13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Iklan Sebagai Proses Pencipta Makna Dalam komunikasi ada dua pandangan, pertama, melihat komunikasi sebagai proses transmisi pesan, sedangkan pandangan kedua melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna. Perspektif produksi dan pertukaran makna memfokuskan bahasannya pada bagaimana sebuah pesan atau teks berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya untuk dapat menghasilkan sebuah makna. Hal ini berhubungan dengan peranan teks tersebut dalam budaya. Perspektif ini sering menimbulkan kegagalan dalam berkomunikasi karena pemahaman yang berbeda antara pengirim pesan dan penerima pesan. Meskipun demikian, yang ingin dicapai adalah signifikansinya dan bukan kejelasan sebuah pesan disampaikan. Untuk itulah pendekatan yang berasal dari perspektif tentang teks dan budaya ini dinamakan pendekatan semiotika. 1 Dengan tanda-tanda, kita mencoba mencari keteraturan agar kita sedikit punya pegangan. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya mencari dan menemukan jalan di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Charles Sanders Peirce menegaskan bahwa kita hanya bisa berpikir dengan sarana tanda. Itulah sebabnya tanpa tanda kita tidak dapat berkomunikasi. 1 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003) hlm. 52 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 Pierce menandaskan pula, bahwa tanda-tanda berkaitan dengan objekobjek yang menyerupai, keberadaannya memiliki hubungan sebab-akibat dengan tanda-tanda atau karena ikatan konvensional dengan tanda-tanda tersebut. Ia menggunakan istilah ikon untuk kesamaannya, indeks untuk hubungan sebab akibat dan symbol untuk asosiasi konvensional. Menurut Peirce, sebuah analisis tentang esensi tanda mengarah pada pembuktian bahwa setiap tanda ditentukan oleh objeknya. Pertama, dengan mengikuti sifat objeknya, ketika kita menyebut tanda sebuah ikon. Kedua, menjadi kenyataan dan keberadaannya berkaitan dengan objek individual, ketika kita menyebut tanda sebuah indeks. Ketiga, kurang lebih, perkiraan yang pasti bahwa hal itu diinterpretasikan sebagai objek denotatif sebagai akibat dari suatu kebiasaan ketika kita menyebut tanda sebuah symbol.2 Iklan sebagai proses pertukaran tanda dan makna adalah sistem tanda terorganisir menurut kode – kode yang merefleksikan nilai – nilai tertentu, sikap dan juga keyakinan tertentu. Setiap pesan dalam iklan dua tingkatan makna yang dinyatakan secara eksplisit di permukaan dan makna yang dkemukakan secara implisit di balik permukaan iklan. Dengan demikian, semiotika menjadi metode yang sesuai untuk mengetahui kontruksi makna yang terjadi dalam iklan dengan menekankan peran sistem tanda dengan konstruksi realitas, maka melalui semiotika ideologi - ideologi di balik iklan bisa dibongkar. Iklan merupakan bagian dari bentuk komunikasi yang divisualisasikan melalui berbagai aspek konsep tanda. Tanda-tanda tersebut tersusun di dalam 2 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003) hlm. 31-35 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 sebuah struktur teks iklan dan memiliki makna tertentu. Makna dari tanda-tanda itu dapat dilihat dan ditentukan dengan menggunakan pola-pola interpretasi terhadap tanda. “Tanda (sign) adalah sesuatu yang secara fisik dirasakan oleh pikiran kita ; merujuk kepada sesuatu yang lain dari tanda itu sendiri dan tergantung atas pengakuan dari penggunaan itu sendiri bahwa hal itu adalah tanda”. 3 Pada dasarnya produk yang akan diiklankan tidak memiliki makna, tetapi kemudian agar produk memiliki nilai dalam benak konsumen, maka digunakanlah tanda-tanda periklanan yang berupa tanda-tanda non-verbal seperti kata-kata, warna ataupun gambar.Penggunaan kata-kata dan gambar semacam ini sudah lama diterapkan dalam periklanan dimana perpaduan antara keduanya dapat menjadikan komunikasi periklanan lebih efektif. Frank Jefkins berpendapat bahwa : “salah satu cara menyampaikan pesan secara cepat dan tepat adalah dengan menggunakan lagu-lagu (jingle) atau sloganslogan yang singkat dan menarik, selain itu juga dapat menggunakan teknik lainnya yaitu melengkapi iklan dengan gambar-gambar visual yang unik dan mampu menarik perhatian khalayak”. 4 Tanda-tanda dalam iklan itu sendiri terdiri dari petanda (signified) dan penanda (signifier). Sebagai tahap awal dalam penyusunan pesan dalam iklan ditentukan terlebih dahulu karakteristik tentang keunggulan produk sebagai petanda yang kemudian menjadi konsep atau tema iklan. Pada tahap berikutnya petanda tersebut diterjemahkan ke dalam penanda yang dapat berupa gambar, 3 4 John Fiske, Introduction to Communication Studies, (Sage Publication, 1990) hlm. 44 Frank Jefkins, Periklanan, (Jakarta ; Erlangga, 1997) hlm 288 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 warna, figure seorang tokoh atau model dan sebagainya. Lalu menurut Eco tanda itu sendiri didefinisikan sebagai atas sesuatu yang atas dasar konvensi social yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. 5 Susunan tanda-tanda dalam sebuah struktur teks iklan merupakan bentuk rangkaian mata rantai yang di dalamnya terdapat pula rangkaian makna yang membentuk sebuah nilai ideology tertentu. Makna-makna tanda iklan adalah sebagai sesuatu yang dihasilkan atau diproduksi dalam sebuah interaksi antara teks iklan dengan audiensnya. Dengan kata lain makna merupakan sejumlah reaksi internal di dalam diri manusia terhadap rangsangan (stimuli) yang datang dari luar. Jika kemudian tanda tidak memiliki makna, maka makna tidak dapat di transmisikan. 2.2 Aturan Mengenai Iklan Rokok Aturan mengenai rokok sendiri sudah diatur oleh PP No.109/2012. Pada tanggal 24 Desember 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) No.109/2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan. Dalam pasal 17 ayat 4 disebutkan bahwa pencantuman gambar dan tulisan dalam kemasan rokok harus memenuhi sejumlah persyaratan tertentu. Pencantuman gambar dan tulisan peringatan kesehatan harus memenuhi persyaratan: 5 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003) hlm. 115 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 a) dicantumkan pada bagian atas Kemasan sisi lebar bagian depan dan belakang masing-masing seluas 40% (empat puluh persen), diawali dengan kata “Peringatan” dengan menggunakan huruf berwarna putih dengan dasar hitam, harus dicetak dengan jelas dan mencolok, baik sebagian atau seluruhnya; b) Gambar harus dicetak berwarna; c) Jenis huruf harus menggunakan arial bold, font 10 (sepuluh) atau proporsional dengan kemasan, tulisan berwarna putih diatas latar belakang hitam. Pasal 17 Ayat 5 PP No.109/2012, Gambar dan tulisan peringatan kesehatan tidak boleh tertutup oleh apapun. Pasal 21 PP No.109/2012, Selain berisi peringatan tentang kesehatan, setiap Kemasan Produk Tembakau harus mencantumkan informasi kandungan kadar Nikotin dan Tar pada sisi samping setiap Kemasan bungkusnya. Sementara pada sisi samping lainnya wajib dicantumkan: a) Pernyataan "dilarang menjual atau memberi kepada anak berusia 18 tahun dan perempuan hamil"; dan b) Kode produksi, tanggal, bulan, dan tahun produksi, serta nama dan alamat produsen. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 Pasal 25 PP No.109/2012 menyebutkan, bahwa setiap orang dilarang menjual Produk Tembakau dengan Menggunakan mesin layan diri, dijual kepada anak di bawah usia 18 (delapan belas) tahun, dan kepada perempuan hamil. Semua peringatan tentang kesehatan di cantumkan dalam semua iklan rokok. Hal ini diatur dalam pasal 27 PP No.109/2012 dimana pengendalian Iklan Produk Tembakau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, antara lain dilakukan sebagai berikut: a) Mencantumkan peringatan kesehatan dalam bentuk gambar dan tulisan sebesar paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari total durasi iklan dan/atau 15% (lima belas persen) dari total luas iklan; b) Mencantumkan penandaan/tulisan "18+" dalam Iklan Produk Tembakau; c) Tidak memperagakan, menggunakan, dan/atau menampilkan wujud atau bentuk Rokok atau sebutan lain yang dapat diasosiasikan dengan merek Produk Tembakau; d) Tidak mencantumkan nama produk yang bersangkutan adalah Rokok; e) Tidak menggambarkan atau menyarankan bahwa merokok memberikan manfaat bagi kesehatan. f) Tidak menggunakan kata atau kalimat yang menyesatkan; g) Tidak merangsang atau menyarankan orang untuk merokok; h) Tidak menampilkan anak, remaja, dan/atau wanita hamil dalam bentuk gambar dan/atau tulisan; i) Tidak ditujukan terhadap anak, remaja, dan/atau wanita hamil; http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 j) Tidak menggunakan tokoh kartun sebagai model iklan; dan k) Tidak bertentangan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Selanjutnya di Pasal 28 PP No. 109/2012 memberikan ketentuan bahwa Iklan Produk Tembakau di media cetak wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut: a) tidak boleh diletakkan di sampul depan dan/atau belakang media cetak, atau halaman depan surat kabar; b) tidak boleh diletakkan berdekatan dengan iklan makanan; c) luas kolom iklan tidak boleh memenuhi seluruh halaman; dan d) tidak dimuat di media cetak untuk anak, remaja dan perempuan. Iklan di media penyiaran diatur pada pasal 29 PP No. 109/2012 yaitu, Iklan di media penyiaran hanya dapat ditayangkan setelah pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu setempat. Untuk Iklan di Media Ruang, diatur dalam pasal 31 PP No.109/2012. Aturan ini jelas mengatakan tentang peletakan dan ketentuannya di dalam ruangan. Bahwa Iklan Produk Tembakau di media ruang harus memenuhi ketentuan: a) Tidak diletakkan di Kawasan Tanpa Rokok; b) Tidak diletakkan jalan utama atau protokol; c) Harus diletakkan sejajar dengan bahu jalan dan tidak boleh memotong jalan atau melintang; dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 d) Tidak boleh melebihi ukuran 72 m2. Pasal 39, PP No. 109/2012, Setiap orang dilarang menyiarkan dan menggambarkan dalam bentuk menampilkan gambar atau atau foto, menampakkan menayangkan, orang sedang merokok, memperlihatkan batang Rokok, asap Rokok, bungkus Rokok atau yang berhubungan dengan Produk Tembakau serta segala bentuk informasi Produk Tembakau di media cetak, media penyiaran, dan media teknologi informasi yang berhubungan dengan kegiatan komersial/iklan atau membuat orang ingin merokok. Pasal 46 PP No. 109/2012, Setiap orang dilarang menyuruh anak dibawah usia 18 (delapan belas) tahun untuk menjual, membeli, atau mengonsumsi Produk Tembakau. 6 2.3 Semiotika Iklan Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari kata yunani Semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya-dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai sesuatu hal yang menunjuk adanya hal lain. Contohnya asap menandaai adanya api, sirine mobil yang keras meraung-raung menandai adanya kebakaran di sudut kota. 7 Menurut Sobur semiotika itu adalah suatu ilmu tentang atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai 6 PP No109 Tahun 2012, http://peraturan.go.id Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011) hlm.5 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 dalam upaya berusaha mencari jalan didunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.8 Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda (sign), berfungsinya tanda dan produksi makna. Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain9. Iklan seperti halnya media komunikasi massa pada umumnya, mempunyai fungsi “komunikasi langsung”, sementara sebuah desain produk mempunyai fungsi komunikasi yang tidak langsung. Dari sudut pandangan ahli-ahli semiotika periklanan, dapat dilihat bahwa ada dimensi-dimensi khusus pada sebuah iklan, yang membedakan iklan secara semiotik dari objek-objek desain lainnya, ialah bahwa iklan selalu berisikan unsur-unsur tanda berupa objek, serta teks (berupa tulisan) yang memperkuat makna, meskipun teks tidak selalu hadir dalam sebuah iklan. 10 8 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003) hlm.15 Sumbo Tinaburko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008) hlm. 12 10 Christomy,T. Semiotika Budaya, (Jakarta: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004) hlm. 97 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 Tabel 2.1 Objek, Konteks dan Teks11 Objek Konteks Teks Entitas Visual / tulisan Visual / tulisan Tulisan Fungsi Elemen tanda yang Elemen tanda yang Tanda linguistik merepresentasikan memberikan (atau yang berfungsi objek atau produk diberikan) konteks memperjelas yang diiklankan dan makna pada dan objek yang menambatkan diiklankan makna Elemen Penanda / petanda Penanda / petanda Petanda Tanda Tanda semiotik Tanda semiotis Tanda semiotis Christomy menjelaskan dalam skema diatas dapat dilihat, bahwa iklan adalah sebuah ajang “permainan tanda”, yang selalu “bermain” pada tiga elemen tanda tersebut dan saling mendukung satu dengan yang lainnya. 12 2.4 Tujuan Analisis Semiotika Semiotika melihat pada cara pesan disusun, jenis tanda-tanda yang digunakan dan makna dari tanda-tanda yang dimaksudkan dan dipahami oleh Christomy,T. Semiotika Budaya, (Jakarta: Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004) hlm. 97 12 Ibid 11 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 produsen dan konsumen. Pendeknya, semiotika merupakan sebuah alat untuk menganalisis apa makna isi pesan media. 13 Menurut Sobur, Semiotika menaruh pada apa pun yang dapat dinyatakan sebagai tanda. Sebuah tanda adalah semua hal yang dapat diambil sebagai penanda yang mempunyai arti penting untuk mengartikan sesuatu yang lain. 14 Dalam pengaplikasiannya, semiotika bertujuan untuk mencari dan menemukan makna yang terdapat pada benda-benda atau sesuatu yang bersifat nonverbal atau pencarian makna pada “meta-tanda-nonverbal”. 15 2.5 Tanda dan Makna Tanda adalah kesatuan dari satu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Jadi, Penanda adalah aspek material dari bahasa: apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran atau konsep. Yang harus diperhatikan adalah bahwa tanda bahasa yang konkret, kedua unsur tadi tidak bisa dilepaskan. Tanda bahasa selalu mempunyai dua segi, yaitu penanda atau petanda. 16 Pierce membuat tiga kategori tanda yang masing – masing menunjukkan hubungan yang berbeda diantara tanda objek yaitu icon, indeks dan simbol. 1. Icon adalah tanda yang memunculkan kembali benda atau realitas yang ditandainya, misalnya foto atau peta pada umumnya. 13 Heru Puji Winarso, Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2005) hlm. 96 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003) hlm. 18 15 Ibid hlm. 124 16 Ibid hlm. 46 14 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 2. Indeks ada hubungan langsung antara tanda dan objeknya. Itu merupakan tanda yang hubungan eksitensionalnya langsung dengan objeknya. 3. Simbol adalah tanda yang memiliki hubungan dengan objeknya berdasarkan konvensi, kesepakatan atau aturan kata – kata umum adalah simbol. 17 Dalam kehidupan manusia terdapat banyak makna dan secara tidak sadar, terkadang manusialah yang menggunakan makna tersebut. Semua makna budaya diciptakan menggunakan simbol-simbol yang menunjuk pada peristiwa atau objek. 18 Simbol melibatkan tiga macam hubungan tanda. Pertama, hubungan tanda dengan dirinya sendiri atau disebut hubungan simbolik atau hubungan internal. Kedua, hubungan tanda dengan tanda lain dalam suatu sistem yang disebut hubungan paradigmatik. Ketiga, hubungan tanda dengan tanda lain dari satu struktur yang disebut hubungan sintagmatik atau hubungan eksternal. Untuk mengembangkan pendekatan semiotik atas budaya modern dibutuhkan teori konotasi. Dalam teori konotasi terdapat konsep tentang mitos, metafora, dan retorika. Tetapi sistem konotasi menggunakan denotasi untuk berbicara tentang sesuatu hal lain. 19 Makna denotatif meliputi hal-hal yang ditunjuk oleh kata-kata, atau hubungan eksplisit antara tanda dengan referensi atau realitas dalam penandaan tahap denotatif. Misalnya ada gambar manusia, binatang, pohon, rumah dengan 17 Tommy Suprapto, Pengantar Teori Komunikasi, (Jakarta: Media Pressindo, 2006) hlm. 120 Marcel Danesi, Pesan, Tanda dan Makna, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011) hlm. 153 19 Ibid hlm. 132 18 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 warna merah, kuning, biru, dan putih. Pada tahap denotatif hanya informasi data yang disampaikan. Sedangkan makna konotatif meliputi aspek warna yang berkaitan dengan perasaan dan emosi serta nilai-nilai kebudayaan dan sudut pandang suatu kelompok masyarakat, contoh: gambar wajah tersenyum dapat diartikan suatu kebahagiaan ataupun ekspresi penghinaan, untuk memahami makna konotatif, maka unsur-unsur yang lain harus dipahami pula. 20 2.6 Model Analisis Semiotika Roland Barthes Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang getol mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussurean. Barthes juga intelektual dan kritikus sastra Prancis yang ternama. Menurut Barthes, pesan yang muncul didalam iklan dapat dibedakan menjadi tiga jenis pesan yaitu: 1. Pesan Linguistik, semua kata dan kalimat dalam iklan. 2. Pesan Ikonik yang terkodekan, konotasi yang muncul dalam foto iklan yang hanya dapat berfungsi jika dikaitkan dengan sistem tanda yang lebih luas dalam masyarakat. 3. Pesan Ikonik yang tak terkodekan, denotasi dalam foto iklan21. Pendekatan Barthes ini bukanlah suatu pendekatan yang terhenti atau mandek, ini bukan hasil akhir dari sebuah pencarian. Cara pandang ini kiranya jauh lebih berguna untuk pencarian teori lebih jauh. 22 Marcel Danesi, Pesan, Tanda dan Makna, (Yogyakarta: Jalasutra, 2011) hlm. 162 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003) hlm. 119 22 St. Sunardi, Semiotika Negativa, (Yogyakarta: Kanal, 2002) hlm. 152 20 21 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 Sobur menjelaskan bahwa tujuan analisis Barthes ini, bukan hanya membangun suatu sistem klasifikasi unsur-unsur narasi yang sangat formal, namun lebih banyak yang menunjukkan bahwa tindakan yang paling masuk akal, rincian yang paling meyakinkan, atau teka-teki yang paling menarik, merupakan produk buatan, dan bukan tiruan dari yang nyata.23 Barthes juga menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunaannya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of significations” atau “tatanan pertandaan” yang terdiri dari: 1. Denotasi Makna kamus dari sebuah kata atau termologi atau objek (literal meaning of term or object). Ini adalah deskripsi dasar. 2. Konotasi Makna-makna kultural yang melekat pada sebuah terminology (the cultural meaning that become attached to a term). 3. Metafora Mengkomunikasikan dengan analogi. 4. Simile Subkategori metafora dengan menggunakan kata-kata “seperti”. Metafora berdasarkan identitas, sedangkan simile berdasarkan kesamaan 5. Metomini 23 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003) hlm. 66-67 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 Mengkomunikasikan dengan asosiasi. 6. Synecdoche Sub kategori metomini yang memberikan makna “keseluruhan” atau “sebaliknya”. Artinya sebuah bagian digunakan untuk mengasosiasikan keseluruhan bagian tersebut. 7. Intertextual Hubungan antarteks (tanda) dan dipakai untuk memperlihatkan bagaimana teks saling bertukar satu dengan yang lain, sadar maupun tidak sadar. 24 1. Signifier 2. Signified (Penanda) (Petanda) 3. Denotative sign (Tanda denotatif) 4. CONNOTATIVE SIGNIFIER 5. CONNOTATIVE SIGNIFIED (Penanda Konotatif) (Petanda Konotatif) 6. CONNOTATIVE SIGN (Tanda Konotatif) Gambar 2.2 Peta Tanda Roland Barthes25 Dalam peta Barthes digambarkan bahwa tanda denotatif terdiri atas penanda dan petanda. Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga konotatif. Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material: hanya 24 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2006) hlm. 268-269 25 Ibid http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 jika mengenal tanda “singa”, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin. 26 2.7 Makna Denotasi dan Konotasi Makna Denotasi pada dasarnya meliputi hal-hal yang ditunjuk oleh kata- kata (yang disebut sebagai makna referensial). Makna denotasi bersifat langsung, yaitu makna khusus yang terdapat dalam sebuah tanda dan pada initinya dapat disebut sebagai gambaran petanda. Makna konotasi ialah makna denotasi ditambah dengan segala gambaran, ingatan, dan perasaan. Konotasi bersifat subjektif dan emosional. Arthur Asa Berger dalam buku Sobur menyatakan bahwa kata konotasi melibatkan simbolsimbol historis, dan hal-hal yang berhubungan dengan emosional. 27 Tabel 2.3 Perbandingan antara Konotasi dan Denotasi 28 KONOTASI DENOTASI Pemakaian figure Literatur Petanda Penanda Kesimpulan Jelas Memberi kesan tentang makna Menjabarkan Dunia mitos Dunia keberadaan/ eksistensi Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003) hlm. 69 Ibid hlm 263-264 28 Ibid hlm. 264 26 27 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 2.8 Bahasa Tubuh Bidang yang menelaah adalah kinesika (kinesics), suatu istilah yang diciptakan seorang perintis studi bahasa non-verbal, Ray L. Birthwhistell. Setiap anggota tubuh seperti wajah (termasuk senyuman dan pandangan mata), tangan, kepala, kaki dan bahkan tubuh secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik. Karena kita hidup, semua anggota badan kita senantiasa bergerak. Lebih dari 2 abad lalu Blaise Pascal menulis bahwa tabiat kita adalah bergerak; istirahat sempurna adalah kematian. 2.9 Warna Tabel 2.4 Suasana Hati Yang Diasosiasikan Dengan Warna 29 Situasi Menggairahkan, merangsang Merah Warna Aman, nyaman Tertekan, terganggu, bingung Lembut, menenangkan Melindungi mempertahankan Biru Oranye Biru Merah, Coklat, Biru, Ungu, Hitam Sangat sedih, patah hati, tidak bahagia, murung Hitam, Coklat Kalem, damai, tenang Biru, Hijau Beriwibawa, agung Ungu Menyenangkan riang, gembira Kuning Menantang, melawan, memusuhi Merah, oranye, hitam Berkuasa, kuat, bagus sekali Hitam Deddy Mulyana, Ilmu komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2007) hlm.430 29 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 2.10 Tipe Shot dan Kamera Angle Teknik fotografi dalam pengambilan gambar atau dalam bahasa inggrisnya disebut type shoot. Teknik dalam pengambilan gambar akan menentukan besar kecilnya objek utama pada sebuah foto. Pada tema tema tertentu type shot digunakan untuk membangun sebuah cerita pada suatu foto. Ukuran framing lebih merujuk pada seberapa besar ukuran objek mengisi komposisi ruang frame camera. Ukuran framing dibagi menjadi beberapa ukuran standar berdasarkan jauh dekatnya objek. Untuk teknis pengambilan gambar, bahwa komposisi framing tidak boleh memotong sendi subyek, karena hal ini kurang estetis untuk dilihat 1) Big Close Up atau Extreme Close Up Ukuran Close up dengan framing lebih memusat / detaile pada salah satu bagian tubuh 2) Close Up Framing pengambilan gambar, dimana camera berada dekat atau terlihat dekat dengan subyek, sehingga gambar yang dihasilkan, subjek memenuhi ruang frame. Disebut juga dengan Close Shot. 3) Medium Close Up Pengambilan gambar dengan komposisi framing subyek lebih jauh dari close up namun lebih dekat dari medium shot. Untuk pengambilan gambar ini harap diperhatikan sendi subjek. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 4) Medium Shot Medium shot secara sederhana merekam gambar subjek kurang lebih setengah badan atau sepinggah manusia. 5) Knee Shot Pengambilan gambar dengan memberi batasan framing tokoh sampai kira kira 3/4 ukuran tubuh. Pengambilan gambar semacam ini memungkinkan penonton untuk mendapatkan informasi sambungan peristiwa. 6) Full shot Pengambilan gambar dengan subyek secara utuh dari kepala hingga kaki, secara teknis batasan atas diberi sedikit ruang untuk head room. 7) Long Shot Luas ruang pandanganya lebih lebar dari full shot, hal ini berfungsi untuk memberi gambaran tentang suasana di sekitar objek. 8) Extreeme Long Shot Pengambilan gambar dimana artist / Objek tampak jauh hampir tak terlihat, pengambilan gambar yang lebih luas dibanding long shoot. Tipe shot ini membuat objek tampak berada di kejauhan sehingga mampu memberikan interaksi subjek dengan ruang yang sekaligus mempertegas atau membantu imajinasi peristiwa kepada penikmat fotonya. Sedangkan kamera angle diterjemahkan sebagai teknis pengambilan gambar dari sudut pandang tertentu. Ada tiga dasar dari angle, yaitu : http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 1) High angle atau top angle, pengambilan gambar dari sudut atas objek sehingga objek terlihat terekspos dari bagian atas sehingga mampu memperlihatkan sejumlah orang juga bermaksud menekan atau merendahkan. 2) Low angle atau frog eye level, pengambilan gambar dari sudut bawah objek sehingga objek terlihat terekspos dari bagian bawah. Sedangkan frog eye level letak kamera berada lebih di bawah paha. Ini membuat objek memiliki kesan lebih besar dan memiliki posisi. 3) Eye level standar pengambilan gambar dengan ketinggian relatif sedang, kurang lebih sejajar dengan tinggi badan manusia sehingga membuat objek terlihat apa adanya.30 2.11 Representasi Representasi adalah konsep yang mempunyai beberapa pengertian. Ia adalah proses sosial dari 'representing'. Representasi menunjuk baik pada proses maupun produk dari pemaknaan suatu tanda. Representasi juga bisa berarti proses perubahan konsep-konsep ideologi yang abstrak dalam bentuk-bentuk yang kongkret. Jadi, pandangan-pandangan hidup tentang perempuan, anak-anak, atau laki-laki misalnya, akan dengan mudah terlihat dari cara memberi hadiah ulang 30 M. Bayu Widagdo,. & Winaswan S Gora, Bikin Sendiri Film Kamu : Panduan Produksi Film Indonesia, (Yogyakarta: Pd Anindya. 2004) hlm.53 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 tahun kepada teman-teman yang laki-laki, perempuan dan anak-anak. Begitu juga dengan pandangan-pandangan hidup terhadap cinta, perang, dal lain-lain akan tampak dari hal-hal yang praktis juga. Representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia: dialog, tulisan, video, film, fotografi, dsb. Secara ringkas, representasi adalah produksi makna melalui bahasa. Menurut Stuart Hall, representasi adalah salah satu praktek penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas, kebudayaan menyangkut 'pengalaman berbagi'. Seseorang dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama jika manusia-manusia yang ada disitu membagi pengalaman yang sama, membagi kode-kode kebudayaan yang sama, berbicara dalam 'bahasa' yang sama, dan saling berbagi konsep-konsep yang sama. Bahasa adalah medium yang menjadi perantara dalam memaknai sesuatu, memproduksi dan mengubah makna. Bahasa mempu melakukan semua ini karena ia beroperasi sebagai sistem representasi. Lewat bahasa (simbol-simbol dan tanda tertulis, lisan, atau gambar) dapat mengungkapkan pikiran, konsep, dan ide-ide tentang sesuatu. Makna sesuatu hal sangat tergantung dari cara individu merepresentasikannya. Dengan mengamati kata-kata yang digunakan dan imej-imej yang gunakan dalam merepresentasikan sesuatu bisa terlihat jelas nilai-nilai yang diberikan pada sesuatu hal tersebut. Untuk menjelaskan bagaimana representasi makna lewat bahasa bekerja, bisa dipakai tiga teori representasi sebagai usaha untuk menjawab pertanyaan : darimana suatu makna berasal, Atau bagaimana individu membedakan antara http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 makna yang sebenarnya dari sesuatu atau suatu imej dari sesuatu. Yang pertama adalah pendekatan reflektif. Di sini bahasa berfungsi sebagai cermin, yang merefleksikan makna yang sebenarnya dari segala sesuatu yang ada di dunia. Kedua adalah pendekatan intensional, dimana manusia menggunakan bahasa untuk mengkomunikasikan sesuatu sesuai dengan cara pandang terhadap sesuatu. Sedangkan yang ketiga adalah pendekatan konstruksionis. Dalam pendekatan ini dipercaya bahwa individu mengkonstruksi makna lewat bahasa yang dipakai. 31 2.12 Humanisme Dilihat dari segi kebahasaan, Humanisme berasal dari kata Latin humanus dan mempunyai akar kata homo yang berarti manusia. Humanus berarti sifat manusiawi atau sesuai dengan kodrat manusia.32 Secara terminologi, humanisme berarti martabat dan nilai dari setiap manusia, dan semua upaya untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan alamiahnya (fisik dan nonfisik) secara penuh.33 Dalam paradigma humanis, manusia dipandang sebagai makhluk Tuhan yang memiliki fitrah-fitrah tertentu yang harus dikembangkan secara optimal. Dan fitrah manusia ini hanya bisa dikembangkan melalui pendidikan yang benar-benar memanusiakan manusia (pendidikan humanis). Pendidikan humanis berorientasi 31 Stuart Hall, Representations: Cultural Signifying and Practices. (London: Sage Publication, 1997) 32 Haryanto Al-Fandi, Desain Pembelajaran Yang Demokratis & Humanis, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011). hlm. 71. 33 Ibid http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 pada pengembangan manusia (human people), menekankan nilai-nilai manusiawi, dan nilai-nilai kultural dalam pendidikan. Tujuan utama ini adalah kemanusiaan, yang bersifat normatif dan berkepribadian. Kepribadian yang dikembangkan adalah kepribadian yang utuh, terintegrasi dan terpadu dengan nilai sosio-kultural. Kepribadian itu sendiri dapat diamati dari tingkah laku dan pengalaman. Sasaran pokok pendidikan humanis adalah membantu anggota keluarga, masyarakat dan warga negara baik, yang memiliki jiwa religius, demokratis, bertanggung jawab, memiliki kemandirian, kreatif, teladan, jujur, kerja keras, toleransi, amanah, pemaaf dan mawas diri terhadap perubahan dan pembaharuan serta mampu memanfaatkan waktu senggang secara efektif.34 Pada masa renaissance muncul aliran yang menetapkan kebenaran berpusat pada manusia, yang kemudian disebut humanisme. Humanisme menurut ali syariati berkaitan dengan eksistensi manusia, bagian dari aliran filsafat yang menyatakan bahwa tujuan pokok dari segala sesuatu adalah kesempurnaan manusia. Aliran ini memandang bahwa manusia adalah makhluk mulia yang semua kebutuhan pokok diperuntukan untuk memperbaiki spesiesnya. Humanisme sebagai suatu aliran dalam filsafat, memandang manusia itu bermartabat luhur, mampu menentukan nasib sendiri, dan dengan kekuatan sendiri mampu mengembangkan diri.35 34 Oemar Hamalik, Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum, (Bandung, Mandar Maju, 1992). hlm 44-45 35 Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum, (Bandung, Pustaka Setia, 2008) hlm. 341 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 Psikologi humanistik dianggap sebagai revolusi ketiga dalam psikologi. Revolusi pertama dan kedua adalah psikosnalisis dan behaviorisme. Pada behaviorisme manusia hanyalah mesin yang dibentuk lingkungan, pada psikoanalisis manusia melulu dipengatuhi oleh naluri primitifnya. Dalam pandangan behaviorisme manusia menjadi robot tanpa jiwa, tanpa nilai. Dalam psikoanalisis, seperti kata Freud sendiri, “we see a man as savage beast”. Keduanya tidak menghormati manusia sebagai manusia. Keduanya tidak dapat menjelaskan aspek eksistensi manusia yang positif dan menentukan seperti cinta, kreatifitas, nilai, makna, dan pertumbuhan pribadi. Inilah yang diisi oleh psikologi humanistik. “Humanisitic psycology is not just the study of „human being‟; it is a commitment to human becoming,” tulis Floyd M. Matson yang agak sukar diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Perhatian pada makna kehidupan adalah juga hal yang membedakan psikologi humanisitik dari mazhab yang lain. Manusia bukan saja pelakon dalam panggung masyarakat, bukan saja pencari identitas, tetapi juga pencari makna. Freud pernah mengirim surat pada Princess Bonaparte dan menulis bahwa pada saat manusia bertanya apa makna dan nilai kehidupan, pada saat itulah ia sakit. Salah, kata Victor E. Frankl, manusia justru menjadi manusia ketika mempertanyakan apakah kehidupannya bermakna. Khotbah Frankl menyimpulkan asumsi-asumsi keunikan manusia, pentingnya nilai dan makna, serta kemampuan manusia mengembangkan dirinya. Sebagai penjelasan, kita akan menyajikan penjabaran asumsi-asumsi ini dalam pandangan Carl Rogers. Carl Rogers menggarisbesarkan pandangan Humanisme sebagai berikut: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 1. Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman dimana dia – sang Aku, Ku, atau diriku (the I, me, or myself) – menjadi pusat. Perilaku manusia berpusat pada konsep diri, yaitu persepsi manusia tentang identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan berubah-ubah yang muncul dari suatu medan fenomenal (phenomenal field). Medan keseluruhan pengalaman subjektif seorang manusia yang terdiri dari pengalamanpengalaman Aku dan Ku dan pengalaman yang “bukan aku”. 2. Menusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan diri. 3. Individu bereaksi pada situasi dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya – ia bereaksi pada “realitas” seperti yang dipersepsikan olehnya dan dengan cara yang sesuai dengan konsep dirinya. 4. Anggapan adanya ancaman terhadap diri dan diikuti oleh pertahanan diri – berupa penyempitan dan pengkakuan (rigidification) persepsi dan perilaku penyesuaian serta pengguanaan mekanisme pertahanan ego seperti rasionalisasi. Kecenderungan batiniah manusia adalah menuju kesehatan dan keutuhan diri. Dalam kondisi yang normal ia berperilaku rasional dan konstruktif, serta memilih jalan menuju pengembangan dan aktualisasi diri36 36 Rachmat Jalaludin, Psikologi Komunikasi, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2005) hlm. 30-32 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 2.11.1 Manusia sebagai Mahluk Sosial Manusia adalah mahluk yang diciptakan Allah, Tuhan Yang Maha Esa dengan struktur dan fungsi yang sangat sempurna bila dibandingkan dengan mahluk Tuhan lainnya. Manusia juga diciptakan sebagai mahluk multidimensional, memiliki akal pikiran dan kemampuan berinteraksi secara personal maupun sosial. Karena itu manusia disebut sebagai mahluk yang unik, yang memiliki kemampuan sosial sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Di samping itu, semua manusia dengan akal pikirannya mampu mengembangkan kemampuan tertingginya sebagai mahluk ciptaan Tuhan yaitu memiliki kemampuan spiritual, sehingga manusia disamping sebagai mahluk individual, mahluk sosial, juga sebagai mahluk spiritual. Dalam kenyataannya, kemampuan fungsional manusia diatas dapat dilakukannya sehari-hari sebagai mahluk individu, mahluk sosial, dan sebagai mahluk spiritual. Namun juga manusia dengan kecerdasannya dapat memisahkan fungsi-fungsi tersebut berdasarkan pada kepentingan dan kebutuhan serta serta kondisi sosial yang mengitarinya. Kemampuan-kemampuan fungsional inilah yang menjadikan manusia berbeda secara fundamental dengan mahluk-mahluk hidup lainnya yang lainnya di muka bumi. Di sisi lain, karena manusia adalah mahluk sosial, maka manusia pada dasarnya tidak mampu hidup sendiri di dalam dunia ini baik sendiri dalam konteks fisik maupun dalam konteks sosial-budaya. Terutama dalam konteks sosialbudaya, manusia membutuhkan manusia lain untuk saling berkolaborasi dalam http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 pemenuhan kebutuhan fungsi-fungsi sosial satu dengan yang lainnya. Karena pada dasarnya suatu fungsi yang dimiliki oleh manusia satu akan sangat berguna dan bermanfaat bagi manusia lainnya. Karena fungsi-fungsi sosial yang diciptakan oleh manusia ditujukan untuk saling berkolaborasi dengan sesame fungsi sosial manusia lainnya, dengan kata lain, manusia menjadi sangat bermartabat apabila bermanfaat bagi manusia lainnya. Fungsi-fungsi sosial manusia lahir dari kebutuhan akan fungsi tersebut oleh orang lain, dengan demikian produktivitas fungsional dikendalikan oleh ebrbagai macam kebutuhan manusia. Setiap manusia memiliki kebutuhan masingmasing secara individual maupun kelompok, untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut, maka perlu adanya perilaku selaras yang dapat diadaptasi oleh masing-masing manusia. Penyelarasan kebutuhan dan penyesuaian kebutuhan individu, kelompok dan kebutuhan sosial satu dan lainnya, menjadi konsentrasi utama pemikiran manusia dalam masyarakatnya yang beradab.37 37 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi. (Jakarta:Kencana, 2006) hlm.25-26 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 2.10 Kerangka Pemikiran Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran Fenomena Iklan TVC A Mild versi Manimal menampilkan beberapa gambaran sifat atau tingkah laku manusia yang secara tidak sadar memiliki kesamaan sifat atau tingkah laku seperti beberapa gambaran binatang Rumusan Masalah Bagaimana representasi Humanisme yang terdapat pada iklan TVC A Mild versi Manimal Pesan Linguistik, semua kata dan kalimat dalam iklan Pesan Ikonik yang terkodekan, konotasi dalam scene yang terdapat dalam iklan Representasi Humanisme yang ingin disampaikan dari iklan tersebut http://digilib.mercubuana.ac.id/ Pesan Ikonik yang tidak terkodekan, denotasi dalam scene iklan