bab 2 landasan teori

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Pemasaran
Menurut Kotler & Amstrong (2008), Pemasaran merupakan salah satu kegiatan
penting yang perlu dilakukan perusahaan untuk meningkatkan usaha dan menjaga
kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Disamping kegiatan pemasaran perusahaan
juga perlu mengkombinasikan fungsi-fungsi dan menggunakan keahlian mereka agar
perusahaan berjalan dengan baik.
Menurut Hasan (2014), Pemasaran merupakan hal yang begitu mendasar
sehingga tidak dapat dipandang sebagai suatu fungsi yang terpisah. Pemasaran
merupakan keseluruhan bisnis yang dilihat dari hasil akhirnya, yaitu dari sudut
pandang pelanggan. Oleh karena itu, keberhasilan usaha tidak ditentukan oleh
produsen melainkan oleh pelanggan. Pemasar juga umumnya dipandang sebagai
tugas untuk menciptakan, memperkenalkan, dan menyerahkan barang dan jasa
kepada pelanggan. Sesungguhnya, orang-orang pemasaran melakukan pemasaran
lebih kompleks dari hal-hal tersebut. Seorang pemasar dituntut untuk dapat lebih
sigap membaca situasi dan kondisi seorang pelanggan.
Menurut Tjiptono (2008:5), Pemasaran adalah salah satu komponen penting
yang perlu diperhatikan di dalam sebuah perusahaan untuk dapat mempertahankan
kegiatan usahanya secara berkesinambungan. Pemasaran mencakup semua kegiatan
perusahaan
untuk
beradaptasi
dengan
lingkungannya
secara
kreatif
dan
menguntungkan.
2.1.1 Manajemen Pemasaran
Menurut Kurtz (2008), Manajemen Pemasaran merupakan merupakan suatu
proses analisis, perencanaan, pelaksanaan serta pengawasan program pemasaran
yang didesain untuk menciptakan, mengembangkan serta memelihara manfaat serta
relasi antara perusahaan dan pasar sasaran dalam rangka mencapai tujuan.
Manajemen pemasaran merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk
mencapai hasil pertukaran yang diinginkan dengan pasar sasaran.
Aktivitas pemasaran dalam perusahaan tentunya dipengaruhi oleh manajemen
pemasarannya. Oleh karena itu maka manajemen perusahaan merupakan hal penting
9
10
yang memiliki peranan yang kuat dalam mencapai tujuan sedangkan tugas dari
manajemen pemasaran itu sendiri adalah melakukan pertukaran barang dan jasa
dengan pelanggan. Setelah itu, manajemen pemasaran mengimplementasikan
rencana tersebut dengan cara melaksanakan strategi-strategi pemasaran untuk
menciptakan dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan
pelanggan demi tercapainya tujuan perusahaan.
American Marketing Association dalam Kotler (2009), mendefinisikan
menajemen pemasaran sebagai proses perencanaan
dan pelaksanaan dari
perwujudan, pemberian harga, promosi dan distribusi dari barang-barang, jasa dan
gagasan untuk menciptakan pertukaran dengan kelompok sasaran yang memenuhi
tujuan pelanggan dan organisasi. Definisi ini menjelaskan bahwa manjemen
pemasaran adalah proses yang mencakup analisis, perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan barang dan jasa serta gagasan berdasarkan berdasarkan pertukaran
dengan tujuan memberikan kepuasan bagi pihak yang terlibat.
2.1.2 Konsep Pemasaran
Konsep Pemasaran merupakan falsafah perusahaan yang menyatakan bahwa
keinginan pembeli adalah syarat utama bagi kelangsungan hidup perusahaan. Konsep
pemasaran bertujuan memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan
pelanggan. Definisi konsep pemasaran menurut Swastha (2007:17) “Konsep
pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan
kebutuhan pelanggan merupakan syarat ekonomis dan social bagi kelangsungan
hidup perusahaan”.
Definisi menurut Philip Kotler adalah sebagai berikut, Sebuah falsafat bisnis
yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan pelanggan merupakan syarat ekonomi
dan social bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Untuk mendukung kegiatan pemasaran tersebut, ada 5 konsep pemasaran
yaitu:
1.
Konsep Produksi (The Production Concept)
Konsep ini menyatakan bahwa pelanggan akan menyukai produk yang tersedia,
selaras dengan kemampuan. Oleh karenanya manajemen harus berupaya untuk
meningkatkan efisiensi produksi dan distribusi.
2.
Konsep Produk (The Product Concept)
11
Konsep ini mengandung pengertian bahwa pelanggan akan menyukai produk
yang menawarkan kualitas dan prestasi terbaik serta keistimewaan yang menonjol.
3.
Konsep Penjualan (The Selling Concept)
Konsumen tidak akan membeli cukup banyak produk, kecuali jika produsen
mengupayakan promosi dan penjualan yang agresif.
4.
Konsep Pemasaran (The Marketing Concept)
Kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan adalah terdiri dari
penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran serta pemberian kepuasan yang
dinginkan secara lebih baik daripada yang dilakukan oleh pesaingnya. Dasar
pemikiran dalam pemasaran yaitu: Pemuasan keinginan kelompok pembeli tertentu
menjadi tugas perusahaan, untuk memuaskan keinginan pelanggan diperlukan
program riset pemasaran agar dapat diketahui pola keinginan pembeli.
5.
Konsep Pemasaran Kemasyarakatan (The Sociental Marketing Concept)
Menentukan kebutuhan, keinginan dan kepentingan pasar sasaran serta
memberikan kepuasan yang diinginkan dengan lebih baik daripada yang diberikan
oleh pesaing – pesaing perusahaan sedemikian rupa sehingga dapat memperhatikan
dan mempertinggi kesejahteraan masyarakat.
2.1.3
Product
Menurut Sianipar (2006:24) Produk adalah suatu sifat yang kompleks baik
dapat diraba maupun dilihat termasuk kemasan, warna, harga, prestise perusahaan
maupun tingkat pelayanan perusahaan dan pengecer, yang diterima oleh pembeli
untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Hirarki produk dimulai dari
kebutuhaan dasar sampai dengan item tertentu sampai dapat memuaskan kebutuhan
tertentu (Lubis, 2007:17).Karateristik produk harus digambarkan. Yang menekankan
apa yang menjadikan produk tersebut lebih diminati daripada produk sejenis yang
ditawarkan oleh pesaing. Suatu produk mungkin diminati karena lebih mudah
dipakai, lebih efektif atau lebih awet. Keunggulan kompetitif apapun dari suatu
produk ini dengan produk sejenis dari pesaing harus dijelaskan.
12
2.1.3.1 Kategori Produk
Untuk membantu strategi pemasaran perusahaan dapat berjalan secara efektif,
pemasar membagi produk berdasarkan proses pembelian dan penggunaannya,
menjad produk konsumsi dan produk industri.
1.
Produk Konsumsi
Produk konsumsi adalah barang atau jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga
atau individual. Produk yang dibeli pelanggan akan langsung dikonsumsi sendiri.
Produk itu tidak akan digunakan sebagai bahan baku produksi barang lain atau dijual
kembali.
2.
Produk Industrial
Produk industrial adalah barang atau jasa yang digunakan oleh perusahaan
untuk memproduksi barang atau jasa lain, atau dibutuhkan untuk kegiatan
operasional perusahaan
2.2
Brand (Merek)
Menurut Kotler & Armstrong (2008:346), Merek adalah salah satu atribut yang
penting dari suatu produk, karena selain alat identifikasi merek mempunyai banyak
manfaat bagi para pelanggan dan produsen, maupun middleman atau perantara.
Pentingnya merek bagi pelanggan yaitu dengan adanya merek maka akan
memudahkan bagi pelanggan untuk membedakan produk dan jasa yang dihasilkan
oleh satu perusahaan. Merek juga memberikan jaminan akan kestabilan kualitas yang
berarti bahwa suatu produk dengan merek yang sama maka kualitasnya pun akan
sama walau dibeli dimanapun juga. Sedangkan penggunaan merek bagi penjual
adalah bahwa dengan adanya merek maka penjual dapat mempromosikannya untuk
menumbuhkan citra terhadap perusahaan. Merek dari sebuah produk juga berarti
memberikan nilai tambah produk tersebut.
Menurut Waluyo (2010), Ketika orang-orang berfikir tentang suatu produk atau
jasa, mereka biasanya memikirkan sifat-sifat dan keistimewaan, serta manfaat praktis
yang akan diberikan dari produk atau jasa itu kepada pelanggan. Namun, ketika
mereka memikirkan suatu merek, mereka berfikir melampaui hal ini dan dengan
suatu cara yang benar-benar berbeda, karena pemberian merek menambahkan suatu
dimensi emosional pada hubungan produk pelanggan.
Menurut Janita (2005:15), Merek tidak hanya sebuah nama bagi produk,
tetapi lebih dari itu merupakan identitas untuk membedakan produk yang dihasilkan
13
perusahaan dari produk yang dihasilkan dari perusahaan lain. Dengan identitas
khusus, produk tertentu akan lebih mudah dikenali oleh pelanggan. Tujuan
perusahaan menciptakan pembelian terhadap produk yang dihasilkan dan pemberian
merek memberikan kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang baik dengan
pelanggan. Dengan demikian hubungan ini diharapkan dapat menghasilkan pangsa
pasar yang lebih besar dan meningkatkan kemampuan untuk menghasilkan laba
sesuai yang diharapkan oleh perusahaan.
Kotler dan Gray Armstrong (2007:70) mendefinisikan Brand adalah satu
atribut yang sangat penting dari sebuah produk yang penggunaanya pada saat ini
sudah sangat meluas karena beberapa alasan, dimana merek suatu produk berarti
memberikan nilai tambah produk tersebut.
Pikiran para pelanggan dipengaruhi oleh beragam pesan yang sampai pada
angka ribuan pesan dan sering berubah-ubah. Merek tidak hanya kesan-kesannya,
tetapi hanya kesan-kesannya, tetapi merek juga harus menempati suatu posisi khusus
dalam pikiran untuk benar-benar menjadi sebuah merek.
Merek juga merupakan janji penjual untuk menyampaikan kesimpulan sifat,
manfaat, dan jasa spesifik secara konsisten kepada pembeli. Merek dapat
menyampaikan empat tingkat arti :
a.
Atribut
Merek akan mengingatkan orang pada atribut tertentu. Misalnya keawetan dan
sebagainya sehingga hal ini memberikan suatu landasan pemosisian bagi atribut lain
dari produk tersebut.
b.
Manfaat
Pelanggan tidak membeli atribut tetapi mereka membeli manfaat dari produk
tersebut. Oleh karena itu atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan
emosional.
c.
Nilai
Merek juga mencerminkan sesuatu mengenai nilai-nilai pembeli. Misalnya saja
menilai prestasi, keamanan, dan prestise tinggi suatu produk.
d.
Kepribadian
Merek menggambarkan kepribadian. Merek akan menarik orang yang
gambaran sebenarnya dan citra dirinya cocok dengan citra merek.
14
2.2.1 Fungsi Brand
Keller (2008) menyatakan bahwa merek mempunyai dua peran utama, yakni
fungsi brand bagi pelanggan dan fungsi bagi produsen seperti yang digambarkan
dalam table 2.1 dibawah ini.
Tabel 2.1 Fungsi Brand Bagi Konsumen
Consumers
Identification of source of product
Assigment of responsibility to product maker
Risk reducer
Search cost reducer
Promise, bond, or pact with maker of product
Symbolic device
Signal of quality
Sumber : Keller,Strategic Brand Management, 2008:7
Penjelasan dari fungsi-fungsi brand tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama sebagai media untuk mengidentifikasi asal keberadaan produk
(identification of source of product). Brand membantu pelanggan dalam memberikan
informasi tentang asal suatu produk, seperti korporasi asal pembuat produk, kualitas,
persepsi mengenai produk serta hal lain yang menyangkut produk tersebut.
Kedua, sebagai bentuk pertanggungjawaban oleh produsen bagi pelanggan
(assiggnement of responsibility to product maker). Penggunaan suatu produk oleh
pelanggan yang dilakukan dalam jangka panjang adalah salah satu tujuan yang ingin
dicapai oleh setiap produsen produk. Brand merupakan salah satu media penting
untuk dapat mewujudkan hal tersebut. Melalui brand, pihak produsen mempunyai
tanggung jawab untuk dapat memberikan performa yang konsisten dalam pemenuhan
kebutuhan pelanggan.
Ketiga, dengan adanya brand, maka akan mengurangi risiko (risk reducer).
Dalam menentukan keputusan pembelian produk, pelanggan mempunyai risiko
sebagai berikut:
15
a.
Functional risk. Produk yang dipilih tidak dapat memberikan performa seperti
yang telah dijanjikan sebelumnya.
b.
Physical risk. Produk yang ada dapat menggangu kepada fisik atau kesehatan
pengguna.
c.
Financial risk. Produk yang ada tidak sesuai dengan biaya yang telah
dikeluarkan pelanggan.
d.
Social risk. Hasil penggunaan dari produk dapat memberikan rasa malu bagi
pelanggan kepada pihak lain.
e.
Phychological risk. Produk dapat mempengaruhi kondisi mental pelanggan.
f.
Time risk. Kegagalan dari performa suatu produk menghasilkan suatu
opportunity cost dalam menemukan produk lain untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan.
Keempat, meminimalisasi biaya dalam proses pengambilan keputusan
pembelian (search cost reducer). Tidak dapat dipungkiri bahwa pelanggan saat ini
dipenuhi oleh berbagai macam pilihan brand dalam satu kategori jenis produk yang
sama. Brand dapat membantu pelanggan dalam mengurangi biaya pencarian
terhadap alternatif pilihan yang ada.
Kelima, sebagai bentuk komitmen oleh produsen pembuat produk kepada
pengguna melalui produk yang dihasilkan (promise, bond, or pact with maker of
product). Sebuah brand memberikan suatu janji kepada pelanggan, dan
pelangganakan melihat apakah janji tersebut dapat digunakan dengan baik. Jika
pelanggan dapat menerima janji yang disampaikan oleh suatu brand maka akan
terjadi sebuah ikatan yang kuat (bond).
Keenam, brand dapat digunakan sebagai alat simbol pembeda (symbolic
device). Pelanggan dapat memilih suatu brand yang sesuai dengan karakterisik yang
mereka kehendaki atau dapat disesuaikan dengan personality dari seorang pelanggan,
sehingga suatu brand dapat dijadikan suatu simbol pembeda dari pilihan kategori
produk yang ada sesuai dengan pilihan pelanggan.
Ketujuh, brand sebagai tanda kualitas (signal of quality). Sebuah brand yang
mempunyai kualitas baik dengan otomatis akan mendapat kepercayaan dari
pelanggan. Hal ini menjadi penting bagi konsumen sehingga dapat memberikan rasa
aman akan kualitas dari sebuah brand dan menjadi alasan untuk penggunaan dalam
jangka waktu yang panjang.
16
Keiningham, Vavra, Aksoy dan Wallard (2005) menyatakan bahwa pelanggan
akan merubah pilihan pada suatu brand. Pertama jika brand yang menjadi
preferensinya tidak ada. Kedua, brand kompetitor menawarkan value yang lebih baik
dengan melakukan promosi khusus. Ketiga, adanya kebutuhan yang berbeda dan
perbedaan level dari kualitas, variasi yang dibutuhkan.
Disamping mempunyai peran bagi konsumen, brand juga mempunyai peran
bagi perusahaan pemilik brand tersebut.
Tabel 2.2 Fungsi Brand Bagi Perusahaan
Consumers
Identification of source of product
Assigment of responsibility to product maker
Risk reducer
Search cost reducer
Promise, bond, or pact with maker of product
Symbolic device
Signal of quality
Sumber : Keller,Strategic Brand Management, 2008:7
Pertama, brand dapat membantu perusahaan tersebut mengetahui siapa
pelanggan pengguna produk yang dihasilkan, perilaku pembelian, tren yang ada
dalam pembelian dalam lokasi-lokasi tertentu (identification to simplify handling or
tracing). Hal ini penting bagi produsen yang memiliki sebuah brand dalam
melakukan strategi pemasaran dan penjualan untuk menempatkan suatu brand dalam
kegiatan yang sesuai dengan pelanggannya.
Kedua, brand juga dapat melindungi secara hukum terhadap fitur unik yang
dimiliki oleh suatu produk (legal protection aspect). Bagian ini bisa termasuk
kedalam bagian dari hak paten atau hak cipta.
Ketiga, brand dapat memberikan suatu sinyal bagi pelangganakan kualitas
dalam memenuhi kebutuhan pelanggan melalui produk ataupun services yang
digunakan (signal of quality level to satisfield customers).
17
Keempat, brand dapat menjadi salah satu kenggulan kompetitif dalam
persaingan yang ada (source of competitive advantage). Hal ini membedakan dengan
kompetitornya dan menjadi suatu competitive advantage.
Kelima, brand juga dapat menghasilkan pendapatan keuangan bagi perusahaan
(source of financial returns). Kita dapat melihat bagaimana peringkat serta nilai
brand yang ada dalam evaluasi yang dilakukan oleh Interbrand. Dalam transaksi
penilaian suatu perusahaan, nilai brand masuk dalam kategori intangible asset atau
good will. Perbedaan ini berguna bagi pelanggan karena akan membantu mengenali
suatu produk, mengurangi search cost dan menjamin suatu kualitas tertentu dari
produk yang dibelinya. Sedangkan dari segi produsen, perbedaan ini memfasilitasi
upaya promosi, segmentasi pasar, introduksi produk baru, brand loyalty dan
pembelian kembali dari produk yang ditawarkan produsen.
2.2.2 Brand Equity
Menurut Kotler,Lane (2009:334)Munculnya konsep ekuitas merek dilatar
belakangi oleh pemikiran bahwa brand yang kuat adalah suatu asset yang dapat
dikalkulasi nilainya walaupun merupakan salah satu asset perusahaan yang tak
berwujud. Artinya, brand tersebut dapat diperjualbelikan sebagaimana asset lainnya
dalam perusahaan.
Menurut Simamora (2007:67) Brand Equity adalah kekuatan merek atau
kesaktian merek yang memberikan nilai kepada pelanggan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa brand equity adalah kekuatan
marek yang menjanjikan nilai yang diharapkan pelanggan atas suatu produk sehingga
akhirnya pelangganakan merasa mendapatkan kepuasan yang lebih bila dibanding
produk-produk lainnya.
2.2.2.1 Manfaat Brand Equity
Brand equity dapat memberikan nilai dan manfaat, baik bagi konsumen
maupun bagi perusahaan (Simamora, 2007:69), antara lain:
1)
Nilai kepada pelanggan
a.
Aset brand equity membantu pelanggan menafsirkan, memproses, dan
menyimpan informasi dalam jumlah besar mengenai produk dan merek.
18
b.
Brand equity memberikan rasa percaya diri kepada pelanggan dalam
mengambil keputusan pembelian, baik karena pengalaman masa lalu
dalam karateristiknya.
c.
Persepsi kualitas dan asosiasi merek bisa menguatkan kepuasan
pelanggan dengan pengalaman menggunakannya.
2)
Nilai kepada perusahaan
a.
Brand equity bisa menguatkan program memikat para pelanggan baru
atau merangkul kembali pelanggan lama.
b.
Kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan asset-asset
merek lainnya mampu menguatkan loyalitas merek, yaitu bisa
memberikan alasan untuk membeli dan mempengaruhi keputusan
penggunaan.
c.
Brand equity biasanya akan memungkinkan margin yang lebih tinggi
dengan
memungkinkan
harga
optimum
(premium
pricing)
dan
mengurangi ketergantungan pada promosi.
d.
Brand equity memberikan landasan untuk pertumbuhan melalui
perluasan merek.
e.
Brand equity bisa memberikan dorongan dalam saluran ditribusi.
f.
Aset-aset brand equity memberikan keuntungan kompetitif yang
seringkali menghadirkan rintangan nyata terhadap para competitor.
2.3
Brand Awareness
Menurut jurnal Chi (2009) mendefinisikan brand awareness kemampuan
pelanggan dapat mengenali dan mengingat merek dalam situasi yang berbeda,
membuat pelanggan untuk mengingat atau mengindentifikasi merek dengan mudah,
dan lebar mengungkapkan menyimpulkan ketika pelanggan membeli produk, nama
merek akan datang ke pikiran mereka sekaligus.
Menurut jurnal Irshad (2012) mendefinisikan brand awareness proses memulai
apapun proses komunikasi dari pelanggan kepada perusahaan. Proses komunikasi
tanpa kesadaran merek seperti yang penting bagi konsumen untuk berkenalan dengan
merek sebelum membeli.
Aaker dalam Handayani (2010:64) mendefinisikan brand awareness sebagai
kemampuan dari seorang pelanggan potensial untuk mengenali atau mengingat
kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori atau produk tertentu.
19
Brand awareness membutuhkan jangkauan kotinum dari perasaan yang tidak pasti
bahwa merek tetentu telah dikenal sebelumnya, sehingga pelanggan yakin bahwa
produk tersebut merupakan satu-satunya merek dalam suatu kelompok produk.
Bagian dari suatu kategori produk perlu ditekankan karena terdapat suatu
hubungan yang kuat antara kategori produk dengan merek yang dilibatkan.
Kemampuan pelanggan untuk mengenali atau mengingat suatu merek produk
tergantung pada tingkat komunikasi atau persepsi pelanggan terhadap merek produk
yang ditawarkan. Berikut adalah tingkatan dari brand awareness (Handayani,
2010:64):
1.
Unware of brand
Pada tahapan ini, pelanggan merasa ragu atau tidak yakin apakah sudah
mengenali merek yang disebutkan atau belum. Pelanggan juga tidak menyadi akan
kehadiran merek yang disebutkan. Misalnya ketika masyaratkan Indonesia merasa
awam atau belum mengenal Restylane. Tingkatan unaware of brand telah dialami
Restylane pada awal Restylane memasuki pasar Indonesia dengan menawarkan
teknologi yang masih tergolong baru Indonesia.
2.
Brand recognition
Pada tahapan ini, pelanggan mampu mengenditifikasi merek yang disebutkan.
Pelanggan sudah mengenal tetapi masih membutuhkan alat (bantuan) untuk
mengingat merek tersebut. Implikasi dari brand recognition ini menjadi penting
ketika seseorang berada pada suatu point of purchase.
3.
Brand recall
Pada tahapan ini, pelanggan mampu mengingat merek tanpa diberikan
stimulus. Peringatan kembali terhadap merek didasarkan pada permintaan sesorang
untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas produk.
4.
Top of mind
Pada tahapan ini, pelanggan mengingat merek sebagai yang pertama kali
muncul di pikiran saat berbicara mengenai kategori produk tertentu.
2.3.1 Peranan Brand Awareness
Peran brand awareness dalam membantu merek dapat dipahami dengan
mengkaji bagaimana kesadaran merek menciptakan suau nilai. Penciptaan nilai ini
dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : (Durianto, et all, 2004:8-9)
1.
Jangkar yang menjadi cantolan bagi asosiasi lain;
20
Suatu merek yang kesadaran tinggi dibenak pelanggan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa jika kesadaran suatu merek rendah, suatu asosiasi yang
diciptakan oleh pemasar akan sulit melekat pada merek tersebut.
2.
Familiar atau rasa suka;
Jika kesadaran merek kita sangat tinggi, pelangganakan sangat akrab dengan
merek kita dan lama kelamaan akan timbul rasa suka yang tinggi terhadap
merek yang kita pasarkan.
3.
Substansi atau komitmen;
Kesadaran merek dapat menandakan keberasaan, komitmen, dan inti yang
sangat penting bagi suatu perusahaan. Jadi jika kesadaran akan merek tinggi,
kehadiran merek itu akan selalu dapat kita rasakan. Sebuah merek dengan
kesadaran pelanggan tinggi biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain:
 Diiklankan secara luas
 Eksistensi yang sudah teruji oleh waktu
 Jangkauan distribusi yang luas
 Merek tersebut dikelola dengan baik
 Mempertimbangkan merek
2.3.2 Cara Mencapai Brand Awareness
Berdasarkan Keller (2006;264) ada 6 elemen untuk membentuk brand
awareness, yiatu:
1.
Memorable
yang perlu diperhatikan adalah seberapakah gampangnya nama brand tersebut
diingat oleh pelanggan? Seberapakah gampangnya untuk di sadari nama brand
tersebut?
2.
Meaningful
untuk membuat nama merek itu mempunyai kredibilitas dan suggestif dengan
produk dalam kategori tertentu?
3.
Likeability
Apakah nama brand anda mempunyai kemiringan secara nama, visual dengan
produk anda?
21
4.
Transferable
Apakah nama brand tersebut dapat digunakan untuk memperkenalkan produk
baru dengan kategori yang berbeda?
5.
Adaptable
Seberapa besarkah kemungkinan elemen brand tersebut dapat beradaptasi?
6.
Protectable
Bagaimana secara legal brand elemen anda dilindungi?Apakah dapat dengan
mudah untuk ditiru? Perlu diperhatikan dimana nama produk anda kemungkinan
mempunyai kemiripan dengan nama merek anda .
2.3.3
Indikator Brand Awareness
Menurut Aaker dalam Jalilvand (2011), diuraikan beberapa hal yang dapat
mencerminkan brand awareness yang baik maupun buruk meliputi:
1.
Kesadaran
Kesadaran akan merek merupakan sebuah indikasi dimana apabila seorang
pelanggan mampu menyadari produk apa yang ia gunakan, maka semakin baik
kesadaran mereka akan sebuah brand.
2.
Pembedaan
Apabila pelanggan mampu membedakan sebuah produk dengan produk lainnya
dari merek yang berbeda, maka brand awareness dari individu tersebut akan semakin
tinggi.
3.
Pengetahuan
Dimana informasi yang akan di proses untuk memperoleh pemahaman,
pembelajaran dan pengalaman sehinggan pelanggan dapat mengaplikasikan ke dalam
masalah atau proses bisnis tertentu.
2.4
Brand Association
Menurut jurnal Irshad
(2012) brand association yaitu sebagai asset dan
kewajiban merek yang terkait dalam memori pelanggan. Sebagai informasi yang
terkait dengan memori pelanggan yang mengandung makna yang ditugaskan untuk
merek oleh pelanggan. Pentingnya brand association merek karena membantu
pelanggan
membentuk
keputusan
pembelian
dengan
cara
pengolahan,
pengorganisasian dan mengambil informasi berdasarkan asosiasi tersebut.
22
David Aaker dalam bukunya Managing Brand Equity seperti yang diikuti oleh
Handayani (2010:66) mendefinisikan brand association sebagai “Segala sesuatu
yang terhubung di memori pelanggan terhadap suatu merek”. Asosiasi merek
merupakan kesan yang muncul di benak pelanggan yang terkait dengan ingatan
mengenai suatu merek (Durianto, 2004:69). Kesan tersebut akan semakin meningkat
seiring dengan semakin banyaknya pengalaman pelanggan dalam mengkonsumsi
suatu merek. Merek yang memiliki kesan kuat di benak pelanggan akan
memengaruhi pelanggan dalam menentukan pilihan dalam pembelian.
Semakin sering seseorang memikirkan tentang suatu informasi produk dan
hal-hal yang berhubungan dengan brand knowledge, maka brand association adalah
berbagai macam hal yang terkait dengan suatu brand. “Brand association consists of
all brand-related thoughts, feelings, perceptions, images, experiences, beliefs,
attitudes, and so on that become linked to the brand node” yang dapat diartikan
:brand association terdiri dari pemikiran yang berkaitan dengan merek, perasaan,
persepsi, gambaran, pengalaman, kepercayaan, tingkah laku, dan lain sebagainya
yang terhubung ke brand node. (Kotler and Keller, 2006:178)
Berikut ini merupakan berbagai fungsi dari asosiasi merek :
1. Help process or retrieve information (Membantu proses penyusunan
informasi)
2. Differentiate
3. Reason to buy (Alasan pembelian)
4. Create positive attitude or feelings (Menciptakan sikap atau perasaan positif)
5. Basis for extentions (Landasan untuk perluasan)
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa brand association adalah
sesuatu yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah produk. Asosiasi ini tidak
hanya eksis, namun juga memiliki suatu tingkatan kekuatan. Keterkaitan pada suatu
merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakan
untuk mengkonsumsikannya.
2.4.1 Nilai atau Manfaat Brand Association
Menurut Simamora (2007:82), asosiasi merek yang menciptakan nilai bagi
perusahaan dan para pelanggannya juga dapat digunakan untuk :
23
1)
Membantu memproses/menyusun informasi
Asosiasi-asosiasi dapat membantu mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan
spesifikasi yang mungkin sulit diproses dan diakses para pelanggan. Sebuah
asosiasi bisa menciptakan informasi padat bagi pelanggan dan bisa
mempengaruhi pengingatan kembali atas informasi tersebut, terutama saat
mengambil keputusan.
Asosiasi juga bisa mempengaruhi interpretasi mengenai fakta-fakta.
2)
Membedakan atau memposisikan merek
Suatu asosiasi bisa memberikan landasan yang penting bagi usaha untuk
membedakan dan memisahkan suatu merek dengan merek yang lain. Asosiasi
pembeda bisa menjadi keuntungan kompetitif yang penting. Jika sebuah
merek sudah dalam kondisi yang mapan (dalam kaitannya dengan para
kompetitor) untuk suatu atribut utama dalam kelas produk tertentu atau untuk
suatu aplikasi tertentu, para kompetitor akan kesulitan untuk menyerang.
3)
Membangkitkan alasan untuk membeli
Banyak asosiasi merek, membutuhkan berbagai atribut produk atau manfaat
pelanggan (customer benefits) yang bisa menyodorkan suatu alasan spesifik
untukmembeli dan menggunakan merek tersebut. Asosiasi-asosiasi ini
merupakan landasan dari keputusan pembelian dan loyalitas merek. Beberapa
asosiasi juga mempengaruhi keputusan pembelian dengan cara memberikan
kredibilitas dan rasa percaya diri atas merek tersebut.
4)
Menciptakan sikap/perasaan positif
Beberapa asosiasi mampu merangsang suatu perasaan positif yang akhirnya
berpengaruh pada merek yang bersangkutan. Beberapa asosiasi mampu
menciptakan perasaan positif selama pengalaman menggunakan dan
mengubah pengalaman tersebut menjadi sesuatu yang lain daripada yang lain.
5)
Memberikan landasan bagi perluasan
Suatu asosiasi bisa menghasilkan suatu landasan bagi suatu perusahaan
dengan menciptakan rasa kesesuaian (sense of fit) antara merek dan sebuah
produk baru atau dengan menghadirkan alasan untuk membeli produk
perluasan tersebut.
24
2.4.2 Indikator Brand Association
Pengukuran brand association dalam penelitian ini menggunakan pengukuran
dari Aaker dalam Jalilvand (2011) yang meliputi:
1. Ingatan
Yaitu sebuah fungsi dari kognisi yang melibatkan otak ke dalam pengambilan
informasi. Kemampuan jiwa kita untuk merekam, menyimpan dan
memproduksi sesuatu kejadian yang telah terekam kembali.
2. Karateristik
Karakteristik adalah ciri khas dari sebuah produk yang membuat karakteristik
tersebut mudah untuk masuk dalam pikiran individu.
3. Kemudahan pembayangan
Apabila seseorang mudah untuk membayangkan sebuah produk, maka brand
association yang terbentuk pun akan semakin baik.
2.5
Perceived Quality
Menurut jurnal Chi (2009) mendefinisikan perceived quality pengakuan
pengguna menggunakan pengalaman dan pengetahuan mereka untuk mengevaluasi
keseluruhan manfaat produk, fungsi, daya tahan, teknologi dan kehandalan ketika
pelanggan membeli produk.
Menurut jurnal Irshad (2012) mendefinisikan perceived quality penilaian
pelanggan tentang kualitas produk secara keseluruhan.
Menurut Durianto (2004:96) “perceived quality adalah persepsi pelanggan
terhadap keseluruhan kualitas atau jasa layanan dengan maksud yang diharapkan
pelanggan”. David Aaker mendefinisikan perceived quality sebagai, persepsi
pelanggan terhadap kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa sehubungan
dengan tujuan yang diinginkannya, dibandingkan dengan alternatif lain” (Handayani,
2010 :73). Persepsi terhadap kualitas keseluruhan dari suatu produk atau jasa dapat
menentukan nilai dari produk atau jasa dan berpengaruh secara langsung kepada
keputusan pembelian pelanggan dan loyalitas terhadap merek.
Persepsi kualitas adalah salah satu dimensi ekuitas merek. Persepsi kualitas
mempunyai atribut penting. Perceived quality berbeda dengan konsep-konsep lain
tentang kualitas seperti :
1) Kualitas actual atau obyektif (actual or objective quality), yaitu kemampuan
produk atau layanan memberikan fungsi yang dijanjikan.
25
2) Kualitas produk (product-based quality), yaitu sifat dan kuantitas kandungan,
fitur, dan layanan tambahan.
3) Kualitas manufaktur (manufacturing quality), yaitu kesesuaian dengan
spesifikasi, hasil akhir yang tanpa cacat (zero defect)
Kalau sebuah produk memiliki perceived quality tinggi, banyak manfaat yang
biasa diperoleh. Selain itu, perusahaan yang memiliki perceived quality yang tinggi
memiliki return of investment (ROI) yang tinggi pula.
2.5.1
Indikator Perceived Quality
Indikator dari persepsi kualitas atau perceived quality akan menggunakan
indikator dari Jalilvand (2011) yang mengukur persepsi kualitas dari 4 refleksi
meliputi:
1. Kualitas Tinggi
Adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat suatu produk dapat
digunakan sesuai dengan fungsi dasarnya. Semakin tinggi persepsi seseorang
atas tinggi rendahnya kualitas akan mencerminkan persepsi kualitas sebuah
produk.
2. Kemungkinan
Kemungkinan dari baik atau buruknya kualitas sebuah produk tidak dapat
memastikan produk tersebut baik atau buruk, namun dengan adanya
kemungkinan-kemungkinan,
maka
kecenderungan
seseorang
untuk
berpersepsi atas kualitas produk akan semakin tinggi.
3. Keandalan
Persepsi individu atas suatu produk yang dapat diandalkan mencerminkan
sejauh mana seseorang akan menciptakan persepsi baik mengenai kualitas
dari sebuah produk
4. Kepastian
Apabila seseorang dapat memastikan sebuah produk baik, maka hal tersebut
akan mendorong persepsi positif atas produk tersebut.
2.6.
Brand Loyalty (Loyalitas Merek)
Menurut jurnal Chi (2009) brand loyalty pelanggan memenuhi pengalaman
masa lalu mereka dalam penggunaan merek yang sama dan menimbulkan perilaku
pembelian kembali. Komitmen pembelian kembali dalam waktu pembelian yang
26
menjanjikan pelanggan tidak akan mengubah loyalitas merek mereka dalam situasi
yang berbeda dan masih membeli merek yang menguntungkan mereka.
Menurut Durianto (2004:126) brand loyalty merupakan ukuran kedekatan
pelanggan pada sebuah merek. Pelanggan yang loyal pada umumnya akan
melanjutkan penggunaan merek tersebut walaupun dihadapkan dengan banyak
alternatif merek produk pesaing yang menawarkan karakteristik produk yang lebih
unggul. Tingkat kedekatan pelanggan terhadap suatu merek dapat dibagi ke dalam
empat tingkat yaitu:
1. Switchers / price sensitive, pada tingkat ini merek dipersepsikan memberi
kepuasan yang sama. Merek berperan kecil dalam keputusan pembelian. Pada
tingkatan ini, pelanggan lebih sensitif dengan perbedaan harga.
2. Satisfied / habitual buyer, pada tingkat ini pelanggan merasa puas terhadap
produk atau
setidaknya tidak merasa tidak puas terhadap suatu produk.
Pelanggan akan memerhatikan benefit yang ditawarkan sebuah produk.
3. Satisfied buyer with switching cost, pada tahap ini pelanggan merasa puas
terhadap produk. Mereka harus mengeluarkan biaya tertentu apabila ingin
berpindah merek.
4. Committed buyer, pada tingkatan ini pelanggan merasa bangga menggunakan
sebuah merek dan merekomendasikannya kepada orang lain.
2.6.1 Nilai atau Manfaat Brand Loyalty
Loyalitas merek dan para pelanggan yang ada mewakili suatu strategic asset
yang jika dikelola dan dieksploitasi dengan benar, mempunyai potensi untuk
memberikan nilai (Simamora, 2007:85).
Nilai-nilai yang diciptakan brand loyalty antara lain:
1)
Mengurangi biaya pemasaran
Suatu basis pelanggan yang mempunyai loyalitas merek bisa mengurangi
biaya pemasaran perusahaan karena biaya untuk mempertahankan pelanggan
lama lebih murah dibandingkan dengan berusaha mendapatkan pelanggan
baru. Semakin tinggi loyalitas, semakin mudah menjaga pelanggan tetap
puas. Loyalitas dan sekelompok konsumen merupakan rintangan besar bagi
para kompetitor, karena untuk menang, pelanggan yang sudah loyal
diperlukan sumber daya yang besar agar dapat membujuk para pelanggan
beralih merek.
27
2)
Meningkatkan perdagangan
Loyalitas yang lebih besar memberikan dorongan perdagangan yang lebih
besar karena para pelanggan mengharapkan merek tersebut selalu tersedia.
Loyalitas merek juga dapat mendominasi keputusan pemilihan pertokoan dan
meyakinkan pihak pertokoan untuk memajang produk di raknya karena para
pelanggan akan mencantumkan merek tersebut didalam daftar belanja
mereka.
Peningkatan
perdagangan
menjadi
penting
apabila
akan
memperkenalkan ukuran baru, jenis baru, variasi atau perluasan merek.
3)
Memikat para pelanggan baru
Suatu basis pelanggan yang puas dan suka pada suatu merek tertentu dapat
menimbulkan keyakinan bagi calon pelanggan khususnya jika pembelian
tersebut agak mengandung resiko. Kelompok pelanggan yang relatif puas
akan memberikan suatu citra bahwa merek tersebut merupakan produk yang
diterima luas, berhasil, beredar di pasaran, dan sanggup memberikan
dukungan pelayanan yang luas dan peningkatan mutu produk. Kesadaran
merek juga dapat dibangkitkan dari kelompok pelanggan. Teman dan kolega
para pengguna akan menjadi sadar akan produk tersebut hanya dengan
menyaksikannya dan akan membangkitkan semacam kenangan yang
berkaitan dengan konteks penggunaan dan pengguna yang sulit dijangkau
oleh iklan manapun. Jadi, loyalitas merek dapat memikat pelanggan baru
dengan dua cara, yakni menciptakan kesadaran merek dan meyakinkan
kembali.
4)
Memberi waktu untuk menanggapi ancaman-ancaman persaingan
Loyalitas merek memberikan waktu pada sebuah perusahaan untuk
merespons
gerakan-gerakan
kompetitif.
Jika
salah
satu
kompetitor
mengembangkan produk yang unggul, seorang pengikut yang loyal akan
memberi waktu pada perusahaan kepercayaannya untuk memperbaharui
produknya dengan cara menyesuaikan atau menetralisasikannya.
28
2.6.2 Indikator Loyalitas Merek
Loyalitas merek atau brand loyalty dalam penelitian ini diukur menggunakan
4 indikator yang dikemukakan oleh Jalilvand (2011) meliputi:
1. Ketersediaan
Apabila seseorang tetap membeli sebuah produk setiap kali produk tetap
tersedia, hal tersebut membuktikan adanya loyalitas seseorang terhadap
brand.
2. Pilihan Utama
Apabila seseorang tetap menjadikan sebuah merek dagang atau produk
sebagai pilihan utama dibandingkan merek lain, hal tersebut merupakan
indikasi dari tingginya loyalitas seseorang terhadap merek tersebut.
3. Loyalitas
Apabila seseorang menganggap diri mereka loyal terhadap sebuah merek, hal
tersebut menunjukkan sejauh mana mereka telah setia untuk terus
menggunakan produk pilihan mereka.
4. Alternatif Pilihan
Seseorang yang selalu menempatkan sebuah produk sebagai alternatif mereka
menandakan kesetiaan seseorang terhadap sebuah merek dagang atau brand
loyalty.
2.7
Purchase Intention
Menurut jurnal Irshad (2012) mendefinisikanpurchase intention niat beli
mengacu pada kesediaan pelanggan untuk membeli merek, peningkatan dan
melanjutkan penggunaannya.
Purchase intention menurut Irawan , Pane (2011:66-79) adalah : “Keinginan
yang kuat gairah kecendrungan hati yang sangat tinggi untuk mendapatkan sesuatu
dengan cara pengorbanan, mendapatkan sesuatu dengan cara pengorbanan,
mendapatkan sesuatu dengan membayarkan uang”.
Definisi purchase intention menurut Samuel, Wijaya (2009:41) adalah
sebagai berikut: “Pernyataan mental dari pelanggan yang merefleksikan rencana
pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu”.
29
Kategori pertama merupakan hasil dari produk dengan keterlibatan tinggi
(high involvement) dan penyelesaian masalah yang luas (extended problem solving).
Dalam hal ini pelangganakan lebih memiliki keinginan untuk mengahabiskan waktu
dan energi dalam berbelanja. Sedangkan kategori kedua, keputusan akhir mungkin
akn tergantung pada promosi seperti potongan harga, display khusus, dan lainnya.
2.7.1
Indikator Purchase Intention
Indikator purchase intention atau minat pemebelian menurut Jalilvand (2011)
meliputi:
1. Akan Membeli
Apabila seseorang telah memiliki pemikiran atau keinginan untuk membeli
sebuah produk, hal tersebut mencerminkan salah satu indikasi tingginya
purchase intention orang tersebut atas sebuah brand.
2. Merekomendasikan
Apabila seseorang mulai mengarahkan orang lainuntuk membeli produk yang
dia gunakan, maka orang minat pembelian orang tersebut atas sebuah produk
atau merek dagang dapat dikatakan tinggi.
3. Membeli di masa depan
Apabila seseorang telah memiliki rencana untuk membeli produk di masa
depan (3 bulan, 6 bulan atau 1 tahun), maka orang tersebut telah memiliki
minat untuk membeli sebuah produk.
2.8
Penelitian Sebelumnya
Penelitian ini juga didukung dengan penelitian sebelumnya yang dapat
diuraikan sebagai berikut:
Penelitian 1
Penelitian yang dijalankan oleh Roozy et al (2014) dengan judul penelitian “Effect Of
Brand Equity On Consumer Purchase Intention” dikutip hasil penelitian sebagai
berikut: “Regarding the result of the original hypothesis, about two teensubordinate
hypotheses ware presented eight subordinate hypotheses were accepted and
fourwererefuse. The brand loyalty has the most influence on the purchases
intention.”Dimana dari kutipan tersebut dapat diartikan bahwa pada penelitian
30
tersebut, pengaruh yang dihasilkan dalam mempengaruhi purchase intention adalah
brand loyalty.
Penelitian 2
Penelitian kedua yang dijalankan oleh Irshad, Waseem (2012) dengan judul
penelitian “Service Based Brand Equity, Measure of Purchase Intention, Mediating
Role of Brand Performance” menjelaskan bahwa dalam penelitian tersebut
perceivedservice quality, brand association & awareness and service loyalty adalah
tiga variabel yang secara signifikan mempengaruhi purchase intention.
Penelitian 3
Menurut penelitian yang dijalankan oleh Chen dan Chang (2008) dengan judul
“Airline brand equity, brand preference, and purchase intentions—The moderating
effects of switching” ditemukan hasil penelitian sebagai berikut: “The findings
indicate positive relationships between brand equity, brand preference, and purchase
intentions with a moderation effect of switching cost affecting the relationship
between brand equity and purchase intentions” yang dapat disimpulkan bahwa
memang atribut pada brand equity memiliki pengaruh terhadap purchase intention
Penelitian 4
Menurut penelitian yang dijalankan oleh Chi, Yeh dan Yang (2009) dengan judul
“The Impact of Brand Awareness on consumer Purchase Intention : The Mediating
Effect of Perceived Quality and Perceived Quality and Brand Loyalty” yang dapat
disimpulkan bahwa memang Perceived Quality dan Brand Loyalty memiliki
pengaruh memediasi terhadap Purchase Intention.
31
2.9
Kerangka Pemikiran
Kualitas Tinggi
Kepastian
Kemungkinan
Kehandalan
Ingatan
Karateristik
Dapat
Membayangkan
Perceived
Quality
Brand
Association
Akan Membeli
Kesadaran
Pembedaan
Brand
Purchase
Membeli di
Awareness
Intention
Masa Depan
Bentuk
Merekomendasik
an
Brand Loyalty
Ketersediaan
Pilihan Utama
Loyalitas
Alternatif
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
32
2.10
Rancangan Uji Hipotesis
Hipotesis menurut Sugiyono (2009:96), hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara karena
jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori.Hipotesis dirumuskan atas dasar
kerangka pemikiran yang merupakan jawaban sementara atas masalah yang
dirumuskan. Selanjutnya, rancangan uji hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Untuk Tujuan 1
Ho :Brand association tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap purchase
intention pada PT Sun Star Prima Motor
Ha :Brand association memiliki pengaruh yang signifikan terhadap purchase
intention pada PT Sun Star Prima Motor
(Menurut jurnal Chi : 2009)
Untuk Tujuan 2
Ho :Brand Awareness tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perceived
quality pada PT Sun Star Prima Motor
Ha :Brand Awareness memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perceived quality
pada PT Sun Star Prima Motor
(Menurut jurnal Chi : 2009)
Untuk Tujuan 3
Ho :Brand Awareness tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap brand
loyalty pada PT Sun Star Prima Motor
Ha :Brand Awareness memiliki pengaruh yang signifikan terhadap brand loyalty
pada PT Sun Star Prima Motor
(Menurut jurnal Chi : 2009)
Untuk Tujuan 4
Ho :Perceived quality tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap brand
loyalty pada PT Sun Star Prima Motor
Ha :Perceived quality memiliki pengaruh yang signifikan terhadap brand loyalty
pada PT Sun Star Prima Motor
(Menurut jurnal Chi : 2009)
33
Untuk Tujuan 5
Ho :Brand Awareness tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap purchase
intention pada PT Sun Star Prima Motor
Ha :Brand Awareness memiliki pengaruh yang signifikan terhadap purchase
intention pada PT Sun Star Prima Motor
(Menurut jurnal Chi : 2009)
Untuk Tujuan 6
Ho :Perceived Quality tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap purchase
intention pada PT Sun Star Prima Motor
Ha :Perceived Quality memiliki pengaruh yang signifikan terhadap purchase
intention pada PT Sun Star Prima Motor
(Menurut jurnal Chi : 2009)
Untuk Tujuan 7
Ho :Brand Loyalty tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap purchase
intention pada PT Sun Star Prima Motor
Ha :Brand Loyalty memiliki pengaruh yang signifikan terhadap purchase intention
pada PT Sun Star Prima Motor
(Menurut jurnal Chi : 2009)
Untuk Tujuan 8
Ho :Perceived Quality tidak signifikan memediasi pengaruh brand awareness
terhadap purchase intention pada PT Sun Star Prima Motor
Ha :Perceived Quality secara signifikan memediasi pengaruh brand awareness
terhadap purchase intention pada PT Sun Star Prima Motor
(Menurut jurnal Chi : 2009)
Untuk Tujuan 9
Ho :Brand Loyalty tidak signifikan memediasi pengaruh brand awareness terhadap
purchase intentionpada PT Sun Star Prima Motor
Ha :Brand Loyalty secara signifikan memediasi pengaruh brand awareness terhadap
purchase intention pada PT Sun Star Prima Motor
(Menurut jurnal Chi : 2009)
34
Download