BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran lebih dari sekedar fungsi bisnis untuk melakukan kesepakatan dengan konsumen. Banyak orang yang berfikir pemasaran hanya sebuah penjualan dan periklanan, tetapi memuaskan kebutuhan konsumen. Apabila seorang pemasar mengerti kebutuhan konsumen, mengembangkan produk yang mempunyai nilai lebih dan melaksanakan penetapan harga, distribusi, dan promosi yang efektif, menjual produk akan lebih mudah. Pemasaran dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah marketing. Pemasaran dalam arti sempit merupakan upaya memasarkan atau menawarkan barang dan jasa, adapun pemasaran dalam arti luas tidak hanya menawarkan barang dan jasa saja, akan tetapi berhubungan dengan fungsi-fungsi manajemen produk barang dan jasa. Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancakan untuk merencanakan, menentukan harga, promosi, dan mendistribusikan barangbarang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan. Perusahaan akan mempunyai risiko yang besar apabila mereka gagal dalam mengawasi konsumen damn pesaing dan melanjutkan stockholders, karyawan, supplier, dan klien distribusinya. Keterampilan pemasar diperlukan dalam hal tersebut, dikarenakan untuk menjadi pemasar diperlukan persiapan untuk mengerti apa pemasaran, bagaimana pemasaran bekerja, apa yang dipasarkan, dan siapa yang melakukan pemasaran. Beberapa ahli mendefinisikan pemasaran sebagai berikut : 7 8 Menurut Philip Kotler dalam bukunya “Marketing Management” 13th Edition, (2009) mendefinisikan pemasaran sebagai berikut : “Pemasaran adalah identifikasi dan pemenuhan kebutuhan manusia dan sosial, digambarkan pula pemasaran sebagai fungsi organisasi dan kumpulan dari proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyampaikan nilai kepada konsumen dan mengelola relasi konsumen dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pihakpihak berkepentingan (stakeholders)” Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong dalam bukunya berjudul “Principles of Marketing” Edisi ke 12 bahwa Manajemen Pemasaran sebagai berikut : “Pemasaran (marketing) sebagai proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya” Dari definisi di atas mengenai pemasaran., pada dasarnya mempunyai tujuan dan persepsi yang sama dan dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan suatu rangkaian aktivitas atau kegiatan dimana individu atau suatu kelompok dapat membuat gagasan atau ide yang bernilai, proses komunikasi dan menyampaikan nilai melalui proses pertukaran barang dan jasa yang bernilai dan membangun hubungan dengan pihak yang kuat untuk kepentingan organisasi dan stakeholder dengan tujuan untuk dapat mengidentifikasi, mengantisipasi, dan memenuhi kebutuhan sosial dan keinginan manusia. 2.1.2 Pengertian Manajemen Pemasaran Adanya kebutuhan dan keinginan yang harus dipenuhi, setiap orang akan berusaha melakukan aktivitas untuk dapat memenuhinya. Agar dapat memenuhi segala kebutuhan dan keinginan maka dibutuhkan peran aktif manajemen dalam hal ini peran manajemen pemasaran. Berikut beberapa pengertian manajemen pemasaran : 9 Dikemukakan oleh Kotler dan Gary Amstrong, yaitu : “Manajemen Pemasaran adalah analisisis, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian atas program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran dengan maksud untuk mencapai sasaran organisasi”(http://bayu96ekonomos.wordpress.com/modul-sim/banklembaga-keuangan-lain/) Definisi lain dari Manajemen Pemasaran (Kotler, 2009:45), yaitu : “Manajemen pemasaran adalah seni dan pengetahuan dalam memilih target pasar dan mendapatkan, menjaga dan menumbuhkan konsumen melalui cara membuat, menyampaikan dan menkomunikasikan nilai lebih kepada konsumen” Pendapat di atas diberikan berdasarkan sudut pandang mereka mengenai pengertian Manajemen Pemasaran dalam arti yang sempit. Jadi Manajemen Pemasaran menurut penulis sendiri yaitu seni memproduksi atau membuat yang kemudian dipasarkan dengan analisis perencanaan untuk mencapai tujuan yang sebelumnya telah dibuat. 2.1.3 Bauran Pemasaran Peningkatan permintaan dari barang atau jasa dipengaruhi oleh kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan. Bauran pemasaran merupakan bagian dari kegiatan pemasaran yang penting dalam proses mempengaruhi konsumen untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan. Agar lebih jelas, penulis menggunakan beberapa pendapat ahli tentang bauran pemasaran, yaitu : Menurut Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani (2008:70) menyatakan : "Bauran pemasaran (marketing mix) merupakan alat bagi pemasar yang terdiri atas berbagai unsur suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat berjalan sukses". 10 Bauran Pemasaran menurut Philip Kotler (2012) dalam bukunya yang berjudul “Principles of Marketing”, adalah : “Marketing mix is the set of marketing foola that the firm uses to pursite its marketing objectives in the target market”. Artinya: “Marketing mix adalah seperangkat foola pemasaran bahwa perusahaan menggunakan untuk pursite tujuan pemasaran di pasar sasaran”. Jadi bauran pemasaran menurut penulis sendiri yaitu suatu alat menyerupai rencana yang sangat penting dalam menentukan jalannya kegiatan pemasaran dalam suatu organisasi atau perusahaan. 2.1.4 Bauran Pemasaran Jasa Marketing mix untuk pemasaran jasa tidak jauh berbeda dengan marketing mix untuk pemasaran produk, hanya saja ada beberapa elemen yang perlu ditambahkan sehingga dapat menunjang pemasaran jasa tersebut. Menurut Philip Kotler (2007;23) dalam bukunya Manajemen Pemasaran Edisi Kedua Belas Jilid Kesatu, menyatakan : “Bauran pemasaran merupakan seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan pemasaran”. Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran adalah sekumpulan variabel yang terkendali dimana satu sama lain saling berkesinambungan dan dikombinasikan oleh perusahaan dengan tepat agar menjadi suatu bauran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pemasaran perusahaan. Bauran pemasaran barang adalah 4P, yaitu: product, price, place, dan promotion. Sedangkan untuk jasa, para pakar menambahkan 3 unsur lagi, yaitu: people, process, dan Physical Evidence (Bukti Fisik). 11 Product Merupakan keseluruhan konsep objek atau proses yang memberikan sejumlah nilai kepada konsumen. Yang perlu diperhatikan dalam produk adalah konsumen tidak hanya membeli fisik dari produk saja tetapi membeli manfaat dan nilai dari produk tersebut yang di sebut “the offer”. Price Keputusan dalam penentuan harga harus konsisten dengan strategi pemasaran. Strategi penentuan harga harus memperhatikan tujuan penentuan harga, yaitu bertahan, memaksimalkan laba, memaksimalkan penjualan, gengsi atau prestise, pengembalian atas investasi. Place Tempat dalam bisnis jasa dimaksudkan sebagai cara penyampaian jasa (delivery system) kepada konsumen dan di mana lokasi yang strategis. Ada tiga pihak yang dilibatkan dalam penyampaian jasa, yaitu: penyedia jasa, perantara, dan konsumen. Promotion Keberhasilan promosi jasa bergantung pada: kemampuan mengidentifikasi target, kemampuan menentukan tujuan promosi, kemampuan mengembangkan pesan yang disampaikan, dan kemampuan memilih bauran komunikasi. People ‘Orang’ berfungsi sebagai penyedia jasa sangat mempengaruhi kualitas jasa pelayanan yang diberikan. Untuk mendapatkan kualitas, maka diperlukan pelatihan staf sehingga karyawan mampu memberikan kepuasan kepada konsumen. Tujuannya adalah untuk mendorong dalam suatu kinerja yang dapat memuaskan konsumen. Process Merupakan gabungan semua aktivitas umumnya terdiri dari prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme, aktivitas, dan hal-hal rutin, dimana jasa dihasilkan dan disampaikan kepada kosumen. Proses dalam pemasaran jasa terkait dengan kualitas jasa yang diberikan, terutama dalam hal sistem penyampaian jasa. 12 Physical Evidence (Bukti Fisik) Pelayanan konsumen mengarah kepada aktivitas pelayanan pra transaksi, saat transaksi, dan pasca transaksi. Kegiatan sebelum transaksi akan turut mempengaruhi kegiatan saat transaksi dan pasca transaksi. Tujuan dari aktivitas ini adalah agar konsumen memberi respon yang positif dan menunjukkan loyalitas yang tinggi (http://elqorni.wordpress.com/2012/03/16/manajemen-pemasaran- jasa/). 2.2 Jasa 2.2.1 Definisi Jasa Dalam pemasaran terdapat dua macam pemasaran yaitu pemasaran produk dan pemasaran jasa. Industri jasa beraneka ragam seperti asuransi, hotel, dan jasa boga. Dalam hal ini penulis hanya membahas pemasaran jasa. Menurut Kotler dan Keller (2009 : 386) mendefinisikan jasa sebagai berikut : “A service is any act performance that one perti can offer yhat is essentially intangibles and does not result in the ownership of anything, its production may or may be tied to a physical product”. Kotler mendefinisikan jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh salah satu pihak ke pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud (intangibles) dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun, produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik. Sedangkan menurut Valarie A. Zeithaml dan Mary Jo Bitner yang dikutip dalam Buchari Alma (2007:243) pengertian jasa adalah sebagai berikut : “Jasa adalah suatu kegiatan ekonomi yang outputnya bukan produk dikonsumsi bersamaan dengan waktu produksi dan memberikan nilai tambah (seperti kenikmatan,hiburan, santai, sehat) bersifat tidak berwujud”. 13 Berdasarkan definisi tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa, jasa merupakan setiap tindakan atau aktifitas ekonomi yang diberikan perusahaan kepada konsumen atau pelanggan yang secara prinsip tidak berwujud produk fisik atau konstruksi dan tidak mengakibatkan peralihan kepemilikan, serta dapat memberikan nilai tambah kepada konsumen atau pelanggan. Produk jasa dapat berhubungan dengan produk fisik maupun non fisik, bentuk jasa non fisik seperti bentuk jasa murni contohnya jasa pendidikan, jasa konsultasi, jasa bimbingan, jasa penyimpanan uang (bank) dan sebagainya. Berdasarkan definisi di atas, ciri-ciri jasa adalah sebagai berikut : 1. Suatu yang tidak berwujud, tetepi dapat memenuhi kebutuhan konsumen. 2. Proses produksi jasa dapat menggunakan atau tidak menggunakan bantuan suatu produk fisik. 3. Jasa tidak mengaki batkan hak dan kepemilikan. 4. Terdapat interaksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa. 2.2.2 Tujuan Pelaksanaan Jasa Setiap perusahaan jasa harus menempatkan orientasi kepada kepuasan konsumen sebagai tujuan utama. Keadaan ini tampak dari banyaknya perusahaan yang menyertakan komitmennya terhadap kepuasan konsumen dalam pernyataan misi, tujuan, dan iklan. Selain itu, banyaknya perusahaan yang menyadari bahwa kepuasan konsumen merupakan suatu tuntutan dari komitmen sehingga perusahaan mau tak mau harus memberikan atau mewujudkan dengan berbagai macam strategi agar dapat mempertahankan pelanggannya. Untuk memenuhi kepuasan pelanggan pada industri jasa, kualitas pelayanan sangat penting dikelola perusahaan dengan baik. Kotler (2007:182) mengemukakan bahwa kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan. Hal ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukan dilihat dari persepsi pihak penyedia jasa, melainkan berdasarkan pada persepsi pelanggan. Persepsi konsumen terhadap kualitas pelayanan merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu jasa. 14 Suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa mampu melaksanakan kegiatan pemasaran secara aktif dalam menarik konsumen melalui pelayanan. Artinya, perusahaan tersebut harus memberikan pelayanan yang terbaik sesuai dengan keinginan konsumen untuk memenuhi kebutuhannya. Apabila keinginan konsumen sudah terpenuhi, pelayanan yang diberikan kepada konsumen akan menjadi suatu usaha yang berhasil karena perusahaan telah mempunyai keunggulan bersaing. 2.2.3 Karakteristik Jasa Karakteristik jasa adalah suatu sifat dari jasa yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang berfungsi untuk membedakan dengan produk barang. Berkembang pesatnya dunia pemasaran jasa saat ini, sulit sekali membedakan antara pemasaran barang dan jasa, karena kerap kali pemasaran barang dibarengi dengan unsur jasa. Demikian pula sebaliknya, suatu jasa sering diperluas dengan cara memasukkan atau menambahkan produk fisik pada penawaran jasa tersebut. Jasa mempunyai empat karakteristik utama yang sangat mempengaruhi rancangan program pemasaran yaitu : Tidak berwujud (Intangibility). Tidak dapat dipisahkan (inspirability). Berubah-ubah (variability). Mudah lenyap (perishability). 1. Tidak Berwujud (Intangibility) Jasa mempunyai sifat tidak berwujud karena tidak bisa dilihat, dirasa, di dengar, diraba, atau dicium sebelum ada transaksi pembelian. 2. Tidak Dapat Dipisahkan (Inspirability) Suatu bentuk jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, apakah sumber itu merupakan orang atau mesin, apakah sumber itu hadir atau tidak, produk fisik yang berwujud tetap ada. 3. Berubah-ubah (Variability) Jasa sesungguhnya sangat mudah berubah-ubah karena jasa ini sangat tergantung pada siapa yang menyajikan, kapan dan dimana disajikan. 15 4. Mudah Lenyap (Perishability) Daya tahan suatu jasa tidak akan menjadi masalah jika permintaan selalu ada. Bila permintaan turun, maka masalah yang sulit akan segera muncul (http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/538/jbptunikompp-gdl-wilmanyuli-26855-7unikom_w-i.pdf). Menurut Kotler dan Amstrong (2007) menerangkan empat karakteristik jasa sebagai berikut : 1. Tidak Berwujud (Intangibility) Jasa bersifat abstrak dan tidak berwujud. Tidak seperti halnya produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, dicium sebelum jasa itu dibeli. Untuk mengurangi ketidakpastian tersebut maka, para calon pembelu akan mencari tanda atau bukti mutu jasa. Konsumen menncari bukti kualitas jasa berdasarkan enam hal berikut ini : a. Tempat (Place) Tempat yang mendukung seperti keberhasilan yang terjaga, kenyamanan untuk konsumen, dan suasan yang mendukung. b. Orang (People) Orang yang menangani mampu melaksanakan tugas dengan baik,. Sudah terlatih, cepat dalam menangani masalah dan lain-lain. c. Peralatan (Equipment) Peralatan penunjang seperti computer, meja, mesin fax, dan lain sebagainya. d. Komunikasi Material (Communication Material) Bukti-bukti berupa teks tertulis dan foto, misalnya kontrak atau hasil jadi dalam foto. e. Simbol (Symbol) Nama dan symbol pemberi jasa mencerminkan kemampuan dan kelebihannya dalam melayani konsumen. 16 f. Harga (Price) Harga yang masuk akal dan dapat pula dipadukan dengan berbagai macam promosi penjualan, seperti bonus, dan lain-lain. 2. Bervariasi (Variability) Jasa bersifat non standard an sangat variabel. Berbeda dengan kualitas produk fisik yang sudah terstandar, kualitas jasa bergantung pada siapa penyedianya, kapan, dimana, dan bagaimana jasa itu diberikan. Oleh karena itu jasa sangat bervariasi dan berbeda satu dengan lainnya. 3. Tidak Dapat Dipisahkan (Inseparability) Jasa umumnya diproduksi dan dikonsumsi pada waktu yang bersamaan dengan partisipasi konsumen didalamnya. 4. Tidak Dapat Disimpan (Perishability) Jasa tidak mungkin disimpan dalam bentuk persediaan. Nilai jasa hanya ada pada saat jasa tersebut diproduksi dan langsung diterima oleh si penerimanya. Karakteristik ini berbeda dengan barang berwujud yang dapat diproduksi terlebih dahulu, disimpan dan dipergunakan lain waktu. Menurut penulis sendiri dari berbagai sumber yang telah penulis ketahui bahwa pasa dasarnya karakteristik jasa mempunyai empat cirri yaitu tidak berwujud, beraneka ragam, tidak dapat dipisahkan dan tidak dapat disimpan oleh kosumen karena bersifat dinamis. 2.2.4 Kategori Jasa Tawaran suatu perusahaan ke pasar kerap kali mencakup beberapa jasa. Komponen jasa dapat berupa bagian kecil atau bagian utama dari seluruh tawaran tersebut. Dapat dibedakan lima kategori tawaran menurut Kotler dan Keller (2007:43-44) dalam bukunya Manajemen Pemasaran edisi kedua belas jilid kedua : 1. Barang berwujud murni – Tawaran tersebut terutama terdiri atas barang berwujud seperti sabun, pasta gigi, atau garam. Tidak satupun jasa menyertai produk tersebut. 17 2. Barang berwujud yang disertai jasa – Tawaran tersebut terdiri atas barang berwujud yang disertai oleh satu atau beberapa jasa. 3. Campuran – Tawaran tersebut terdiri atas barang dan jasa dengan bagian yang sama. Misalnya orang pergi ke restoran untuk mendapatkan makanan maupun layanan. 4. Jasa utama yang disertai barang dan jasa yang sangat kecil – Tawaran tersebut terdiri atas jasa utama bersama jasa tambahan atau barang pendukung. 5. Jasa Murni – Tawaran tersebut terutama terdiri atas jasa. Contohnya mencakup penjagaan bayi, psikoterapi dan pijat. 2.2.5 Unsur-unsur Jasa Suatu jasa yang ditawarkan dapat terdiri atas beberapa unsur : 1. Produk inti atau generik (core or generic product) Unsur jasa ini terdiri atas jasa dasar. Contohnya tempat tidur pada jasa hotel. 2. Produk yang diharapkan (expected product) Terdiri atas jasa berikut pertimbangan keputusan pembelian minimal yang harus dipenuhi. Contohnya ruang tunggu yang nyaman di bandara atau lift yang bersih. 3. Produk tambahan (augmented product) Area yang memungkinkan suatu produk dideferensiasi terhadap yang lain. 4. Produk potensial (potensial produk) Tampilan (fitur) dan manfaat tambahan yang berguna bagi konsumen atau menambah kepuasan konsumen. Bagian ini dapat memberikan kelebihan guna meningkatkan switching cost sehingga berfikir ulang atau sulit untuk beralih ke produk lain. Contohnya kemudahan-kemudahan atau layanan khusus bagi konsumen yang telah menjadi anggota (member) perusahaan. 18 2.2.6 Klasifikasi Jasa Industri jasa sangat beragam, sehingga tidak mudah untuk menyamakan cara pemasarannya. Klasifikasi jasa dapat membantu memahami batasan-batasan dari industri jasa dan memanfaatkan pengalaman industri jasa lainnya yang mempunyai masalah dan karakteristik yang sama untuk diterapkan pada suatu bisnis jasa. Agar dapat membedakan dengan jelas tentang jasa maka jasa harus diklasifikasikan. Menurut Lovelock dalam Tjiptono (2007:26-28) klasifikasi jasa dapat dilakukan berdasarkan tujuh kriteria, antara lain: 1. Segmen Pasar Berdasarkan segmen pasar dapat dibedakan menjadi jasa kepada konsumen akhir (misalnya taksi, Asuransi jiwa, dan pendidikan) dan jasa kepada konsumen organisasional (misalnya jasa akuntansi dan perpajakan, jasa konsultasi manajemen, dan konsultasi hukum). 2. Tingkat Keberwujudan Berdasarkan kriteria ini dapat dibedakan Rented good service, owned goods service, dan non goods service. 3. Keterampilan Penyedia Jasa Berdasarkan ketrampilan penyedia jasa dapat dibedakan menjadi proffesional service (misal konsultan manajemen, konsultan hukum, dokter, perawat dan arsitek) dan non profesional service (misal supir taksi, dan penjaga malam). 4. Tujuan Organisasi Jasa Berdasarkan tujuan organisasi jasa dapat dibedakan menjadi commercial service, provit service, dan non profit service. 5. Regulasi Dari aspek ini jasa dapat dikelompokkan menjadi regulated service, dan non regulated service. 6. Tingkat Intensitas Karyawan Dapat dibedakan equipment based service (seperti cuci mobil, sambungan telepon, ATM dan binatu) people based service (pelatih sepak bola, satpam, jasa akuntansi, dan konsultasi hukum). 19 7. Tingkat Kontak Penyedia Jasa dan Langganan High-contact (seperti universitas, bank, dokter, pegadaian); low contact service (misalkan bioskop). 2.3 Ruang Lingkup Kualitas Jasa 2.3.1 Pengertian Kualitas dan Kualitas Jasa Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, kualitas didefinisikan sebagai tingkat baik buruknya sesuatu. Kualitas dapat pula didefinisikan sebagai tingkat keunggulan, sehingga kualitas merupakan relatif kebaikan. Kualitas adalah sesuatu yang diputuskan oleh pelanggan. Artinya, kualitas didasarkan pada pengalaman aktual pelanggan atau konsumen terhadap produk atau jasa yang diukur berdasarkan persyaratan-persyaratan tertentu. Sebuah perusahaan jasa dapat memenangkan persaingan dengan menyampaikan secara konsisten layanan yang berkualitas tinggi daripada harapan pelanggan. Jika jasa yang diterima melampui harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten. Menurut Ekinci, Prokopaki, P. & Cobanoglu, (2008:135) menyatakan sebagai berikut : “Kualitas jasa sebagai faktor yang menunjukan suatu cara membandingkan kinerja suatu pelayanan yang dapat menentukan kepuasan konsumen”. Sedangkan menurut Wykof dalam Fandy Tjiptono (2007:260), yaitu : “Kualitas jasa merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan konsumen”. 20 Pengertian dari kualitas dapat disimpulkan menjadi keseluruhan fitur dan karakteristik barang dan jasa yang berpengaruh pada kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan peserta sesuai dengan yang diharapkan konsumen. 2.3.2 Prinsip-prinsip Kualitas Jasa Untuk menciptakan suatu gaya manajemen dan lingkungan yang kondusif bagi perusahaan jasa dalam memperbaiki kualitas, perusahaan harus mampu memenuhi enam prinsip utama yang berlaku bagi perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa. Keenam prinsip tersebut sangat bermanfaat dalam membentuk dan mempertahankan lingkungan yang tepat untuk melaksanakan perbaikan kualitas secara kontinu dengan didukung oleh pemasok, karyawan, dan pelanggan. Enam prinsip pokok tersebut meliputi hal berikut (Wolkins dalam Scheuning dan Christoper, 1993) : a. Kepemimpinan Stategi kualitas perusahaan harus merupakan inisiatif dan komitmen dari manajemen puncak. Manajemen puncak harus memimpin dan mengarahkan organisasinya dalam upaya peningkatan kinerja kualitas. Tanpa adanya kepemimpinan dari manajemen puncak, usaha peningkatan kualitas hanya akan berdampak kecil terhadap perusahaan. b. Pendidikan Semua karyawan perusahaan, mulai dari manajer puncak sampai karyawan operasional, wajib mendapatkan pendidikan mengenai kualitas. Aspek-aspek tersebut yang perlu mendapatkan penekanan dalam pendidikan tersebut antara lain konsep kualitas sebagai strategi bisnis, alat dan teknik implementasi strategi kualitas, dan peranan eksekutif dalam implementasi stategi kualitas. c. Perencanaan Strategik Proses perencanaan strategik harus mencakup pengukuran tujuan kualitas yang digunakan dalam mengarahkan perusahaan untuk mencapai visi dan misinya. 21 d. Review Proses Review merupakan satu-satunya alat yang paling efektif bagi manajemen untuk mengubah prilaku organisasional. Proses ini menggambarkan mekanisme yang menjamin adanya perhatian terus-menerus terhadap upaya mewujudkan sasaran-sasaran kualitas. e. Komunikasi Implementasi strategi kualitas dalam organisasi dipengaruhi oleh proses komunikasi organisasi, baik dengan karyawan, pelanggan, maupun stakeholder lainnya (seperti pemasok, pemegang saham, pemerintah, masyarakat sekitar, dan lain-lain). f. Penghargaan dan Pengakuan (Total Human Reward) Reward dan recognition merupakan aspek krusial dalam implementasi strategi kualitas. Setiap karyawan berprestasi perlu diberi imbalan dan prestasinya harus diakui. Dengan cara seperti ini, motivasi, semangat kerja, rasa bangga dan rasa memiliki (sense of belonging) setiap anggota organisasi dapat meningkat, yang pada gilirannya berkontribusi pada peningkatan produktivitas dan profitabilitas bagi perusahaan, serta kepuasan dan loyalitas pelanggan (http://rimalrimaru.com/prinsip-prinsip-kualitas-jasa/). 2.3.3 Kesenjangan Penyebab Kegagalan Penyampaian Jasa Menurut Tony Wijaya (2011:72-73) dalam bukunya Manajemen Kualitas Jasa terdapat lima kesenjangan (gap) yang menyebabkan kegagalan penyampaian jasa, yaitu : a. Kesenjangan antara pengharapan konsumen dan persepsi manajemen. Manajemen tidak selalu merasakan dengan tepat apa yang diinginkan pelanggan. b. Kesenjangan antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas jasa. Manajemen mungkin dapat merasakan keinginan pelanggan dengan tepat, tetapi tidak menetapkan standar kinerja yang spesifik. 22 c. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa. Karyawan mungkin tidak dilatih dengan baik atau mereka mengemban terlalu banyak pekerjaan dan tidak mampu atau tidak mau memenuhi standar. Atau, mereka dihadapkan pada standar yang bertentangan. Kesenjangan ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : 1) Ambiguitas Peran, yaitu sejauh mana karyawan dapat melakukan tugas sesuai dengan harapan manajer tetapi memuaskan pelanggan. 2) Konflik Peran, yaitu sejauh mana karyawan meyakini bahwa mereka tidak memuaskan semua pihak. 3) Kesesuaian karyawan dengan tugas yang harus dikerjakan. 4) Kesesuaian teknologi yang digunakan oleh karyawan. 5) Sistem pengendalian dari atasan, yaitu tidak memadainya sistem penilaian dan sistem imbalan. 6) Control yang diterima, yaitu sejauh mana karyawan merasakan kebebasan atau fleksibilitas didalam memuaskan pelanggan secara bersama-sama dan terpadu. d. Kesenjangan antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal. Pengharapan konsumen dipengaruhi oleh pernyataan yang dibuat oleh perwakilan dan iklan perusahaan. e. Kesenjangan antara jasa yang dirasakan dan jasa yang diharapkan. Kesenjangan ini terjadi saat konsumen mengukur kinerja perusahaan dalam cara yang berbeda dan salah menilai (misperceive) kualitas jasa. Kesimpulan dari model kualitas jasa tersebut yaitu : 1) Penilaian pelanggan terhadap kualitas jasa adalah hasil dari perbandingan antara harapan (sebelum menerima jasa) dan pengalaman mereka (setelah menerima jasa). Jika harapannya terpenuhi, maka mereka akan puas dan persepsinya positif, tetapi sebaliknya jika tidak maka tidak puas dan persepsinya negatif. 2) Sedangkan bila kinerja jasa melebihi harapannya, mereka bahagia (melebihi dari sekedar puas). 23 3) Penilaian pelanggan pada kualitas jasa dipengaruhi oleh proses penyampaian jasa dan output dari jasa. 4) Kualitas jasa ada dua macam yaitu kualitas jasa yang normal dan kualitas jasa dari devisiasi jasa yang normal. 5) Apabila timbul masalah perusahaan harus meningkatkan kontoknya dengan pelanggan. 2.3.4 Dimensi Kualitas Jasa Terdapat lima dimensi kualitas jasa dengan menerapkan konsep kesenjangan yang disebut Service Quality. Lima dimensi kualitas menurut Tjiptono dan Diana (2003) yang dikutip oleh Tony Wijaya (2011:74) dalam bukunya Manajemen Kualitas Jasa, yaitu : 1. Kehandalan (Reliability) Adalah kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan. 2. Responsiveness (Ketanggapan atau Kepedulian) Adalah keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap dan peduli terhadap keluhan atau harapan pelanggan. 3. Assurance (Jaminan Kepastian) Adalah kompetensi yang sedemikian hingga memberikan rasa aman dari bahaya, risiko, atau keraguan dan kepastian yang mencakup pengetahuan, kesopanan dan sikap dapat dipercaya yang dimiliki staf. 4. Empathy (Empati) Adalah sifat dan kemampuan untuk memberikan perhatian penuh kepada pelanggan, kemudahan melakukan kontak, komunikasi yang baik dan memahami pelanggan secara individual. 5. Berwujud (Tangible) Adalah wujud kenyataan secara fisik yang meliputi fasilitas, peralatan, pegawai dan saran informasi atau komunikasi. 24 Menurut Griffin yang dikutip oleh Fandy Tjiptono (2008:93) terdapat delapan dimensi kualitas jasa dan dapat digunakan sebagai kerangka dan perencanaan strategis dan analisis. Dimensi tersebut adalah : 1. Kinerja (Performance), yakni efisiensi pencapaian tujuan utama sebuah produk. Conrohnya, tingkat laba (return) investasi saham, konsumsi bahan bakar mobil, kecepatan prosesor sebuah computer personal, dan seterusnya. Umumnya kinerja yang lebih bagus identik dengan kualitas yang lebi baik. 2. Fitur (Fitures), yaitu atribut yang melengkapi kinerja dasar sebuah produk. Misalnya produk computer, ponsel, kamera, TV, dan peralatan elektronik lainnya. Pemasar berusaha merayu pelanggan dengan menawarkan beraneka fitur khusus, seperti Bluetooth, kamera dan video digital, kapabilitas HDTV (High Definition Television), plasma dan sebagainya. 3. Reliabilitas (Reliability), yaitu kemampuan sebuah produk untuk tetap berfungsi secara konsisten selama usia desainnya. Sebuah produk akan dikatakan reliable (andal) apabila kemungkinan kerusakan atau gagal dipakai selama usia desainnya sangat rendah. Kalau sebuah mesin cuci memiliki peluang kerusakan 2% selama 10 tahun pemakain normal, bisa dikatakan mesin cuci tersebut 98% reliable. 4. Kesesuaian dengan spesifikasi (Conformance to Spescification), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi sebuah produk memenuhi standarstandar yang telah ditetapkan sebelumnya, misalnya dalam hal ukuran, kecepatan, kapasitas, daya tahan, dan seterusnya. Dalam dunia manufaktur, dimensi ini sangat popular, terutama karena mudah dikuantifikasikan. Akan tetapi, lain halnya dengan sektor jasa. Jasa konseling, misalnya bersifat intangible, sehingga sulit diukur dengan spesifikasi numeric sebgaiamana halnya produksi sepeda motor. 5. Daya Tahan (Durability), berkaitan dengan tingkat kemampusan sebuah produk mentolir tekanan, stress atau trauma tanpa mengalami kerusakan berarti. Bola lampu (light club) merupakan salah satu contoh produk yang daya tahannya rendah. Bola lampu mudah putus dan rusak, serta tidak dapat diperbaiki. Sebaliknya, tong sampah cenderung tahan banting dan bisa dipakai dalam berbagai situasi. 25 6. Serviceability, yakni kemudahan meresparasi sebuah produk. Sebuah produk dikatakan sangat serviceable apabila bisa direparasi secara mudah dan murah. 7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera, misalnya bentuk fisik mobil yang menarik, model atau desain yang artistic, warna yang sesuai preferensi masing-masing pelanggan, aroma parfum yang paling disuka, aroma roti yang mampu memencing selera makan, dan sebagainya. 8. Persepsi Kualitas (Perceived Quality), yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya. Sedangkan dalam riset awalnya, Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1985) yang dikutip oleh Fandy Tjiptono (2008:95) meneliti sejumlah industryijasa (seperti perbankan, jasa kartu kredit, reparasi dan pemeliharaan, serta jasa telepon interlokal) dan berhasil mengidentifikasi sepuluh dimensi pokok kualitas layanan, yaitu : kesopanan (coutesy), komunikasi, kredibilitas, kemanan, kemampuan memahami pelanggan, dan bukti fisik (tangibles). Dalam riset berikutnya tahun 1988, mereka menemukan adanya overlapping di antara beberapa dimensi tersebut menjadi lima dimensi pokok. Kompetensi, kesopanan, kredibilitas, dan keamanan disatukan menjadi jaminan (assurance). Sedangkan akses, komunukasi, dan kemampuan memahami pelanggan diintregasikan menjadi empati (empathy). Dengan demikian, terdapat lima dimensi utama yang disusun sesuai urutan tingkat kepentingan relatifnya sebagai berikut : 1. Reliabilitas (Reliability), berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk menyampaikan layanan yang dijanjikan secara akurat sejak pertama kali. Sebagai contoh, sebuah perusahaan barangkali memilih konsultan sematamata berdasarkan reputasi. Apabila konsultan tersebut mampu memberikan apa yang diinginkan klien, klien tersebut bakal puas dan membayar fee konsultasi. Namun sebaliknya bila konsultan tersebut gagal mewujudkan apa yang diharapkan klien, fee konsultasi tidak akan dibayar penuh (tentunya, tergantung pada negosiasi awal). 26 2. Daya Tanggap (Responsiveness), berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan penyedia layanan untuk membantu para pelanggan dan merespon permintaan mereka dengan segera. 3. Jaminan (Assurance), berkenaan dengan pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka dalam menumbuhkan rasa percaya (trust) dan keyakinan pelanggan (confidence). 4. Empati (Empathy), berarti bahwa perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman. 5. Bukti Fisik (Tangibles), berkenaan dengan penampilan fisik fasilitas layanan, peralatan atau perlengkapan, sumber daya manusia, dan materi komunikasi perusahaan. Kolam renang yang kotor dan kerus akan dinilai jelek oleh pelanggan. Salon kecantikan yang berfokus melayani klien elit bakal berinvestasi pada dekorasi dan pencahayaan salon serta memperkerjakan para penata rambut yang berbusana rapih dan modis. Meskipun busana modis penata rambut tidak berpengaruh terhadap layanan yang diberikan, klien bisa saja meyakini bahwa rambutnya pasti akan ditata rapi oleh orang yang berbusana rapih dan modis. 2.4 Kepuasan dan Harapan Pelanggan 2.4.1 Pengertian Kepuasan Pelanggan Dari keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan pada akhirnya akan bermuara pada nilai yang diberikan oleh pelanggan mengenai kepuasan yang dirasakan. Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Menurut Tjiptono dan Chandra (2011:292) mengungkapkan bahwa : “Kepuasan bisa diartikan “upaya pemenuhan sesuatu” atau “membuat sesuatu memadai”. 27 Menurut Lovelock dan Writs (2011:74) kepuasan yaitu : “Kepuasan adalah suatu sikap yang diputuskan berdasarkan pengalaman yang didapatkan”. Dari definisi di atas menyimpulkan bahwa banyak manfaat yang diterima oleh perusahaan dengan tercapainya tingkat kepuasan yang tinggi sehingga pelanggan merasa senang dan puas atas kinerja yang diberikan perusahaan. Menurut Fornell dalam Rambat Lopiyoadi & A. Hamdani (2011:192), banyak manfaat yang diterima oleh perusahaan dengan tercapainya tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi. Tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi dapat meningkakan loyalitas pelanggan dan mencegah perputaran pelanggan, mengurangi sensitivitas pelanggan terhadap harga, mengurangi biaya kegagalan pemasaran, mengurangi biaya operasi yang diakibatkan oleh meningkatnya jumlah pelanggan, meningkatkan efektivitas iklan, dan meningkatkan reputasi bisnis. 2.4.2 Mengukur Kepuasan Pelanggan Banyak perusahaan secara sistematis mengukur kepuasan pelanggan dan faktor-faktor yang membentuknya. Suatu perusahaan dikatakan bijaksana bila mengukur kepuasan pelanggan secara teratur, karena kunci untuk mempertahankan pelanggan adalah kepuasan. Pelanggan yang sangat puas umumnya lebih lama setia, membeli lebih banyak ketika perusahaan memperkenalkan produk baru dan meningkatkan produksi yang ada, membicarakan hal-hal yang positif tentang perusahaan dan produk-produknya, tidak banyak memberikan perhatian pada merk pesaing dan tidak terlalu peka terhadap harga, menawarkan ide produk atau layanan kepada perusahaan, dan lebih sedikit biaya untuk melayani pelanggan lama daripada pelanggan baru karena transaksinya bersifat rutin. Perusahaan harus menyadari bahwa pelanggan bisa merasa puas dengan alasan yang berbeda. Pelanggan bisa merupakan karakter yang mudah dipuaskan ataupun sulit dipuaskan, tetapi puas dalam kesempatan ini. Sejumlah metode diadakan untuk mengukur kepuasan pelanggan. Salah satu cara yang dilakukan 28 adalah dengan melakukan survei dalam setiap periode tertentu dengan membuat daftar pertanyaan kepada pelanggan. Perusahaan umumnya memfokuskan surfei pada bidang citra merk, penentapan harga, dan ciri produk. Perusahaan dapat mengontak dan memantau pelanggan yang telah berhenti membeli atau yang sudah beralih ke perusahaan lain, untuk mempelajari kelemahan perusahaan menemukan solusi untuk kelemahan tersebut. Selain melacak harapan dan kepuasan nilai pelanggan, perusahaan harus memantau kinerja pesaing perusahaan dibidang-bidang tersebut. Dengan memantau kinerja pesaing, perusahaan dapat mencari cara untuk mencapai kepuasan yang tinggi. Menurut Arief dalam bukunya Pemasaran Jasa dan Kualitas Pelayanan (2007:180) berpendapat bahwa : “Pelayanan adalah serangkaian kegiatan yang meliputi semua bidang bisnis yang terpadu untuk menyampaikan produk-produk dan jasajasa perusahaan tersebut sedemikian rupa sehingga dipersepsikan memuaskan oleh pelanggan dan merealisasikan tujuan-tujuan perusahaan”. Ada beberapa cara untuk mengukur kepuasan pelanggan menurut Kotler yang diterjemahkan oleh Buchari Alma (2007:285), yaitu : 1. Sistem Keluhan dan saran (Complain and Suggestion System) Banyak perusahaan yang membuka kotak saran dan menerima keluhan yang dialami oleh langganan. Ada juga perusahaan yang member amplop yang telah ditulis alamat perusahaan untuk digunakan menyampaikan saran,keluhan serta kriktik. Saran tersebut dapt juga disampaikan melalui kartu komentar, Customer Hotline, telepon bebas pulsa. Informasi ini dapat memberikan ide dan masukan kepada perusahaan yang memungkinkan perusahaan mengantisipasi dan cepat tangan terhadap kritik dan saran tersebut. 2. Survei kepuasan pelanggan (Customer Satisfaction Surveys) Dalam hal ini perusahaan melakukan survei untuk mendeteksi komentar pelanggan. Survei ini dapat dilakukan melaui pos, telepon, atau wawancara pribadi, atau pelanggan diminta mengisi angket. 29 3. Pembeli bayangan (Gost Shopping) Dalam hal ini perusahaan menyuruh orang tertentu sebagai pembeli ke perusahaan lain atau ke perusahaan sendiri. Pembeli misteri inbi melaporkan keunggulan dan kelemahan pelayanan melayaninya, juga dilaporkan segala sesuatu yang bermanfaat sebgaia bahan pengambilan keputusan oleh manajemen. Bukan saja oranfg lain disewa untuk menjadi pembeli bayangan tetapi juga manajer sendiri harus turun ke lapangan, belanja ke took saingan dimana ia tidak dikenal. Pengalaman manajer ini sangat penting karena data dan informasi yang diperoleh langsung ia alami sendiri. 4. Analisa pelanggan yang lari (Lost Customer Analysis) Langganan yang hilang, dicoba dihubungi. Mereka diminta untuk mengungkapkan mengapa mereka berhenti, pindah ke perusahaan lain, adalah suatu masalah yang terjadi yang tidak bisa di atasi atau terlambat di atasi. Dari kontak seperti ini akan diperoleh informasi dan akan memperbaiki kinerja perusahaan sendiri agar tidak ada lagi langganan yang lari dengan cara meningkatkan kepuasan mereka. 2.4.3 Peningkatan Pelaksanaan Kualitas Jasa Fandy Tjiptono (2007:177) mengemukakan beberapa cara yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas jasa, yaitu : 1. Mengidentifikasi Determinan Utama Kualitas Jasa Setiap perusahaan jasa perlu berupaya memberikan kualitas yang terbaik kepada pelanggannya. Untuk itu dibutuhkan identifikasi determinan utama kualitas jasa dari sudut pandang pelanggan. Oleh karena itu langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan riset untuk menidentifikasi determinan jasa yang paling penting bagi pasar sasaran. Langkah berikutnya dalah memperkirakan penilaian yang diberikan pasar sasaran terhadap perusahaan dan pesaing berdasarkan determinan-determinan tersebut. 30 2. Mengelola Harapan Pelanggan Semakin banyak janji yang diberikan perusahaan, maka semakin besar pula harapan pelanggan (bahkan bisa menjurus menjadi tidak realistis) yang pada gilirannya akan menambah peluang tidak dapat terpenuhinya harapan pelanggan oleh perusahaan. Untuk itu ada suatu hal yang dapat dijadikan pedoman, yaitu : “Jangan janjikan apa yang tidak biasa diberikan, tetapi berikan lebih dari yang dijanjikan”. 3. Mengelola Bukti (evidence) Kualitas Jasa Pengelolaan bukti kualitas jasa bertujuan untuk memperkuat persepsi pelanggan selama dan sesudah jasa diberikan. 4. Mendidik Konsumen Tentang Jasa Membantu pelanggan dalam memahami suatu jasa merupakan upaya yang sangat positif dalam rangka menyampaikan kualitas jasa. Pelanggan yang lebih terdidik dapat mengambil keputusan secara lebih baik. 5. Mengembangkan Budaya Kualitas Budaya kualitas merupakan sistem nil;ai organisasi yang menghasilka lingkungan yang kondusif bagi pembentukan dan peneyempurnaan kualitas secara terus-menerus. Budaya kualitas terdiri dari filosofi, keyakinan, sikap, norma, nilai tradisi, prosedur, dan harapan yang meningkatkan kualitas. Agar tercipta budaya kualitas yang baik, dibutuhkan komitmen menyeluruh pada seluruh anggota organisasi. 6. Menciptakan Automating Quality Adanya otomatisasi variabilitas kualitas jasa yang disebabkan kurangnya sumber daya manusia yang dimiliki. Meskipun demikian, sebelum memutuskan akan melakukan otomatisasi, perusahaan perlu melakukan penelitian secara seksama untuk menentukan bagian yang membutuhkan sentuhan manusia dan bagian yang memerlukan otomatisasi.