pada tanggal 3 Juni 1905 dan dikuburkan di Changsha, Hunan. Ia menghabiskan 51 tahun dari 73 tahun hidupnya untuk mengabarkan 4 Injil di “Negeri Tirai Bambu”. Melalui pelayanannya, 800 misionaris dikirim ke Tiongkok, di antaranya yang terkenal adalah C. T. Studd yang juga dipakai luar biasa oleh Tuhan selama masa pelayanannya di Tiongkok. Tidak hanya itu, kurang lebih 18.000 penduduk Tiongkok bertobat menjadi umat Allah karena pelayanan Taylor dan rekan dari CIM. Suatu ketika Hudson Taylor pernah berkata: “If I had a thousand pounds, China should have it. If I had a thousand lives, China should have them. No! not China, but Christ. Can we do too much for Him?” (Jika saya memiliki seribu pound, Tiongkok harus memilikinya. Jika saya memiliki seribu jiwa, Tiongkok harus memiliki mereka. Tidak! Bukan Tiongkok, tetapi Kristus. Mungkinkah kita melakukan terlalu banyak bagi Dia?) Ungkapan tersebut adalah ungkapan yang terpancar dari hati yang terus terbakar dengan semangat penginjilan dari Tuhan. Tepat 150 tahun sudah berlalu sejak CIM didirikan, dan dengan nama barunya OMF International masih terus setia menjangkau jiwa-jiwa yang terhilang tidak hanya di Tiongkok, tapi juga di negara-negara di sekitarnya – termasuk di Indonesia. Keturunannya yang keempat, Rev. Hudson Taylor IV; memiliki panggilan yang sama dengannya untuk terus memberitakan Injil. Pada usia 17 tahun, Hudson Taylor menjawab panggilan Tuhan dan telah menjadi berkat bagi Tiongkok dan bahkan seluruh dunia. Bagaimana dengan kita – remaja yang berkesempatan menerima anugerah Tuhan mengikuti KIN 2015, bagaimana respons kita menjawab panggilan Tuhan untuk hidup setia memberitakan Injil dan melayani Dia? Laus Deo! Sumber -http://omf.org/us/about/our-story/jameshudson-taylor/ -https://omf.org/us/about/our-story/quotes/ - h t t p : / / w w w. c h r i s t i a n i t y t o d a y. c o m / ch/131christians/missionaries/htaylor.html - http://en.wikipedia.org/wiki/Hudson_Taylor SEKILAS Mengenal: Vic. Eko Aria S etiap manusia mempunyai keunikan. Suatu keunikan yang sering tidak terlihat oleh manusia, tetapi tersimpan dalam diri orang yang dipersiapkan Tuhan untuk melayani-Nya. Demikianlah Vic. Eko Aria, yang berkhotbah dengan begitu cepat bak senapan mesin, seolah begitu banyak kata yang ingin keluar dari pemikirannya dan mulutnya begitu sulit untuk mengikutinya. Awalnya ia terlihat biasa-biasa saja seperti anak remaja lainnya, tetapi di dalam dirinya tersimpan mutiara keinginan mencari kebenaran sejati yang mendorongnya sampai hari ini menjadi seorang hamba Tuhan yang banyak belajar. Vic. Eko Aria lahir pada tanggal 13 Juli 1981 di kota Kediri dan menempuh pendidikan dasar hingga menengah pertama di kota Pare. Menempuh pendidikan dasar di sekolah Kristen membuatnya mengenal pengajaran umum kekristenan. Sejak kecil hingga kuliah dia tidak pernah menonjol dalam bidang apa pun yang dibanggakan masyarakat pada umumnya seperti pelajaran, atau ketrampilan-ketrampilan tertentu lainnya. Hal tersebut berlanjut pada hingga SMU dan justru cenderung berjalan sangat buruk. Sekolah dan hidupnya menjadi lebih buruk ketika dia mengetahui bahwa keponakannya menderita autis. Setelah bertahun-tahun berdoa dan Tuhan tidak sembuhkan, dia mulai pahit terhadap Tuhan. Dia mulai mencari jalan alternatif dengan jalur mistik dalam berbagai bentuk. Namun sebagai orang yang punya tradisi Kristen, sesekali dia masih pergi ke gereja. Suatu ketika dalam ibadah Minggu, dia mendengarkan khotbah aneh tentang “Predestinasi”, Tuhan memilih orang untuk diselamatkan. Karena sebal dengan konsep pemilihan tersebut, dia melancarkan protes terhadap gembala sidang setempat yang kemudian berlanjut kepada perdebatan dan diskusi selama beberapa bulan. Pada masa tersebut Tuhan bekerja dan membukakan tentang konsep anugerah. Pemilihan Allah menjadi konsep yang sangat menyebalkan karena kita merasa bahwa Allah tidak adil; namun jika kita menyadari akan keberdosaan dan satu-satunya hal yang layak kita terima hanyalah hukuman kekal, maka pemilihan menjadi sebuah berita anugerah yang demikian membebaskan. Hal ini juga membuat dia menerima keberadaan keponakannya tidak lagi dengan kepahitan; bahkan seluruh aspek hidupnya mampu dilihat dengan kacamata anugerah. Hal yang layak kita terima hanyalah neraka, selebihnya apa pun itu adalah anugerah. Sejak saat itu kegemaran untuk membaca Alkitab mulai tumbuh, serta ketertarikannya terhadap theologi mulai muncul. Ketika ia sedang berkuliah di Surabaya, dia sempat mengikuti STRIS Andhika (Sekolah Theologia Reformed Injili Surabaya). Dia mengikuti kuliah Pauline Theology, di sana pertama kali ia melihat bahwa penggalian Alkitab ternyata bisa begitu mendalam. Ketika Gembala Sidang gerejanya (GKT Hosana Pos PI Surabaya Barat) ditahbiskan menjadi pendeta, dia mendengar bahwa ketika Gembalanya ditanya mengenai “Apakah “Kebebasan orang Kristen adalah kebebasan yang taat. Kebebasan yang liar bukanlah kebebasan, itu kebuasan. Kebuasan membawa kepada kebinasaan.” Pdt. Dr. Stephen Tong KIN ia mengakui Katekismus Heidelberg?” Dia pun merasa bahwa katekismus tersebut pasti sangat penting hingga dipakai untuk menahbiskan pendeta maka dia pun mencari dan membaca katekismus tersebut. Setelah itu dia menjadi sering tidak puas terhadap khotbah-khotbah Minggu di gereja yang cenderung dipadati dengan nasihat moral yang kurang kuat dasar biblika dan theologisnya. Sekali lagi dia melancarkan protes ke gembalanya dan gembala sidang itu berkata; “kalau kamu tidak puas dengan khotbahnya, gumulkan mungkin Tuhan mau kamu yang berkhotbah.” Sejak waktu itu dia kembali menggumulkan secara serius panggilannya sebagai hamba Tuhan. Pdt. Stephen Tong mengatakan bahwa “Berbeda dengan para arsitek dunia yang memakai bahan terbaik untuk membuat bangunan yang terbaik; tetapi Tuhan membangun kerajaan-Nya melalui orang berdosa yang sedemikian buruk dan tidak hebat (paraphrase).” Hal tersebut membuatnya berani untuk melayani Tuhan; sebab dia tidak melayani dengan kemampuan diri yang sangat kurang, namun Tuhan sendirilah yang bekerja dan memakai sesuai keinginan-Nya. Dia berharap Tuhan sudi membentuk dan memakainya untuk pekerjaan Tuhan, dengan seluruh perlengkapan yang akan Tuhan berikan berdasarkan kekayaan dan kemurahanNya. GOD be praised!!! 5 SEKILAS Cyber Game B agi penggemar game tentu tidak asing lagi dengan istilah MMORPG, Xbox 360, PS3, PSP, dan lain-lain. Mungkin pada saat artikel ini diterbitkan, istilah-istilah tersebut sudah outdated. Seiring dengan berkembangnya teknologi, teknologi hiburan (entertainment technology) juga berkembang pesat, di samping itu peminatnya juga melonjak drastis. Bayangkan, pada peluncuran pertama “World of Warcraft” di Amerika, terjual dua ratus ribu lebih keping CD dalam waktu 24 jam. Game (baca: cyber game) menjadi hiburan yang sangat diminati oleh remaja, pemuda, dan dewasa. Bahkan game juga menjadi industri dan profesi yang profesional di beberapa negara. Tahun yang lalu (red. tahun 2005), tepatnya pertengahan November, Singapura dipercayakan menjadi tuan rumah World Cyber Game (WCG) Grand Final. Para penggemar game berbondongbondong datang menyaksikan “atletatlet” negaranya turut bertanding dalam WCG tersebut. Game dibagi menurut genre sesuai dengan minat dari para pemain – ada yang action, simulasi, racing, strategy, dan sebagainya. Tampilannya mulai dari sebesar layar televisi hingga sekecil layar telepon seluler. Dalam artikel ini saya menyoroti game online yang lebih banyak diminati dan mencakup kisaran usia yang lebih luas. Salah satunya adalah MMORPG, yang singkatannya adalah Massively Multiplayer Online RolePlaying Game. Dalam tipe game seperti ini, masing-masing pemain memiliki karakter virtual dan menjadi tokoh utama dalam game itu. Mereka bergabung dengan pemain-pemain lain yang berasal dari berbagai negara dalam suatu dunia virtual. Setiap pemain diberi kesempatan yang sama untuk bersaing dalam meningkatkan karakter virtualnya. “Apa 6 KIN sih enaknya maen game?” Demikian pertanyaan yang sering terdengar dari mereka yang kurang dapat menikmatinya. Tentu responnya berbeda-beda. Ada yang mengatakan untuk mengisi waktu luang, obat penghilang stress, hobi, kenikmatan, dan ada pula yang mengatakan sebagai karir. Dalam berbagai jawaban yang ada, tentu tidak luput dari worldview (cara pandang atau wawasan) seseorang. Saya yakin game tidak sepenuhnya buruk karena pada batasan tertentu game dapat menstimulasi kreativitas, kecerdasan, serta ketangkasan kita. Tetapi masalahnya adalah betapa seringnya game bukan lagi sekadar menstimulasi melainkan menguasai atau menjadi ‘Tuhan’ di dalam hidup para remaja dan pemuda. Menurut survei di beberapa negara Asia yang maju seperti Korea dan Jepang, anak-anak remaja lebih tertarik untuk berada di dalam rumah dengan gamenya dibanding bersosialisasi dengan teman-teman mereka untuk melakukan outdoor activity. Apakah sebenarnya artinya bersosialisasi bagi mereka? Arti bersosialisasi bagi mereka sudah direduksi menjadi ber-“sosialisasi” dalam dunia game yang virtual. Relasi antar manusia berpribadi diganti menjadi “relasi” antar karakter virtual. Kebutuhan berelasi antar manusia yang didasarkan kepada relasi dengan Allah Sumber Kehidupan diganti dengan kebutuhan bersaing antar karakter dalam dunia virtual. Suatu kontradiksi dalam kehidupan: dunia virtual menjadi penggerak bagi manusia yang memainkannya (baca: menggerakkannya).Kenikmatan hidup melayani Pencipta digantikan dengan kenikmatan hidup melayani (baca: bermain) game. Fokus hidup di dalam dunia real diikatkan kepada dunia virtual. Suatu jebakan bagi generasi zaman sekarang! Akibatnya, tidak jarang anak-anak remaja dan pemuda addicted (kecanduan) dengan game, sehingga prestasi akademis mereka menurun. Masa muda mereka yang seharusnya diisi dengan kesibukan dalam dunia pendidikan demi future mereka, dialihkan kepada kesibukan bermain game demi kenikmatan sesaat yang bersifat “here and now”. Semangat perjuangan generasi muda dirampas dan direduksi menjadi semangat bersaing dalam permainan game agar selalu dapat memperoleh kemenangan. Sehingga setiap pemain dilatih menjadi egois, hedonis, dan individualis. Suatu “metode pembodohan” generasi penerus yang sangat mengerikan! Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, Paulus menuliskan, “‘Segala sesuatu diperbolehkan.’ Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. ‘Segala sesuatu diperbolehkan.’ Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun.” (1Kor.10:23) Suatu prinsip yang jelas dari firman Tuhan sebagai guidance bagi kita untuk melihat ke dalam hal kenikmatan bermain game. Jadi, bolehkah saya bermain game? Boleh! Tetapi, ada pertanyaan lanjutan yang harus juga dijawab: Seberapa besar kegunaan game bagi kehidupan saya di hadapan Tuhan? Seberapa pentingkah game dalam hidup saya dibanding dengan pengenalan akan Tuhan dan kehendak-Nya? Apakah saya sudah diikat oleh game dan memperilah game? Seberapa jauh saya dapat mengintegrasikan kenikmatan bermain game dengan tujuan hidup manusia untuk memuliakan dan menikmati Allah? Kiranya Tuhan memampukan kita sebagai generasi muda Kristen untuk menghidupi suatu kehidupan yang berintegritas di dalam dunia yang berdosa ini sebagai terang dan garam dunia, termasuk di dalam hal bermain game. Soli Deo Gloria. Sumber: Budiman Thia http://www.buletinpillar.org/artikel/cyber-game Refleksi Hari ke-3 SEKILAS KIN Pdt. Rudie Gunawan, S.Th., M.Th. Semakin maju teknologi, semakin hilang rasa takut manusia bahkan rasa takut akan Allah. Padahal menurut psikologi, takut adalah bagian dari 4 emosi dasar yang harus dimiliki oleh manusia. Rasa takut harus diarahkan kepada yang benar. Takut, dalam bahasa Ibrani berarti hormat dengan moralitas, yang benar memimpin kepada hikmat sejati dengan mempelajari Alkitab, dan akan membawa kita kepada kebahagiaan. Hiduplah dalam rasa takut yang benar. Vic. Eko Aria, M.Div. Manusia tidak bisa hidup tanpa Allah, tetapi manusia berdosa tidak bisa hidup dengan Allah. Inilah dilema hidup manusia. Bait suci, yang menggambarkan Kesucian sekaligus rahmat Allah, adalah jawaban satu-satunya. Kristus adalah bait suci yang dapat membawa kita kembali hidup bersama Allah. Melalui salib-Nya, kita melihat bait suci, penumpahan darah korban penebusan, tetapi juga kita melihat ada kasih Kristus. Hiduplah dalam takut akan Allah dan jauhi dosa. Pdt. Ir. Agus Marjanto, M.Th. Jiwa memiliki kebutuhan yang berbeda dengan tubuh. Sehingga hidup glamor tetapi jiwa tetap kosong adalah kesia-siaan. Jiwa akan semakin haus jikalau tidak terpenuhi kebutuhannya. Tiga hal yang dapat memuaskan kebutuhan jiwa manusia: mengenal Allah bukan menginginkan berkat-Nya, memuliakan Allah dengan memikul salib, dan melihat pertolongan Allah dalam menghadapi dunia ini. Apakah yang engkau cari? Kesia-siaankah? Atau kepuasan jiwa yang sejati? Sdr. Heruarto Salim, B.Bus. Orang kristen pasti berbuah, karena buah adalah tanda dari pertumbuhan dan kehidupan. Pertumbuhan ini bersifat simetris atau menyeluruh menghasilkan karakter-karakter Kristen (Gal. 5). Buah ini dihasilkan bukan karena kekuatan kita, tetapi karena Kristus adalah pokok dan kita cabang-cabang yang dicangkokkan kepada-Nya. Kunci untuk kita benar-benar bisa bertumbuh adalah dengan mengerti akan penderitaan Kristus di kayu salib yang memampukan kita untuk berbuah. Karena itu… Berbuah atau mati! Vic. Dewi Arianti Winarko, ST, M.Th. Peperangan Rohani yang tidak kelihatan - yang mencuci otak, hati, dan iman - sedang terjadi, apa yang akan engkau lakukan? Pekerjaan Tuhan yang besar bisa kapan pun terjadi, apa yang engkau siapkan? Berdoalah! Di dalam doa kita dilatih menghadapi peperangan rohani. Doa juga mempersiapkan kita untuk pekerjaan Tuhan yang besar. Berdoalah, karena pengharapan akan kemenangan sudah dijamin oleh Kristus di atas kayu salib. Vic. Calvin Bangun, S.IP., M.Th. Di dalam Kristus hidup kita pasti berubah, rohani kita semakin dibentuk serupa dengan Kristus. Dalam perubahan ini ada 2 faktor penting yaitu hasrat dan habit. Hasrat akan kekudusan harus disertai dengan pembangunan akan habit kekudusan yang baik. Hasrat bisa timbul jikalau kita melihat keindahan dalam mengikuti Tuhan dan dari hasrat inilah pengejaran akan habit yang kudus pun dapat diperjuangkan. Tanpa hasrat dan habit, kerohanian kita akan mandek. Vic. Mercy G. P. Matakupan, S.Th. Di mana gandum ditabur, Iblis akan menabur lalang. Masa remaja adalah usia peperangan luar biasa yang bukan membunuh fisik tetapi jiwa dan kerohanian. Dalam peperangan ini, musuh terbesar adalah Iblis, kawanan dunia, dan diri kita sendiri yaitu keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup. Ini bukan peperangan yang mudah, pergumulan hidup yang besar kita hadapi. Panglima kita yaitu Yesus Kristus pernah berdarah dan disalibkan, apakah kita akan berjuang dengan gigih? Ataukah kita akan menjadi pengecut yang melarikan diri? 7 SEKILAS KIN James Hudson Taylor (1832 – 1905) Misionaris Berpakaian Changshan yang Mencintai Bangsa Tionghoa “All God’s giants have been weak men, who did great things for God because they reckoned on His being with them.” “Semua raksasa-raksasa (iman) Allah adalah orang-orang yang lemah, yang melakukan hal-hal besar untuk Allah karena mereka menggantungkan keberadaan Dia dalam hidup mereka.” (Hudson Taylor’s Choice Sayings: A Compilation from His Writings and Addresses. London: China Inland Mission, n.d., 29.) K ehidupan Awal Sang Misionaris: Pertobatan dan Panggilan James Hudson Taylor dilahirkan di tengah-tengah keluarga Kristen Methodist Inggris yang terus mendoakan negara-negara yang belum mendengar Injil Kristus. Ayahnya, James Taylor, adalah seorang pengkhotbah awam sekaligus merangkap sebagai apoteker. Kehidupan rohani Taylor bukanlah tanpa pergumulan, karena saat usia muda ia menjadi remaja yang skeptis dan mencoba melarikan diri dari iman Kristennya. Penyebab dari keskeptikannya adalah alasan yang sering kita jumpai dalam orang-orang yang mengalami hal yang sama: karena ia melihat begitu banyak orang Kristen yang tidak konsisten terhadap Injil dan Kebenaran dalam Alkitab yang mereka imani. Tetapi kita bisa melihat Tuhan memiliki rencana lain dalam hidupnya. Pada bulan Juni 1849, satu bulan setelah kakak perempuannya memutuskan untuk berdoa baginya setiap hari, Tuhan menggerakkan hati Taylor yang saat itu berusia 17 tahun saat ia membaca traktat yang berjudul ‘Poor Richard’ (Richard yang Malang). Traktat ini membuka pemikirannya akan perubahan yang dibawa oleh Allah dan pemenuhan akan tujuan Allah melalui hidup Kristus. Tidak hanya pertobatan, tetapi panggilan Tuhan untuk menjadi misionaris di negeri Tiongkok juga datang kepadanya. Ia pun berkomitmen untuk memenuhi panggilan Tuhan pada bulan Desember 1849. Pemberitaan Injil yang Radikal dan Changsan Empat tahun kemudian, di tengahtengah kondisi kesehatannya yang buruk, keuangan yang tidak terlalu baik, dan sedang menyelesaikan studinya di sekolah medis, Taylor menjadi misionaris di Tiongkok. Hudson Taylor bertolak ke sana pada tanggal 19 September 1853 dan akhirnya tiba di kota Shanghai 6 bulan kemudian, yaitu pada tanggal 1 Maret 1854. Tahun pertamanya di Tiongkok tidaklah mudah, karena ia langsung berhadapan dengan Perang Saudara. Saat ia menghabiskan waktu untuk mempelajari bahasa, ia banyak melihat rekan sesama misionarisnya yang hidup dalam kemewahan dan hanya sedikit yang pergi ke pedesaan dan daerah yang lebih miskin. Godaan ini tidak menyurutkan niatnya untuk terus berjuang memberitakan Injil di daratan Tiongkok. Bersama teman-teman misionarisnya, Taylor mengabarkan Injil dalam bahasa Mandarin. Tetapi, sampai pada satu titik, ia menyadari bahwa orang-orang Tionghoa di sana sulit untuk menerima Injil, karena perbedaan budaya yang ada dan mereka memperlakukan Taylor sebagai seorang asing. Melihat hal itu, Taylor pun meneladani Dr. Charles Gutzlaff (yang ia sebut sebagai “leluhur dari China Inland Mission”) yang melakukan hal radikal: memakai changsan (baju tradisional Tionghoa) dan memanjangkan rambut sehingga bisa dikepang, sama seperti masyarakat di sana pada umumnya saat itu. Dengan segera ia pun menjadi bahan tertawaan baik oleh masyarakat Tionghoa maupun para orang asing. Tetapi puji Tuhan, karena Ia memang bekerja melalui cara yang sulit kita bayangkan: apa yang menjadi tertawaan oleh orang lain, justru Allah pakai untuk menjadi saluran perkabaran Injil-Nya. Dengan bermodalkan changsan dan rambut berkepang, pemberitaan Injil menjadi relevan. Para masyarakat Tionghoa tidak lagi memperlakukan Taylor sebagai orang asing. Kembali ke Inggris dan Berdirinya China Inland Mission Pada tahun 1857, Taylor keluar dari Chinese Evangelization Society karena badan misi tersebut tidak lagi bisa membiayai kegiatan misinya. Ia menjadi misionaris yang independen dan hidup bergantung hanya kepada anugerah Tuhan saja dalam memenuhi kebutuhannya. Kemudian ia pun bersama dengan rekan-rekan misionarisnya mendirikan badan misi di Ningbo yang disebut Ningbo Mission. Melalui Ningbo Mission, ia sangat rindu untuk bisa menjangkau pedesaan dan pedalaman Tiongkok. Setahun kemudian, ia menikahi Maria Jane Dyer, anak perempuan dari Rev. Samuel Dyer; seorang misionaris pionir yang melayani orang-orang Tionghoa di Penang, Malaysia. Tetapi pada tahun 1861 Taylor mengalami penyakit yang cukup serius yang memaksanya untuk kembali ke Inggris. Saat berada di tanah kelahirannya, Taylor merasa gelisah karena terus memikirkan akan misinya di daratan Tiongkok yang belum usai, dan di tengah-tengah penyembuhannya ia menerjemahkan Alkitab Perjanjian Baru ke dalam dialek Ningbo. Ia tidak menyia-nyiakan kesempatan dari Tuhan dengan menyelesaikan sarjananya Bersambung ke hal.4 TIM REDAKSI SEKILAS KIN: Penasihat: Pdt. Dr. Stephen Tong; Redaktur umum: Pdt. Sutjipto Subeno M.Th.; Tim Redaksi: Vic. Edward Oei M.C.S., Vic. Dr. David Tong, Mitra Kumara, Johan Murjanto; Rubrik: Vic.Elsa Pardosi, Simon Lukmana; Layout: Johannes Kornelius, Adhya Kumara, Nanie K.; Produksi: Adi Lou, Iwan Darwins, Evalina Kwok, Saut P., Yohanes Irwan 8