BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah suatu kelainan bawaan yang cukup banyak ditemukan dengan insiden antara 8-10 kejadian setiap 1000 kelahiran hidup. Angka kejadian PJB di Indonesia cukup tinggi,yaitu 45.000 bayi Indonesia lahir dengan PJB tiap tahun. PJB asianotik merupakan kelompok penyakit terbanyak yakni sekitar 75% dari semua PJB, sedangkan sisanya merupakan kelompok PJB sianotik (25%). Defek septum ventrikel (DSV) yang merupakan salah satu jenis dari PJB asianotik, paling sering ditemukan, yaitu sebanyak 2030% dari seluruh kasus PJB (Madiyono dan Rahayuningsih, 2000; Nugroho, 2009; Nurani, 2011; Wahab, 2009). PJB asianotik dengan defek atau pirau dari kiri ke kanan dapat menyebabkan terjadinya hipertensi arteria pulmonalis (HAP), gagal jantung kongestif dan infeksi paru berulang. Penelitian yang dilakukan oleh Herrera (2002) menyebutkan bahwa kejadian HAP ringan sebanyak 30,2%, HAP sedang sebanyak 51,6%, dan HAP berat sebanyak 18,3% yang disebabkan oleh karena PJB asianotik. Malnutrisi dan retardasi pertumbuhan merupakan komplikasi penting berhubungan dengan PJB dan kejadiannya semakin meningkat bila disertai dengan HAP, sianotik dan gagal jantung kongestif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurani (2011) disebutkan bahwa kejadian gizi buruk sebanyak 21,9%, gizi kurang sebanyak 27,6%, gizi baik 48,6%, dan overweight 1,9% pada 1 2 kasus PJB. Data tersebut menunjukkan masih tingginya kejadian malnutrisi pada bayi dan anak PJB. Penelitian yang dilakukan oleh Leite et al. (1995) menyebutkan bahwa faktor HAP pada PJB asianotik berhubungan dengan tingginya angka kejadian malnutrisi (P = 0,0140). Penelitian yang serupa dilakukan oleh Varan et al. (1999) menyebutkan bahwa kejadian malnutrisi ringan sebanyak 46%, malnutrisi sedang sebanyak 31%, malnutrisi berat sebanyak 8% pada kelompok PJB asianotik dengan HAP, sedangkan kejadian malnutrisi ringan sebanyak 60% pada PJB asianotik tanpa HAP. Penelitian tersebut menunjukkan adanya faktor HAP meningkatkan kejadiaan malnutrisi (Leite et al., 1995; Varan et al.,1999). Penelitian yang dilakukan oleh Rahayuningsih (2011) menyebutkan bahwa malnutrisi lebih sering terjadi pada DSV dengan HAP sebanyak 68,5%. Penelitian lain yang dilakukan Baaker et al. (2008) menyebutkan bahwa kejadian malnutrisi akut sebanyak 39,2% lebih sering terjadi pada kelompok PJB asianotik tanpa gagal jantung atau HAP dan malnutrisi kronis sebanyak 26,3% lebih sering terjadi pada kelompok PJB asianotik dengan HAP (Baaker et al. 2008; Rahayuningsih, 2011). Adanya keterbatasan sumber daya di negara berkembang sebagai salah satu faktor yang menyebabkan tindakan penutupan defek atau pirau secara kateterisasi maupun intervensi pembedahan tidak dapat dilakukan sedini mungkin, sehingga meningkatkan prevalensi malnutrisi pra-operatif pada pasien PJB. PJB asianotik khususnya yang telah mengalami HAP yang tidak mengalami tindakan penutupan defek atau pirau akan berkembang menjadi penyakit vaskular paru atau 3 terjadinya HAP yang ireversibel (sindrom Eisenmenger). Prevalensi sindrom Eisenmenger pada PJB sebesar 1-6 % yang akan meningkatkan angka kematian. Kematian jantung mendadak sebanyak (30%), gagal jantung kongestif (25%), dan hemoptisis (15%) merupakan penyebab kematian paling dominan pada sindrom Eisenmenger (D'Alto dan Mahadevan, 2012; Saha et al., 1994). Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya diketahui banyak faktorfaktor yang mempengaruhi kejadian malnutrisi, dan HAP dapat meningkatkan risiko terjadinya malnutrisi pada anak dengan PJB. Peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai HAP sebagai faktor risiko malnutrisi pada PJB asianotik pirau kiri ke kanan dengan metode penelitian yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. B. Pertanyaan Penelitian Apakah HAP merupakan faktor risiko terjadinya malnutrisi pada anak dengan PJB asianotik pirau kiri ke kanan? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bahwa HAP merupakan faktor risiko malnutrisi pada anak dengan PJB asianotik pirau kiri ke kanan. 4 D. Manfaat Penelitian Bagi kepentingan akademik dan ilmiah, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dalam mengidentifikasi faktor risiko malnutrisi pada anak dengan PJB asianotik pirau kiri ke kanan yang mengalami HAP. Bagi pelayanan masyarakat, penelitian ini bermanfaat bagi tenaga medis untuk melakukan deteksi dini terhadap kasus-kasus PJB untuk mendapatkan intervensi dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi untuk meningkatkan ketersediaan sumber daya tenaga ahli kardiologi, kemudahan akses pelayanan kesehatan dan penyediaan peralatan intervensi jantung sehingga bermanfaat dalam pembuatan kebijakan untuk mewujudkan masyarakat yang sehat. Bagi kepentingan penelitian, diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya. E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai malnutrisi dan HAP pada PJB asianotik dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut. 5 Tabel 1.Penelitian-penelitian mengenai malnutrisi dan HP pada PJB asianotik Peneliti Desain dan Sampel Hasil penelitian penelitian penerbit Leite et al. (1995) Prospective 30 anak dengan PJB asianotik pirau kiri study kekanan (16 dengan HAP dan 14 tanpa HAP). Prevalensi malnurisi secara keseluruhan pada PJB asianotik sebanyak 83,3%, dan lebih banyak didapatkan pada kelompok dengan HAP (P = 0,0140). Varan et Retrospecal. (1999) tive study Arch Dis Child. 89 pasien 1 – 45 bulan, grup aP: asianotik dengan HAP (n=26), grup ap: asianotik tanpa HAP (n=5), grup cp: sianotik tanpa HAP (n=42), dan grup sianotik dengan HAP (n=16). Malnutrisi ringan lebih umum pada kelompok pasien asianotik dengan HAP sebanyak 46%, Malnutrisi sedang sampai berat dan gagal tumbuh lebih umum pada kelompok pasien sianotik dengan HAP sebanyak 56% (P = 0,002). Baaker et Descriptive al. (2008) study Postgrad Med J. 196 pasien 0 – 24 bulan, grup I: asianotik tanpa HF/HAP (n=130), grup II: asianotik dengan HAP (n=24), grup III: sianotik dengan HAP (n=19), dan grup IV: sianotik dengan HF/HAP (n=23). Malnutrisi akut sebanyak 39,2% lebih banyak ditemukan pada pasien PJB tanpa HAP dan gagal jantung kongestif, sementara malnutrisi kronis sebanyak 26,3% lebih banyak ditemukan pada PJB asianotik dengan HAP. Arq Bras Cardiol. Perbedaan penelitian ini dibanding ketiga penelitian sebelumnya adalah penelitian menggunakan design penelitian yang berbeda yaitu case control dan meneliti lebih lanjut mengenai HAP sebagai faktor risiko malnutrisi pada PJB asianotik pirau kiri ke kanan.