metode pendidikan anak pada usia balita

advertisement
Revolusi dan Inovasi Guru
Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar
REVOLUSI DAN INOVASI GURU
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH DASAR
Oleh : Makhasin
Pengawas PAI Kementerian Agama Kabupaten Cilacap dan Mahasiswa
Magister Program Studi MPI Pascasarjana IAIN Purwokerto
[email protected]
Abstract
The development of the times in the global era is now demanding
many changes. The revolution needed to be able to compensate the life in this
global era. The teacher as an important component in the education system,
it is natural to have a point of view that is advanced and flexible, accept the
changes due to the development of the times. To face all the developments,
both positive development, and negative development. Theacher should be
able to do a self revolution that will affect the school environment in order to
remain positive. Theacher have to evolve with inovations that is better,
especially in bringing islamic religious aducation in order to remain easy to
be accepted in the global era now.
Keywords : Revolution, Innovation, Teacher, and Islamic Religious
Education.
Abstrak
Perkembangan jaman pada era global sekarang ini menuntut
banyaknya perubahan. Revolusi diperlukan untuk dapat mengimbangi
kehidupan di era global ini. Guru sebagai komponen penting dalam sistem
pendidikan sudah sewajarnya memiliki sudut pandang yang maju dan
fleksibel untuk dapat menerima perubahan sebagai dampak dari
perkembangan jaman. Untuk menghadapi segala perkembangan yang tidak
hanya berdampak positif, namun terdapat juga perkembangan ke arah negatif
guru harus dapat melakukan revolusi diri yang akan mempengaruhi
lingkungan sekolahnya agar tetap bernilai positif. Guru harus berkembang
dengan inovasi-inovasi yang semakin lebih baik, khususnya dalam
membawakan Pendidikan Agama Islam agar tetap mudah diterima pada era
global sekarang.
Kata kunci: Revolusi, Inovasi, Guru, dan Pendidikan Agama Islam.
Jurnal Kependidikan, Vol. IV No. 1 Mei 2016
63
Makhasin
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran
yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan agama (knowing and
doing) yang diharapkan proses pembelajaran keberagamaan dapat
mengarahkan seseorang pada being a religius person dan peningkatan
kualitas kepribadian. Adanya pelajaran agama di sekolah merupakan
salah satu upaya pemenuhan hakekat manusia sebagai makhluk religius
(homo religiousus), sekaligus sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
keagamaan siswa. Agama dan hidup yang dilandasi dengan rasa iman
merupakan suatu hal yang menjadi kebutuhan setiap manusia.
Pelaksanaan pelajaran agama di sekolah selama ini sudah
berjalan. Hal ini dapat dilihat di antaranya dari dimasukkannya pelajaran
agama dalam kurikulum nasional. Pelajaran Pendidikan Agama
merupakan salah satu pelajaran wajib, artinya harus ada dan diterima
oleh para siswa. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
SISDIKNAS, pasal 12 ayat (1) huruf a, mengamanatkan: “Setiap peserta
didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan
agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik
yang seagama.” Bukan hanya di sekolah negeri, juga di sekolah swasta,
bahwa setiap siswa berhak mendapatkan pelajaran agama sesuai dengan
agamanya harus dipenuhi, maka pemerintah berkewajiban menyediakan/
mengangkat tenaga pengajar agama untuk semua siswa sesuai dengan
agamanya masing-masing, baik di sekolah negeri maupun swasta.
Pendidikan agama merupakan mata pelajaran wajib yang
ditempuh siswa sejak di bangku SD seperti yang di atur dalam PP No. 55
Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan,
pasal 3 menegaskan: “Setiap satuan pendidikan pada semua jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan wajib menyelenggarakan pendidikan
agama.” Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap siswa berhak
mendapatkan pelajaran pendidikan agama.
Guru sebagai penyampai materi pendidikan agama termasuk
Pendidikan Agama Islam dituntut untul bersikap profesional, yakni guru
yang dapat menerapkan disiplin dengan baik, baik di sekolah maupun di
64
Jurnal Kependidikan, Vol. IV No. 1 Mei 2016
Revolusi dan Inovasi Guru
Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar
luar sekolah, untuk dirinya maupun untuk siswanya. Penerapan disiplin
yang baik dan kuat dalam proses pendidikan akan menghasilkan sikap
mental, watak dan kepribadian siswa yang kuat. Kemampuan profesional
tersebut dapat dilihat dari tugas dan kewajibannya sebagai seorang guru,
perannya sebagai seorang guru maupun aspek-aspek profesional seorang
guru.
Guru sekolah dasar juga berkewajiban untuk selalu menanamkan
kepada anak didik atau siswanya agar memiliki jiwa dan kepribadian
yang menjunjung budaya bangsa di mana implikasinya guru harus dapat
berinovasi untuk menghadapi era globalisasi saat ini. Guru harus dapat
mengikuti perkembangan jaman agar dapat mengajar dan mendidik
siswa dengan baik serta mudah diterima siswa. Oleh karena itu, suatu
kewajiban bagi guru untuk melakukan inovasi yang menarik dalam
pengajarannya.
Untuk menghadapi tantangan global ini, revolusi guru dalam
menyampaikan mata pelajaran pendidian agama Islam kepada siswasiswanya sangat diperlukan, guru harus dapat berjalan beriringan dengan
perkembangan jaman modern ini agar tidak terkesan kuno dengan
menjalankan pembelajaran secara tradisional di kelas. Untuk itu, revolusi
dan inovasi guru dalam pembelajaran diperlukan untuk dapat mendidik
dan mengembangkan kemampuan serta potensi yang dimiliki oleh siswasiswi seiring dengan perkembangan jaman, ilmu, dan teknologi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem Pendidikan Agama Islam di Sekolah dasar?
2. Bagaimana inovasi dan revolusi Pendidikan Agama Islam?
C. Pembahasan
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menjelaskan pengertian pendidikan sebagai
usaha sadar dan terencana yang tertuang ke dalam tujuan pendidikan
nasional dan pendidikan di sekolah dasar yaitu, untuk mewujudkan
Jurnal Kependidikan, Vol. IV No. 1 Mei 2016
65
Makhasin
suasana belajar dan proses kegiatan pembelajaran dengan tujuan agar
siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat, dalam berbangsa dan bernegara. Dari devinisi
tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa pendidikan mempunyai arti
sebuah cara mendidik siswa atau memotivasi siswa untuk berperilaku
baik dan membanggakan.
Secara etimologi, pendidikan dapat diartikan sebagai suatu
proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran atau
pembelajaran. atau dapat disimpulkan usaha sadar untuk menyiapkan
siswa melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang.
Adapun pengertian Pendidikan Agama Islam adalah upaya
sadar dan terencana dalam menyiapkan siswa untuk mengenal,
memahami, menghayati hingga mengimani, bertagwa dan berakhlak
mulia dalam mengamalkan ajaran agama islam dari sumber utamnya
kitab suci Al-Qur’an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan
pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman dibarengi tun-tutan
untuk menghormati penganut agama dalam masyarakat hingga terwujudnya kesatuan dan persatuan bangsa. (Depdiknas, 2004).
Menurut Zakiyah Darajat dalam Majid (2004: 130)
Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan
mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam
secara menyeluruh, menghayati tujuan, dan akhirnya dapat
mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Oleh
karena itu, ketika kita menyebut pendidikan Islam, maka akan
mencakup dua hal, yaitu: pertama mendidik siswa agar untuk
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak yang Islami. kedua,
mendidik siswa-siswi untuk mempelajari materi ajaran Islam (subjek
pelajaran berupa pengetahuan tentang ajaran Islam).
66
Jurnal Kependidikan, Vol. IV No. 1 Mei 2016
Revolusi dan Inovasi Guru
Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar
2.
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar
Pengertian pendidikan di sekolah dasar mempunyai makna yang
sama dengan devinisi yang terurai di atas, namun saja
letak audience atau siswanya saja yang membedakannya. Artinya, bahwa
pendidikan di sekolah dasar titik tekannya terpusat pada siswa kelas
dasar antara kelas 1 sampai dengan kelas 6 yang ketentuan materi dan
pokok bahasannya diatur tersendiri dalam GBPP (Garis-garis Besar
Program Pengajaran). Sehingga pendidikan di sekolah dasar dengan
ruang lingkupnya mencakup materi ke SD-an yang diselenggarakan
sepanjang hayat sebagai pendidikan lanjutan dengan tujuan yang sama
seperti uraian pada Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan.
Selanjutnya, dalam struktur kurikulum SD tahun 2004, salah satu
mata pelajaran pokok yang diberikan adalah Pendidikan Agama, dalam
hal ini adalah Pendidikan Agama Islam (selanjutnya disingkat PAI).
Tujuan utamanya adalah untuk membimbing anak agar menjadi orang
muslim sejati, beriman teguh, beramal sholeh dan berakhlak mulia serta
berguna bagi masyarakat, agama, bangsa dan negara. Marhamah (2002:
2) mengemukakan “pendidikan agama sebagai pendidikan umum,
khususnya PAI, bertujuan untuk membentuk perilaku dan kepribadian
individu sesuai dengan prinsip-prinsip dan konsep Islam dalam
mewujudkan nilai-nilai moral dan agama sebagai landasan pencapaian
tujuan pendidikan umum”.
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar
(SD) secara keseluruhan berada pada lingkup al-Qur’an dan al-Hadits,
keimanan, akhlaq, fiqih, dan sejarah. Ruang lingkup Pendidikan Agama
Islam mencakup pewujudan keserasian, keselarasan dan keseimbangan
hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia,
mahluk lainnya maupun lingkungannya (Hablun minallah wa hablun
minannas). Jadi Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang
dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk
meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan
Jurnal Kependidikan, Vol. IV No. 1 Mei 2016
67
Makhasin
bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pendidikan Agama Islam di SD/MI sesuai dengan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 23 tahun 2006 bertujuan untuk:
a. Menumbuh-kembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan,
pengembangan
pengetahuan,
penghayatan,
pengamalan,
pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam
sehingga menjadi manusia Muslim yang terus berkembang
keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.
b. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlaq
mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas,
produktif, jujur, adil, berdisiplin, bertoleransi, serta menjaga
keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan
budaya agama dalam komunitas sekolah.
Pada tingkat Sekolah Dasar dan Menengah pendekatan yang
digunakan oleh guru dalam menyampaikan Pendidikan Agama Islam
melalui pendekatan sebagai berikut: a. Pendekatan keimanan, untuk mengembangkan pemahaman adanya Tuhan sebagai sumber kehidupan
makhluk sejagat, b. Pengamalan, untuk mempraktekkan dan merasakan
hasil-hasil pengamalan ibadah dan akhlak dalam meng-hadapi tugastugas dan masalah da-lam kehidupan, c. Pembiasaan, untuk
membiasakan sikap dan prilaku yang sesuai dengan ajaran Islam dan
budaya bangsa dalam menghadapi masalah kehidupan, d. Rasional,
usaha memberikan peranan pada rasio (akal) siswa dalam memahami
dan membedakan berbagai bahan ajar dalam standar materi serta
kaitannya dengan prilaku yang baik dan buruk dalam kehidupan duniawi,
e. Emosional, upaya meggugah pera-saaan siswa dalam menghayati
prilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa, f.
Fungsional, menyajikan bentuk se-mua standar materi (al-Quran, keimanan, akhlak, fiqih/ibadah dan tarikh), dari segi manfaatnya bagi siswa
dalam kehidupan sehari-hari, dan g. Keteladanan, menjadikan figur guru
agama dan nonagama serta petugas sekolah lainnya maupun orang tua
68
Jurnal Kependidikan, Vol. IV No. 1 Mei 2016
Revolusi dan Inovasi Guru
Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar
siswa, sebagai cermin manusia yang berkepribadian. (Majid &
Andayani, 2004: 170-171)
Berbagai pendapat menyatakan tentang Pendidikan Agama Islam
di sekolah di antaranya:
a. Hasil belajar PAI di sekolah-sekolah belum sesuai dengan tujuantujuan PAI.
b. Soedijarto (1993) pendidikan nasional belum sepenuhnya mampu
mengem-bangkan manusia Indonesia yang religius, berakhlak,
berwatak ksatria dan patriotik.
c. Nurcholis Majid berpendapat ke-gagalan pendidikan agama disebabkan pembelajaran PAI lebih menitik beratkan pada hal-hal yang
bersifat formal dan hafalan bukan pada pe-maknaannya.
d. Arief Rahman pendidikan kita lebih menekankan pada kemampuan
ber-bahasa (verbal) dan kemampuan menghitung (numerik),
sementara kemampuan mengendalikan diri dan penanaman
keimanan diabaikan.
e. Karo Hukum dan Humas DEPAG, RI mengutip pernyataan Presiden
RI me-nyatakan bahwa: Pendidikan Agama belum berhasil dengan
baik, salah satu indikatornya adalah masih ba-nyaknya kejadian
perkelahian antar pelajar terutama di Jakarta.
f. Husni Rahim: penyampaian materi akhlak di sekolah oleh guru-guru
yang diberikan kepada siswa hanya sebatas teori, padahal yang
diperlukan adalah suasana keagamaan.
g. Malik Fajar (1998), menyatakan bahwa: “proses belajar mengajar
sam-pai sekarang ini lebih banyak hanya sekedar mengejar target
pencapaian kurikulum yang telah ditentukan.
h. Menteri Agama (Said Agil al-Munawar) bahwa Pendidikan Agama
Islam di sekolah mengalami masalah metodologi. (Majid dan
Andayani, 2005: 165)
Dari hal di atas dapat diidentifikasi rendahnya kualitas Pendidikan
Agama Islam di sekolah, yaitu kompetensi guru masih rendah,
pembelajaran lebih terfokus pada target pencapaian kurikulum dari pada
pemahaman siswa, penilaian cenderung kepada aspek kognitif siswa dan
Jurnal Kependidikan, Vol. IV No. 1 Mei 2016
69
Makhasin
waktu untuk mata pelajaran agama yang sedikit. Oleh sebab itu
diperlukan adanya revolusi dan inovasi dalam peyampaian Pendidikan
Agama Islam, khususnya di sekolah. melalui revolusi dan inovasi
Pendidikan Agama Islam akan mengatasi rendahnya kualitas Pendidikan
Agama Islam di sekolah, peningkatan serta perbaikan melalui revolusi
dan inovasi sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas. Pelaku
utama revolusi dan inovasi Pendidikan Agama Islam di sekolah adalah
guru. Guru berperan sebagai penyampai informasi kepada siswa, dimana
setiap individu akan menjadi siswa di sekolah dasar sehingga akan
melalui cara ini akan memudahkan meningkatkan kualitas Pendidikan
Agama Islam. Revolusi dan inovasi yang dilakukan oleh guru akan
mempengaruhi pemahaman dan penerimaan siswanya.
3.
Model Penyelnggaraan Pendidikan Agama
Secara umum, terdapat empat praktik/model penyelenggaraan
pendidikan agama di sekolah yang dapat dilakukan oleh guru. Selain itu
berbagai model dasar tersebut dapat diinovasikan secara mudah, yakni:
a. Praktik/model sebagaimana ketentuan sistem pendidikan nasional.
Peserta didik mendapatkan pendidikan agama sesuai agamanya dan
diajarkan oleh guru yang seagama. Model ini diselenggarakan di sekolah
negeri/swasta yang tidak memiliki misi agama tertentu dan sebagian
swasta yang berciri khas agama tertentu, b. Model pendidikan
relijiusitas. Dalam model ini peserta didik mempelajari agama-agama
secara bersama-sama di bawah bimbingan guru agama satuan pendidikan
yang bersangkutan. Peserta didik yang menganut agama sesuai dengan
satuan pendidikan mendapatkan pendalaman materi dari guru agama.
Yang lainnya cukup mendiskusikan ajaran agama dan pengalaman
beragama sesuai dengan keyakinannya. Model ini diselenggarakan di
lembaga pendidikan Katolik di bawah Keuskupan Agung Semarang, c.
Praktik/Model pendidikan agama dimana peserta didik dari semua agama
hanya menerima pendidikan agama sesuai dengan agama satuan
pendidikan dan diajarkan oleh pendidikan agama satuan pendidikan.
Biasanya model ini dilakukan dengan persetujuan orang tua peserta didik
70
Jurnal Kependidikan, Vol. IV No. 1 Mei 2016
Revolusi dan Inovasi Guru
Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar
sebelum diterima di satuan pendidikan yang bersangkutan. Sebagian
besar satuan pendidikan swasta berciri khas agama tertentu
menyelenggarakan model ini, d. Praktik/model pendidikan agama
dimana peserta didik menerima pendidikan agama sebagaimana
ketentuan pemerintah dengan pelajaran tambahan tentang ciri khusus
keagamaan satuan pendidikan yang bersangkuta. Model ini antara lain
dikembangkan di sekolah Nahdlatul Ulama (NU) atau Muhammadiyah
dimana peserta didik mendapatkan pendidikan agama sesuai ketentuan
Pemerintah dan tambahan pendidikan Ke NU an atau
Kemuhammadiyahan.
(http://www.kpai.go.id/artikel/implementasipendidikan-agama-di-sekolah-dan-solusinya/)
4.
Revolusi dan Inovasi Guru
Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang
berlangsung se-cara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok
kehidupan masyarakat. Secara umum revolusi mencakup jenis perubahan
apapun yang memenuhi syarat-syarat. Revolusi merupakan suatu usaha
perubahan menuju kemaslahatan rakyat yang ditunjang oleh beragam
faktor. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan
revolusi adalah perubahan yang cukup mendasar dalam satu bidang. Jadi
revolusi guru Pendidikan Agama Islam adalah menyangkut pada
individu seorang guru yang berkaitan dalam perannya sebagai pendidik,
pengajar serta penyampai informasi kepada siswa dalam hal Pendidikan
Agama Islam.
Inovasi adalah macam-macam “perubahan” genus. Inovasi
sebagai perubahan yang disengaja, baru, dan khusus untuk mencapai
tujuan-tujuan sistem. Jadi perubahan ini dikehendaki dan direncanakan.
(Yunus, 1976: 62). Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, dijelaskan
bahwa inovasi adalah pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru,
pembaharuan, penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau
yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan, metode, atau alat). Inovasi
guru dalam Pendidikan Agama Islam adalah hal yang baik dalam rangka
meningkatkan kualitas Pendidikan Agama Islam, diawali dari hal yang
Jurnal Kependidikan, Vol. IV No. 1 Mei 2016
71
Makhasin
sederhana, kemudian diteruskan dengan gagasan yang lebih besar untuk
menciptakan suasana baru yang lebih kondusif dan menarik.
Dalam pelaksanaan pendidikan dasar (dalam hal ini SD), salah
satu komponen pokok yang dianggap sangat penting dan strategis adalah
guru, karena : pertama, guru merupakan ujung tombak pelaksanaan
kurikulum; kedua, gurulah yang akan memberikan bekal kemampuan
dasar kepada peserta didik di sekolah. Oleh sebab itu, seorang guru harus
memiliki kemampuan dan tanggung jawab profesional terhadap
pelaksanaan pendidikan di SD.
Sejak Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen berlaku, resmilah status guru diakui sebagai sebuah profesi.
Pada Bab 1 Pasal 1 ayat 1 dalam undang-undang tersebut jelas
dinyatakan bahwa, guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Untuk itu, kualitas guru harus mendapat perhatian yang
serius. Peningkatan mutu tidak hanya meningkatkan kemampuan guru
untuk mengajar, akan tetapi meningkatkan kemampuan secara
profesional dalam rangka menangani proses pendidikan siswa. R.Ibrahim
dan Benny Karyadi (1991 : 129) mengemukakan “keberhasilan
pengajaran di sekolah sangat ditentukan oleh faktor guru, karena
bagaimanapun baiknya saranana pendidikan apabila guru tidak dapat
menjalankan tugas dengan baik, maka hasil pengajaran tidak akan
memuaskan”.
Dalam implementasi kurikulum dan pembelajaran, seorang guru
yang profesional minimal harus memiliki 5 kemampuan dasar, yaitu
penguasaan landasan kependidikan, penguasaan materi, penguasaan
metodologi (strategi, metoda, media, dan sumber belajar), penguasan
sistem evaluasi, dan komitmen guru terhadap profesi. Sebagai tenaga
profesional, seorang guru PAI harus menguasai kurikulum, karena
kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan
72
Jurnal Kependidikan, Vol. IV No. 1 Mei 2016
Revolusi dan Inovasi Guru
Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar
strategis dalam keseluruhan kegiatan pendidikan, yang pada gilirannya
menentukan pelaksanaan dan hasil daripada pendidikan.
Menurut Sutrisno (2005: 63-69) bahwa dalam pembelajaran ada
beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu: (a) Berpusat
pada siswa, (b) Belajar dengan melakukan, (c) Mengembangkan
kemampuan social, (d) Mengembangkan keingintahuan, ima-jinasi dan
fitrah bertuhan, (e) Mengembangkan keterampilan peme-cahan masalah,
(f) Mengembangkan kreativitas siswa, (g) Mengembangkan kemampuan
meng-gunakan ilmu dan teknologi, (h) Menumbuhkan kesadaran sebagai
warga negara yang baik, (i) Belajar sepanjang hayat, dan (j) Perpaduan
kompetisi, kerja sama dan solidaritas.
Agar guru dapat melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi
yang harus dicapai, sebelum melakukan tugas mendidik, megajar,
membimbing, mengarahkan dan melatih peserta didik, guru harus dapat
mengendalikan diri sendiri, mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, dan melatih jiwanya sendiri terlebih dulu.
Revolusi guru diperlukan agar dapat mengubah berbagai
mentalitas guru yang kurang baik, merugikan, dan tidak bermanfaat,
menjadi mental yang inovatif, produktif, dan membawa kemanfaatan
dalam pendidikan, terutama bagi siswa. Saatnya melakukan perubahan,
peningkatan kualitas diri, melakukan revolusi serta dapat terus selalu
mengevaluasi diri agar semakin bertambah profesionalisme kerja sebagai
seorang pendidik. Sehingga dapat menciptakan inovasi- inovasi yang
lebih baik serta banyak memberikan kemanfaatan di dalam dunia
pendidikan.
Guru yang berperan besar dalam upaya peningkatan kualitas
pendidikan harus terus berusaha untuk dapat meningkatkan
kemampuannya dalam melaksanakan tugas sebagai seorang pengajar.
Kewajiban guru dalam meningkatkan kemampuan profesionalnya tidak
hanya berguna bagi dirinya, tapi memiliki makna yang positif bagi
peningkatan kualitas pendidikan.
Jurnal Kependidikan, Vol. IV No. 1 Mei 2016
73
Makhasin
D. Penutup
Berdasarkan dari pembahasana di atas, dapat dipahami bahwa
guru sebagai komponen penting dalam Pendidikan Agama Islam di
dalam pendidikan formal seperti sekolah dasar (SD) dapat
mempengaruhi bahkan membentuk siswa yang berkepribadian. Oleh
sebab itu, guru harus terus berkembang dan berinovasi secara teres
menerus untuk dapat memberikan yang terbaik bagi siswa-siswanya.
Melalui Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah dasar (SD) guru
dapat membantu siswa memecahkan masalah, baik langsung maupun
tidak dalam kehidupan nyata. Dengan Pendidikan Agama Islam (PAI)
juga siswa dapat memaknai pelajaran agama untuk dapat
diaplikasikan di lingkungannya.
Pentingnya guru merevolusi diri untuk menjadi lebih baik,
khususnya
dalam
upaya
meningkatkan
kemampuan
mengajar. Revolusi itu hanya mungkin dilakukan oleh guru sendiri
dengan tekad penuh untuk mengubah diri. Berbagai inovasi-inovasi
kecil yang mulai dilakukan guru akan membantu dalam
keberhasilan mengubah Pendidikan Agama Islam. Melalui inovasiinovasi yang dilakukan guru itulah proses revolusi kemampuan
mengajar yang sesungguhnya terjadi, yang akan memberikan
dampak pada Pendidikan Agama Islam sebagaimana itu adalah
tangungjawab guru pengampu. Di tangan guru masa depan anakanak bangsa ini berada, sebab pendidikan merupakan tangga untuk
menuju tingkat kehidupan yang lebih baik di masyarakat.
74
Jurnal Kependidikan, Vol. IV No. 1 Mei 2016
Revolusi dan Inovasi Guru
Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kurikulum 2004 Standar
Pendidikan Agama Islam Sekolah MenengahAtas dan madrasah
Aliyah. Jakarta: Depdiknas.
Hadi, Sutrisno. 2005. Statistik Jilid 2, Yogyakarta: Andi Offset.
Ibrahim, R & Benny Karyadi. 1991. Pengembangan Inovasi dan Kurikulum.
Jakarta: UT.
Majid, Abdul & Dian, Andayani. 2005. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi Konsep dan Imple-mentasi Kurikulum 2004. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Majid, Abdul. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep
dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja
RosdaKarya.
Marhamah. 2002. Pengembangan Model Pembelajaran Kelompok
(Cooperative Learning) Pada PAI Sekolah Dasar, Tesis. Bandung:
PPS UPI Bandung.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan.
Sutrisno. 2005. Revolusi Pendidikan di Indonesia. Yogyakarta: PT Ar-Ruzz
Media
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Yunus, Muhammad. 1976. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta:
Mutiara.
Jurnal Kependidikan, Vol. IV No. 1 Mei 2016
75
Download