BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Tujuan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1 Tujuan Perusahaan
Perusahaan atau perseroan adalah bisnis yang diatur sebagai badan
hukum terpisah yang dimiliki oleh pemegang saham. Artinya, pemiliki
perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas kewajiban-kewajiban
perseroan (Brealey, et al., 2008:8).
Perusahaan didirikan dengan maksud tertentu. Dalam ekonomi mikro,
maksimisasi laba atau keuntungan sering disebut sebagai tujuan perusahaan.
Maksimisasi laba menekankan pada pemanfaatan barang modal secara efisien,
namun hal ini sama sekali tidak mengaitkan secara khusus besarnya
keuntungan yang dihasilkan terhadap nilai waktu perolehannya (Keown, et al.,
2011:4). Hal ini berarti manajer bisa saja memaksimisasi laba dengan jalan
menekan biaya-biaya, misalnya biaya riset dan pengembangan, serta biaya
pelatihan karyawan, sehingga keuntungan dapat ditingkatkan. Namun laba
semacam ini sifatnya jangka pendek karena bagaimanapun perusahaan akan
bertahan dalam usahanya apabila secara berkesinambungan melakukan riset
dan pengembangan produk serta peka terhadap perubahan pasar.
Konsep ekonomi mikro yang menggarisbawahi tujuan perusahaan
sebagai lembaga yang memaksimisasi keuntungan pada akhirnya malah
mendatangkan dua permasalahan penting di dunia nyata, yakni masalah waktu
dan ketidakpastian (Keown, et al., 2008:5). Ekonomi mikro mengabaikan
Universitas Sumatera Utara
risiko dan ketidakpastian agar dapat menjelaskan teori dengan lebih mudah.
Ekonomi mikro tidak memperhitungkan risiko dari setiap proyek yang diambil
oleh perusahaan berkenaan dengan ketidakpastian di masa yang akan datang.
Permasalahan lain adalah kealpaan dalam memperhitungkan lamanya waktu
pengembalian proyek. Menurut Keown, et al., (2011:5), jika kita hanya
mementingkan keuntungan saat ini, maka secara tidak semestinya kita sudah
mengabaikan keuntungan di masa mendatang.
Melihat masalah-masalah yang timbul, maka seharusnya tujuan
perusahaan
bukan
untuk
memaksimisasi
keuntungan,
melainkan
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham (maximization wealth of
stockholders) melalui maksimisasi nilai perusahaan (Sartono, 2010:8). Nilai
perusahaan yang maksimal tidak mungkin dapat diperoleh jika manajemen
mengabaikan
kepentingan-kepentingan
stakeholders,
seperti
karyawan,
kreditur, pemasok, pemerintah, masyarakat, dan lain-lain. Oleh sebab itu,
tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat dipandang
sebagai tujuan akhir yang harus dicapai oleh manajer keuangan perusahaan
(Sartono, 2010:9).
2.1.2 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan adalah nilai pasar dari investasi yang dilakukan
pemegang saham atas perusahaan pada saat ini (Brealey, et al., 2008:11).
Untuk mencapainya, perusahaan harus bekerja untuk memaksimalkan harga
saham biasa perusahaan (Brigham dan Houston, 2010:7). Karena itu, apabila
perusahaan melakukan investasi yang bersifat spekulatif, maka akan ada
Universitas Sumatera Utara
kecenderungan harga saham akan turun karena risiko usahanya menjadi
semakin besar (Sartono, 2010:9).
Nilai perusahaan dapat diukur dengan menggunakan price to book value
(PBV) untuk menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku
saham suatu perusahaan (Sukirni, 2012). PBV dapat diukur dengan
membandingkan harga pasar persaham dengan nilai buku persaham. Idealnya,
harga pasar saham jika dibagi dengan nilai bukunya akan mendekati 1, tetapi
tidak tertutup kemungkinan bahwa rasio ini akan lebih besar dari 1 terutama
jika suatu perusahaan mengalami pertumbuhan yang meyakinkan (Tandelilin,
2010:323).
2.1.3 Keputusan Investasi
Keputusan investasi adalah keputusan untuk berinvestasi dalam aset
berwujud maupun tak berwujud. Keputusan investasi dimulai dengan
identifikasi peluang investasi, yang sering disebut dengan proyek investasi
modal. Karena itu, keputusan investasi dapat juga disebut sebagai keputusan
penganggaran modal karena sebagian besar perusahaan mempersiapkan
anggaran tahunan yang terdiri dari investasi modal yang disahkan (Brealey et
al., 2008:4).
Pada pasar yang kompetitif, sangat sulit bagi suatu bisnis untuk dapat
menemukan proyek-proyek yang menguntungkan karena begitu banyak
pesaing yang juga mengincar proyek yang sama. Tanpa adanya proyek dan
gagasan baru, perusahaan tidak dapat tumbuh atau bahkan bertahan hidup
untuk waktu yang lama, karena itu perusahaan terpaksa mendatangkan laba
Universitas Sumatera Utara
dari proyek yang ada dengan masa operasional yang terbatas (Keown et al.,
2011:302).
2.1.4 Investment Opprotunity Set (IOS)
Set peluang investasi atau investment opportunity set (IOS) adalah
serangkaian alternatif investasi dengan tingkat risiko dan pengembalian yang
berbeda-beda. Alternatif investasi tersebut kemudian diperingkatkan dari
investasi terbaik ke investasi terburuk kemudian dipilih alternatif investasi
yang paling menguntungkan (Sundjaja dan Barlian, 2002:78).
Kesempatan investasi adalah suatu variabel yang tidak dapat diobservasi
secara langsung, Karena itu, kesempatan investasi dapat diukur dengan
menggunakan proksi-proksi yang dinilai dapat menggambarkan kesempatan
investasi yang dimiliki suatu perusahaan. Proksi yang dapat digunakan adalah
sebagai berikut (Adam dan Goyal, 2007):
1. The Market-to-Book Assets Ratio (MBA ratio)
The Market-to-Book Assets Ratio (MBA ratio) adalah proksi yang paling
umum digunakan untuk mengukur kesempatan investasi. Nilai buku aset
adalah proksi untuk mengukur aset yang ditempatkan, sementara nilai pasar
aset adalah proksi yang digunakan untuk mengukur baik aset yang ditempatkan
maupun kesempatan investasi. Semakin tinggi MBA ratio, maka kesempatan
investasi perusahaan atas aset yang ditempatkan juga semakin besar.
MBA ratio secara teori memang dapat menggambarkan kesempatan
investasi, namun proksi ini memiliki kelemahan, misalnya dalam perhitungan
MBA ratio dibutuhkan data-data yang sulit untuk diobservasi, misalnya nilai
Universitas Sumatera Utara
buku aset ketika nilainya tidak sama dengan nilai penggantian aset. Selain itu,
MBA ratio banyak digunakan sebagai proksi untuk mengukur variabel lain,
misalnya kinerja perusahaan, intangibles, kualitas manajemen, masalah
keagenan, dan nilai perusahaan.
2. The Market-to-Book Equity Ratio (MBE ratio)
MBE ratio adalah perbandingan antara nilai pasar ekuitas dengan nilai
buku ekuitas. Nilai pasar ekuitas mengukur nilai sekarang dari aliran kas di
masa yang akan datang atas ekuitas pemilik, baik aset yang ditempatkan
maupun peluang investasi di masa yang akan datang, sementara nilai buku
ekuitas merepresentasikan nilai terakumulasi yang dihasilkan hanya oleh aset
yang ada. Dengan kata lain, MBE ratio merepresentasikan perpaduan aliran
kas aset yang ditempatkan dengan kesempatan investasi di masa yang akan
datang.
Kelemahan MBE ratio salah satunya sama dengan MBA ratio, yakni
digunakan untuk mengukur variabel lain, misalnya kinerja perusahaan. Selain
itu, rasio ini juga tidak dapat menggambarkan kesempatan investasi suatu
perusahaan dengan pertumbuhan yang rendah yang mana memiliki proporsi
hutang yang lebih besar dibandingkan modal sendiri dalam struktur modalnya.
3. The Earnings-Price Ratio (EP Ratio)
Proksi lain yang dapat digunakan untuk mengukur kesempatan investasi
adalah Earning Price Ratio (EP Ratio) atau kebalikannya Price Earning Ratio
(PER). Menurut Chung dan Charoenwong (dalam Tim dan Goyal, 2007), rasio
EP yang semakin tinggi menunjukkan nilai ekuitas yang semakin besar karena
Universitas Sumatera Utara
aset ditempatkan relatif terhadap peluang pertumbuhan. Kelemahan EP ratio
adalah rasio ini juga banyak digunakan untuk mengukur variabel lain serta
tidak dapat menggambarkan kesempatan investasi jika suatu perusahaan
menghasilkan laba nol atau minus.
4. The Ratio of Capital Expenditures over the Net Book Value of Plant
Property and Equipment (CAPX/PPE ratio)
Proksi ini digunakan untuk mengukur peluang investasi karena belanja
modal sebagian besar mengarah pada perolehan peluang investasi baru.
Perusahaan yang melakukan belanja modal lebih banyak akan memperoleh
peluang investasi yang lebih banyak daripada perusahaan yang melakukan
lebih sedikit belanja modal.
2.1.5 Masalah Keagenan
Agen adalah orang yang diberi kekuasaan untuk bertindak atas nama
yang lain, yang dikenal sebagai prinsipal. Hubungan keagenan adalah kontrak
antara prinsipal dengan agen dimana prinsipal mendelegasikan wewenang yang
dimilikinya atas perusahaan kepada agen, termasuk kewenangan dalam hal
pengambilan keputusan (Jensen dan Meckling, 1976). Dalam konteks
perusahaan, pemegang saham adalah prinsipal, sementara dewan direksi, CEO,
dan para eksekutif perusahaan adalah agen (perantara) dari pemegang saham
(Keown, et al., 2008:18).
Pemilik yang sekaligus manajer tidak memiliki konflik kepentingan
dalam manajemen bisnis. Mereka bekerja untuk diri sendiri, meraih
Universitas Sumatera Utara
penghargaan atas kerja yang baik dan menderita hukuman atas kinerja yang
buruk. Kesejahteraan pribadi mereka terikat dengan nilai perusahaan (Brealey
et al., 2008:16). Namun bagi perusahaan besar, pemilik perusahaan belum
tentu adalah manajer perusahaan tersebut. Hal ini menjadi awal dari benturan
kepentingan antara keduanya yang sering disebut masalah keagenan. Masalah
keagenan adalah masalah yang timbul dari konflik kepentingan antara manajer
(agen pemegang saham) dengan pemegang saham (Keown, et al., 2008:18).
Para pemegang saham tidak mungkin melakukan pengawasan setiap hari
hanya untuk memastikan bahwa para staf manajemen bekerja untuk
memaksimalkan kesejahteraan mereka. Untuk itu, ada beberapa pengaturan
yang membantu memastikan agar pemegang saham dan manajer bekerja untuk
mencapai tujuan bersama (Brealey et al., 2008:16):
1. Rencana Kompensasi
Manajer didorong oleh skema insentif yang memberikan pengembalian besar
jika pemegang saham mendapatkan untung, tetapi tidak bernilai jika
pemegang saham mendapatkan untung. Skema kompensasi yang dirancang
dengan baik mendorong manajemen untuk memaksimalkan kekayaan
pemegang saham, sebaliknya skema yang tidak dirancang dengan baik malah
akan menguntungkan manajer yang memiliki kinerja yang buruk.
2. Dewan Direksi
Dewan direksi sering digambarkan sebagai pendukung manajemen puncak
yang pasif, tetapi ketika kinerja mulai merosot dan manajer tidak
menawarkan rencana pemulihan yang terpercaya, maka dewan akan
Universitas Sumatera Utara
bertindak, misalnya dengan melakukan penggantian terhadap manajer yang
berkinerja rendah. Karena itu, jika pemegang saham percaya bahwa
perusahaan berkinerja rendah dan dewan direksi tidak cukup agresif
mengawasi manajer bertugas, mereka dapat mencoba untuk menggantikan
dewan pada pemilihan berikutnya. Pemegang saham yang berseberangan
akan berusaha untuk meyakinkan pemegang saham lain untuk memilih daftar
calon mereka menduduki dewan.
3. Pengambilalihan
Perusahaan yang berkinerja buruk cenderung akan diambil alih oleh
perusahaan lain. Setelah pengambilalihan, tim manajemen lama akan didepak
keluar.
4. Pemantauan Spesialis
Manajer menjadi sasaran investigasi para spesialis. Tindakan mereka dipantau
oleh para analis sekuritas yang memberi nasihat pada investor untuk membeli,
menahan, atau menjual saham perusahaan. Mereka juga dikaji oleh bank yang
memantau dengan tajam kemajuan perusahaan yang menerima pinjaman dari
bank.
5. Persyaratan Hukum dan Peraturan
CEO dan manajer keuangan memiliki tugas hukum untuk bertindak,
bertanggung jawab, dan selalu sesuai dengan kepentingan investor.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Kepemilikan Institusional
Secara teori, pemegang saham sebagai agen adalah pihak yang berperan
penting dalam mengontrol kegiatan manajemen. Pemegang saham dinilai
sebagai pihak yang dapat membuat keputusan, seperti mengangkat atau
memberhentikan karyawan dalam perusahaan, membuat pengaturan insentif,
merencanakan investasi dan kebijakan arus kas, serta kebijakan penting
lainnya. Hal ini hanya mungkin dapat dilakukan oleh pemegang saham yang
adalah institusi karena institusi memiliki kemampuan untuk melakukan
koordinasi sedemikian
rupa
sehingga
perusahaan
dapat
menciptakan
keuntungan pada tingkat biaya yang efektif (Clay, 2001).
Menurut Tarjo (2008), kepemilikan institusional adalah kepemilikan
saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan
asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain.
Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak
manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi
tindakan manajemen melakukan manajemen laba. Persentase saham tertentu
yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan
keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai
kepentingan pihak manajemen (Boediono, dalam Nuraina, 2012).
2.1.7 Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan adalah bentuk dan jumlah pendanaan investasi
suatu perusahaan (Brealey, et al., 2008:6). Untuk melakukan kegiatan operasi
dan investasi, perusahaan membutuhkan sejumlah dana. Dana tersebut dapat
Universitas Sumatera Utara
berasal dari dalam maupun luar perusahaan. Perusahaan dapat mengundang
investor untuk menanamkan kas sebagai ganti bagian laba di masa depan atau
menjanjikan untuk menggantikan uang investor tersebut dengan bunga tetap.
Pada keadaan pertama, ini berarti investor bertindak sebagai pemegang saham
atau disebut sebagai investor ekuitas yang berkontribusi terhadap pendanaan
ekuitas dan keadaan kedua investor bertindak sebagai investor hutang yang
suatu hari harus mendapatkan pelunasan (Brealey, et al., 2008:6).
Manajemen harus dengan matang mempertimbangkan penggunaan dana,
baik melalui saham atau hutang agar perusahaan tidak terbebani oleh
kewajiban, baik jangka panjang maupun jangka pendek, yang mungkin tidak
sebanding dengan nilai ekonomis yang dihasilkan melalui pemanfaatan dana
yang diperoleh. Keputusan dalam rangka menetapkan proporsi pendanaan, baik
melalui hutang atau ekuitas disebut dengan keputusan struktur modal.
2.1.8 Kebijakan Hutang
Hutang adalah uang yang telah dipinjam dan harus dibayar kembali pada
tanggal yang telah ditentukan (Keown et al., 2008:39). Hutang juga dapat
didefinisikan sebagai sejumlah kas yang diberikan oleh investor dengan
harapan akan pelunasan kas tersebut di masa mendatang plus tingkat bunga
yang tetap (Brealey, et al., 2008:6). Hutang atau kewajiban (debt) terbagi
menjadi kewajiban jangka panjang dan kewajiban jangka pendek. Kewajiban
jangka panjang adalah hutang yang berjangka waktu satu tahun, sementara
kewajiban jangka panjang adalah hutang yang akan dibayar dalam waktu lebih
dari satu tahun (Horne dan Wachowicz, 2005:194).
Universitas Sumatera Utara
Seiring dengan pertumbuhannya, perusahaan membutuhkan dana yang
semakin besar dan tampaknya seluruh dana tersebut akan sulit didapatkan jika
hanya mengandalkan modal sendiri. Perusahaan membutuhkan dana tambahan
dari pihak eksternal. Perusahaan harus membuat sebuah kebijakan sedemikian
rupa dalam rangka penetapan seberapa besar tingkat hutang yang paling
optimal untuk mendanai perusahaan.
Perusahaan harus memperhitungkan risiko. Semakin besar risiko bisnis,
maka semakin tidak perlu pendanaan hutang jika secara relatif dibandingkan
dengan pendanaan melalui saham biasa (Horne dan Wachowicz, 2005:200).
Kondisi keuangan dan kinerja perusahaan juga mempengaruhi jenis pendanaan
yang digunakan. Pendanaan hutang akan menjadi lebih menarik seiring dengan
meningkatnya likuiditas, kondisi keuangan, dan profitabilitas (Horne dan
Wachowicz, 2005:200).
Rasio leverage adalah rasio yang digunakan untuk menilai seberapa besar
penggunaan hutang dalam pembiayaan perusahaan (Brigham dan Houston,
2010:140). Salah satu rasio leverage adalah kebijakan hutang terhadap ekuitas
(debt to equity ratio-DER). Rasio ini membagi total hutang dengan ekuitas
pemegang saham. Semakin rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan
perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham, dan semakin besar
perlindungan bagi kreditor (margin perlindungan) jika terjadi penyusutan nilai
aktiva atau kerugian besar (Horne dan Wachowicz, 2005:209).
Universitas Sumatera Utara
2.2. Penelitian Terdahulu
Pada Tabel 2.1 disajikan penelitian-penelitian yang menganalisis variabelvariabel yang mempengaruhi nilai perusahaan:
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Peneliti
Dwi
Sukirni
Elva
Nuraina
Tahun
2012
2012
Judul Penelitian
Kepemilikan
Manajerial,
Kepemilikan
Institusional,
Kebijakan
Dividen, dan
Kebijakan
Hutang Analisis
terhadap Nilai
Perusahaan
Pengaruh
Kepemilikan
Institusional dan
Ukuran
Perusahaan
terhadap
Kebijakan
Hutang dan Nilai
Perusahaan (Studi
pada Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di
Variabel
Penelitian
Dependen:
Price to Book
Value (PBV).
Teknik
Analisis
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Independen:
Persentase
saham yang
dimiliki
manajer,
Persentase
saham yang
dimiliki
institusi, DPR,
DER.
Dependen:
DER, PBV.
Independen:
Kepemilikan
institusi, total
aset
perusahaan.
Regresi
Linear
Berganda
Hasil Penelitian
1. Kepemilikan
manajerial
berpengaruh
negatif dan
signifikan terhadap
nilai perusahaan.
2. Kepemilikan
institusional
berpengaruh
positif dan
signifikan terhadap
nilai perusahaan.
3. Kebijakan dividen
berpengaruh
positif dan tidak
signifikan terhadap
nilai perusahaan.
4. Hutang
berpengaruh
positif dan
signifikan terhadap
nilai perusahaan.
5. Secara simultan,
kepemilikan
manajerial,
institusional,
kebijakan dividen,
dan hutang
berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan.
1. Kepemilikan
institusi
berpengaruh
signifikan terhadap
nilai perusahaan
2. Ukuran
perusahaan
berpengaruh
signifikan terhadap
nilai perusahaan
3. Kepemilikan
institusional
Universitas Sumatera Utara
Bursa Efek
Indonesia)
4.
Tarjo
2008
Pengaruh
Konsentrasi
Kepemilikan
Institusional dan
Leverage
terhadap
Manajemen Laba,
Nilai Pemegang
Saham, serta Cost
of Equity Capital
Dependen:
Cost of Equty
Capital
(COC).
Dependen
(intervening):
discretionary
accruals,
PBV.
Independen:
Kepemilikan
institusional,
DER.
Partial
Least
Square
(PLS)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
berpengaruh
signifikan terhadap
kebijakan hutang
Ukuran
perusahaan tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
kebijakan hutang
Kepemilikan
institusi
berpengaruh
negatif signifikan
terhadap
manajemen laba
Kepemilikan
institusi
berpengaruh positif
signifikan terhadap
nilai pemegang
saham
Kepemilikan
institusi
berpengaruh positif
signifikan terhadap
cost of equity
capital
Leverage
berpengaruh positif
signifikan terhadap
manajemen laba
Leverage
berpengaruh positif
signifikan terhadap
nilai pemegang
saham
Manajemen laba
berpengaruh positif
signifikan terhadap
nilai pemegang
saham
Manajemen laba
berpengaruh positif
signifikan terhadap
cost of equity
capital
Nilai pemegang
saham berpengaruh
positif signifikan
terhadap cost of
equity capital
Universitas Sumatera Utara
Tedi
Rustendi
dan
Farid
Jimmi
2008
Mirna
Amirya
dan Sari
Atmini
2008
Pengaruh Hutang
dan Kepemilikan
Manajerial
terhadap Nilai
Perusahaan pada
Perusahaan
Manufaktur
(Survey pada
Perusahaan
Manufaktur yang
Tercatat di Bursa
Efek Jakarta)
Dependen:
Nilai pasar:
Debt + Equity.
Determinan
Tingkat Hutang
serta Hubungan
Tingkat Hutang
terhadap Nilai
Perusahaan:
Perspektif
Pecking Order
Theory
Dependen:
Total hutang/
(total hutang +
ekuitas)
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Independen:
persentase
kepemilikan
manajer dan
total hutang.
Path
Analysis
Independen:
Dividen,
pertumbuhan
penjualan,
pertumbuhan
total aktiva
Tim
Adam
dan
Vidhan
K. Goyal
2007
The Investment
Opportunity Set
and Its Proxy
Variables
1.
2.
3.
4.
MBA ratio
MBE ratio
EP ratio
CAPX/PPE
ratio
Sujoko
dan Ugy
Soebiantoro
2007
Pengaruh
Struktur
Kepemilikan
Saham, Leverage,
Faktor Internal,
dan Faktor
Eksternal
terhadap Nilai
Perusahaan
Dependen:
DER, PBV
Independen:
Kepemilikan
institusi,
kepemilikan
manajerial,
suku bunga,
pertumbuhan
pasar,
profitabilitas,
dividen, pasar,
Real
options
approach
Analisis
SEM
1. Secara simultan,
hutang dan
kepemilikan
manajerial
berpengaruh
positif terhadap
nilai perusahaan
2. Hutang
berpengaruh
positif terhadap
nilai perusahaan
3. Kepemilikan
manajerial tidak
berpengaruh
positif terhadap
nilai perusahaan
1. Kebijakan dividen
dan profitabilitas
memiliki hubungan
negatif terhadap
hutang
2. Pertumbuhan total
aset berpengaruh
positif terhadap
hutang
3. Hutang
berpengaruh
negatif terhadap
nilai perusahaan
1. MBA ratio
memberikan
informasi terbaik
untuk
menggambarkan
peluang investasi
dibandingkan MBE
ratio dan EP ratio
2. CAPX/PPE ratio
tidak dapat
menggambarkan
kesempatan
investasi
1. Kepemilikan
institusi, suku
bunga, dan profit
berpengaruh
negatif dan
signifikan terhadap
leverage
2. Pertumbuhan pasar,
dividen, dan
ukuran perusahaan
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap leverage
Universitas Sumatera Utara
ukuran
perusahaan
Sri
Hasnawati
Darin G.
Clay
2005
2001
Dampak Set
Peluang Investasi
terhadap Nilai
Perusahaan
Publik di Bursa
Efek Jakarta
Institutional,
CEO, Incentives,
and Firm Value
Dependen:
market value,
excess return
to market,
spread value
over cost.
Independen:
total assets
growth, MBA
ratio, EP
ratio, ratio
capital
expenditure to
BBA, current
assets to total
assets.
Dependen:
Tobin’s Q
Measurement
model,
permodelan
struktural
3. Kepemilikan
manajerial tidak
berpengaruh
terhadap leverage
dan nilai
perusahaan
4. Kepemilikan
institusi dan suku
bunga berpengaruh
negatif terhadap
nilai perusahaan
5. Pertumbuhan pasar,
profitabilitas,
pembagian dividen,
dan ukuran
perusahaan
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap nilai
perusahaan
6. Pangsa pasar tidak
berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan
Set peluang investasi
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap nilai
perusahaan.
Regresi
Linear
Sederhana
Kepemilikan institusi
berpengaruh terhadap
nilai perusahaan
Independen:
Persentase
saham yang
dimiliki
institusi
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Konseptual
Nilai perusahaan adalah nilai pasar saham yang tercermin melalui harga
saham perusahaan di pasar. Setiap perusahaan dituntut bukan hanya untuk
memaksimalkan laba perusahaan, tetapi juga memaksimumkan kesejahteraan
pemegang sahamnya dengan jalan meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan
nilai perusahaan akan membuat perusahaan tersebut dapat tumbuh, berkembang,
dan kokoh dalam jangka panjang.
Dalam melakukan operasinya, perusahaan harus membuat dua keputusan,
yakni keputusan investasi dan keputusan pendanaan. Keputusan investasi adalah
keputusan yang menjadi dasar bagi perusahaan untuk melakukan investasi, baik
pada aset berwujud maupun tidak berwujud. Sebelum melakukan investasi,
perusahaan perlu mengidentifikasi peluang-peluang investasi di masa depan yang
disesuaikan dengan aset yang ada pada saat ini. Kondisi ketidakpastian dan
persaingan yang semakin kompetitif menuntut perusahaan untuk mampu
menetapkan pilihan investasi-investasi di masa mendatang yang dapat
menguntungkan dan mempertahankan eksistensi perusahaan.
Keputusan pendanaan mencakup keputusan yang harus diambil perusahaan
dalam rangka memenuhi kebutuhan pembiayaannya, baik menggunakan modal
sendiri atau hutang. Perusahaan harus dapat menetapkan proporsi penggunaan
hutang dan modal sendiri dengan tepat agar tidak terjadi permasalahan di masa
depan. Penggunaan jumlah hutang yang terlalu banyak atau terlalu sedikit akan
mengganggu kegiatan operasi perusahaan dan akan mengganggu perolehan laba.
Kinerja perusahaan yang buruk ini akan menyebabkan sentimen negatif dari pasar
Universitas Sumatera Utara
yang pada akhirnya akan menurunkan nilai perusahaan. Horne dan Wachowicz
(2005:2) menyatakan bahwa jika manajer keuangan memiliki kemampuan dalam
beradaptasi dengan perubahan, menggalang dana, berinvestasi dalam aktiva, serta
melakukan pengelolaan secara bijak, maka akan mempengaruhi keberhasilan
perusahaan.
Dalam melaksanakan aktivitas untuk memaksimalkan nilai, sering sekali
terjadi benturan antara kepentingan pemegang saham dengan manajemen
perusahaan. Pemegang saham cenderung mengharapkan dividen yang tinggi atas
kepemilikan
sahamnya,
sementara
manajemen
perusahaan
cenderung
menginginkan laba yang didapatkan saat ini dimanfaatkan dalam rangka
meningkatkan laba perusahaan di masa mendatang agar manajemen dapat
memperoleh insentif dan gaji yang lebih besar.
Pertentangan antara manajemen dan pemegang saham pada akhirnya dapat
diselesaikan salah satunya dengan adanya kepemilikan saham institusional.
Institusi sebagai sebuah lembaga dinilai mampu mengawasi dan mengontrol
kinerja manajemen agar tetap pada tujuannya, yakni memaksimalkan nilai
perusahaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Morck, et al. (1989) yang
menyatakan bahwa tingkat kepemilikan institusional dalam proporsi yang cukup
besar akan mempengaruhi nilai pasar perusahaan. Dasar argumentasi ini adalah
semakin besar tingkat kepemilikan saham oleh institusi, maka semakin efektif
pula mekanisme kontrol terhadap kinerja manajemen.
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka dapat ditetapkan
kerangka konseptual seperti pada Gambar 2.1:
Universitas Sumatera Utara
Investment Opportunity Set
Kebijakan Hutang
Nilai Perusahaan
Kepemilikan Institusional
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah investment opportunity set, kebijakan hutang, dan
kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Download