BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Posisi Kepulauan Indonesia teletak pada pertemuan antar tiga lempeng besar (Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik) menjadikannya memiliki tatanan tektonik yang kompleks. Subduksi antar lempeng benua dan samudra menghasilkan suatu proses peleburan magma dalam bentuk partial melting batuan mantel. Magma mengalami diferensiasi pada saat perjalanan ke permukaan. Proses tersebut membentuk kantong-kantong magma yang berperan dalam pembentukan jalur gunung api yang dikenal sebagai ring of fire. Munculnya rentetan gunung api Pasifik di sebagian wilayah Indonesia beserta aktivitas tektoniknya dijadikan sebagai model konseptual pembentukan sistem panasbumi Indonesia. Eurasia Plate Gambar 1.1. Pembentukan jalur gunung api di Indonesia (http://yudi81. wordpress.com/, diunduh pada tanggal 8 September 2014) Posisi Indonesia yang strategis menjadikan Indonesia kaya akan panas bumi sistem hidrothermal yang tersebar di sepanjang busur vulkanik. Sistem hidrotermal erat kaitannya dengan sistem vulkanisme dan pembentukan gunung api pada zona batas lempeng aktif di mana terdapat aliran panas yang tinggi. Ditinjau dari 1 2 munculnya panasbumi di permukaan per satuan luas, Indonesia menempati urutan keempat dunia, bahkan dari segi temperaturnya, Indonesia menduduki posisi kedua yang tertinggi di dunia (Wahyuningsih, 2005). Sampai di penghujung tahun 2009, telah diketahui sedikitnya 265 lokasi sumber energi panasbumi di seluruh Indonesia dengan potensi 28,1 GWe. Sebagian besar potensi tersebut berasosiasi dengan jalur vulkanik, yang umumnya berentalpi tinggi. Pemanfataan untuk pembangkit listrik hingga tahun ini, baru berkisar 1.189 MWe atau sekitar 4 % dari potensi total. Sampai saat ini, di Indonesia terdapat 265 lokasi panas bumi yang tersebar di sepanjang jalur vulkanik yang membentang dari P. Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku serta daerah-daerah non vulkanik seperti kalimantan dan Papua. Perkiraan total potensi energi panas bumi di Indonesia sekitar 28.112 MWe atau setara dengan 12 milyar barel minyak bumi. Dengan total potensi sebesar ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara terkaya akan energi panas bumi. Pada tahun 2009, terdapat penemuan 8 lokasi daerah baru dengan potensi sekitar 400 Mwe dari hasil kegiatan survei panas bumi yang dilakukan oleh Badan Geologi. Lokasi daerah panas bumi baru ini adalah Lili, Mapili, Alu , Tehoru, Banda Baru, Pohon Batu, Kelapa Dua, Kebar, Papua Barat. Eksploitasi uap panasbumi menyebabkan perubahan beberapa parameter fisik, diantaranya perubahan massa reservoar. Metode time-lapse microgravity merupakan salah satu metode yang dapat diterapkan untuk monitoring anomali massa pada lapangan panasbumi. Anomali time-lapse gravitasi mikro pada lapangan panasbumi diakui sebagai metode yang dapat diandalkan untuk memetakan redistribusi massa bawah permukaan yang berasosiasi dengan eksploitasi panasbumi. Secara umum, Hunt (2001), membagi sumber anomali gravitasi mikro utama di lapangan panasbumi terdiri dari komponen : 1. Perubahan massa pada reservoir panasbumi 2. Perubahan muka air tanah (groundwater level change) 3. Pergerakan tanah vertikal (subsidence) Perubahan anomali gravitasi mikro konsisten dengan produksi musiman dan tahunan dan efek perubahan muka air tanah. Eksploitasi pada lapangan panasbumi 3 dapat juga menyebabkan perubahan muka tanah vertikal (subsidence dan atau inflation (kebalikan dari subsidence)). I.2. Rumusan Masalah Untuk mengamati perubahan massa bawah permukaan lapangan panasbumi “KIRANA” dilakukan monitoring dengan menggunakan metode gravitasi mikro 4D. Hasil dari monitoring ini diharapkan dapat memetakan distribusi massa bawah permukaan akibat proses produksi panasbumi dan perubahan massa bawah permukaan dapat diperhitungkan. I.3. Batasan Masalah Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data pengukuran gravitasi pada lapangan panasbumi “KIRANA” pada tahun 2002 dan 2008. Pada penelitian ini, diasumsikan geometri reservoar tetap, tidak adanya perubahan medan (terrain), koreksi curah hujan dan perubahan muka air tanah, serta tidak menghitung jumlah injeksi fluida ke bawah permukaan. I.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk : 1. Mengetahui persebaran anomali gravitasi mikro di lapangan panasbumi “KIRANA” pada periode enam tahun yaitu pada tahun 2002 hingga 2008. 2. Menghitung perubahan massa pada lapangan panasbumi “KIRANA” dengan menggunakan metode gravitasi mikro 4D. 3. Menentukan posisi sumur injeksi. I.5. Waktu dan Lokasi Penelitian Daerah penelitian berada di lapangan panasbumi “KIRANA”, terletak 40 km dari Bandung, Ibukota Provinsi Jawa Barat. Waktu akuisisi data adalah 21 Agustus – 16 Oktober 2002 dan 23 Oktober – 19 Desember 2008. Sedangkan untuk pengolahan dilakukan di kampus Universitas Gadjah Mada. 4 Gambar 1.2. Peta lokasi penelitian