BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Tujuan Perusahaan Perusahaan atau perseroan adalah bisnis yang diatur sebagai badan hukum terpisah yang dimiliki oleh pemegang saham. Artinya, pemiliki perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas kewajiban-kewajiban perseroan (Brealey, et al., 2008:8). Perusahaan didirikan dengan maksud tertentu. Dalam ekonomi mikro, maksimisasi laba atau keuntungan sering disebut sebagai tujuan perusahaan. Maksimisasi laba menekankan pada pemanfaatan barang modal secara efisien, namun hal ini sama sekali tidak mengaitkan secara khusus besarnya keuntungan yang dihasilkan terhadap nilai waktu perolehannya (Keown, et al., 2011:4). Hal ini berarti manajer bisa saja memaksimisasi laba dengan jalan menekan biaya-biaya, misalnya biaya riset dan pengembangan, serta biaya pelatihan karyawan, sehingga keuntungan dapat ditingkatkan. Namun laba semacam ini sifatnya jangka pendek karena bagaimanapun perusahaan akan bertahan dalam usahanya apabila secara berkesinambungan melakukan riset dan pengembangan produk serta peka terhadap perubahan pasar. Konsep ekonomi mikro yang menggarisbawahi tujuan perusahaan sebagai lembaga yang memaksimisasi keuntungan pada akhirnya malah mendatangkan dua permasalahan penting di dunia nyata, yakni masalah waktu dan ketidakpastian (Keown, et al., 2008:5). Ekonomi mikro mengabaikan Universitas Sumatera Utara risiko dan ketidakpastian agar dapat menjelaskan teori dengan lebih mudah. Ekonomi mikro tidak memperhitungkan risiko dari setiap proyek yang diambil oleh perusahaan berkenaan dengan ketidakpastian di masa yang akan datang. Permasalahan lain adalah kealpaan dalam memperhitungkan lamanya waktu pengembalian proyek. Menurut Keown, et al., (2011:5), jika kita hanya mementingkan keuntungan saat ini, maka secara tidak semestinya kita sudah mengabaikan keuntungan di masa mendatang. Melihat masalah-masalah yang timbul, maka seharusnya tujuan perusahaan bukan untuk memaksimisasi keuntungan, melainkan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham (maximization wealth of stockholders) melalui maksimisasi nilai perusahaan (Sartono, 2010:8). Nilai perusahaan yang maksimal tidak mungkin dapat diperoleh jika manajemen mengabaikan kepentingan-kepentingan stakeholders, seperti karyawan, kreditur, pemasok, pemerintah, masyarakat, dan lain-lain. Oleh sebab itu, tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat dipandang sebagai tujuan akhir yang harus dicapai oleh manajer keuangan perusahaan (Sartono, 2010:9). 2.1.2 Nilai Perusahaan Nilai perusahaan adalah nilai pasar dari investasi yang dilakukan pemegang saham atas perusahaan pada saat ini (Brealey, et al., 2008:11). Untuk mencapainya, perusahaan harus bekerja untuk memaksimalkan harga saham biasa perusahaan (Brigham dan Houston, 2010:7). Karena itu, apabila perusahaan melakukan investasi yang bersifat spekulatif, maka akan ada Universitas Sumatera Utara kecenderungan harga saham akan turun karena risiko usahanya menjadi semakin besar (Sartono, 2010:9). Nilai perusahaan dapat diukur dengan menggunakan price to book value (PBV) untuk menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan (Sukirni, 2012). PBV dapat diukur dengan membandingkan harga pasar persaham dengan nilai buku persaham. Idealnya, harga pasar saham jika dibagi dengan nilai bukunya akan mendekati 1, tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa rasio ini akan lebih besar dari 1 terutama jika suatu perusahaan mengalami pertumbuhan yang meyakinkan (Tandelilin, 2010:323). 2.1.3 Keputusan Investasi Keputusan investasi adalah keputusan untuk berinvestasi dalam aset berwujud maupun tak berwujud. Keputusan investasi dimulai dengan identifikasi peluang investasi, yang sering disebut dengan proyek investasi modal. Karena itu, keputusan investasi dapat juga disebut sebagai keputusan penganggaran modal karena sebagian besar perusahaan mempersiapkan anggaran tahunan yang terdiri dari investasi modal yang disahkan (Brealey et al., 2008:4). Pada pasar yang kompetitif, sangat sulit bagi suatu bisnis untuk dapat menemukan proyek-proyek yang menguntungkan karena begitu banyak pesaing yang juga mengincar proyek yang sama. Tanpa adanya proyek dan gagasan baru, perusahaan tidak dapat tumbuh atau bahkan bertahan hidup untuk waktu yang lama, karena itu perusahaan terpaksa mendatangkan laba Universitas Sumatera Utara dari proyek yang ada dengan masa operasional yang terbatas (Keown et al., 2011:302). 2.1.4 Investment Opprotunity Set (IOS) Set peluang investasi atau investment opportunity set (IOS) adalah serangkaian alternatif investasi dengan tingkat risiko dan pengembalian yang berbeda-beda. Alternatif investasi tersebut kemudian diperingkatkan dari investasi terbaik ke investasi terburuk kemudian dipilih alternatif investasi yang paling menguntungkan (Sundjaja dan Barlian, 2002:78). Kesempatan investasi adalah suatu variabel yang tidak dapat diobservasi secara langsung, Karena itu, kesempatan investasi dapat diukur dengan menggunakan proksi-proksi yang dinilai dapat menggambarkan kesempatan investasi yang dimiliki suatu perusahaan. Proksi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut (Adam dan Goyal, 2007): 1. The Market-to-Book Assets Ratio (MBA ratio) The Market-to-Book Assets Ratio (MBA ratio) adalah proksi yang paling umum digunakan untuk mengukur kesempatan investasi. Nilai buku aset adalah proksi untuk mengukur aset yang ditempatkan, sementara nilai pasar aset adalah proksi yang digunakan untuk mengukur baik aset yang ditempatkan maupun kesempatan investasi. Semakin tinggi MBA ratio, maka kesempatan investasi perusahaan atas aset yang ditempatkan juga semakin besar. MBA ratio secara teori memang dapat menggambarkan kesempatan investasi, namun proksi ini memiliki kelemahan, misalnya dalam perhitungan MBA ratio dibutuhkan data-data yang sulit untuk diobservasi, misalnya nilai Universitas Sumatera Utara buku aset ketika nilainya tidak sama dengan nilai penggantian aset. Selain itu, MBA ratio banyak digunakan sebagai proksi untuk mengukur variabel lain, misalnya kinerja perusahaan, intangibles, kualitas manajemen, masalah keagenan, dan nilai perusahaan. 2. The Market-to-Book Equity Ratio (MBE ratio) MBE ratio adalah perbandingan antara nilai pasar ekuitas dengan nilai buku ekuitas. Nilai pasar ekuitas mengukur nilai sekarang dari aliran kas di masa yang akan datang atas ekuitas pemilik, baik aset yang ditempatkan maupun peluang investasi di masa yang akan datang, sementara nilai buku ekuitas merepresentasikan nilai terakumulasi yang dihasilkan hanya oleh aset yang ada. Dengan kata lain, MBE ratio merepresentasikan perpaduan aliran kas aset yang ditempatkan dengan kesempatan investasi di masa yang akan datang. Kelemahan MBE ratio salah satunya sama dengan MBA ratio, yakni digunakan untuk mengukur variabel lain, misalnya kinerja perusahaan. Selain itu, rasio ini juga tidak dapat menggambarkan kesempatan investasi suatu perusahaan dengan pertumbuhan yang rendah yang mana memiliki proporsi hutang yang lebih besar dibandingkan modal sendiri dalam struktur modalnya. 3. The Earnings-Price Ratio (EP Ratio) Proksi lain yang dapat digunakan untuk mengukur kesempatan investasi adalah Earning Price Ratio (EP Ratio) atau kebalikannya Price Earning Ratio (PER). Menurut Chung dan Charoenwong (dalam Tim dan Goyal, 2007), rasio EP yang semakin tinggi menunjukkan nilai ekuitas yang semakin besar karena Universitas Sumatera Utara aset ditempatkan relatif terhadap peluang pertumbuhan. Kelemahan EP ratio adalah rasio ini juga banyak digunakan untuk mengukur variabel lain serta tidak dapat menggambarkan kesempatan investasi jika suatu perusahaan menghasilkan laba nol atau minus. 4. The Ratio of Capital Expenditures over the Net Book Value of Plant Property and Equipment (CAPX/PPE ratio) Proksi ini digunakan untuk mengukur peluang investasi karena belanja modal sebagian besar mengarah pada perolehan peluang investasi baru. Perusahaan yang melakukan belanja modal lebih banyak akan memperoleh peluang investasi yang lebih banyak daripada perusahaan yang melakukan lebih sedikit belanja modal. 2.1.5 Masalah Keagenan Agen adalah orang yang diberi kekuasaan untuk bertindak atas nama yang lain, yang dikenal sebagai prinsipal. Hubungan keagenan adalah kontrak antara prinsipal dengan agen dimana prinsipal mendelegasikan wewenang yang dimilikinya atas perusahaan kepada agen, termasuk kewenangan dalam hal pengambilan keputusan (Jensen dan Meckling, 1976). Dalam konteks perusahaan, pemegang saham adalah prinsipal, sementara dewan direksi, CEO, dan para eksekutif perusahaan adalah agen (perantara) dari pemegang saham (Keown, et al., 2008:18). Pemilik yang sekaligus manajer tidak memiliki konflik kepentingan dalam manajemen bisnis. Mereka bekerja untuk diri sendiri, meraih Universitas Sumatera Utara penghargaan atas kerja yang baik dan menderita hukuman atas kinerja yang buruk. Kesejahteraan pribadi mereka terikat dengan nilai perusahaan (Brealey et al., 2008:16). Namun bagi perusahaan besar, pemilik perusahaan belum tentu adalah manajer perusahaan tersebut. Hal ini menjadi awal dari benturan kepentingan antara keduanya yang sering disebut masalah keagenan. Masalah keagenan adalah masalah yang timbul dari konflik kepentingan antara manajer (agen pemegang saham) dengan pemegang saham (Keown, et al., 2008:18). Para pemegang saham tidak mungkin melakukan pengawasan setiap hari hanya untuk memastikan bahwa para staf manajemen bekerja untuk memaksimalkan kesejahteraan mereka. Untuk itu, ada beberapa pengaturan yang membantu memastikan agar pemegang saham dan manajer bekerja untuk mencapai tujuan bersama (Brealey et al., 2008:16): 1. Rencana Kompensasi Manajer didorong oleh skema insentif yang memberikan pengembalian besar jika pemegang saham mendapatkan untung, tetapi tidak bernilai jika pemegang saham mendapatkan untung. Skema kompensasi yang dirancang dengan baik mendorong manajemen untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham, sebaliknya skema yang tidak dirancang dengan baik malah akan menguntungkan manajer yang memiliki kinerja yang buruk. 2. Dewan Direksi Dewan direksi sering digambarkan sebagai pendukung manajemen puncak yang pasif, tetapi ketika kinerja mulai merosot dan manajer tidak menawarkan rencana pemulihan yang terpercaya, maka dewan akan Universitas Sumatera Utara bertindak, misalnya dengan melakukan penggantian terhadap manajer yang berkinerja rendah. Karena itu, jika pemegang saham percaya bahwa perusahaan berkinerja rendah dan dewan direksi tidak cukup agresif mengawasi manajer bertugas, mereka dapat mencoba untuk menggantikan dewan pada pemilihan berikutnya. Pemegang saham yang berseberangan akan berusaha untuk meyakinkan pemegang saham lain untuk memilih daftar calon mereka menduduki dewan. 3. Pengambilalihan Perusahaan yang berkinerja buruk cenderung akan diambil alih oleh perusahaan lain. Setelah pengambilalihan, tim manajemen lama akan didepak keluar. 4. Pemantauan Spesialis Manajer menjadi sasaran investigasi para spesialis. Tindakan mereka dipantau oleh para analis sekuritas yang memberi nasihat pada investor untuk membeli, menahan, atau menjual saham perusahaan. Mereka juga dikaji oleh bank yang memantau dengan tajam kemajuan perusahaan yang menerima pinjaman dari bank. 5. Persyaratan Hukum dan Peraturan CEO dan manajer keuangan memiliki tugas hukum untuk bertindak, bertanggung jawab, dan selalu sesuai dengan kepentingan investor. Universitas Sumatera Utara 2.1.6 Kepemilikan Institusional Secara teori, pemegang saham sebagai agen adalah pihak yang berperan penting dalam mengontrol kegiatan manajemen. Pemegang saham dinilai sebagai pihak yang dapat membuat keputusan, seperti mengangkat atau memberhentikan karyawan dalam perusahaan, membuat pengaturan insentif, merencanakan investasi dan kebijakan arus kas, serta kebijakan penting lainnya. Hal ini hanya mungkin dapat dilakukan oleh pemegang saham yang adalah institusi karena institusi memiliki kemampuan untuk melakukan koordinasi sedemikian rupa sehingga perusahaan dapat menciptakan keuntungan pada tingkat biaya yang efektif (Clay, 2001). Menurut Tarjo (2008), kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi tindakan manajemen melakukan manajemen laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Boediono, dalam Nuraina, 2012). 2.1.7 Keputusan Pendanaan Keputusan pendanaan adalah bentuk dan jumlah pendanaan investasi suatu perusahaan (Brealey, et al., 2008:6). Untuk melakukan kegiatan operasi dan investasi, perusahaan membutuhkan sejumlah dana. Dana tersebut dapat Universitas Sumatera Utara berasal dari dalam maupun luar perusahaan. Perusahaan dapat mengundang investor untuk menanamkan kas sebagai ganti bagian laba di masa depan atau menjanjikan untuk menggantikan uang investor tersebut dengan bunga tetap. Pada keadaan pertama, ini berarti investor bertindak sebagai pemegang saham atau disebut sebagai investor ekuitas yang berkontribusi terhadap pendanaan ekuitas dan keadaan kedua investor bertindak sebagai investor hutang yang suatu hari harus mendapatkan pelunasan (Brealey, et al., 2008:6). Manajemen harus dengan matang mempertimbangkan penggunaan dana, baik melalui saham atau hutang agar perusahaan tidak terbebani oleh kewajiban, baik jangka panjang maupun jangka pendek, yang mungkin tidak sebanding dengan nilai ekonomis yang dihasilkan melalui pemanfaatan dana yang diperoleh. Keputusan dalam rangka menetapkan proporsi pendanaan, baik melalui hutang atau ekuitas disebut dengan keputusan struktur modal. 2.1.8 Kebijakan Hutang Hutang adalah uang yang telah dipinjam dan harus dibayar kembali pada tanggal yang telah ditentukan (Keown et al., 2008:39). Hutang juga dapat didefinisikan sebagai sejumlah kas yang diberikan oleh investor dengan harapan akan pelunasan kas tersebut di masa mendatang plus tingkat bunga yang tetap (Brealey, et al., 2008:6). Hutang atau kewajiban (debt) terbagi menjadi kewajiban jangka panjang dan kewajiban jangka pendek. Kewajiban jangka panjang adalah hutang yang berjangka waktu satu tahun, sementara kewajiban jangka panjang adalah hutang yang akan dibayar dalam waktu lebih dari satu tahun (Horne dan Wachowicz, 2005:194). Universitas Sumatera Utara Seiring dengan pertumbuhannya, perusahaan membutuhkan dana yang semakin besar dan tampaknya seluruh dana tersebut akan sulit didapatkan jika hanya mengandalkan modal sendiri. Perusahaan membutuhkan dana tambahan dari pihak eksternal. Perusahaan harus membuat sebuah kebijakan sedemikian rupa dalam rangka penetapan seberapa besar tingkat hutang yang paling optimal untuk mendanai perusahaan. Perusahaan harus memperhitungkan risiko. Semakin besar risiko bisnis, maka semakin tidak perlu pendanaan hutang jika secara relatif dibandingkan dengan pendanaan melalui saham biasa (Horne dan Wachowicz, 2005:200). Kondisi keuangan dan kinerja perusahaan juga mempengaruhi jenis pendanaan yang digunakan. Pendanaan hutang akan menjadi lebih menarik seiring dengan meningkatnya likuiditas, kondisi keuangan, dan profitabilitas (Horne dan Wachowicz, 2005:200). Rasio leverage adalah rasio yang digunakan untuk menilai seberapa besar penggunaan hutang dalam pembiayaan perusahaan (Brigham dan Houston, 2010:140). Salah satu rasio leverage adalah kebijakan hutang terhadap ekuitas (debt to equity ratio-DER). Rasio ini membagi total hutang dengan ekuitas pemegang saham. Semakin rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham, dan semakin besar perlindungan bagi kreditor (margin perlindungan) jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian besar (Horne dan Wachowicz, 2005:209). Universitas Sumatera Utara 2.2. Penelitian Terdahulu Pada Tabel 2.1 disajikan penelitian-penelitian yang menganalisis variabelvariabel yang mempengaruhi nilai perusahaan: Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Peneliti Dwi Sukirni Elva Nuraina Tahun 2012 2012 Judul Penelitian Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, dan Kebijakan Hutang Analisis terhadap Nilai Perusahaan Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang dan Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Variabel Penelitian Dependen: Price to Book Value (PBV). Teknik Analisis Analisis Regresi Linear Berganda Independen: Persentase saham yang dimiliki manajer, Persentase saham yang dimiliki institusi, DPR, DER. Dependen: DER, PBV. Independen: Kepemilikan institusi, total aset perusahaan. Regresi Linear Berganda Hasil Penelitian 1. Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. 2. Kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. 3. Kebijakan dividen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. 4. Hutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. 5. Secara simultan, kepemilikan manajerial, institusional, kebijakan dividen, dan hutang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 1. Kepemilikan institusi berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan 2. Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan 3. Kepemilikan institusional Universitas Sumatera Utara Bursa Efek Indonesia) 4. Tarjo 2008 Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional dan Leverage terhadap Manajemen Laba, Nilai Pemegang Saham, serta Cost of Equity Capital Dependen: Cost of Equty Capital (COC). Dependen (intervening): discretionary accruals, PBV. Independen: Kepemilikan institusional, DER. Partial Least Square (PLS) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang Kepemilikan institusi berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba Kepemilikan institusi berpengaruh positif signifikan terhadap nilai pemegang saham Kepemilikan institusi berpengaruh positif signifikan terhadap cost of equity capital Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap nilai pemegang saham Manajemen laba berpengaruh positif signifikan terhadap nilai pemegang saham Manajemen laba berpengaruh positif signifikan terhadap cost of equity capital Nilai pemegang saham berpengaruh positif signifikan terhadap cost of equity capital Universitas Sumatera Utara Tedi Rustendi dan Farid Jimmi 2008 Mirna Amirya dan Sari Atmini 2008 Pengaruh Hutang dan Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur (Survey pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta) Dependen: Nilai pasar: Debt + Equity. Determinan Tingkat Hutang serta Hubungan Tingkat Hutang terhadap Nilai Perusahaan: Perspektif Pecking Order Theory Dependen: Total hutang/ (total hutang + ekuitas) Analisis Regresi Linear Berganda Independen: persentase kepemilikan manajer dan total hutang. Path Analysis Independen: Dividen, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan total aktiva Tim Adam dan Vidhan K. Goyal 2007 The Investment Opportunity Set and Its Proxy Variables 1. 2. 3. 4. MBA ratio MBE ratio EP ratio CAPX/PPE ratio Sujoko dan Ugy Soebiantoro 2007 Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Internal, dan Faktor Eksternal terhadap Nilai Perusahaan Dependen: DER, PBV Independen: Kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, suku bunga, pertumbuhan pasar, profitabilitas, dividen, pasar, Real options approach Analisis SEM 1. Secara simultan, hutang dan kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan 2. Hutang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan 3. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan 1. Kebijakan dividen dan profitabilitas memiliki hubungan negatif terhadap hutang 2. Pertumbuhan total aset berpengaruh positif terhadap hutang 3. Hutang berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan 1. MBA ratio memberikan informasi terbaik untuk menggambarkan peluang investasi dibandingkan MBE ratio dan EP ratio 2. CAPX/PPE ratio tidak dapat menggambarkan kesempatan investasi 1. Kepemilikan institusi, suku bunga, dan profit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap leverage 2. Pertumbuhan pasar, dividen, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap leverage Universitas Sumatera Utara ukuran perusahaan Sri Hasnawati Darin G. Clay 2005 2001 Dampak Set Peluang Investasi terhadap Nilai Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta Institutional, CEO, Incentives, and Firm Value Dependen: market value, excess return to market, spread value over cost. Independen: total assets growth, MBA ratio, EP ratio, ratio capital expenditure to BBA, current assets to total assets. Dependen: Tobin’s Q Measurement model, permodelan struktural 3. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap leverage dan nilai perusahaan 4. Kepemilikan institusi dan suku bunga berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan 5. Pertumbuhan pasar, profitabilitas, pembagian dividen, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan 6. Pangsa pasar tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan Set peluang investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Regresi Linear Sederhana Kepemilikan institusi berpengaruh terhadap nilai perusahaan Independen: Persentase saham yang dimiliki institusi Universitas Sumatera Utara 2.3 Kerangka Konseptual Nilai perusahaan adalah nilai pasar saham yang tercermin melalui harga saham perusahaan di pasar. Setiap perusahaan dituntut bukan hanya untuk memaksimalkan laba perusahaan, tetapi juga memaksimumkan kesejahteraan pemegang sahamnya dengan jalan meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan akan membuat perusahaan tersebut dapat tumbuh, berkembang, dan kokoh dalam jangka panjang. Dalam melakukan operasinya, perusahaan harus membuat dua keputusan, yakni keputusan investasi dan keputusan pendanaan. Keputusan investasi adalah keputusan yang menjadi dasar bagi perusahaan untuk melakukan investasi, baik pada aset berwujud maupun tidak berwujud. Sebelum melakukan investasi, perusahaan perlu mengidentifikasi peluang-peluang investasi di masa depan yang disesuaikan dengan aset yang ada pada saat ini. Kondisi ketidakpastian dan persaingan yang semakin kompetitif menuntut perusahaan untuk mampu menetapkan pilihan investasi-investasi di masa mendatang yang dapat menguntungkan dan mempertahankan eksistensi perusahaan. Keputusan pendanaan mencakup keputusan yang harus diambil perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan pembiayaannya, baik menggunakan modal sendiri atau hutang. Perusahaan harus dapat menetapkan proporsi penggunaan hutang dan modal sendiri dengan tepat agar tidak terjadi permasalahan di masa depan. Penggunaan jumlah hutang yang terlalu banyak atau terlalu sedikit akan mengganggu kegiatan operasi perusahaan dan akan mengganggu perolehan laba. Kinerja perusahaan yang buruk ini akan menyebabkan sentimen negatif dari pasar Universitas Sumatera Utara yang pada akhirnya akan menurunkan nilai perusahaan. Horne dan Wachowicz (2005:2) menyatakan bahwa jika manajer keuangan memiliki kemampuan dalam beradaptasi dengan perubahan, menggalang dana, berinvestasi dalam aktiva, serta melakukan pengelolaan secara bijak, maka akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan. Dalam melaksanakan aktivitas untuk memaksimalkan nilai, sering sekali terjadi benturan antara kepentingan pemegang saham dengan manajemen perusahaan. Pemegang saham cenderung mengharapkan dividen yang tinggi atas kepemilikan sahamnya, sementara manajemen perusahaan cenderung menginginkan laba yang didapatkan saat ini dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan laba perusahaan di masa mendatang agar manajemen dapat memperoleh insentif dan gaji yang lebih besar. Pertentangan antara manajemen dan pemegang saham pada akhirnya dapat diselesaikan salah satunya dengan adanya kepemilikan saham institusional. Institusi sebagai sebuah lembaga dinilai mampu mengawasi dan mengontrol kinerja manajemen agar tetap pada tujuannya, yakni memaksimalkan nilai perusahaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Morck, et al. (1989) yang menyatakan bahwa tingkat kepemilikan institusional dalam proporsi yang cukup besar akan mempengaruhi nilai pasar perusahaan. Dasar argumentasi ini adalah semakin besar tingkat kepemilikan saham oleh institusi, maka semakin efektif pula mekanisme kontrol terhadap kinerja manajemen. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka dapat ditetapkan kerangka konseptual seperti pada Gambar 2.1: Universitas Sumatera Utara Investment Opportunity Set Kebijakan Hutang Nilai Perusahaan Kepemilikan Institusional Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah investment opportunity set, kebijakan hutang, dan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Universitas Sumatera Utara