MANAJEMEN PENDIDIKAN AKHLAKUL KARIMAH (Studi

advertisement
Tolong dituliskan Judul Tiap Artikel……
MANAJEMEN PENDIDIKAN AKHLAKUL KARIMAH
(Studi padaMadrasah Aliyah Tahfidzul Qur'an Pondok Pesantren
'Isy Karima Kabupaten Karanganyar)
Rustam Ibrahim
Penulis adalah Staf Pengajar pada Universitas Nahadlatul Ulama (UNU)
Surakarta
Abstrak
Kenakalan remaja di Indonesia semakin hari semakin mengkhawatirkan. Berdasarkan
data dari Kemensos, korban penyalahgunaan napza berjumlah 3.610.819 (tiga juta
enam ratus sepuluh ribu delapan ratus sembilan belas), siswa yang berhadapan dengan
hukum sebanyak 155.444 (seratus lima puluh lima ribu empat ratus empat puluh
empat), siswa tuna sosial sebanyak 375.343 (tiga ratus tujuh puluh lima ribu tiga ratus
empat puluh tiga). Komisi PerlindunganAnak (KPA): 97 % pelajar usia remaja
pernah mengakses pornografi & sebanyak 62,7 % pernah melakukan hubungan badan
(Kompas, 9-5-2010). Isu seperti ini tidak bisa dibiarkan, karena ujung dari semua itu
semakin maraknya penyimpangan yang dilakukan oleh siswa.
Haidar Bagir menyatakan perlunya pengembangan pendidikan akhlaq al-karimah
dalam tataran praktis, ia menilai bahwa Indonesia merupakan negara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam, namun kejahatan dan penyimpangan akhlak belum
berlalu dari negeri ini. Hal itu disebabkan dua hal, Pertama. Pendidikan agama masih
bersifat simbolik dan legal-formal, masyarakat hanya puas dengan mengenakan
simbol-simbol agama dan cenderung berfokus pada pelaksanaan ibadah mahdhah
(murni), tidak pada esensi dibalik ritual yang dilakukan, sehingga muncul istilah
STMJ (Shalat Terus Maksiat Jalan), Kedua. Pendidikan agama kurang memperhatikan
terhadap ranah psikomotorik, padahal pendidikan yang baik harus meliputi tiga ranah,
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Model Manajemen Pendidikan Akhlaq al-Karimah MATIQ 'Isy Karima adalah
manajemen yang fungsi-fungsinya didasari dengan kajian akhlaq al-karimah, baik dari
segi teoritis maupun praktis. Secara teoritis, MATIQ 'Isy Karima setiap hari
memberikan pengetahuan dan kajian akhlaq kepada siswa, baik melalui dauroh,
workshop, tausiyah, kajian kitab Riyadh as-Sholihin, maupun kajian umum. Secara
praktis, MATIQ 'Isy Karima melalui bagian kesiswaan selalu memantau perilaku
siswa selama 24 jam selama di pondok dengan berpedoman pada tata tertib yang telah
disepakati dan disosialisasikan kepada siswa. Hasilnya, manajemen pendidikan akhlaq
al-karimah dapat merubah akhlaq siswa secara bertahap dan pelan-pelan.
Implikasinya, kenakalan remaja yang saat ini semakin parah, baik dalam
penyimpangan narkoba, pornografi, pergaulan bebas dapat dicegah dengan penerapan
manajemen pendidikan akhlaq al-karimah MATIQ 'Isy Karima.
Kata Kunci: Manajemen Pendidikan, Akhlaq Al-Karimah
A. Pendahuluan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 3 menyatakan
bahwa Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
24 | ISSN: 2356-2447-XIII
Nama Akhlakul
Penulis tiap
Artikel
Rustam Ibrahim, Manajemen Pendidikan
Karimah
serta bertanggung jawab.46 Jika dicermati, tujuan pendidikan nasional di atas sesuai
dengan tujuan Pendidikan Islam, yaitu mewujudkan manusia yang berakhlakul karimah
Materi akhlakul karimah sebagai jiwa dari Pendidikan Agama Islam merupakan salah
satu materi yang ikut berperan dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional, hal tersebut
dinyatakan dalam pasal 37 ayat 1 a UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat pendidikan
agama. Dengan demikian Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk meningkatkan
keimanan dan ketakwaan lulusan perguruan tinggi sebagai manusia yang berakhlakul
karimah dan terdidik di Indonesia.
Pendidikan akhlakul karimah semakin dibutuhkan seiring dengan kehidupan modern
yang serba materialistik dan hedonistik yang ikut melanda kalangan dunia pendidikan,
adanya pemalsuan ijazah oleh oknum kepala sekolah, diterimanya siswa yang UASBN-nya
rendah dengan syarat ada uang pelicin, adanya berbagai titipan dalam penerimaan siswa
baru, pemberian beban kepada siswa tanpa dibarengi peningkatan mutu pendidikan dan
sebagainya adalah merupakan akibat arus globalisasi yang telah melanda dunia pendidikan.
Keadaan ini diperparah dengan berbagai kenakalan remaja. Berdasarkan data dari
Kemensos, korban penyalahgunaan NAPZA berjumlah 3.610.819 (tiga juta enam ratus
sepuluh ribu delapan ratus sembilan belas), siswa yang berhadapan dengan hukum
sebanyak 155.444 (seratus lima puluh lima ribu empat ratus empat puluh empat), siswa
tuna sosial sebanyak 375.343 (tiga ratus tujuh puluh lima ribu tiga ratus empat puluh tiga).
Isu seperti ini tidak bisa dibiarkan, karena ujung dari semua itu semakin maraknya
penyimpangan yang dilakukan oleh siswa. 47
Menurut Jalaludin Rahmat, keadaan seperti di atas disebabkan oleh rendahnya
kecerdasan spiritual siswa. Siswa tidak dapat menemukan makna hidup, sehingga ia tidak
memikirkan akibat perbuatan yang ia lakukan. 48 Berbagai masalah ini perlu dicarikan
solusinya, lembaga pendidikan harus mencari cara penyelesaian kasus tersebut dengan
berpijak pada prinsip tidak merugikan sekolah dan siswa. Cara penanggulangan obat-obat
terlarang, maraknya video porno, dan berbagai prilaku negatif lainnya di kalangan dunia
pendidikan sudah saatnya untuk dipikirkan bersama. 49
Haidar Bagir sebagaimana dikutip Nata, 50 menyatakan perlunya pengembangan
pendidikan akhlakul karimah dalam tataran praktis, ia menilai bahwa Indonesia merupakan
negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, namun kejahatan dan penyimpangan
akhlak belum berlalu dari negeri ini. Hal itu disebabkan dua hal, Pertama. Pendidikan
agama masih bersifat simbolik dan legal-formal, masyarakat hanya puas dengan
mengenakan simbol-simbol agama dan cenderung berfokus pada pelaksanaan ibadah
mahdhah (murni), tidak pada esensi dibalik ritual yang dilakukan, sehingga muncul istilah
46
Depag, Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam, 2009),
hal. iii
47
Salim Segaff Al Jufrie, artikel : Mewujudkan Perguruan Tinggi Unggul Berbasis Nilai Sosial
Kemasyarakatan" disampaikan dalam orasi ilmiyah di UNU Surakarta pada tanggal 27 Pebruari 2012, hal. 10
48
Jalaluddin Rakhmad, Pengantar Psikologi Agama , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hal, 159
49
Jalaluddin Rakhmad, Pengantar, hal. 159
50
Abuddin Nata, Akhlak Tasawwuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007), hal. 130
Jurnal Al-Qalam Vol.XIII | 25
Tolong
dituliskan
Judul
Tiap Artikel……
Rustam
Ibrahim,
Manajemen
Pendidikan Akhlakul Karimah
STMJ (Shalat Terus Maksiat Jalan), Kedua. Pendidikan agama kurang memperhatikan
terhadap ranah psikomotorik, padahal pendidikan yang baik harus meliputi tiga ranah, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dari keterangan di atas, pendidikan akhlakul karimah dapat mengendalikan prilaku
keseharian siswa jika memuat tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam
ranah kognitif, siswa memahami konsep akhlakul karimah. Dalam ranah afektif, siswa
memahami bagaimana bersikap dan berkomunikasi sesuai konsep akhlakul karimah. Dalam
ranah psikomotorik, siswa dapat bertindak dan berbuat sesuatu sesuai dengan akhlakul
karimah. Akhirnya timbul rasa malu melanggar larangan Allah atau melalaikan perintahNya. Ia juga tidak berani berbuat dosa dan maksiat karena semua itu dilarang Tuhan.
Pendidikan akhlakul karimah perlu didukung dengan alasan-alasan yang rasional, misalnya
kehidupan di masa sekarang ini amat berat tantangan dan cobaannya, banyak hal yang
dapat menjerumuskan manusia dan menghancurkan masa depannya. Orang yang ingin
selamat dan terhindar dari cobaan tersebut perlu memiliki pegangan yang kokoh, pegangan
yang kokoh ini adalah akhlakul karimah. 51
Akhlak adalah sebuah ungkapan dari sebuah sifat yang terdapat dalam hati, sifat
tersebut membentuk perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa membutuhkan pemikiran
dan pertimbangan.52 Akhlak terkait dengan moral, etika, dan karakter dalam hal membahas
prilaku manusia. Perbedaannya Etika merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan perbuatan manusia untuk dikatakan baik atau buruk, dengan kata lain aturan atau
pola tingkah laku yang di hasilkan oleh akal manusia. Sedangkan moral adalah sebuah
istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, peran, kehendak, pendapat
atau perbuatan yang secara layak dapat di katakan benar, salah, baik, atau buruk. Ada
sedikit perbedaan antara moral dan etika. Moral di pakai untuk perbuatan yang sedang di
nilai, sedangkan etika di pakai untuk sistem nilai yang ada.
Menurut Abdurrahman Wahid, Implementasi akhlakul karimah membutuhkan sebuah
manajemen yang baik, tanpanya implementasi akhlakul karimah tidak akan berjalan dengan
efektif dan efisien. Manajemen Pendidikan Akhlakul karimah merupakan strategi mengatur
komponen organisasi dalam menjalankan tugas untuk mencapai tujuan, yaitu terciptanya
akhlakul karimah bagi siswa.53 Proses tersebut melibatkan fungsi-fungsi pokok yang
ditampilkan oleh manajer/pimpinan, yaitu proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.54
Manajemen pendidikan akhlakul karimah telah diimplementasikan oleh Madrasah
Aliyah Tahfidz al-Qur'an Pondok Pesantren 'Isy Karima Kabupaten Karanganyar yang
selanjutnya disebut dengan MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima merupakan salah satu
institusi yang menekankan pengamalan akhlakul karimah. MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy
Karima berlokasi di kampung Pakel, Desa Gerdu, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten
51
Jalaluddin Rakhmad, Pengantar Psikologi, hal. 159
52
Al-Ghazali, Ihya’ ‘ulum ad-Din ,(al-Qahirah: Dar al-Kutub al-Islamiyyah, tt), hal. 52
53
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2001), hal.1
54
James A.F. Stoner, Management, hal. 8
26 | ISSN: 2356-2447-XIII
Nama Akhlakul
Penulis tiap
Artikel
Rustam Ibrahim, Manajemen Pendidikan
Karimah
Karanganyar memiliki prestasi yang baik, dari tiga angkatan lulusan 2008-2010, hanya satu
orang siswa pada setiap angkatan yang tidak lulus SPMB untuk PTN.
Hasil wawancara penulis dengan Kepala MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima,
Ustadz Ali Mursyidi. Ia menyatakan bahwa akhlakul karimah merupakan kunci dibalik
keunggulan Madrasah Aliyah Tahfidzul Qur'an ‘Isy Karima, bukan saja terletak pada mutu
lulusan, tapi banyak medali telah diraih siswa dalam berbagai perlombaan baik tingkat
Kabupaten, Provinsi, bahkan Nasional meliputi berbagai bidang studi. Seperti: Matematika,
Kimia, Fisika, Bahasa Arab, Komputer, dan Bahasa Inggris.55
Lebih dari itu pengamatan penulis menemukan hal-hal unik yang jarang ditemukan
dalam dunia pesantren kebanyakan, antara lain:
1. Sebutan Madrasah Aliyah Tahfidz al-Qur'an, menunjukkan bahwa Madrasah
Aliyah selain menerapkan kurikulum dari Kemenag seperti yang telah diterapkan
di MA pada umumnya juga memiliki kekhususan yaitu hafalan al-Qur'an yang
diwajibkan bagi semua siswa.
2. Madrasah Aliyah Tahfidz al-Qur'an 'Isy Karima mendapatkan ranking satu dalam
hal prestasi di Kabupaten Karanganyar untuk tingkat Aliyah Swasta maupun
Negeri, ranking satu di Jawa Tengah untuk tingkat Aliyah swasta, serta ranking
lima di Jawa Tengah untuk Aliyah swasta maupun negeri.
3. Prestasi lulusannya baik, tiap angkatan banyak yang diterima di PTN melalui
SPMB dan juga tidak sedikit yang mendapatkan beasiswa dari Kemenag untuk
melanjutkan di PTN bahkan luar negeri.
4. Manajemen pendidikannya mengutamakan musyawarah. Segala persoalan
dimusyawarahkan secara sistematis dan berkala. Sifat kolektivitas (kebersamaan)
begitu kental, sehingga mudir (kepala) pesantren dan kepala madrasah merupakan
figur yang disepakati untuk memimpin pesantren dan memutuskan persoalan jika
ada perbedaan di antara koleganya.
5. Pembelajaran dan pembiasaan akhlakul karimah sangat menonjol. Hal ini terlihat
terutama dalam visi-misi, tata tertib, dan manajemennya yang berorientasi
membentuk siswa yang memiliki akhlakul karimah.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada manajemen pendidikan akhlakul karimah di MATIQ
Pondok Pesantren ‘Isy Karima Kabupaten Karanganyar yang dapat dijabarkan dalam
subfokus menjadi:
1. Perencanaan (Planning) Pendidikan Akhlakul karimah MATIQ Pondok Pesantren
‘Isy Karima.
2. Pengorganisasian (Organizing) Pendidikan Akhlakul karimah MATIQ Pondok
Pesantren ‘Isy Karima.
55
Wawancara dengan Ustadz Ali Mursyidi, Kepala MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima, pada tanggal
11 Oktober 2013.
Jurnal Al-Qalam Vol.XIII | 27
Tolong dituliskan
Tiap Artikel……
Rustam
Ibrahim,Judul
Manajemen
Pendidikan Akhlakul Karimah
3. Penggerakan (Actuating) Pendidikan Akhlakul karimah MATIQ Pondok Pesantren
‘Isy Karima.
4. Pengawasan (Controlling) Pendidikan Akhlakul karimah MATIQ Pondok
Pesantren ‘Isy Karima.
5. Pengevaluasian (Evaluating) pendidikan Akhlakul karimah MATIQ Pondok
Pesantren ‘Isy Karima.
6. Model Manajemen Pendidikan Akhlakul karimah MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy
Karima.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif mengenai manajemen pendidikan,
karena latar penelitian ini adalah akhlakul karimah, maka orientasi teoritik penelitian ini
menggunakan orientasi akhlaq. Yaitu mendeskripsikan layanan pendidikan akhlakul
karimah di MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima baik yang berhubungan dengan
pendekatan, teknik, prinsip-prinsip, prosedur-prosedur, maupun interaksi yang terjadi
antara guru dan siswa dalam pendidikan akhlakul karimah. Dalam hal ini teori manajemen
dan akhlakul karimah digunakan sebagai kerangka teoretis dalam menjelaskan proses
pendidikan. Data yang telah dikumpulkan dianalisis secara induktif dan hasilnya disajikan
dalam bentuk deskriptif, yaitu dalam bentuk kata-kata dan gambar-gambar skema.
Dalam penelitian ini semua data dikumpulkan sendiri oleh peneliti sebagai instrumen
utama dan dilakukan pada latar yang alami. Artinya peneliti sendiri yang mengadakan
pengamatan, wawancara, serta mengumpulkan dokumen-dokumen yang diperlukan.
Pengumpulan datanya dilakukan dengan cara :
1. Pengamatan terlibat (participant observation) yaitu pengamatan langsung pada
sasaran penelitian tanpa intervensi eksistensinya dan terjadi interaksi antara
peneliti dan informan.
2. Wawancara terbuka (open interview) dan mendalam, langkah ini dilakukan
untuk memperoleh jawaban yang tidak di batasi dari informan. Interview
merupakan proses interaksi antara pewancara dan responden yaitu informan.
3. Dokumentasi, yaitu data yang diambil dari bahan tertulis, film, atau dari
record, langkah ini dilakukan untuk mencari data tentang guru, siswa, dan
dokumen-dokumen yang terkait dengan topik penelitian.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus
adalah pilihan terhadap objek penelitian, bukan konsekuensi metodologis. Secara definitif,
studi kasus mensyaratkan suatu penelitian dengan kekhasan tertentu, unik. peneliti sudah
memiliki pandangan bahwa di lokasi yang bersangkutan ada suatu masalah yang berbeda,
bahkan mungkin menyimpang. Kasusnya adalah kegiatan manajemen pendidikan akhlakul
karimah atau pembiasaan akhlakul karimah siswa. Penulis memilih rancangan studi kasus
karena metode ini mudah untuk dilaksanakan, sehingga bagi peneliti pemula sangat cocok,
bila dibanding dengan studi multi situs atau multi kasus. Studi kasus yang digunakan dalam
penelitian ini studi kasus observasi, karena penelitian ini diarahkan untuk mengungkapkan
suatu peristiwa kegiatan pendidikan akhlakul karimah dalam proses organisasional dan
manajerial pendidikan dengan cara mengadakan pengamatan peran serta.
28 | ISSN: 2356-2447-XIII
NamaAkhlakul
Penulis tiap
Artikel
Rustam Ibrahim, Manajemen Pendidikan
Karimah
D. Kerangka Teori
1. Manajemen Pendidikan
Menurut Pidarta, Manajemen pendidikan ialah proses perencanaan, pengorganisasian,
memimpin, mengendalikan tenaga pendidikan, sumber daya pendidikan untuk mencapai
tujuan pendidikan, mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan manusia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang
luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
yang mantap, mandiri, serta bertanggung jawab ke masyarakat dan kebangsaan. 56 Dapat
disimpulkan bahwa Manajemen pendidikan dapat diartikan sebagai aktivitas memadukan
sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditentukan sebelumnya.
Dalam penelitian ini, manajemen yang digunakan sebagai acuan untuk memaparkan
manajemen pendidikan akhlakul karimah di MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima adalah
manajemen dengan empat fungsi, yaitu (1). Perencanaan (planning), (2). pengorganisasian
(organizing), (3). penggerakan (actuating), dan (4). Pengawasan (controlling).57
a. Rencana Kerja Madrasah
Terry menyebutkan perencanaan adalah menyeleksi dan menghubungkan fakta-fakta,
membuat dan menggunakan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan penggambaran dan
penyusunan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. 58 Hal
tersebut sesuai dengan Rencana Kerja Madrasah (RKM) yang menjadi unsur utama dalam
penyelenggaraan pendidikan. Rencana Kerja Madrasah berkaitan erat dengan pemberdayaan unsur-unsur yang ada didalamnya baik secara fisik maupun non fisik. Keberadaan
personalia (SDM), sarana prasarana, peserta didik, peralatan, sumber dana, kemampuan
manajerial, serta perangkat pendukung lain seperti undang-undang, peraturan pemerintah,
keputusan menteri, maupun yang lainnya saling memberi dampak terhadap kelancaran
proses maupun pencapaian tujuan. Untuk itulah dalam realitas akan muncul berbagai profil
madrasah sesuai dengan kondisinya yang beragam. Rencana Kerja Madrasah mencakup,
1) Rencana kerja jangka menengah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai
dalam kurun waktu empat tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin
dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan.
2) Rencana kerja tahunan yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran
Sekolah/Madrasah (RKA-S/M) dilaksanakan berdasarkan rencana jangka menengah.
Rencana kerja jangka menengah dan tahunan sekolah/madrasah memenuhi dua hal: 1)
disetujui rapat dewan pendidik setelah memperhatikan pertimbangan dari komite
sekolah/madrasah dan disahkan berlakunya oleh dinas pendidikan kabupaten/kota. Pada
sekolah/madrasah swasta rencana kerja ini disahkan berlakunya oleh penyelenggara sekolah
madrasah; 2) dituangkan dalam dokumen yang mudah dibaca oleh pihak-pihak yang terkait.
56
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 4
57
George R, Terry, Principles of Management, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal.15
58
George R, Terry, Principles, hal. 173
Jurnal Al-Qalam Vol.XIII | 29
Tolong dituliskan
Tiap Artikel……
Rustam
Ibrahim,Judul
Manajemen
Pendidikan Akhlakul Karimah
Rencana kerja empat tahun dan tahunan disesuaikan dengan persetujuan rapat dewan
pendidik dan pertimbangan komite sekolah/madrasah, Rencana kerja tahunan dijadikan
dasar pengelolaan sekolah/madrasah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan,
partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. Rencana kerja tahunan memuat ketentuan yang
jelas mengenai: 1) kesiswaan; 2) kurikulum dan kegiatan pembelajaran; 3) pendidik dan
tenaga kependidikan serta pengembangannya; 4) sarana dan prasarana; 5) keuangan dan
pembiayaan; 6) budaya dan lingkungan sekolah; 7) peran serta masyarakat dan kemitraan;
8) rencana-rencana kerja lain yang mengarah kepada peningkatan dan pengembangan mutu.
b. Organisasi dan Mekanisme Kerja Madrasah
Pengorganisasian adalah langkah yang ditempuh setelah tujuan dan rencana-rencana
organisasi ditetapkan, yaitu dengan merencanakan dan mengembangkan organisasi agar
dapat melaksanakan berbagai program yang telah direncanakan. Terry menyatakan, bahwa
pengorganisasian adalah pembentukan hubungan perilaku efektif antar orang sehingga
mereka dapat bekerja bersama-sama secara efisien dan mencapai kepuasan pribadi dalam
mengadakan tugas-tugas di bawah kondisi lingkungan yang diberikan guna mencapai
tujuan.59 Menurut Handoko, kegiatan-kegiatan dalam pengorganisasian meliputi: 60
1) Penentuan sumber daya-sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan organisasi.
2) Perancangan dan pengembangan suatu organisasi yang akan dapat melaksanakan
tugas untuk hal-hal tersebut ke arah tujuan.
3) Penugasan tanggung jawab tertentu,
4) Pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk
melaksanakan tugasnya. Fungsi ini menciptakan struktur formal di mana
pekerjaan ditetapkan, dibagi, kemudian dikoordinasikan.
c.
Penggerakan Program Kerja Madrasah
Menurut Stoner penggerakan ialah proses mengarahkan (directing) dan mempengaruhi
(influencing) kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan tugas anggota kelompok atau
organisasi secara keseluruhan.61 Fungsi penggerakan ini sebagai tindakan mengarahkan
pekerjaan yang perlu dilaksanakan di dalam sebuah organisasi. Karena itu, menggerakkan
harus dikaitkan dengan fungsi-fungsi manajemen lain, misal perencanaan, organisasi, dan
pengawasan agar tujuan organisasi tercapai. Pada dasarnya, penggerakan (mengarahkan dan
memotivasi) ini ditunjang oleh prilaku yang lebih banyak bekerja dari pada berbicara.
Pemimpin yang profesional dalam lingkungan pendidikan harus mempunyai
seperangkat kompetensi atau keterampilan manajerial. Dalam hal ini, Ndraha menjelaskan
bahwa keterampilan merupakan kemampuan dalam melaksanakan tugas. 62 Dari dua
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan merupakan kemampuan dalam
melaksanakan tugas berdasarkan kompetensi pekerjaan yang hasilnya dapat diamati.
59
George R, Terry, Principles, hal. 74
60
Hani Handoko, T. Manajemen, Edisi Kedua, (Yogyakarta: BPFE, 2001), hal. 24
61
James A.F. Stoner, Management , hal. 12
62
Ndraha, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta: AIDA,1989), hal. 47
30 | ISSN: 2356-2447-XIII
NamaAkhlakul
Penulis tiap
Artikel
Rustam Ibrahim, Manajemen Pendidikan
Karimah
Penggerakan di madrasah adalah pengarahan yang dilakukan oleh Kepala sekolah
dalam melaksanakan beberapa program kerja, yaitu program kerja harian, program kerja
mingguan, dan program kerja bulanan. Program kerja harian seperti memeriksa daftar hadir
guru dan Tata usaha, memeriksa program harian guru dan satuan pembelajaran guru,
menyelesaikan surat-surat, memeriksa buku kemajuan kelas, dan memeriksa segala hal
menjelang kegiatan pembelajaran usai.
Sedangkan program kerja mingguan, misalnya dua minggu sekali upacara bendera
pada hari Senin, mengontrol buku agenda surat dan memberikan bimbingan guru dan Tata
usaha, memeriksa buku keuangan, menyelesaikan surat masuk dan surat keluar. Program
kerja bulanan dibagi menjadi dua, yaitu kegiatan awal bulan dan akhir bulan. Kegiatan awal
bulan misalnya laporan bulanan bulan yang lalu. Laporan keuangan atau SPJ, dan
mengusahakan dan membimbing seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh para staf atau
guru agar lebih baik. Kegiatan akhir bulan misalnya memeriksa dan menutup buku kas,
rekapitulasi agenda surat-surat, dan memeriksa tutup buku tersebut.
d. Pengawasan di Madrasah
Menurut Stoner pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa kegiatankegiatan aktual yang dilakukan sesuai dengan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan.63
Fungsi pengawasan dalam manajemen meliputi: (1). Mempertahankan standar kinerja, (2).
Mengukur kinerja saat ini, (3). Membandingkan kinerja saat ini dengan standar yang harus
dipertahankan. (4). Melakukan tindakan koreksi jika terdeteksi adanya penyimpangan.
Sedang langkah-langkah pengawasan pada Madrasah meliputi hal-hal berikut:
1) Penyusunan program pengawasan secara obyektif, bertanggung jawab dan
berkelanjutan. Penyusunan program pengawasan di sekolah/madrasah didasarkan
pada Standar Nasional Pendidikan.
2) Program pengawasan disosialisasikan ke seluruh pendidik dan tenaga kependidikan.
3) Pengawasan pengelolaan sekolah/madrasah meliputi pemantauan, supervisi,
evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan.
4) Pemantauan pengelolaan sekolah/madrasah dilakukan oleh komite sekolah/madrasah
atau bentuk lain dari lembaga perwakilan pihak- pihak yang berkepentingan secara
teratur dan berkelanjutan untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas
pengelolaan.
5) Supervisi pengelolaan akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh
kepala sekolah/madrasah dan pengawas sekolah/madrasah.
6) Guru melaporkan hasil evaluasi dan penilaian sekurang-kurangnya setiap akhir
semester ditujukan kepada kepala sekolah/madrasah dan orang tua/wali peserta
didik.
7) Tenaga kependidikan melaporkan pelaksanaan teknis dari tugas masing-masing
sekurang-kurangnya setiap akhir semester yang ditujukan kepada kepala
sekolah/madrasah. kepala sekolah/madrasah, secara terus menerus melakukan
pengawasan pelaksanaan tugas tenaga kependidikan.
63
James A.F. Stoner, Management, (New York: Prentice Hall International Engleiwood, 1995), hal. 12
Jurnal Al-Qalam Vol.XIII | 31
Tolong
dituliskan
Judul
Tiap Artikel……
Rustam
Ibrahim,
Manajemen
Pendidikan Akhlakul Karimah
8) Kepala sekolah/madrasah melaporkan hasil evaluasi kepada komite
sekolah/madrasah dan pihak-pihak lain yang berkepentingan sekurang-kurangnya
setiap akhir semester.
9) Pengawas sekolah melaporkan hasil pengawasan di sekolah kepada bupati/walikota
melalui Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab di bidang
pendidikan dan sekolah yang bersangkutan, setelah dikonfirmasikan pads sekolah
terkait.
10) Pengawas madrasah melaporkan hasil pengawasan di madrasah kepada Kantor
Departemen Agama Kabupaten/Kota dan pada madrasah yang bersangkutan, setelah
dikonfirmasikan pada madrasah terkait.
2. Manajemen Pendidikan Akhlakul Karimah
Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan di dunia sebagai khalifah sudah
barang tentu bergumul dan bergulat dengan dunia terhadap segala segi masalah dan
tantangannya, dengan menggunakan budi dan dayanya serta menggunakan segala
kemampuannya baik yang bersifat cipta, rasa maupun karsa. Hal ini perlu pembinaan
sehingga menjadi kebiasaan yang baik yang disebut dengan akhlak, sesuai dengan berbagai
pendapat sebagai berikut:
a.
Hujjatul Islam Al-Ghazali (jilid 3, 52) menyatakan:
‫عبارة عن هيئن ىف النفس راسنة عفهنا ثصنرر االقعنا بسنهلل ويسن من غنر حاجن اىل فكن‬
‫وروي‬
Akhlak adalah sebuah ungkapan dari sebuah sifat yang terdapat dalam hati, sifat tersebut
membentuk perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan. Akhlak merupakan motor penggerak terhadap kepribadian seseorang,
akhlak yang baik akan memunculkan kepribadian yang baik, sebaliknya akhlak yang jelek
akan memunculkan kepribadian yang tidak baik.
b.
Ibnu Maskawaih, menyatakan:
‫حا الفس داعي هلا اىل افعاهلا م غر فك و الزوب‬
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan suatu
perbuatan tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran (yang panjang terlebih dahulu).
Dari pengertian di atas, maka dapat ditegaskan bahwa manajemen pendidikan akhlakul
karimah adalah strategi untuk menerapkan kebiasaan-kebiasaan baik yang mencerminkan
akhlakul karimah dengan empat fungsi manajemen yang dikaji secara teoritis di atas,
menunjukkan betapa pentingnya peran manajemen dalam mewujudkan tujuan organisasi.
Berkenaan dengan manajemen Pendidikan akhlakul karimah dalam penelitian ini,
kemampuan pimpinan MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima dalam menerapkan fungsi
manajemen pendidikan akhlakul karimah dalam organisasi MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy
Karima sangat penting, disamping juga menentukan tingkat keberhasilan untuk mencapai
tujuan yang telah direncanakan.
Manajemen merupakan kekuatan utama dalam dunia pendidikan, termasuk dalam
pendidikan akhlakul karimah. Dalam studi ini, manajemen digunakan sebagai rujukan
32 | ISSN: 2356-2447-XIII
NamaAkhlakul
Penulis tiap
Artikel
Rustam Ibrahim, Manajemen Pendidikan
Karimah
untuk mengatur atau mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan subsistem dan menghubungkan
dengan lingkungan di lembaga pendidikan MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima,
khususnya dalam pembinaan akhlakul karimah siswa.
E. Pembahasan
Manajemen Pendidikan Akhlakul Karimah MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima
1.
Perencanaan Pendidikan Akhlakul Karimah MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy
Karima
Rencana Kerja Madrasah Aliyah Tahfidzul Qur'an MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy
Karima bidang kurikulum adalah menertibkan kegiatan dan administrasi pembelajaran,
meningkatkan profesionalisme guru, penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler yang
terprogram, dan terciptanya ketertiban kurikulum. Strategi yang ditempuh MATIQ Pondok
Pesantren ‘Isy Karima dalam meningkatkan akhlakul karimah siswa adalah:
1) Memberikan materi akhlakul karimah dalam kegiatan ekstrakurikuler.
2) Memberikan materi akhlakul karimah dalam proses belajar mengajar
3) Implementasi akhlakul karimah dalam tata tertib
4) Pembiasaan akhlakul karimah dalam kegiatan mandiri
Menurut Ali Mursyidi, sejak awal akhlakul karimah sangat diutamakan dalam proses
pembelajaran di MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima, oleh karena itu akhlakul karimah
dijadikan sebagai visi dari MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima, yaitu: Mencetak hafidz
yang berjiwa da'i dan mujahid serta memiliki pribadi yang seimbang dalam penghayatan
imaniyah, penalaran ilmiyah, dan memiliki kecakapan amaliyah berdasarkan Al-Qur'an dan
as-Sunnah sehingga tercipta pribadi yang berakhlakul karimah. 64
Menciptakan pribadi yang berakhlakul karimah menjadi visi di ‘Isy Karima. Dalam
mencapai visi yang diharapkan, terdapat tiga kelompok kerja yang menangani siswa, ada
wilayah sekolah formal yang dikoordinasi oleh kepala madrasah. Kegiatan ini berlangsung
mulai dari jam 08.00 pagi sampai jam 13.00 siang. Wilayah yang kedua adalah wilayah
kesiswaan yang dikoordinir oleh Ustadz Zainal Abidin. Wilayah ini bertanggung jawab
mengelola kegiatan siswa mulai dari jam 13.00 siang sampai jam 15.00 sore. Kemudian
jam 20.00 malam sampai subuh. Wilayah ketiga adalah mas'ul at-tahfidz (tanggung jawab
hafalan al-Qur'an), Koordinator dari mas'ul at-tahfidz adalah Ustadz Afif Nazaruddin.
wilayah ini bertanggung jawab mengelola kegiatan siswa mulai dari jam 15.00 sampai jam
16.30, 18.00-20.00, dan habis shalat Shubuh sampai jam 08.00 pagi. semua wilayah ini
terpadu dan saling bekerja sama dalam membentuk siswa yang berakhlakul karimah.
Menurut penulis, kebijakan manajemen dalam kejujuran penerimaan siswa baru perlu
diapresiasi. Sebab jujur dalam ajaran Islam menjadi pangkal dari segala kebajikan, karena
unsur pokok iman yang pertama adalah al-tashdiq bil qolbi, membenarkan dengan hati. Jika
dihatinya mendustakan, sementara dalam ungkapannya membenarkan, maka yang demikian
itu dikategorikan munafiq. Implikasi dari pembelajaran nilai kejujuran sebagaimana yang
64
Wawancara dengan Ali Mursyidi, Kepala MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima pada tanggal 20
Oktober 2013
Jurnal Al-Qalam Vol.XIII | 33
Tolong dituliskan
Tiap Artikel……
Rustam
Ibrahim,Judul
Manajemen
Pendidikan Akhlakul Karimah
disampaikan Ali Mursyidi, adalah para siswa selama berada di pesantren tidak ada yang
kecurian, kemudian prestasi yang diperoleh setiap akhir tahun pelajaran adalah prestasi
sesungguhnya, bukan hasil rekayasa guru atau hasil duplikasi dari yang lain. Tentunya hal
tersebut memberikan motivasi tersendiri bagi siswa untuk terus berprestasi. 65
Penulis mengamati bahwa waktu kegiatan siswa di MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy
Karima sangat padat. Mulai sebelum shubuh pukul 04.00 sampai dengan pukul 22.00 WIB.
Di satu sisi, kepadatan jadwal ini dapat membuat siswa sibuk dengan kegiatannya, namun
di satu sisi dapat membuat siswa jenuh. Hal itu disikapi bagian kesiswaan dengan kegiatan
SAPALA (Siswa Pecinta Alam), SAPALA diadakan tiap minggu sekali pada hari Jum'at.
SAPALA adalah kegiatan olahraga yang kegiatannya antara lain berlatih menunggang
kuda, bela diri, renang, dan panjat tebing.66 Kegiatan ini menjadi wadah refreshing bagi
siswa yang jenuh dengan materi pelajaran Ini menandakan perencanaan pendidikan
akhlakul karimah di MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima berjalan dengan tiga wilayah
sebagaimana disebutkan di atas.
Ada beberapa kegiatan yang mendorong terwujudnya akhlakul karimah di MATIQ
Pondok Pesantren ‘Isy Karima, salah satunya kegiatan halaqoh (study club) yang diadakan
tiap habis maghrib, tiap halaqoh beranggotakan 10 siswa yang dibimbing oleh satu guru.
Seorang guru mengawali halaqoh dengan berbagai taushiyah tentang akhlakul karimah
selama 15 menit, kemudian dilanjutkan dengan setoran muroja'ah hafalan Al-Qur'an oleh
siswa. Halaqoh ini juga menampung berbagai keluhan siswa dalam berbagai masalah,
sehingga para siswa merasa senang dengan nasehat para pembimbing. Bahkan beberapa
siswa menyatakan, walaupun mereka jauh dari orang tua, namun semua itu terobati dengan
keberadaan guru. Sebab nasehat mereka seperti bimbingan orang tua pada anaknya. 67
Menurut penulis, kegiatan halaqoh ini sangat strategis untuk mendoktrin siswa dalam
berakhlakul karimah. Dalam halaqoh ini siswa mencurahkan berbagai masalahnya kepada
guru, guru memberikan solusi dan jawaban atas berbagai problem yang dihadapi siswa.
Akhirnya siswa menemukan kepuasan dan menjadikan bimbingan guru sebagai pegangan
dalam hidupnya. Penulis melihat metode yang digunakan dalam halaqoh ini adalah
ceramah dan tanya jawab, sebuah metode pembelajaran yang memungkinkan terjadinya
komunikasi langsung antara guru dan siswa. Guru bertanya dan siswa menjawab, atau
siswa bertanya dan guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal
balik secara langsung antar guru dan siswa. Manfaat terpenting adalah guru dapat
memperoleh gambaran sejauh mana siswa dapat mengerti dan dapat mengungkapkan apa
yang telah disampaikan. menurut penulis, kegiatan di atas merupakan sebuah perencanaan
yang baik dalam manajemen pendidikan, sebab kegiatan di atas berisi tentang materi-materi
yang bertujuan untuk mencapai hasil yang diinginkan, yaitu diajarkannya materi-materi
tentang akhlakul karimah untuk membimbing siswa dalam kesehariannya.
65
Wawancara dengan Ali Mursyidi, Kepala MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima pada tanggal 20
Oktober 2013
Wawancara dengan Alif Bachtiar, Staf Pengajar MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima, pada tanggal 17
September 2013
66
67
Wawancara Ahmadiyah Saputra, Staf Pengajar MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima pada tanggal 20
Oktober 2013
34 | ISSN: 2356-2447-XIII
Nama Penulis tiap Artikel
Rustam Ibrahim, Manajemen Pendidikan
Akhlakul Karimah
Selain kegiatan di atas, tiap hari jam setengah lima sampai jam lima diadakan
pengajian akhlakul karimah. Referensi utama dalam pengajian ini adalah kitab Riyadhus
Sholihin, pematerinya adalah guru MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima yang
mendapatkan tugas sesuai dengan harinya, 68 Hari kamis sore dikhususkan dengan pengajian
umum yang anggotanya tidak hanya siswa MATIQ, tapi juga dari Ma'had Ali. Materi
akhlak yang disampaikan, misalnya hadits tentang: (1). Sifat-sifat terpuji seperti sabar,
jujur, muroqobah, istiqomah, saling tolong-menolong, ikhlas, dan lain-lain. (2).
Keutamaan-keutamaan perilaku-perilaku baik, (3).Adab dan tatakrama, (4). Pakaian, (5).
Salam, (6). Dzikir, dan (7). Larangan-larangan bagi muslim.
Penulis melihat bahwa proses pengajian menggunakan metode Bandongan, yaitu guru
membaca suatu kitab dalam waktu tertentu, dan siswa membawa kitab yang sama sambil
mendengarkan dan menyimak bacaan guru, mencatat terjemahan dan keterangan guru pada
kitab itu yang disebut dengan istilah maknani, ngasahi,69 Namun pengajian di MATIQ
Pondok Pesantren ‘Isy Karima dilakukan dengan absen, terikat pada absensi, dan waktunya
sudah ditentukan.
Menurut pendapat penulis, kegiatan kajian di atas berlangsung secara sistematis, yaitu
berjalan secara tepat waktu, kontinyu, dan terikat oleh absen. Kegiatan juga berlangsung
secara terencana, yaitu waktunya telah ditentukan dan semua siswa wajib untuk
mengikutinya. Jika salah satu siswa ada yang tidak mengikuti, ia akan mendapatkan sanksi.
Kecuali ada izin. Oleh sebab itu, pada setiap kegiatan pengajian berlangsung, jarang ada
siswa yang membolos, kecuali jika ada udzur (halangan). Kegiatan di atas juga terevaluasi,
yaitu ada petugas bidang kesiswaan yang selalu mengawasi dan mengobservasi terhadap
gerak-gerik siswa, ia mencatat tentang faktor-faktor yang menghambat dari kegiatan
pengajian, hasil catatan tersebut dijadikan sebagai bahan evaluasi rapat bidang kesiswaan.
Selain kajian Riyadh As-Sholihin, MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima mengadakan dauroh (seminar/workshop) tiap tiga bulan sekali dengan mendatangkan narasumber
dari luar negeri, diantara narasumber yang pernah memberikan tausiyah di MATIQ Pondok
Pesantren ‘Isy Karima adalah: Syekh Hisyam Al-Kabani (Al-Azhar University), Syekh
Qurroyim Rojih (Damaskus), Syekh Mustofa al-Bugho, Syekh Ahmad Anas Karzun, dan
Syekh Kholil al-Irhabi. MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima tiap tiga bulan sekali
dikunjungi oleh para Syekh dari luar negeri karena menjadi salah satu 60 pesantren tahfidz
di Indonesia yang bertaraf Internasional (Dokumen Pondok Pesantren ‘Isy Karima).
Menurut penulis, kegiatan dauroh tersebut memacu siswa untuk bersemangat dalam
belajar, disiplin, mengamalkan akhlakul karimah, serta termotivasi untuk studi lanjut,
terutama untuk melanjutkan studi ke luar negeri. Dengan berbagi pengalaman dengan para
narasumber dari luar negeri tersebut, banyak lulusan dari MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy
Karima yang memperoleh beasiswa ke Mesir, Sudan, Syiria, dan Yaman.
Sebagaimana visi dan misi dari MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima, yaitu
mencetak siswa yang berakhlakul karimah, Salah satu bidang studi yang harus dipelajari
68
Wawancara Ahmadiyah Saputra, Staf Pengajar MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima, pada tanggal 20
Oktober 2013
69
Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), hal. 83
Jurnal Al-Qalam Vol.XIII | 35
Tolong dituliskan
Judul
Tiap Artikel……
Rustam
Ibrahim,
Manajemen
Pendidikan Akhlakul Karimah
oleh siswa adalah Pendidikan Agama Islam. Mata pelajaran ini dimaksudkan untuk
membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta berakhlak mulia. Pendidikan Agama Islam di MATIQ Pondok Pesantren
‘Isy Karima terdiri dari empat mata pelajaran, yaitu: 1. Al-Qur'an-Hadits, 2. AqidahAkhlaq, 3. Fiqih, 4. Sejarah Kebudayaan Islam. Masing-masing mata pelajaran ini pada
dasarnya saling terkait, isi-mengisi, dan saling melengkapi.
Menurut Ali Mursyidi, secara keseluruhan Pendidikan akhlakul karimah dalam proses
pembelajaran di kelas kebanyakan termuat dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak.
Khususnya dalam ranah akhlaq yang meliputi dua hal, yaitu akhlak terpuji kepada diri
sendiri dan kepada orang lain, seperti berbaik sangka, toleransi, menghargai orang lain, dan
menghormati orang tua; dan akhlaq tercela kepada orang lain, contohnya sifat namimah,
ghibah, dan ghadhab. Dalam pembelajaran aqidah akhlaq menggunakan kurikulum tingkat
satuan pendidikan berdasarkan standar isi Madrasah Aliyah Tahun 2008. Sebelum
memasuki materi pokok pembelajaran, ada pendahuluan sebagai pengantar atau stimulasi.
Materi akhlakul karimah lebih banyak diberikan contoh-contoh yang dapat dijadikan
pelajaran siswa dalam berperilaku sehari-hari. Misalnya memberikan contoh orang yang
berpuasa ketika dihina, ia tidak memberikan balasan untuk menghina, namun cukup
membalas dengan mengatakan saya berpuasa. Menurut penulis, pembelajaran dengan
memahami contoh-contoh lebih merasuk dalam pikiran siswa dari pada hanya
menampilkan teori. Sebab contoh yang diajarkan adalah kejadian-kejadian yang sering
dihadapi oleh siswa setiap hari.
Pembelajaran teori tentang akhlakul karimah saja tidak cukup untuk mendorong siswa
dalam berakhlakul karimah. Oleh karena itu bidang kesiswaan membuat sebuah tata tertib
yang memuat akhlakul karimah, tata tertib ini mencakup kewajiban, larangan, dan sanksi
yang disesuaikan dengan deliknya. Ada pelanggaran kategori ringan, menengah, dan berat.
Sosialisasi tata tertib ini diwujudkan dalam sebuah buku saku yang dibagikan kepada
semua siswa MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima.
Kegunaan buku saku ini di samping sebagai pengingat tata tertib, juga sebagai media
perizinan siswa ketika ada acara atau kegiatan di luar pondok. Buku ini berjudul Buku Tata
tertib dan Perizinan yang diterbitkan oleh Bagian Kesiswaan MATIQ Pondok Pesantren
‘Isy Karima. Bentuk buku ini berukuran kecil kurang lebih 15 cm berwarna kuning tua
berbentuk kotak segi empat. Buku tata tertib kesiswaan MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy
Karima terdiri dari beberapa bab, bab 1 memuat tentang masalah Aqidah, bab II membahas
tentang ibadah. Tata tertib tentang masalah akhlak di bahas di bab III yang terdiri dari
beberapa pasal. Pasal 1 berkaitan dengan masalah bergaul. Pasal ini menjelaskan tentang
kewajiban memuliakan orang tua, guru, dan orang yang lebih tua. Menghormati sesama,
menyayangi yang lebih muda, dan mengucapkan salam saat bertemu sesama muslim. 70
Pasal ini juga memuat tentang larangan menghina baik lisan, isyarat, gerak-gerik atau cara
70
Peraturan ini berasal dari hadits Nabi yang menyatakan bahwa"bukan umatku orang yang tidak
menghormati orang tua dan tidak mengasihi orang yang lebih muda”.(HR. Ahmad).
36 | ISSN: 2356-2447-XIII
NamaAkhlakul
Penulis tiap
Artikel
Rustam Ibrahim, Manajemen Pendidikan
Karimah
lainnya kepada semua orang.71 Larangan bergaul bebas dengan lawan jenis yang bukan
mahrom,72 bertengkar dengan sesama kawan, serta nongkrong di pinggir jalan.
Keterangan di atas merupakan tata tertib dalam mendorong siswa untuk berakhlakul
karimah. Tata tertib tanpa sanksi hanya akan menjadi hiasan semata dan tidak mengandung
efek jera. Dalam buku tata tertib juga dilengkapi dengan sanksi yang disesuaikan dengan
klasifikasi pelanggarannya. Pedoman sanksi dan klasifikasi pelanggarannya terbagi menjadi
empat, yaitu klasifikasi A (pelanggaran ringan), pelanggaran A1 diberi sanksi peringatan,
A2 peringatan, menulis dan menghafal ayat berikut terjemahnya yang telah ditentukan di
depan siswa. A3 peringatan, menulis dan menghafal hadits arba'in di depan siswa, A4.
Peringatan serta menulis dan menghafal ayat dan 10 hadits arba'in beserta terjemahnya di
depan siswa. A5. Peringatan dan membuat teks khutbah berbahasa Indonesia dengan tema
yang telah ditentukan dengan tulisan tangan.
Klasifikasi B (Pelanggaran Sedang), sanksi dari pelanggaran ini adalah B1: membuat
teks khutbah bahasa Indonesia bertulisan tangan dengan tema yang telah ditentukan untuk
disampaikan di depan siswa. B2. Membuat teks khutbah bahasa Arab dengan tulisan
tangan. B3. Membuat teks khutbah bahasa Arab dengan tulisan tangan dan
menyampaikannya di depan siswa. B4. Membuat teks bahasa Inggris dengan tulisan tangan
dan menyampaikannya di depan siswa. B5. Membaca Al-Qur'an 10 Juz di luar jam sekolah.
Sanksi di atas diorientasikan untuk perbaikan siswa, selain itu pelanggaranpelanggaran di atas berlaku selama satu tahun, dan tahun berikutnya dinilai dari awal,
kecuali pelanggaran syar'i. Jika ada siswa yang memiliki pelanggaran berat berlapis, maka
sanksinya diambil berdasarkan pelanggaran terberat. Namun jika ada pelanggaran berlapis,
maka sanksinya akan diakumulasikan. Dan untuk barang elektronik yang tersita, ma'had
tidak bertanggung jawab atas hilang atau rusaknya barang, dan barang yang disita
dikembalikan setelah lulus.
Menurut penulis, sanksi merupakan sesuatu yang prinsip dalam sebuah tata tertib. Tata
tertib tanpa sanksi hanya menjadi sebuah hiasan. Dengan sanksi yang tegas dan telah
disepakati, siswa takut untuk melanggar tata tertib, sehingga sanksi dapat menjadi sebuah
pencegahan terhadap pelanggaran yang dilakukan siswa. Sanksi juga dapat memberikan
efek jera terhadap siswa yang melakukan pelanggaran. Dengan mengetahui beratnya sanksi
yang diterima, siswa jera dengan tidak mengulangi pelanggarannya. Hasilnya minimnya
pelanggaran yang dilakukan oleh siswa MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima.
2. Pengorganisasian Pendidikan Akhlakul karimah di MATIQ Pondok
Pesantren ‘Isy Karima
Pengorganisasian akhlakul karimah di MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima
diimplementasikan dalam sebuah struktur khusus dibentuk untuk menangani akhlak para
siswa, secara struktural, seksi yang menangani akhlak para siswa adalah bagian Ibadah dan
pengajaran, seksi ini bertugas mengelola akhlak, ibadah, dan kedisiplinan para siswa.
71
Peraturan ini diambil dari hadits Nabi dari Abi Hurairah, ra: Orang Islam itu saudara bagi orang Islam
lainnya, tidak boleh mendholimi, tidak boleh menghina, dan tidak boleh mencemoohnya” (HR. Muslim).
72
Hal ini berdasarkan perintah Nabi : jangan sekali-kali menyendiri dengan wanita kecuali bersama
mahramnya” (HR. Bukhori Muslim)
Jurnal Al-Qalam Vol.XIII | 37
Tolong dituliskan Judul Tiap Artikel……
Rustam
Ibrahim, Manajemen Pendidikan Akhlakul Karimah
Seksi ini beranggotakan ustadz Ruki Gunawan, Ustadz Lukman Hakim, dan Ustadz
Eko Yulianto. Seksi ini bertanggung jawab kepada wakil ketua bidang kesiswaan, Ustadz
Ahmadiyah Saputra. Dia membawahi beberapa seksi, antara lain seksi bahasa menangani
bahasa siswa, yaitu Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, kemudian seksi pembelajaran yang
menangani terhadap belajar mandiri siswa, kemudian ada seksi olahraga dan kesehatan,
yang menangani terhadap olahraga dan kesehatan siswa, yang terakhir adalah seksi ibadah
dan pengajaran, bagian yang menangani ibadah, akhlak, dan kedisiplinan siswa di
pesantren. Wakil ketua bidang kesiswaan bertanggung jawab kepada ketua bagian
kesiswaan, yaitu ustadz Zainal Abidin. Ketua bidang kesiswaan bertanggung jawab kepada
wakil ketua 1 pondok yang menangani bidang akademik dan kesiswaan.
3. Penggerakan Pendidikan Akhlakul karimah MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy
Karima
Sebagaimana disebutkan di atas, terdapat tiga kelompok kerja yang menangani
siswa, ada wilayah sekolah formal yang dikoordinasi oleh kepala madrasah. Kegiatan ini
berlangsung mulai dari jam 08.00 pagi sampai jam 13.00 siang. Wilayah yang kedua adalah
wilayah kesiswaan/kepondokan yang dikoordinir oleh Ustadz Zainal Abidin. Wilayah ini
bertanggung jawab mengelola kegiatan siswa mulai dari jam 13.00 siang sampai jam 15.00
sore. Kemudian jam 20.00 malam sampai subuh. Wilayah yang ketiga adalah mas'ul attahfidz (tanggung jawab hafalan al-Qur'an), Koordinator dari mas'ul at-tahfidz adalah
Ustadz Afif Nazaruddin. wilayah ini bertanggung jawab mengelola kegiatan siswa mulai
dari jam 15.00 sampai jam 16.30, 18.00-20.00, dan habis shalat Shubuh sampai jam 08.00
pagi (Ali Mursyidi, Wawancara 20 Oktober 2011). Perincian kegiatan-kegiatan
pembelajaran akhlakul karimah yang dilakukan di MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy
Karima, misalnya dalam pelaksanaan pembelajaran akhlakul karimah dilakukan
dengan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
1) Pukul 03.30-04.30 siswa mengikuti kegiatan shalat malam dan persiapan shalat
shubuh secara berjama'ah di masjid. Yang bertugas untuk mengkoordinir kegiatan
ini adalah Bidang Ibadah dan Pengajaran Bagian Kesiswaan;
2) Pukul 04.30-04.45 siswa mengikuti kegiatan shalat shubuh berjama'ah;
3) Pukul 04.45-06.00 siswa menghafalkan Al-Qur'an.
4) Pukul 06.00-07.00 siswa setoran hafalan Al-Qur'an kepada pembimbing, kegiatan
ini dikoordinir oleh bagian hafalan Al-Qur'an (mas'ul at-tahfidz).
5) Pukul 07.00-08.00 siswa persiapan sekolah formal.
6) Pukul 08.00-13.30 siswa mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas.
7) Setelah jam belajar sekolah selesai, siswa makan siang dan beristirahat
(qoilulah) sampai jam 15.00 (shalat ashar), kemudian sekitar pukul 15.30 WIB 16.30 WIB mereka setoran muraja'ah (mengulang hafalan al-Qur'an).
8) Setelah selesai muraja'ah (mengulang hafalan al-Qur'an), siswa mengikuti
pengajian akhlakul karimah dengan materi utama kitab Riyadh as-Sholihin, setelah
pengajian ustadz menutup pengajian dengan doa yang diamini oleh para siswa serta
berpesan untuk mengamalkan segala materi yang telah dikaji.
38 | ISSN: 2356-2447-XIII
NamaAkhlakul
Penulis tiap
Artikel
Rustam Ibrahim, Manajemen Pendidikan
Karimah
9) Selesai pengajian, siswa diberikan waktu istirahat dan persiapan melakukan sholat
Maghrib berjama'ah. Usai sholat Maghrib siswa diberi waktu untuk makan malam
sampai waktu shalat isya', pada pukul 19.00 sampai pukul 19.30 dilaksanakan sholat
isya' berjama'ah, usai shalat isya' siswa duduk berkelompok dan masing-masing
mereka memegang al-Qur'an. Setiap kelompok beranggotakan sepuluh orang,
setiap kelompok dibimbing oleh seorang ustadz. Ustadz memulai halaqoh dengan
mau'idzoh hasanah (nasehat) tentang akhlakul karimah selama 10 menit, kemudian
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, setelah Tanya jawab selesai,
dua siswa muroja'ah al-Qur'an secara bersamaan dengan disimak oleh ustadz.
10) Ustadz memperbaiki atau mengingatkan bacaan siswa jika ada kekeliruan atau lupa
terhadap bacaan, sedangkan siswa yang lain diminta untuk menyimak atau
mengingat hafalannya masing-masing.
11) Tahap selanjutnya ustadz memberikan penjelasan terkait dengan ilmu tajwid yang
terdapat dalam bacaan al-Qur'an tadi, cara seperti ini dianggap lebih aplikatif dan
praktis. Ketika ustadz menjelaskan, para peserta mencatat apa yang diuraikan.
12) Setelah selesai penjelasan para siswa diminta mengulang bacaan al -Qur'an
secara bersama-sama. Sebelum diakhiri para peserta diberikan kesempatan untuk
bertanya, kegiatan diakhiri dengan do'a yang dipimpin oleh ustadz.
13) Usai melakukan kegiatan halaqoh, siswa bergegas ke kelas masing-masing untuk
belajar malam. Kegiatan belajar malam ini dimanfaatkan siswa yang belum tuntas
menguasai satu atau lebih mata pelajaran MAFIKIBB untuk perbaikan, dengan
peserta ditentukan berdasarkan nilai raport atau nilai ulangan harian. 73
Bentuk penggerakan ini pula proses peningkatan dan pengembangan secara tidak
langsung berjalan dengan terus menerus. Menurut penulis Bentuk penggerakan ini setara
dengan prinsip-prinsip dalam penggerakan, yaitu: 74
1) Keterpaduan antara tujuan perorangan dan tujuan organisasi
2) Keterpaduan antara tujuan kelompok dan tujuan organisasi
3) Kerja sama antara pemimpin
4) Partisipasi dalam pembuatan keputusan
5) Pelimpahan wewenang yang cukup memadai
6) Terjalinnya komunikasi yang efektif
7) Pengawasan yang efektif dan efisien.
Hal ini disebabkan adanya evaluasi pengawasan yang dilakukan secara kontinyu oleh
bagian kesiswaan, dengan demikian penyimpangan-penyimpangan yang terdeteksi sedapat
mungkin segera diperbaiki sehingga kegiatan dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.
73
Observasi di ‘Isy Karima tanggal 20 Oktober 2013
74
Ibnu Syamsi, Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: Rineka Cipta, 1988), hal. 22
Jurnal Al-Qalam Vol.XIII | 39
Tolong dituliskan
Tiap Artikel……
Rustam
Ibrahim,Judul
Manajemen
Pendidikan Akhlakul Karimah
4. Pengawasan Pendidikan Akhlakul karimah di MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy
Karima
Pengawasan merupakan proses dasar yang secara esensial tetap diperlukan
bagaimanapun rumit dan dan luasnya suatu organisasi. Proses dasarnya terdiri dari tiga
tahap, 1. Menetapkan standar pelaksanaan, 2. Pengukuran pelaksanaan pekerjaan
dibandingkan dengan standar, 3. Menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan
dengan standar dan rencana.75
Pengawasan akhlakul karimah di MATIQ Pondok Pesantren 'Isy Karima
menggunakan pendekatan sistem untuk memadukan bermacam-macam kualitas
(pemeliharaan, perbaikan, pengembangan) peserta didik. Manajemen akan berjalan efektif
bila pada setiap tingkatan pendidikan memiliki keterpaduan, kerja sama yang baik antara
kelompok kerja (ustadz) dan pimpinan dalam melakukan pengawasan mutu. Partisipasi
penuh tiap tingkatan biasanya disebut dengan gugus kendali mutu. Prinsip yang digunakan
adalah konstribusi setiap anggota dan ide diterima dan dipertimbangkan yang relevan
dengan program dan nilai-nilai yang dimiliki.
Pengawasan akhlakul karimah siswa di MATIQ Pondok Pesantren 'Isy Karima
dilakukan oleh bagian kesiswaan bidang ibadah dan pengajaran. Bagian ini memiliki
sebuah buku yang dinamakan muttabi'at (arsip) yang khusus untuk menandai prilaku siswa
secara individual. Bagian ini juga membuat sebuah checklist yang memuat butir-butir
kegiatan siswa dalam prilaku keseharian. Bagian ibadah dan pengajaran ini tiap hari
memantau prilaku siswa mulai dari membangunkan siswa menjelang sholat (asar &
shubuh), mengkondisikan kajian kitab riyadhus sholihin agar berjalan dengan lancar,
menertibkan siswa yang masbuq dan tidak berpakaian resmi sholat, mengunci gerbang
asrama selama kegiatan di masjid berlangsung, menertibkan dan mengkondisikan sholat
malam (qiyam al-lail).
Akhlak siswa selalu diawasi oleh ustadz dengan memakai checklist tersebut dengan
menetapkan standarnya, yaitu jika kegiatan itu berjalan dengan baik, maka diberi tanda
centang, namun jika kegiatan berjalan kurang lancar atau mengalami hambatan, di dalam
checklist disediakan kolom khusus yang dapat ditulis oleh bagian ibadah dan pembelajaran
dengan berbagai alasan, hambatan, dan faktor-faktor penyebab kurang lancarnya kegiatan
yang dilakukan. Kemudian hasil dari checklist tersebut dirapatkan dan dievaluasi pada hari
Rabu jam 09.00 pagi di kantor bagian kesiswaan. Evaluasi ini berjalan tiap seminggu
sekali, materi yang dibahas adalah mengenai perizinan siswa, perkembangan akhlak dan
ibadah siswa, kebersihan dan ketertiban asrama, dan berlakunya tata tertib serta berbagai
pelanggarannya.
Selain mengawasi akhlak siswa, bidang ibadah dan pengajaran ini juga memiliki
kewenangan untuk memberi hukuman pada siswa yang melanggar tata tertib, kewenangan
memberi hukuman bagi bidang ibadah dan pengajaran terbatas pada pelanggaran yang
sifatnya ringan. Siswa yang melakukan pelanggaran berat, penanganannya diserahkan pada
bagian tandzim (kedisiplinan). Bahkan jika pelanggaran tersebut membutuhkan penanganan
serius, kasus tersebut akan dikoordinasikan dengan wakil mudir (pembantu pengasuh) yang
75
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2001), hal. 101
40 | ISSN: 2356-2447-XIII
Rustam Ibrahim, Manajemen Pendidikan
Karimah
NamaAkhlakul
Penulis tiap
Artikel
dilakukan seminggu sekali pada tiap hari selasa pagi jam 09.00. Kasus demikian ini
biasanya terjadi jika terjadi pelanggaran berat yang mengakibatkan Drop Out (DO). Bagian
yang berwenang untuk melakukan DO pada siswa adalah wakil mudir 1, tentunya dengan
berbagai pertimbangan.
Menurut penulis, pengawasan dari bagian kesiswaan secara kontinyu, membuat siswa
takut meninggalkan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan akhlakul karimah. Karena
jika mereka meninggalkan kegiatan pendidikan akhlakul karimah, maka tak segan bagian
kesiswaan akan memberikan hukuman sesuai tata tertib yang telah disepakati. Oleh karena
itu, ada beberapa siswa yang mengikuti kegiatan berawal dari keterpaksaan, namun dengan
berjalannya waktu menjadi kebiasaan dan merasa nyaman dengan kegiatan yang diikutinya.
5. Pengevaluasian Pendidikan Akhlakul karimah di MATIQ Pondok Pesantren
‘Isy Karima
Evaluasi adalah pembuatan pertimbangan menurut suatu perangkat kriteria yang
disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan. Evaluasi pengamalan akhlakul karimah di
MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima dilakukan oleh bagian kesiswaan. Materi yang
dibahas mengenai deskripsi akhlak siswa, mulai dari kedisiplinan dalam beribadah, belajar,
dan mengerjakan shalat jama'ah. Hasil checklist yang dilakukan oleh pengurus Bagian
Kesiswaan dijadikan sebagai pertimbangan utama dalam evaluasi. Evaluasi Pendidikan
akhlakul karimah di MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima mengacu pada tata tertib yang
sudah disepakati oleh pengurus.
Ada beberapa kegiatan evaluasi yang dilakukan di 'Isy Karima, ada evaluasi harian,
mingguan, bulanan, dan tiap semesteran. Evaluasi harian adalah evaluasi yang dilakukan
tiap hari oleh bidang kesantrian, khususnya adalah bagian ibadah dan pengajaran. Bagian
ini setiap hari melakukan evaluasi tata tertib terhadap santri dengan memakai checklist
ibadah dan pengajaran. Jika ada santri yang melanggar tata tertib, bagian ini yang selalu
menertibkan. Bahkan memiliki wewenang untuk memberi hukuman. Bagian ini juga
memaksa siswa untuk mengikuti kegiatan yang diwajibkan.
Evaluasi mingguan dilakukan oleh bidang kesiswaan dengan mengumpulkan semua
bagian, yaitu bagian ibadah dan pengajaran, bagian pembelajaran, bagian kesehatan dan
olahraga, dan segenap pengurus bagian kesiswaan. Evaluasi mingguan dilakukan tiap hari
Rabu pukul 10.00 WIB. Evaluasi ini membahas tentang kinerja dari berbagai bagian,
termasuk masalah akhlak dan tata-tertib siswa. Jika ada pelanggaran ringan, bagian
kesiswaan memiliki wewenang untuk memberikan sanksi. Namun jika pelanggarannya
berat, pemberian sanksi dikoordinasikan dengan Wakil Mudir 1.
Evaluasi mingguan juga dilakukan oleh bidang kesantrian dengan pengurus ma'had,
dalam evaluasi ini bidang kesiswaan melaporkan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan
bidang kesiswaan serta faktor penghambat dan pendukung. Dalam evaluasi ini juga
mengakomodir terhadap usulan-usulan, baik dari pengurus MATIQ, Mas'ul at-tahfidz, serta
bidang kesiswaan. Dalam evaluasi ini ada kebijaksanaan terhadap santri yang melakukan
pelanggaran berat, dengan mempertimbangkan pendapat dari berbagai bidang.
Evaluasi bulanan dilakukan oleh bagian ibadah dan pengajaran dengan melihat tabel
kontrol kegiatan selama satu bulan. Evaluasi ini meliputi evaluasi dalam membangunkan
Jurnal Al-Qalam Vol.XIII | 41
Rustam
Ibrahim,Judul
Manajemen
Pendidikan Akhlakul Karimah
Tolong dituliskan
Tiap Artikel……
santri menjelang shalat, mengkondisikan kajian riyadh as-Sholihin, menertibkan santri yang
masbuq dan tidak berpakaian resmi sholat, mengunci gerbang asrama selama kegiatan di
masjid berlangsung, serta menertibkan sholat malam/qiyam al-lail. Evaluasi bulanan
bertujuan untuk mengetahui kendala-kendala yang mengganggu kelancaran kegiatan
pendidikan akhlak al-karimah. Misalkan jika ada santri yang bermalas-malasan, bagian
kesiswaan selalu siap untuk memberikan motivasi agar siswa dapat kembali bersemangat.
Evaluasi semesteran dilakukan bersama-sama dengan semua unsur bagian di bidang
kesantrian dan bidang lainnya, tujuannya adalah memberikan penilaian secara menyeluruh
terhadap kinerja pengurus dan perkembangan siswa, berdasarkan penilaian yang dilakukan,
perkembangan pendidikan akhlakul karimah cukup baik, hal tersebut berdasarkan data
pelanggaran santri yang minim. Pada tahun 2011, pelanggaran yang dilakukan oleh siswa
adalah pelanggaran sedang dan dari 30 siswa terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh 14
orang. Kebanyakan pelanggaran yang dilakukan adalah keluar pondok tanpa izin dan
bermain PS (Play Station).
Dalam proses pembelajaran akhlakul karimah, ternyata kesadaran itu saja tidak cukup,
maka harus diteruskan dengan upaya pembiasaan dan pengawasan. Di MATIQ Pondok
Pesantren ‘Isy Karima, setiap ba'da maghrib dilakukan evaluasi pelaksanaan tata tertib
sekolah dan tata tertib masjid, dimana siswa yang melanggar diperintahkan untuk berdiri di
depan, lalu di tanya alasannya, kemudian dicatat, dan diberikan sangsi yang mendidik.
Evaluasi ini menghasilkan perubahan siswa/siswa yang merasa malu kalau sering
berdiri melanggar disaksikan guru-guru dan rekan-rekannya. Apalagi jumlah pelanggaran
itu dicantumkan dalam raport semesteran yang diserahkan pada walinya. Perubahan itu
dapat dilihat pada jumlah pelanggaran anak-anak kelas X (1 MA) yang masih baru, jauh
lebih banyak dari pada anak-anak kelas XI (II MA), demikian pula kelas XII (3 MA)
ditemukan jumlah pelanggarannya yang paling sedikit.
Evaluasi di ‘Isy Karima dicantumkan dalam raport tersendiri tentang akhlak yang
meliputi ketaatan terhadap tata tertib, shalat berjama'ah, shalat rawatib serta keluar asrama
tanpa izin. Sehingga daftar-daftar pelanggaran seperti ketinggalan shalat berjama'ah atau
tidak shalat sunnat rawatib, jika di dalam raportnya banyak, maka pada perkembangan
berikutnya para siswa/siswa berusaha meminimalisirnya, sehingga akhirnya pembiasaan
yang menjadi kebiasaan, inilah salah satu keberhasilan sistem pembinaan dan pengawasan
secara terus menerus.
Berdasarkan data pelanggaran selama satu tahun terakhir, pelanggaran yang dilakukan
oleh kelas 1 lebih sedikit dari pada yang dilakukan oleh kelas II, pelanggaran yang
dilakukan oleh kelas II, lebih banyak daripada yang dilakukan oleh kelas III. Pelanggaran
yang dilakukan oleh kelas I sebanyak 10 siswa. Kebanyakan pelanggaran yang dilakukan
adalah terlambat kembali ke pondok dan keluar tanpa izin. Klasifikasi pelanggaran tersebut
masuk kategori pelanggaran sedang. Pelanggaran yang dilakukan oleh kelas II MATIQ
sebanyak 14 siswa. Kebanyakan pelanggaran yang dilakukan adalah keluar tanpa izin dan
bermain Play Station (PS). Pelanggaran yang dilakukan oleh kelas III MATIQ sebanyak 3
siswa, pelanggaran yang dilakukan adalah terlambat kembali ke pondok pada jum'at kedua.
Klasifikasi dari pelanggaran ini masuk pada klasifikasi sedang.
42 | ISSN: 2356-2447-XIII
Nama Akhlakul
Penulis tiap
Artikel
Rustam Ibrahim, Manajemen Pendidikan
Karimah
Menurut penulis, dari data pelanggaran di atas dapat dipahami bahwa merubah sebuah
karakter itu tidak dapat secara instan, namun membutuhkan pembiasaan, sistem, serta
waktu yang cukup lama. Terbukti pada pelanggaran yang dilakukan oleh kelas III MATIQ
yang hanya menyisakan 3 siswa. Hal ini mengindikasikan bahwa manajemen pendidikan
akhlakul karimah di MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima sudah berjalan dengan baik
dan berhasil mengatasi masalah kenakalan remaja di Indonesia yang semakin parah.
Manajemen pendidikan akhlakul karimah telah sesuai dengan visi misi MATIQ Pondok
Pesantren ‘Isy Karima, yaitu membentuk siswa yang berakhlakul karimah.
6. Manajemen Pendidikan Akhlakul Karimah MATIQ Pondok Pesantren ’Isy
Karima
Mutu yang baik ditentukan pada tiga aspek, kualitas masukan (input), kualitas proses,
dan kualitas keluaran (output). Berkaitan dengan ‘Isy Karima, kualitas output cukup bagus
dengan memiliki hafalan 30 juz Al-Qur'an dan banyak yang diterima di perguruan Tinggi
Negeri ternama. Meskipun tiap aspek dan fase mempunyai konstribusi terhadap mutu
lulusan, namun aspek proses pendidikan akhlakul karimah memiliki konstribusi yang besar
terhadap prestasi siswa.
Model manajemen pendidikan akhlakul karimah MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy
Karima adalah manajemen yang banyak diwarnai dengan kajian akhlakul karimah, baik
dari segi teoritis maupun praktis. Secara teoritis, MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima
setiap hari memberikan pengetahuan dan kajian akhlaq kepada siswa, baik melalui dauroh,
workshop, tausiyah, kajian riyadh as-sholihin, maupun kajian umum. Secara praktis,
MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima melalui bagian kesiswaan selalu memantau perilaku
siswa selama 24 jam selama di pondok dengan berpedoman pada tata tertib yang telah
disepakati dan disosialisasikan kepada siswa. Hasilnya, manajemen pendidikan akhlakul
karimah dapat merubah akhlaq siswa secara bertahap dan pelan-pelan.
Pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembelajaran akhlakul karimah yang dilakukan
di MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan
yang berlangsung mulai pukul 04.00 sampai dengan pukul 21.00 malam. Perinciannya
pukul 04. 00 mengikuti jama'ah sholat shubuh, kemudian persiapan setoran hafalan alQur'an sampai pukul 06.00. pukul 06 sampai pukul 07.00 setoran hafalan al-Qur'an pada
pembimbing masing-masing, pukul 08.00 sampai 13.30 para siswa mengikuti kegiatan
sekolah formal. Pukul 16.30-17.00 para siswa mengikuti pengajian akhlakul karimah, habis
Isya' sampai pukul 20.00 para siswa mengikuti halaqoh, pukul 20.00 sampai pukul 21.00
para siswa mengikuti kegiatan belajar mandiri. Pukul 21.00 sampai pukul 04.00 para siswa
istirahat. Dalam kegiatan-kegiatan tersebut, siswa selalu mendapatkan motivasi, baik dari
bagian kesiswaan, guru, maupun pengasuh ma'had.
Menurut penulis, pendekatan yang digunakan dalam manajemen pendidikan akhlakul
karimah MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima adalah pendekatan sistem. Pendekatan
sistem adalah sebuah sekelompok elemen-elemen yang saling berkaitan yang secara
bersama-sama diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Manajemen pendidikan
akhlakul karimah MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima di kelola oleh bagian kesiswaan
yang memiliki beberapa bidang, yaitu bidang Ibadah dan pengajaran, bidang pembelajaran,
Jurnal Al-Qalam Vol.XIII | 43
Tolong dituliskan
Tiap Artikel……
Rustam
Ibrahim,Judul
Manajemen
Pendidikan Akhlakul Karimah
bidang bahasa, dan bidang olahraga dan kesehatan. Bidang yang khusus menangani
akhlakul karimah adalah bidang ibadah dan pengajaran. Sebagai suatu sub sistem dari
bagian kesiswaan, pertanggungjawaban bidang ibadah dan pengajaran kepada bagian
kesiswaan. bidang-bidang lainnya ikut membantu dan mendorong dalam mencapai tujuan.
Sifat-sifat sistem memiliki batasan, yaitu memiliki tugas yang jelas dalam organisasi.
Di MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima, Masalah pendidikan akhlakul karimah di bawah
tanggung jawab bagian kesantrian. Kemudian rasio input, proses, dan output diperlukan
untuk mempertahankan keseimbangan dinamis dan mempertahankan kehidupannya. Dalam
mempertahankan keseimbangan, Input MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima
menyesuaikan dengan kebutuhan, tempat untuk menampung siswa baru adalah 60 siswa,
yang mendaftar sekitar 200 siswa. Kebijakan MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima
adalah hanya meluluskan 60 siswa yang lulus sesuai standar tes yang telah dilaksanakan.
Salah satu ciri sistem adalah menyeluruh, yaitu dipahami sebagai kesatuan total.
MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima membagi tiga kelompok kerja yang menangani
siswa, ada wilayah sekolah formal yang dikoordinasi oleh kepala madrasah. Wilayah yang
kedua adalah wilayah kesiswaan/kepondokan yang dikoordinir oleh Ustadz Zainal Abidin.
Wilayah ini bertanggung jawab mengelola kegiatan siswa yang berkaitan dengan akhlakul
karimah. Wilayah yang ketiga adalah mas'ul at-tahfidz (tanggung jawab hafalan al-Qur'an).
Kelompok kerja di atas merupakan sebuah kesatuan yang saling membantu dan
bertanggung jawab kepada pengasuh.
Sinergi, yaitu bekerja bersama-sama, manajemen pendidikan akhlakul karimah
MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima mengedepankan prinsip kebersamaan, jika ada
salah satu anggota personal manajemen mendapat kesulitan atau masalah yang dia sendiri
tidak dapat menyelesaikannya, maka anggota manajemen lainnya urun rembug untuk samasama memecahkannya, sehingga tampak bahu-membahu untuk sama-sama mensukseskan
visi yang diinginkan, unggul dalam lomba-lomba sains, unggul dalam ujian nasional, dan
unggul dalam SPMB untuk Universitas atau Perguruan Tinggi ternama.
F. Kesimpulan
Dari uraian dan analisis di atas, penelitian ini menghasilkan kesimpulan berikut:
Pertama, perencanaan akhlakul karimah dalam manajemen pendidikan akhlakul
karimah di MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima terdiri dari perencanaan dalam
pendidikan ekstrakurikuler, yang meliputi pengajian akhlakul karimah, dan halaqoh
(belajar kelompok), kemudian perencanaan dalam pendidikan formal, perencanaan dalam
tata tertib, dan perencanaan dalam kegiatan mandiri.
Kedua, Pengorganisasian akhlakul karimah di ‘Isy Karima diimplementasikan dalam
sebuah struktur yang khusus dibentuk untuk menangani akhlak para siswa, secara
struktural, seksi yang menangani terhadap akhlak siswa adalah bagian Ibadah dan
pengajaran, seksi ini bertugas untuk mengelola akhlak, ibadah, dan kedisiplinan siswa di
Pondok Pesantren.
Ketiga, Pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembelajaran akhlakul karimah yang
dilakukan di MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima dilakukan dengan melalui
tahapan-tahapan yang berlangsung mulai pukul 04.00 sampai dengan pukul 21.00 malam.
44 | ISSN: 2356-2447-XIII
Nama Akhlakul
Penulis tiap
Artikel
Rustam Ibrahim, Manajemen Pendidikan
Karimah
Perinciannya pukul 04. 00 mengikuti jama'ah sholat shubuh, kemudian persiapan setoran
hafalan al-Qur'an sampai pukul 06.00. pukul 06 sampai pukul 07.00 setoran hafalan alQur'an pada pembimbing masing-masing, pukul 08.00 sampai 13.30 para siswa mengikuti
kegiatan sekolah formal. Pukul 16.30-17.00 para siswa mengikuti pengajian akhlakul
karimah, habis Isya' sampai pukul 20.00 para siswa mengikuti halaqoh, pukul 20.00 sampai
pukul 21.00 para siswa mengikuti kegiatan belajar mandiri. Pukul 21.00 sampai pukul
04.00 para siswa istirahat. Dalam kegiatan-kegiatan tersebut, siswa selalu mendapatkan
motivasi, baik dari bagian kesiswaan, guru, maupun pengasuh ma'had.
Keempat, Pengawasan akhlakul karimah siswa di ‘Isy Karima dilakukan oleh bagian
kesiswaan bidang ibadah dan pengajaran. Bagian ini memiliki sebuah buku yang
dinamakan muttabi'at (arsip) yang khusus untuk menandai prilaku siswa secara individual.
Bagian ini juga membuat sebuah checklist yang memuat butir-butir kegiatan siswa dalam
prilaku keseharian. Bagian ibadah dan pengajaran ini tiap hari memantau prilaku siswa
mulai dari membangunkan siswa menjelang sholat (asar & shubuh), mengkondisikan kajian
kitab riyadh as-sholihin agar berjalan dengan lancar, menertibkan siswa yang masbuq dan
tidak berpakaian resmi sholat, mengunci gerbang asrama selama kegiatan di masjid
berlangsung, menertibkan dan mengkondisikan sholat malam (qiyam al-lail).
Kelima, Evaluasi di ‘Isy Karima dicantumkan dalam raport tersendiri tentang akhlak
yang meliputi ketaatan terhadap tata tertib, shalat berjama'ah, shalat rawatib serta keluar
asrama tanpa izin. Sehingga daftar-daftar pelanggaran seperti ketinggalan shalat berjama'ah
atau tidak shalat sunnat rawatib, jika di dalam raportnya banyak, maka pada perkembangan
berikutnya para siswa/siswa berusaha meminimalisirnya, sehingga akhirnya pembiasaan
yang menjadi kebiasaan, inilah salah satu keberhasilan sistem pembinaan dan pengawasan
secara terus menerus.
Keenam, Model Manajemen Pendidikan Akhlakul karimah MATIQ Pondok Pesantren
‘Isy Karima adalah manajemen yang fungsi-fungsinya didasari dengan kajian akhlakul
karimah, baik dari segi teoritis maupun praktis. Secara teoritis, MATIQ Pondok Pesantren
‘Isy Karima setiap hari memberikan pengetahuan dan kajian akhlaq kepada siswa, baik
melalui dauroh, workshop, tausiyah, kajian kitab Riyadh as-Sholihin, maupun kajian
umum. Secara praktis, MATIQ Pondok Pesantren ‘Isy Karima melalui bagian kesiswaan
selalu memantau perilaku siswa selama 24 jam selama di pondok dengan berpedoman pada
tata tertib yang telah disepakati dan disosialisasikan kepada siswa. Hasilnya, manajemen
pendidikan akhlakul karimah dapat merubah akhlaq siswa secara bertahap dan pelan-pelan.
Daftar Pustaka
Al-Abrasyi, Athiyyah, At-Tarbiyyah al-Islamiyyah wa Falsafatuha, Beirut: Dar al-Fikr,
1969.
Abu Dawud, Sulaiman bin Asy'ats. Sunan Abi Dawud, Kairo: Dar Al-Fikr, Juz 14, 1998
Armodiwiryo, Soebagio, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Ardadizya Jaya, 2005
Amin, Ahmad, Etika (Ilmu Akhlak), Alih bahasa Farid Ma’ruf, Jakarta: PT. Bulan
Bintang, 2006
Jurnal Al-Qalam Vol.XIII | 45
Tolong
dituliskan
Judul
Tiap Artikel……
Rustam
Ibrahim,
Manajemen
Pendidikan Akhlakul Karimah
Depag. Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama Islam , Jakarta: Dirjen Pendidikan
Islam. 2009
Ekosusilo, Madyo. Sekolah Unggul Berbasis Nilai, Sukoharjo: Univet Bantara Press. 2003
Fattah, Nanang. Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Rosdakarya. 2001
Al-Ghazali, Ihya’ ‘ulum ad-Din jld. I, al-Qahirah: Dar al-Kutub al-Islamiyyah. tt
Hambal, Ahmad bin Muhammad, Musnad Ibnu Hambal, Beirut: 'Alam al-Kutub, 1998.
Handoko, T. Hani, , Manajemen, Edisi Kedua, Yogyakarta: BPFE. 2001
Al Jufrie, Salim Segaff. artikel "Mewujudkan Perguruan Tinggi Unggul Berbasis Nilai
Sosial Kemasyarakatan" disampaikan dalam orasi ilmiyah di UNU Surakarta pada
tanggal 27 Pebruari 2012.
Al-Jurjawi, Al-ta’rifat, Singapura: Al-Thaba’ah, wa an-Nasyr wa At-Taui’. tt,
Maskawaih, Ibnu. Tahdzib al-Akhlaq, Kairo: Mauqi' al-Warraq,1997
Nata, Abuddin, Akhlak Tasawwuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1997
..............., Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia ,
Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007
An-Nawawi, Riyadhus-Sholihin, Arab Saudi: Darul Afaq, 2004
Ndraha, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta: AIDA, 1989
Pidarta, Made, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta. 2004
Rakhmad, Jalaluddin. Pengantar Psikologi Agama , Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2001,
Ratna, Nyoman Kutha. Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu Sosial pada
Umumnya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010,
Siagian, Sondang P, Teori dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta: Rineka Cipta. , 2000,
Stoner, James A.F. Management, New York: Prentice Hall International Engleiwood.
1982,
Syamsi, Ibnu, Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen, Jakarta: Rineka Cipta1988,
Syarwani. Hawasy As-Syarwani, Beirut: Dar Al-Fikr, Jilid III. 1998.
Terry, George R, Principles of Management, Jakarta: Bumi aksara. 2003
Tim Penyusun Profil Isy Karima, Sekilas Profil Ma'had Tahfidzul Qur'an Isy Karima ,
Karanganyar: Isy Karima Press, 2010.
Usman, Husaini. Manajemen: Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan , Jakarta2001.: Bumi
Aksara. 2011,
Wahid, Abdurrahman, Menggerakkan Tradisi, Yogyakarta: LKIS.
Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren Pendidikan Alternatif Masa Depan, Jakarta :
Gema Insani Press, 1997
Winardi, Asas-asas Manajemen, Bandung: Mandar Maju. 1990
46 | ISSN: 2356-2447-XIII
Download