II. TINJAUAN PUSTAKA A TINJAUAN UMUM KELAPA 1. Buah Kelapa Tanaman kelapa termasuk famili Pa/maeeae. ordo Area/es, kelas Monocoty/edonae. Pohon kelapa berbunga sepanjang tahun. Buah kelapa mencapai ukuran maksimum pada umur 160 hari setelah pembuahan. Ketika berumur 220 hari, tempurung mulai mengeras dan pada umur 11-12 bulan daging buah telah terbentuk secara sempurna. Pad a sa at itu buah kelapa sudah dapat dipanen (Woodroof, 1979). Menurut Aten et al (1958), buah kelapa terdiri dari sabut 35%, tempurung 12%, daging buah yang dapat dimakan 28% dan air 25%. Woodroof (1979) melaporkan bahwa komposisi daging buah kelapa dipengaruhi oleh varietas, keadaan tempat tumbuh serta umur pohon dan umur buah. Komposisi kimia daging buah kelapa sesuai dengan umur buah kelapa dapat dilihat pad a Tabel 1. Tabel1. Komposisi kimia daging buah kelapa sesuai umur buah kelapa, untuk tiap 100 gram· kdhip~~j~jKihii~' BU$hiljUda ail~b1j2hiuB~/ "2,.,,":11.\ Protein 1.0 9 4.0 9 3.4 9 Lemak 0.9 9 13.0 9 34.7 9 Karbohidrat 14.0 9 10.0 9 14.0 9 Air 83.3 9 70.0 9 46.0 9 Kalsium 17.0 mg 8.0 mg 21.0 mg Phosfor 30.0 mg 35.0 mg 21.0 mg Besi 1.0 mg 1.3 mg 2.0 mg Asam askorbat 4.0 mg 4.0 mg 2.0 mg 6 Tabel 1 Lanjutan Thiamin 0.0 mg Bagian yang dapat 0.5 mg 53.0 9 53.0 9 68.0 kal 80.0 kal 0.1 mg 53.0 9 dimakan Kalori 359.0 kal *Thieme (1968) 2. Santan Kelapa Santan kelapa adalah cairan hasil ekstraksi dari daging kelapa. Proses pengolahannya meliputi penghancuran daging kelapa, pencampuran dengan air dan pemisahan antara cairan dengan ampasnya (Hagan maier, 1977). Menurut Woodroof (1979), komposisi santan kelapa berbeda tergantung dari komposisi daging buah kelapa. Tejada (1983) menyatakan bahwa komposisi santan terutama dipengaruhi oleh cara pembuatan dan efisiensi ekstraksi. Menurut Cancel (1971), semakin banyak air yang ditambahkan kepada parutan kelapa dan semakin tinggi suhu air yang dipergunakan maka hasil ekstraksi semakin efisien. Semakin kecil ukuran partikel padatan, hasil ekstraksi akan semakin besar. Santan kelapa memiliki aroma yang menyenangkan. Menurut Un dan Wiekens (1970), senyawa delta-C8-laktone, delta-C10-laktone dan n-oktanol merupakan komponen volatil utama dan memberikan karakteristik aroma pada daging kelapa. Senyawa delta-C10-laktone memberikan aroma 7 coconut like buttery, sedangkan senyawa n-oktanol memberikan aroma harsh dan truty. Stabilitas emu lsi santan tergantung dari ukuran partikel, perbedaan densitas udara kedua lase, viskositas, bahan penstabil dan suhu penyimpanan (Kirk dan Othmer, 1950). 3. "Skim" Santan Di bawah kondisi normal, emulsi santan yang terbentuk tidak stabil dan terpisah menjadi "skim" ·dan "krim". Silat ketidakstabilan sistem emu lsi santan kelapa dapat dihubungkan dengan kandungan lemaknya yang tinggi (Rosario dan Punzalan, 1977). Ditambahkan lagi, perbedaan antara densitas lemak dibandingkan dengan porsi skim menyebabkan lemak akan naik ke permukaan. "Skim" kelapa merupakan bag ian dari santan kelapa yang telah dipisahkan dari bag ian "krim"-nya (bag ian yang mengandung lemak atau minyak). Hasil pemisahan santan kelapa tersebut berupa tiga bagian, yaitu : (1) bagian atas yang disebut "krim" kelapa, mengandung 65 persen minyak (berat basah), (2) bag ian cair yang disebut "skim" mengandung bagianbagian yang larut dan (3) bagian bawah berupa padatan yang terdiri dari protein yang tidak larut Kandungan protein dan minyak dalam bag ian- bag ian kelapa terlihat pad a Tabel 2. 8 Tabel2. Kandungan protein dan minyak dari bagian-bagian santan kela a dalam media basah* Ampas Protein tak larut skim krim *Hagenmaier (1977) 17.0 2.5 16.0 59.0 5.8 0.7 1.2 85.0 7.0 20.0 65.5 0.0 Menurut Tiyaban (1967), komposisi kimia air kelapa dan "skim" santan adalah hampir sama hanya jumlah kandungan masing-masing unsurnya berbeda. Komposisi kimia air kelapa dan "skim" santan tercantum pada Tabel3. Tabel 3. Komposisi kimia air kelapa dan "skim" santan untuk menanam mikroorganlsme nata de coco* i'$kim~s~ntai'l····· pH Refraksi indeks Titrasi keasaman (meq/100 ml) Bahan pad at (gr/1 00 ml) Abu Gula Lemak *Tlyaban (1967) 6.69 1.3382 0.85 3.54 0.24 1.79 0.02 6.48 1.3352 0.20 1.04 0.09 0.35 0.04 B. NATA DE COCO 1. Pengertian Nata adalah nama yang berasal dari Filipina untuk menyebut suatu pertumbuhan yang menyerupai gel yang terapung pad a permukaan medium yang mengandung gula dan asam, yang dihasilkan oleh mikroorganisme Acetobacter xylinum. Kata nata mungkin berasal dari bahasa Spanyol nadar 9 yang berarti berenang, rupanya istilah tersebut diturunkan dari kata latin natare yang berarti terapung (Collado, 1986). Produk nata sudah lama populer di Filipina dan menjadi hidangan yang sang at digemari oleh masyarakatnya. Dilihat dari susunan kimianya, nata de coco adalah selulosa bakterial yang mengandung air ± 98 persen, tekstur yang agak kenya I dan konsistensi yang kokoh (Theodula, 1976). Makanan ini tergolong makanan rendah kalori sehingga cocok digunakan untuk menolong penderita diabetes (Astawan dan Astawan, 1991). Nata tidak hanya dibuat. dari air kelapa, tetapi juga dari buah yang lain. Dengan bantuan bakteri Acetobacter xylinum maka komponen gula yang terdapat di dalamnya dapat diubah menjadi suatu substansi yang menyerupai gel dan tumbuh di permukaan media (Herman, 1979) Proses-proses utama yang terlibat dalam pembuatan nata de coco adalah (a) persiapan medium, (b) persiapan starter, (c) fermentasi, (d) penghilangan asam (deasidifikasi) dan (e) penambahan cita rasa serta pengawetan (Soeseno, 1984). 2. Pembuatan Nata de coco a. Mikroorganisme Bakteri pembentuk nata adalah Acetobacter xylinum (Lapuz et aI, 1967). Acetobacter xylinum termasuk golongan Acetabacter yang mempunyai ciri-ciri antara lain gram negatif, obligat aerobik, berbentuk batang, membentuk kapsul, bersifat non motil dan tidak membentuk (Breed et a/., 1974). sp~ra 10 Menurut Fardiaz, (1989) Acetobacterxylinum termasuk dalam kelompok bakteri basili, gram negatif dan aerobik. mengoksidasi gula. Tetapi Kelompok ini dapat Glukonobacter dan Acetobacter dapat mengoksidasi etanol menjadi asam asetat. A. xylinum memproduksi kapsul secara berlebihan dan digunakan dalam pembuata nata de coco. Menurut Lapuz et ai, (1967) Acetobacter xylinum mempunyai sifat yang sensitif terhadap perubahan dari sifat fisik dan kimia lingkungannya, dan ini akan berpengaruh terhadap nata yang dihasilkan. Thiman dan Kenneth (1955) melaporkan bahwa bila ditumbuhkan pada medium yang mengandung gula, Acetobacter xylinum mengubah sekitar 19 persen gula menjadi selulosa. terbentuk di dalam medium tersebut berupa dapat Selulosa yang benang-benang yang bersama-sama dengan polisakarida berlendir membentuk suatu jalinan yang terus menebal menjadi lapisan nata. Pada media cair bakteri ini membentuk suatu massa yang kokoh dan dapat mencapai ketebalan beberapa sentimeter. Bakteri itu sendiri terperangkap dalam massa fibrilar yang dibentuknya (Stainer, 1963) Bakteri A. xylinum tersebar secara luas di alam, mungkin dapat ditemukan hidup pad a sari tanaman bergula yang telah mengalami fermentasi atau pad a sayuran dan buah-buahan bergula yang mulai membusuk. Komposisi media agar untuk pertumbuhan A. xylinum terlihat pad a Tabel 4. II Tabel 4. Komposisi media kultur murni A. . .,- ,- '. Koh:l8Si$iM~di~·.· 100.00 Sukrosa Yeast extract K2 HP 04 5.00 (NH 4)2 S04 0.60 MgS04 7H 20 0.20 2.50 15.00 A ar *Alaban (1962) b. Starlerllnokulum Starter nata atau inokulum adalah kultur mikroorganisme yang diinokulasikan ke dalam medium fermentasi pada saat berada pada fase pertumbuhan eksponensial. Starter yang baik hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) sehat dan aktif, (2) sifat-sifat yang sesuai, (3) dapat digunakan dalam jumlah rendah dibandingkan jumlah medium fermentasi, (4) bebas kontaminasi, (5) dapat membatasi kemampuannya untuk memproduksi produk akhir. Pada pembuatan nata de coco, starter yang digunakan biasanya berasal dari kultur cair A. xylinum yang telah disimpan selama tiga sampai empat hari sejak diinokulasi (Collado, 1986). Hasil penelitian Valla dan Kjosbakken (1981) menunjukkan bahwa pad a hari ketiga atau keempat jumlah bakteri A. xylinum di dalam kultur cair yang tidak digoyang mencapai jumlah maksimum. 12 c. Proses Produksi Menurut Lapuz et al (1967) dalam pertumbuhannya bakteri A. xy/inum dipengaruhi oleh antara lain pH, suhu, sumber nitrogen dan sumber karbon. 8eberapa sumber nutrisi yang dibutuhkan untuk meningkatkan jumlah nata yang dihasilkan oleh bakteri A. xytinum terlihat pada Tabel 5. berikut. Tabel 5. Kondisi ootimum untuk meoroduksi nata de ·>PARAM!;TER -;;- r-zAlabl;lh(1~.1j Sumber karbon Sukrosa (5-8%) Sintesa polisakarida Glukosa dan sukrosa (5%) Amonium fosfat 5 - 5.5 28°C Oraanik 4-5 28 - 3?C 10 - 20% 2-4% 15 hari Sumber nitrogen pH Suhu inkubasi Starter Asam asetat glasial Lama fermentasi 'Rosario (1982) oleh bakteri coco' t:apl.l:z:etpf(1~7r\ 15 hari yang tergolong bacterial "-, polysaccharides" sang at dipengaruhi oleh tersedianya"nutrien dan ion-ion metal tertentu yang dapat mengkatalisasi atau menstimulasi aktifitas bakteri yang bersangkutan (Deavin et at., 1977 dan Jarman et at., 1978). Peningkatan konsentrasi nitrogen dalam substrat dapat meningkatkan jumlah pOlisakharida yang terb,entuk, sedangkan ion-ion bivalen seperti Mg++, Ca++ dan lainnya sangat diperlukan untuk mengontrol kerja enzim ekstraseluler dan membentuk ikatan dengan polisakarida tersebut. 13 Sebagai sumber gula dapat digunakan gula dari berbagai macam jenis seperti glukosa, surosa, fruktosa ataupun maltosa sedangkan untuk mengatur pH digunakan asam asetat glasial (Herman, 1979). Sukrosa merupakan disakarida dan terdiri dari dua komponen monosakarida yaitu D-glukosa dan D-fruktosa. Nama kimia yang lebih tepat dari sukrosa adalah a. -Dglukopiranosil-p-D-fruktofuranosida. Gula atau sukrosa dapat terdekomposisi oleh bakteri, khamir dan kapang. Aktifitas mikroba dalam substrat yang mengandung gula dapat bermacammacam tergantung jenis dan sifat mikroba yang bersangkutan. Lapuz et aI., (1967) dalam penelitiannya menemukan bahwa aktifitas pembentukan nata hanya terjadi pad a kisaran pH antara 3.5 dan 7.5. Kisaran suhu yang memungkinkan pembentukan nata berhasil dengan baik adalah antara 20°C dan suhu kamar (28-31°C). Asam asetat glasial ditambahkan ke dalam medium untuk menurunkan pH medium menjadi 4.5 yang merupakan pH optimum pertumbuhan bakteri nata. Penambahan asam asetat glasial sebanyak dua persen menghambat pertumbuhan kapang, khamir dan bakteri lain yang sering mengkontaminasi (Alaban, 1962). Faktor lain yang berpengaruh terhadap hasil nata adalah wadah fermentasi. Untuk efisiensi dan efektifitas hasil nata serta mempertinggi rendemen sebaiknya digunakan wadah yang berbentuk segi empat dan luas permukaan yang relatif bear. Karena kondisi yang demikian ini akan menyebabkan (Rosario, 1982). pertukaran oksigen dapat berlangsung dengan baik 14 C. JALUR METABOLISME 8. xylinum Pembentukan selulosa yang dilakukan oleh bakteri A. xylinum melewati beberapa jalur metabolisme yaitu jalur metabolisme fosfoketolase yang mendekomposisi glukosa menjadi asetat, pengubahan asetat menjadi asetil Co-A oleh enzim asetal Co-A sintetase, pembentukan energi melalui lintasan asam trikarboksilat, pembentukan glukosa melalui jalur glukoneogenesis dan pembentukan selulosa melalui prekursor polisakarida. Perombakan glukosa menjadi asam asetat didahului oleh pembentukan senyawa kunci yaitu xilulosa 5-fosfat. Senyawa ini kemudian terdekomposisi menjadi gliseraldehid 3-fosfat dan asetil fosfat yang kemudian menjadi asam asetat. Jalur metabolisme ini terlihat pada Gambar 1. Glukosa .j. Gukosa 6-fosfat ,j,. Asam 6-fosfoglukonat ~ Ribulosa 5-fosfat ~ Xilulosa 5-fosfat ~ Gliseraldehid 3-fosfat ,j,. Asam piruvat ~ ~ Asetil fosfat ,j,. Asam asetat Asam laktilt Gambar 1. Jalur Fosfoketolase (Milndelstilm etil/., 1979). Asam asetat yang terbentuk dari jalur fosfoketolase akan melalui lintasan ilsilm trikilrboksililt untuk mendilpiltkiln energi. Energi Yilng didapat disimpan dalam bentuk Adenosin Tri Posfat (A TP) dan digunakan untuk metabolisme 15 sel serta memperbanyak biomassa. Sebelum memasuki lintasan asam trikarboksilat, asetat diu bah menjadi asetil Co-A oleh enzim asetil Co-A sintetase (Mandelstam et aI., 1979). Setelah memasuki lintasan asam trikarboksilat, terjadi pembentukan glukosa kembali melalui jalur glukoneogenesis. Lintasan utama glukoneogenesis terlihat pada Gambar 3. 'Bacterial polysaccharides" yang dibentuk oleh enzim-enzim A. xylinum berasal dari suatu precursor yang berikatan p-1-4 yang tersusun dari komponen gula yaitu glukosa, .mannosa, ribosa dan rhamnosa. tersebut bersifat non toksik (Whistler et aI., 1976). Polisakarida Prekursor polisakarida tersebut adalah GDP-glukosa (Gambar 2.). pirofosforilase GTP + a-D-glukopiranosil Gambar2. l. GDP-Dglukosa (prekursor) + Ppi Mekanisme pembentukan prekusor extraseluler polisakarida (Hassid, 1970). Pembentukan prekusor ini distimulasi oleh adanya katalisator seperti Co 2+, Mg2+ dan Mn 2+ yang ditreatment" dengan (NH 4hS04. Prekursor ini selanjutnya mengalami polimerisasi dan berikatan dengan aseptor yang merupakan residu katalisator tersebut (Gambar 4.). (GDP-D-Glukosa)" + Aseptor ------+ n(GDP) + Aseptor - [P (1-4)- glukosidal" (selulosa) Gambar 4 Sintesa Selulosa yang Distimulasi oleh Katalisator ion Bivalen 16 Glukosa 1 1 Glukosa 6-P Fruktosa 1,6 di-P 1 Fruktosa 6-P bisfosfatase 1 Gliseraldehid 3-P Dihidroksiaseton P I 1 1,3-Bisfosfogliserat Gliserol3-P i 1 3-Fosfogliserat Gliserol 1 2-Fosfogliserat 1 Fosfoenolpiruvat 1 Piruvat +--- Laktat 1 Siklus asam sitrat.-.- - Asetil Co-A +--Gambar 3. Asetat Lintasan Utama Glukoneogenesis (Martin et al., 1983)