BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Investasi
Di dalam ilmu ekonomi, tabungan pribadi (personal saving) dapat diartikan
sebagai total penghasilan dikurangi dengan total pengeluaran seseorang. Dengan kata
lain dapat diartikan bahwa penghasilan yang tidak digunakan untuk membeli barang
maupun jasa, dapat ditabung untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang.
Tabungan sangat berhubungan dengan investasi. Dengan tidak menghabiskan
penghasilan untuk konsumsi barang dan jasa, maka ada kemungkinan menggunakan
dana tersebut untuk diinvestasikan pada asset tetap, seperti membeli mesin dan
pabrik. Tabungan juga berperan penting dalam meningkatkan modal kerja yang ada,
yang secara langsung memberikan
kontribusi pada pertumbuhan ekonomi suatu
negara.
Bagaimanapun
juga,
meningkatkan
tabungan
tidak
selalu
berarti
meningkatkan investasi. Jika tabungan hanya disimpan di bawah ranjang atau dengan
kata lain tidak disimpan pada lembaga perantara keuangan seperti bank, maka tidak
akan muncul kesempatan bagi dana tersebut untuk dikembangkan dalam investasi
pada suatu bisnis / usaha. Itu berarti bahwa tabungan dapat meningkat tanpa
meningkatnya investasi, yang dapat mengakibatkan menurunnya performa ekonomi
9
pada sektor riil sehingga jika berkepanjangan akan mengakibatkan menurunnya
perekonomian suatu negara.
Pada ekonomi klasik memposisikan suku bunga akan menyamakan tabungan
dan investasi. Dimana kenaikan dari tabungan akan menyebabkan jatuhnya tingkat
suku bunga, yang menstimulasi kegiatan investasi. Tetapi Keynes menyatakan bahwa
tidak ada pengaruh tabungan maupun investasi terhadap tingkat suku bunga, sehingga
perubahan tingkat suku bunga yang signifikan sangat diperlukan. Pada akhirnya
muncul kesimpulan bahwa permintaan dan supply uang yang beredar yang
menentukan perubahan tingkat bunga untuk jangka pendek.
Pada keuangan pribadi seseorang, menabung ditujukan untuk memperoleh
sejumlah dana cadangan pada nominal yang cukup untuk digunakan dalam memenuhi
kebutuhan di masa datang, walaupun inflasi dapat mengurangi nilai riil dana tersebut
di masa datang.
Dalam keuangan pribadi, jika uang digunakan untuk membeli kepemilikan
yang memberikan kemungkinan adanya resiko kehilangan atau berkurangnya nilai
modal, dapat disebut sebagai investasi. Menurut Bodie, Kane, dan Markus, 2008,
investasi dapat diartikan sebagai komitmen sekarang terhadap uang ataupun sumber
lainnya dengan pengharapan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang.
Dalam hal ini, komitmen mengindikasikan adanya pengorbanan sesuatu dengan nilai
sekarang, dengan mengharapkan keuntungan dari pengorbanan tersebut nantinya.
Pengorbanan (kehilangan modal) tersebut dapat disebut sebagai resiko investasi saat
investasi tersebut direalisasikan. Tidak seperti tabungan pada bank, yang memiliki
10
profil resiko yang lebih rendah, walaupun nilai nya juga tergerus karena adanya
inflasi, atau dalam kasus yang ekstrim yaitu pailitnya bank tersebut.
2.2
Tujuan dan Hambatan Investasi
Menurut tim studi bapepam mengenai “Tipologi Investor Reksa Dana di Pasar
Modal Indonesia”, 2007, risiko dan return merupakan dua karakteristik investasi
yang penting bagi investor. Dua hal ini menjadi tujuan investasi dalam kerangka
kebijakan investasi. Karena tahapan awal akan mempengaruhi proses secara
keseluruhan, identifikasi dan spesifikasi tujuan investasi merupakan hal krusial bagi
keberhasilan investasi. Bagi para investor, dan khususnya investor pasar modal,
sebelum mereka berinvestasi harus terlebih dahulu menetapkan risiko dan return yang
ingin dicapai sebagai tujuan investasi.
2.2.1 Tujuan Investasi
a. Risiko
Elemen pertama tujuan investasi adalah risiko karena sangat
menentukan tujuan lain berupa return. Portofolio yang disusun untuk
mencapai tujuan risiko dan return harus selaras dengan hambatan investasi
yang tercantum dalam pernyataan kebijakan investasi. Dalam merumuskan
tujuan risiko, investor harus memperhatikan pertanyaan-pertanyaan berikut:
11
1. Bagaimana cara mengukur risiko? Pengukuran risiko merupakan isu kunci
dalam investasi yang terus berubah dari waktu ke waktu. Salah satu
paradigma dalam teori portofolio modern menggunakan varian (atau
standar deviasi) return sebagai ukuran risiko. Faktor-faktor risiko yang
lain mungkin juga relevan digunakan.
2. Bagaimana kemauan investor untuk mengambil risiko? Kemauan
mengambil risiko seringkali sangat berbeda antara investor individual dan
investor institusional. Kita dapat mencoba memahami faktor perilaku dan
kepribadian di balik kemauan untuk mengambil risiko.
3. Bagaimana kemampuan investor untuk mengambil risiko? Meskipun
investor memiliki kemauan mengambil risiko tertentu, seringkali terdapat
batasan-batasan dalam tataran praktis ataupun finansial untuk mencapai
risiko dimaksud.
4. Berapa tingkat risiko di mana investor mau dan mampu untuk
mengambilnya? Dalam hal ini terdapat toleransi risiko (risk tolerance),
yaitu kapasitas untuk menerima risiko serta merupakan irisan dari
kemauan dan kemampuan mengambil risiko. Dalam terminologi lain
terdapat aversi risiko (risk aversion), yaitu tingkat ketidakmauan dan
ketidakmampuan mengambil risiko. Penasihat investasi perlu membantu
investor
yang
bersangkutan
untuk
mengkonversi
kemauan
dan
12
kemampuan
mengambil
risiko
menjadi
toleransi
risiko
yang
mencerminkan keduanya secara tepat. Dalam banyak kasus, investor
mungkin memerlukan pendidikan atau penjelasan mengenai prinsipprinsip dasar investasi.
5. Apakah tujuan risiko spesifik dari investasi yang dilakukan? Kita dapat
menspesifikasi tujuan risiko absolut maupun tujuan risiko relatif dari
investasi. Salah satu contoh tujuan risiko absolut adalah level standar
deviasi tertentu dari total return. Sedangkan salah satu tujuan risiko relatif
adalah level tracking risk tertentu. Tracking risk adalah standar deviasi
dari selisih antara total return suatu portofolio dengan benchmark yang
digunakan.
b. Return
Elemen kedua dari kerangka kebijakan investasi adalah return. Tujuan
return harus selaras dengan tujuan risiko. Hal-hal berikut perlu diperhatikan
dalam menentukan tujuan return :
1) Bagaimana cara mengukur return? Ukuran yang biasa digunakan adalah
total return, yang merupakan penjualan antara return dari kenaikan harga
dan return dari pendapatan investasi. Return dapat dinyatakan dalam
angka absolut (seperti 10% per tahun), atau dalam angka relatif terhadap
return dari benchmark (seperti benchmark return plus 2% per tahun).
13
2) Berapa return yang diinginkan oleh investor? Hal ini disebut pernyataan
keinginan return (stated return desire). Keinginan return ini mungkin
realistis atau tidak realistis.
3) Berapa return rata-rata yang diperlukan oleh investor? Hal ini disebut
required return. Return sering didefinisikan sebagai level arus kas
tertentu, di mana tingkat return yang diperlukan akan dihitung dari arus
kas tersebut. Hal-hal lain yang dipertimbangkan meliputi tingkat
pengeluaran, kebutuhan pada masa yang akan datang, dan tingkat inflasi.
4) Bagaimana tujuan return ditetapkan? Tujuan return mencakup required
return, stated return desire, dan tujuan risiko, yang kemudian menjadi
return tahunan yang dapat diukur. Return dari portofolio ditujukan untuk
memenuhi tujuan kemakmuran investor (wealth objectives) atau untuk
mendukung kemampuan investor dalam membayar utang. Untuk investor
yang memiliki kebutuhan akan pendapatan investasi, tujuan return
ditujukan untuk membiayai pengeluaran yang dibutuhkan, baik dari
kenaikan modal maupun pendapatan investasi. Apabila tujuan return yang
telah ditetapkan tidak sesuai dengan toleransi risiko, perlu dilakukan
penyesuaian tertentu, seperti meningkatkan tabungan dan memodifikasi
tujuan kemakmuran (wealth objectives).
14
2.2.2 Hambatan Investasi
Tujuan risiko dan return ditetapkan dengan memperhatikan sejumlah
hambatan investasi. Menurut tim studi bapepam mengenai “Tipologi Investor
Reksa Dana di Pasar Modal Indonesia”, 2007, hambatan-hambatan tersebut
meliputi likuiditas, rentang waktu, hukum dan perundang-undangan, dan
faktor-faktor internal tertentu. Meskipun semua faktor tersebut mempengaruhi
portofolio, dua hambatan pertama berpengaruh secara langsung pada
kemampuan untuk mengambil risiko, sehingga dapat menghambat tujuan
risiko maupun tujuan return.
a. Likuiditas
Likuiditas terkait dengan kebutuhan akan uang tunai pada waktu tertentu.
Total biaya yang dibutuhkan untuk mengkonversi suatu aset menjadi uang
tunai merupakan ukuran likuiditas aset tersebut: biaya rendah berarti likuiditas
tinggi, dan biaya tinggi berarti likuiditas rendah. Biaya-biaya transaksi
tertentu merupakan kerugian ekonomi bagi portofolio. Risiko kerugian karena
adanya kebutuhan menjual aset yang relatif kurang marketable untuk
memenuhi kebutuhan likuiditas disebut risiko likuiditas.
b. Rentang Waktu
Rentang waktu (time horizon) merupakan periode waktu tertentu yang sering
dilekatkan pada tujuan investasi. Rentang waktu investasi terdiri dari jangka
pendek, jangka pendek, atau kombinasi keduanya. Multi-stage horizon
15
merupakan kombinasi antara jangka pendek dan jangka panjang, seperti
pendanaan pendidikan anak dan masa pensiun. Secara umum, pertanyaanpertanyaan relevan mengenai rentang waktu di antaranya:
•
Bagaimana panjangnya rentang waktu mempengaruhi kemampuan
investor untuk mengambil risiko? Semakin panjang rentang waktu
investasi, semakin banyak risiko yang dapat diambil oleh investor.
•
Bagaimana panjangnya rentang waktu mempengaruhi alokasi aset
investor?
Dalam
investasi
jangka
panjang,
banyak
investor
mengalokasikan proporsi dana yang lebih besar pada instrumen investasi
yang lebih berisiko. Tidak demikian dengan investasi jangka pendek.
•
Bagaimana kemauan dan kemampuan untuk mengatasi fluktuasi nilai
portofolio mempengaruhi alokasi aset investor? Dengan penekanan pada
risiko, investor dengan investasi jangka panjang sekalipun bisa jadi akan
membatasi risk-taking karena sensitivitas mereka akan kemungkinan
terjadinya kerugian yang signifikan. Investor dengan kebutuhan likuiditas
jangka pendek biasanya lebih menyukai instrumen investasi jangka
pendek untuk meminimalisasi risiko kerugian.
16
•
Bagaimana keberadaan investasi multi-stage horizon mempengaruhi
alokasi asset investor? Dalam kasus multi-stage horizon, kebijakan
investasi harus dirancang untuk dapat mengakomodasi semua rentang
waktu. Hal ini akan melibatkan upaya kompromi tertentu untuk mencapai
tujuan jangka pendek, menengah, maupun panjang.
c. Masalah Pajak
Masalah perpajakan terjadi apabila investor dihadapkan pada struktur pajak
yang mengurangi jumlah total return yang sebenarnya dapat digunakan untuk
membiayai kebutuhan saat ini atau untuk diinvestasikan kembali pada masa
yang akan datang. Kebijakan perpijakan di suatu negara dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan investasi.
d. Faktor Peraturan, Hukum, dan Kredibilitas
Faktor peraturan, hukum, dan kredibilitas merupakan faktor eksternal (berasal
dari pemerintah, otoritas regulator atau pengawas di suatu negara) yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan investasi. Misalnya peraturan reksa
dana di pasar modal Indonesia yang mengatur batas kepemilikan unit reksa
dana untuk masing-masing investor hingga maksimum 2% dari total unit yang
diterbitkan.
e. Faktor Internal Tertentu
17
Hal ini mencakup faktor-faktor internal (selain yang disebutkan di atas) yang
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan investasi. Sebagai contoh,
pilihan portofolio investor perorangan dapat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi
tertentu seperti kesehatan, keluarga yang harus ditanggung, dan sebagainya.
Pilihan portofolio juga dapat dipengaruhi oleh kapabilitas investor dalam
sumber daya manusia maupun keuangan, termasuk waktu, minat, latar
belakang, dan kemampuan teknis yang dimiliki.
2.3
Mengenal Pasar Modal
Hugh, Patrick & Wai, Tun U dalam makalah IMF “ Stock and Bond Issues,
and Capital Market in Less Develop Countries” ( disusun setelah mereka melakukan
penelitian selama beberap tahun di Asia, Afrika dan Amerika Selatan ) menyebutkan
3 definisi pasar modal :
•
Arti Luas
Pasar modal adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisir, termasuk
bank–bank komersil dan semua perantara di bidang keuangan, surat
berharga/klaim jangka pendek–panjang primer dan yang tidak langsung.
•
Arti Menengah
Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisir dan lembaga–lembaga yang
memperdagangkan warkat–warkat kredit (biasanya yang berjangka lebih dari
1 tahun) termasuk saham, obligasi, pinjaman berjangka, hipotok tabungan dan
deposito berjangka.
18
•
Arti Sempit
Pasar modal adalah tempat pasar teorganisir yang memperdagangkan saham
dan obligasi dengan menggunakn jasa makelar dan underwriter
Industri Pasar Modal menyediakan sarana alternatif investasi bagi masyarakat
untuk menanamkan dananya dalam rangka menjaga harta kekayaannya agar terhindar
dari resiko berkurangnya nilai harta kekayaan masyarakat akibat pengaruh inflasi,
selain itu dapat pula digunakan untuk mendapatkan keuntungan dari hasil
investasinya. Selanjutnya, dana masyarakat yang diinvestasikan di Pasar Modal dapat
dipergunakan oleh perusahaan sebagai alternatif pembiayaan dalam rangka
menunjang kebutuhan biaya operasional dan pengembangan usaha yang tidak bisa
disediakan dari hasil operasional perusahaan pada saat ini (cash flow from operation).
Menurut Bursa Efek Indonesia (BEI), pasar modal (capital market)
merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa
diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen
derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi
perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi
kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana
dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Instrumen keuangan
yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka
waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan
berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain.
19
Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal
mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran
Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”.
Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena
pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan
usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat
pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk
pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar
modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan
seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat
menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan
risiko masing-masing instrumen.
2.4
Produk-Produk Pasar Modal
Produk-produk yang diperdagangkan di Pasar Modal adalah beraneka ragam,
namun produk yang paling sering diperdagangkan adalah saham, obligasi dan reksa
dana. Berikut ini adalah beberapa penjelasan mengenai saham, obligasi dan reksa
dana.
2.4.1. Saham
Saham adalah sertifikat yang dapat menunjukan bukti kepemilikan
suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan
20
dan aktiva perusahaan. Terdapat 2 jenis saham, yaitu Saham Biasa (Common
Stock) dan Saham Preferen (Preferred Stock).
•
Saham Biasa
Saham Biasa adalah saham yang memiliki karakteristik antara lain
sebagai berikut:
o Memiliki hak suara pada RUPS
o Memiliki hak atas dividen yang telah diputuskan RUPS
o Hak klaim yang terakhir ada aktiva perusahaan jika perusahaan
dilikuidasi
•
Saham Preferen
Saham Preferen memiliki karakteristik yang khusus dibanding dengan
saham biasa. Karakteristik saham preferen satu dengan yang lainnya
bervariasi tergantung pada karakteristik saham preferen itu sendiri.
Namun demikian secara umum Saham Preferen memiliki persamaan
karakteristik yaitu Saham Preferen memiliki Hak atas dividen dalam
jumlah yang tetap.
Investasi pada saham dapat memberikan manfaat dalam bentuk
deviden ataupun capital gain. Dividen adalah bagian keuntungan perusahaan
yang dibagikan kepada pemegang saham, sedangkan capital gain adalah
21
selisih lebih antara harga jual dengan harga beli saham. Adapun resiko yang
terkandung dalam investasi pada saham adalah kemungkinan investor tidak
mendapat pembagian dividen apabila perusahaan tidak membukukan laba
pada tahun berjalan atau kemungkinan investor mengalami capital loss karena
harga jual yang lebih rendah dari harga beli saham yang bersangkutan.
Adapun risiko lainnya adalah kemungkinan perusahaan dilikuidasi dan
investor sama
sekali tidak memperoleh apapun karena tidak ada lagi aktiva yang tersisa.
2.4.2 Obligasi
Dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Teori Portofolio dan
Analisis Sekuritas, Suad Husnan mendefinisikan Obligasi sebagai surat tanda
hutang jangka panjang yang diterbitkan oleh perusahaan ataupun pemerintah.
Perusahaan yang menerbitkan obligasi mempunyai kewajiban untuk
membayar bunga secara regular sesuai dengan jangka waktu yang telah
ditetapkan serta pokok pinjaman pada saat jatuh tempo.
Investasi pada Obligasi dapat memberikan manfaat dalam bentuk
bunga ataupun capital gain. Manfaat lainnya adalah Hak Klaim pertama
dalam hal perusahaan penerbit obligasi bangkrut atau dilikuidasi. Adapun
resiko yang terkandung dalam investasi pada Obligasi adalah risiko gagal
bayar, risiko Capital Loss ataupun risiko Callability. Risiko gagal bayar
adalah risiko dimana penerbit obligasi gagal untuk melakukan pembayaran
22
bunga ataupun pokok hutang pada waktu yang telah ditetapkan. Risiko
Capital Loss adalah risiko dimana obligasi dijual dibawah harga belinya.
Adapun risiko Callability adalah risiko dimana emiten, dengan hak untuk
membeli kembali obligasi, menarik kembali obligasi pada saat suku bunga
secara umum menunjukkan kecenderungan menurun.
2.4.3. Reksa Dana
Undang-Undang
No.
8
Tahun
1995
tentang
Pasar
Modal
mendefinisikan Reksa Dana sebagai suatu wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan
dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi. Berbeda dengan investasi
langsung pada saham atau obligasi, apabila investor berinvestasi pada Reksa
Dana maka investasi tersebut sebenarnya dilakukan pada sekumpulan surat
berharga. Oleh karena investasi dilakukan pada sekumpulan surat berharga
maka dengan sendirinya resiko investasi juga dapat dikurangi.
Berikut adalah berbagai jenis Reksa Dana yang terdapat di Pasar
Modal Indonesia:
a. Reksa Dana Konvensional
Reksa Dana Konvensional dapat dibedakan menjadi beberapa
kelompok dengan melihat unsur Portofolio Efek yang diinvestasikannya,
sebagai berikut:
i. Reksa Dana Pendapatan Tetap;
23
Reksa Dana Pendapatan Tetap adalah Reksa Dana yang Portofolio
nya hanya terdiri Efek-Eeek yang memberikan pendapatan tetap,
seperti obligasi.
ii. Reksa Dana Saham;
Reksa Dana Saham adalah Reksa Dana yang Portofolio nya hanya
terdiri dari saham
iii. Reksa Dana Pasar Uang;
Reksa Dana Pasar Uang adalah Reksa Dana yang Portofolio nya
hanya terdiri dari produk-produk yang jatuh tempo tidak lebih dari
satu tahun, seperti deposito, CP, dll.
b. Reksa Dana Terstruktur
Reksa Dana Terstruktur adalah reksa dana yang dijamin oleh
Guarantor yang telah mendapatkan izin dari lembaga berwenang.
Terdapat beberapa jenis Reksa Dana Terstruktur di Pasar Modal
Indonesia, yaitu:
i. Reksa Dana Terproteksi (Capital Protected Fund)
Reksa Dana Terproteksi adalah Reksa dana yang memberikan
proteksi atas investasi awal melalui mekanisme pengelolaan
Portofolionya pada saat jatuh tempo. Pada Reksa Dana
Terproteksi, investasi dilakukan pada Efek-Efek Utang dengan
peringkat layak investasi.
ii. Reksa Dana Penjaminan (Guaranteed Fund)
24
Reksa Dana Penjaminan adalah Reksa Dana yang memberikan
jaminan atas nilai investasi awal pada saat jatuh tempo. Berbeda
dengan Reksa Dana Terproteksi dimana proteksi diberikan oleh
Manajer Investasi, pada Reksa Dana Penjaminan, penjaminan
diberikan oleh pihak ketiga seperti Asuransi, dsb.
iii. Reksa Dana Indeks (Index Fund)
Reksa Dana Indeks adalah Reksa Dana yang Portofolio Efeknya
terdiri atas Efek yang menjadi bagian dari suatu indeks yang
menjadi acuannya. Sekurang-kurangnya 80% dari Nilai Aktiva
Bersih (NAB) diinvestasikan pada efek yang merupakan bagian
dari kumpulan Efek yang ada dalam indeks tersebut.
iv. Reksa Dana KIK yang diperdagangkan di Bursa (Exchange Traded
Fund – ETF)
v. Reksa Dana Syariah, yaitu reksa dana yang mengikuti ketentuan
syariah.
2.5
Perkembangan Investasi di Pasar Modal Indonesia
Pasar modal Indonesia yang telah diaktifkan kembali pada tahun 1977, mulai
berkembang pesat sejak tahun 1989. Banyak faktor yang menyebabkan
perkembangan tersebut, antara lain pertumbuhan ekonomi yang cukup baik dan
tingkat bunga yang relatif rendah. Tetapi kebijakan pemerintah nampaknya
mempunyai peran yang sangat besar, antara lain penentuan harga diserahkan pada
25
pasar dan pemodal asing diizinkan untuk membeli saham dalam porsi yang telah
ditentukan.
Sebelum seorang pemodal memutuskan akan menginvestasikan dananya di
pasar modal (dengan membeli sekuritas yang diperdagangkan di bursa), ia harus
percaya bahwa informasi yang diterimanya adalah informasi yang benar, sistem
perdagangan di bursa dapat dipercaya, serta tidak ada pihak lain yang memanipulasi
informasi dan perdagangan tersebut. Tanpa keyakinan tersebut, pemodal tentunya
tidak akan bersedia membeli sekuritas yang ditawarkan perusahaan (atau
diperjualbelikan di bursa). Indikator kepercayaan pemodal akan pasar modal dan
instrumen-instrumen keuangannya, dicerminkan antara lain oleh dana masyarakat
yang dihimpun di pasar modal.
Tahun 2007 merupakan tahun yang bersejarah bagi Pasar Modal Indonesia,
dengan telah selesainya penggabungan PT Bursa Efek Surabaya ke dalam PT Bursa
Efek Jakarta yang selanjutnya menjadi PT Bursa Efek Indonesia. Di tahun 2007 ini
pula tercatat kinerja Bursa Efek Indonesia (BEI) yang sangat menggembirakan.
Menurut laporan BEI melalui websitenya, hampir seluruh indikator perdagangan
menunjukan peningkatan yang signifikan, seperti aktivitas transaksi, pergerakan
indeks, maupun minat investor asing untuk berinvestasi di Pasar Modal Indonesia.
Pada akhir tahun 2007 , Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada level
2.739,704 atau meningkat 51,74% dari level penutupan di tahun 2006 yaitu sebesar
1.805,523, dan tercatat jumlah pemegang saham sampai dengan Desember 2007
adalah sebanyak 125 Anggota Bursa (AB), dimana 117 AB Aktif dan sebanyak 5 AB
suspen.
26
Bersamaan dengan HUT Pasar Modal ke 30, BEI meluncurkan Indeks
Kompas 100 yang diharapkan akan bermanfaat bagi para pemodal, dalam mengelola
portofolio investasinya, dan bagi fund manager yang akan menggunakannya sebagai
acuan dalam menciptakan kreatifitas (inovasi) pengelolaan dana yang berbasis
saham. Di penghujung tahun 2007 tepatnya pada tanggal 18 Desember 2007 telah
dicatatkan produk baru di Bursa yaitu Exchange Traded Fund (ETF), produk ini
diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan masyarakat dalam berinvestasi.
2.6
Prospek Investasi di Pasar Modal Indonesia
Berbagai indikator ekonomi makro yang membaik di tahun 2007 diharapkan
akan semakin baik di tahun 2008. Hal ini diharapkan akan berdampak positif
terhadap Pasar Modal Indonesia. BEI meyakini tahun 2008 sebagai tahun yang akan
memberikan prospek dan kesempatan bagi Pasar Modal Indonesia untuk berkembang
lebih luas. Dari kinerja di tahun 2007 yang sangat menggembirakan ini, diharapkan
kinerja di tahun 2008 dapat lebih meningkat dengan proyeksi kenaikan 20% dari
rata-rata nilai transaksi harian tahun 2007. Target pencatatan saham emiten baru
diperkirakan mencapai 30 perusahaan, dan pencatatan tambahan (right issue dan
saham bonus) sebanyak 37 emiten.
27
2.7
Pentingnya Sosialisasi Pasar Modal
Pada hakekatnya sosialisasi pasar modal merupakan salah satu bentuk
pendidikan keuangan (financial education) dimana dalam skala internasional
merupakan topik penting seperti dalam OECD yang ditayangkan dalam websitenya
www.oecd.org/daf/financialeducation. Sosialisasi Pasar Modal perlu di lakukan
dalam skala nasional seperti yang dilakukan oleh India dengan Securities Market
Awareness Campaign (SMAC) dengan motto ‘An educated Investor is a protected
investor’.
Beberapa tujuan penting dari pendidikan keuangan ini yaitu :
a. Merupakan ketrampilan (skill) yang krusial dalam mewujudkan pembangunan
ekonomi (successfull economical development);
b. Mempunyai peranan penting dalam menciptakan stabilitas keuangan (financial
stability);
c. Sebagai salah satu cara membuat keputusan investasi yang lebih baik dalam hal :
meningkatkan efektifitas alokasi investasi, meningkatkan tingkat kepercayaan
pemodal (investor confidence level); dan
d. Merupakan bagian dari kebijakan (financial market policy).
Pentingnya pengetahuan akan ilmu keuangan timbul karena beberapa
perubahan yang terjadi baik pada perkembangan market (market development)
maupun pada perkembangan sosial (social development). Pada perkembangan market
terjadi perubahan yaitu dengan semakin banyaknya pilihan instrumen dalam
28
berinvestasi dengan produk-produk baru, dan juga semakin meningkatnya tingkat
kompleksitas dari instrument tersebut sehingga dibutuhkan pengetahuan yang lebih
mendalam terhadap suatu produk. Pada perkembangan sosial terjadi perubahan
misalnya pada aspek demografi, isu-isu yang terkait dengan masalah pensiun,
perubahan pendapatan riil, dan perubahan perilaku konsumen. Perubahan pada kedua
aspek tersebut dapat saling terkait, sebagai contoh : bahwa produk-produk keuangan
baru menjadi tantangan bagi pemodal dengan tingkat pengetahuan rata-rata. Misal,
Reksa Dana terpotreksi belum dapat dipahami sepenuhnya oleh pemodal ritel pada
umumnya dan menjadi tantangan mereka untuk memahami lebih jauh agar
mendapatkan keuntungan maksimal sesuai harapan. Apalagi terhadap produk-produk
yang ’berbau’ intangible asset atau derivatives, mereka akan selalu menanyakan
nilainya dan kompleksitas produk tersebut. Melihat uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa pelaksanaan sosialisasi pasar modal tampaknya menjadi suatu proses yang
tidak pernah berakhir karena pengetahuan keuangan (financial literacy) dalam suatu
populasi bukan hal yang statis sehingga dibutuhkan penyebaran informasi yang
berkelanjutan (continouous cultivation). Sosialisasi Pasar Modal merupakan cerminan
dari timbulnya tren dan isu-isu baru (reflection of new trends and issues) dengan
pemahaman bahwa setiap individu akan menjadi tua dan digantikan dengan generasi
baru yang terdidik.
Dalam perspektif kebijakan publik, sosialisasi pasar modal dilakukan
mengingat hubungan yang erat antara antara perlindungan konsumen dan financial
literacy karena perlindungan konsumen bertujuan mengurangi informasi yang bersifat
29
asimetri dengan aspek keterbukaan (disclosure) sebagai perangkat dasarnya. Namun
demikian dapat dipahami bahwa masih sangat perlu dibutuhkan kemampuan dalam
memahami secara mendalam informasi finansial dan konsekuensinya pada
pengambilan keputusan (financial decisions).
Peran pemerintah sebagai pengambil kebijakan adalah mengembangkan
paduan kebijakan yang berimbang (well balanced mix policies) dalam rangka
meningkatkan fungsi dari pasar finansialnya dan melindungi kepentingan konsumen
dalam hal :
a. persyaratan prudensial (prudential requirements);
b. Stabilitas dan integritas pasar (market stability and integrity);
c. Conduct of business; dan
d. Pendidikan Keuangan (financial education).
Dimana kesemua hal tersebut tidak dapat diabaikan untuk mencapai dan
mempertahankan stabilitas finansial, adanya fungsi financial market yang efektif dan
kondisi ekonomi yang diharapkan (sound economic conditions).
Download