3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Klasifikasi Jarak Pagar Jarak pagar (Jatropha curcas L.) adalah tanaman yang berasal dari Meksiko, Amerika Tengah. Konon, jarak pagar dibawa ke Indonesia dan ditanam paksa pada pemerintahan Jepang karena akan dijadikan BBM oleh tentara Jepang. Jarak pagar disebut pinoncillo di Meksiko dengan berbagai nama lokal kusekeey, axti, dan cuauixtli (Prihandana dan Hendoko, 2006), sedangkan di Indonesia, jarak pagar dikenal degan nawaih (NAD), jarak kosta (Sunda), jarak gundul, jarak cina, jarak pagar (Jawa), dan palla kaniki (Bugis) (Syah, 2005). Tanaman jarak pagar masih satu keluarga dengan tanaman karet dan ubi kayu. Klasifikasi jarak pagar adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Euphorbiales, Famili : Euphorbiaceae, Genus : Jatropha, Spesies : Jatropha curcas (Prihandana dan Hendoko, 2006). Pertumbuhan jarak pagar sangat cepat. Waktu yang paling baik untuk menanam jarak pagar adalah pada musim panas atau sebelum musim hujan. Tanaman jarak pagar tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian sekitar 500 m di atas permukaan laut (dpl.). tanaman ini dapat tumbuh pada curah hujan 3002380 mm/tahun dengan curah hujan optimum 625 mm/tahun. Temperatur tahunan rata-rata yang dibutuhkan jarak pagar adalah 20-28 oC (Syah, 2005). Jarak pagar termasuk tanaman semak besar dengan cabang yang tidak teratur. Umur tanaman jarak pagar bisa mencapai 50 tahun. Cabang pohonnya mengandung getah (lateks). Daunnya lebar berbentuk jantung dan bertangkai panjang. Tanaman ini dapat mencapai ketinggian 3-5 m. Pada musim kemarau yang panjang, tanaman ini menggugurkan daunnya. Umumnya, seluruh bagian tanaman beracun, sehingga tanaman ini hampir tidak memiliki hama. Tanaman ini mulai berbuah pada umur 5 bulan, dan mencapai produktivitas penuh pada umur 5 tahun. Buahnya berbentuk elips, panjangnya 1 inci, dan mengandung 2-3 biji (Syah, 2005). Daun berlekuk 5-7, dengan susunan pada batang membentuk spiral dengan posisi berselang-seling, daun berwarna hijau muda sampai hijau tua. Panjang 4 tangkai daun bervariasi 6-23 mm. Rangkaian bunga terbentuk di ujung cabang (terminal) dan berbentuk cyme (Hasnam dan Mahmud, 2006). Tanaman jarak pagar bersifat monocious (berumah satu), bunga berkelamin satu (uniseksual) kadang-kadang ditemukan bunga hermaprodit. Pada bunga jantan (androecium) 10 tangkai sari tersusun dalam dua lingkaran (masingmasing 5 tangkai sari) pada bunga betina (gynoecium) tiga tangkai putik tumbuh dan membesar menjadi putik yang bercabang (Hasnam dan Mahmud, 2006). Biji jarak pagar termasuk biji ortodoks, berbentuk bulat lonjong, berwarna coklat kehitaman dengan ukuran panjang 2 cm, tebal 1 cm, dan berat 0,4-0,6 gram/biji (Prihandana dan Hendroko, 2006). Biji masak bila kapsul berubah warna dari hijau menjadi kuning saat 3 bulan setelah berbunga (Hasnam dan Mahmud, 2006). Metode Pengeringan Pengeringan benih membutuhkan perpindahan panas karena hanya dapat dikeringkan dengan mengevaporasikan uap air dari permukaannya. Kandungan panas uap air lebih besar dari kandungan panas dalam bentuk cairnya. Tekanan uap air udara sekitarnya juga penting untuk tidak dibiarkan meningkat. Jika tekanan uap air udaranya menjadi lebih besar dari tekanan uap air pada permukaan benihnya, maka kemungkinan besar benih akan menyerap uap air ketimbang kehilangan uap air (Justice dan Bass, 2002). Metode pengeringan benih dapat terjadi secara alami. Pengeringan alami dapat terjadi di lapang pada waktu benih mengalami proses pemasakan dan pada benih setelah dipanen. Prosesnya adalah benih kehilangan uap air secara alami tanpa bantuan manusia. Tingkat pengeringan alami diatur oleh faktor-faktor seperti suhu udara, kelembaban nisbi dan kecepatan angin. Angin panas dan kering sebelum benih masak penuh dapat merusak benih tanaman karena keadaan tersebut menyebabkan pengeringan yang terlalu cepat. Sedangkan suhu dan kelembaban nisbi yang sedang, dapat menghasilkan benih berkualitas paling tinggi (Justice dan Bass, 2002). Pengeringan dengan matahari memungkinkan dilakukan di berbagai tempat yang terkena sinar matahari secara langsung. Benih dapat disebar dan 5 diletakkan pada rak-rak yang rendah di bawah sinar matahari atau di atas rumah yang beratap datar atau dapat disebar di atas lantai jemur. Pada beberapa waktu tertentu, benih yang dikeringkan di bawah sinar matahari harus diaduk-aduk untuk mempercepat proses pengeringan dan memperoleh hasil pengeringan yang seragam. Pengeringan dengan matahari umumnya digunakan untuk benih yang tidak mudah dipisahkan dari cairan daging buahnya sehingga mempermudah proses produksi benih (Justice dan Bass, 2002). Hasil penelitian Herlina (2009) menyatakan metode pengeringan dengan sinar matahari selama 7 jam merupakan metode pengeringan yang efektif dan efisien pada musim kemarau (suhu berkisar antara 28-42 oC) untuk mendapatkan kadar air aman simpan secara cepat. Berdasarkan hasil penelitian terbaru diperoleh bahwa biji yang digunakan untuk benih dapat dikeringkan dengan cara penjemuran di bawah sinar matahari langsung selama 7 jam untuk mendapatkan kadar air aman simpan dengan waktu yang lebih cepat dan pengeringan di bawah sinar matahari langsung selama 7 jam tidak berdampak negatif terhadap kelangsungan hidup benih jarak pagar. Benih jarak pagar termasuk benih ortodoks. Benih jarak pagar harus dikeringkan sampai kadar air 5-7 % dan disimpan di tempat yang kedap udara. Benih jarak pagar memiliki kadar minyak yang tinggi (30 - 40 %), benih jarak pagar tidak dapat disimpan lama, kecuali dengan perlakuan khusus. Benih segar hasil panen biasanya menunjukkan masa dormansi (Hasnam dan Mahmud, 2005). Pembibitan Pembibitan dapat dilakukan di dalam plastik polybag, bedengan, persemaian, atau menanamnya langsung di lapang. Menanam langsung di lahan lebih praktis dan biaya yang dikeluarkan juga lebih murah, tetapi memiliki beberapa resiko sebagai berikut : (1) ketika menanam langsung di lapang pada musim hujan, jarak yang baru tumbuh akan langsung berkompetisi dengan gulma dan kemungkinan akar atau batangnya akan busuk. Keadaan ini akan lebih parah jika drainase di dalam lahan kurang baik, (2) pada awal musim hujan, batang setek akan diserang hama rayap, (3) ketika menanam langsung di lapang pada 6 musim kemarau, tanaman jarak akan membutuhkan penyiraman secara periodik dan mengeluarkan biaya yang tinggi (Prihandana dan Hendroko, 2006). Pembibitan di dalam polybag memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut : (1) proses penyiraman, pengendalian gulma, penyulaman, dan pengawasan lebih mudah dilakukan, (2) pengaplikasian pupuk hayati yang berfungsi sebagai pupuk seumur hidup lebih memungkinkan, (3) umur tanaman di lapangan dapat dipercepat 3 bulan karena dianjurkan pembibitan dibuat 3 bulan sebelum awal musim hujan, dan (4) memungkinkan untuk melakukan proses penyeleksian bibit yang sehat (Prihandana dan Hendroko, 2006). Benih jarak akan berkecambah tanpa perlakuan pendahuluan. Tidak dianjurkan membuang kulit biji sebelum tanam, walaupun cara ini dapat mempercepat perkecambahan, tetapi beresiko dihasilkannya tanaman yang abnormal. Jika kelembaban cukup, perkecambahan terjadi dalam 7-10 hari, kulit biji akan pecah, bakal akar tunggang terbentuk bersama dengan empat akar samping. Setelah terbentuk daun pertama, kotiledon akan gugur dan tanaman akan tumbuh dengan pola membentuk cabang (Hasnam dan Mahmud, 2005) Menurut Adikarsih dan Hartono (2007) benih jarak pagar yang dipanen pada saat buah berwarna kuning menghasilkan vigor dan daya berkecambah yang paling baik. Sehingga warna kuning pada kulit buah jarak dapat digunakan sebagai standar untuk melakukan panen. Panen yang paling efektif dilakukan adalah dengan panen individu pada buah jarak yang telah berwarna kuning. Copeland dan McDonald (1985) menyatakan bahwa kemasakan benih merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi mutu benih. Benih yang dipanen pada umur yang berbeda akan menghasilkan viabilitas benih yang berbeda. Benih yang telah mencapai masak fisiologis mempunyai perkecambahan maksimum karena embrio sudah terbentuk sempurna dan berat kering cadangan makanan belum maksimum. Benih yang lewat masak fisiologis mengalami penurunan viabilitas karena terjadi perubahan biokimia benih dan mengalami deraan cuaca selama di lapang. Menurut Santoso dan Purwoko (2008) untuk memperoleh benih jarak pagar yang berhasil berkecambah dan terus tumbuh menjadi bibit yang baik dalam 7 jumlah yang banyak, penanaman benih pada saat pembibitan sebaiknya dilakukan pada kedalaman 2-3 cm dengan posisi benih telungkup. Hasil penelitian Rahmasyahraini (2008) menunjukkan periode pengujian daya berkecambah yang direkomendasikan untuk benih jarak pagar yaitu hari ke-8 setelah pengecambahan (first count) dan hari ke-22 setelah pengecambahan (final count). Keadaan benih utuh dan dikecambahkan pada media pasir adalah perlakuan yang optimum untuk perkecambahan benih jarak pagar. Hasil penelitian Utomo (2008) menunjukkan benih jarak pagar mencapai masak fisiologis 52-57 hari setelah antesis (kuning sampai kuning kecoklatan atau hitam) memiliki daya berkecambah 88 %, potensi tumbuh maksimum 90 % dan kecepatan tumbuh maksimum 7,07 % KN/etmal, dan kadar air sudah mulai turun, yang merupakan saat panen yang tepat untuk benih. Warna buah berdasarkan umur hari setelah antesis (HSA) yaitu hijau (42 HSA), hijau kekuningan (47 HSA), kuning (52 HSA), dan kuning kecoklatan/ hitam (57 HSA). Hasil penelitian Herlina (2009) menunjukkan pemanenan buah jarak pada satu tingkat kemasakan buah warna kuning dan coklat kehitaman dapat dilakukan secara serempak, karena nilai presentase viabilitas total (PTM) dan viabilitas potensial (DB) yang dihasilkan telah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Puslitbangbun (>80%). Hasil Penelitian Napiah (2009) menunjukkan benih jarak pagar dengan tingkat kemasakan buah berwarna kuning memiliki daya simpan hingga lima bulan, sedangkan benih dengan tingkat kemasakan buah berwarna coklat hingga kehitaman hanya mampu mencapai tiga bulan masa simpan. Benih jarak pagar yang disimpan dalam kemasan plastik memiliki daya simpan hingga enam bulan. Benih jarak pagar yang disimpan dalam kemasan kaleng memiliki daya simpan hingga lima bulan. Benih jarak pagar yang disimpan dalam kemasan kain terigu, kain blacu, dan goni memiliki daya simpan hingga tiga bulan.