BUDDHA MERAMALKAN KEDATANGAN NABI MUHAMMAD S.A.W. ( / ) BUDDHA YANG AKAN DATANG. SATU DAN TERAKHIR. Dalam kepustakaan Pali dan Sanskerta tentang Buddhisme, ada perbedaan pendapat mengenai jumlah Buddha; ini antara enam hingga tigapuluh. Menurut suatu kitab Pali ada enam Buddha sebelum Gautama Buddha. Buddha Maitreya mendatang yang dijanjikan hanyalah satu. Semuanya ini disebutkan dalam Maha Padan Sutta, Digha Nikaya (ii)2. Semua kitab suci ini sepakat bahwa Buddha mendatang atau Maitreya yang Dijanjikan, adalah satu dan hanya satu. Mungkin ada perbedaan pendapat tentang jumlah sesungguhnya dari Buddha yang datang sebelum Gautama Buddha, tetapi adalah suatu fakta yang mapan bahwa tidak akan ada Buddha lagi sesudah Maitreya. Dalam bukunya “Manual of Buddhism”, Prof. R.S.Hardy menulis: Dalam masa yang panjang jahiliyah yang tak terobati, maka datang berturutan, menurut Maha Bhadru Kalpa, dimana akan muncul lima Buddha: Kaku Sandha. Konagamna. Kasyapa. Gautama. Maitreya. Yang pertama dari empat ini telah muncul dan Maitreya akan menjadi Buddha yang akan datang yang bangkit untuk memberkahi dunia.(“Cyclopaedia of Religion and Ethics”, jilid I halaman 98). Begitulah nubuatan ini merujuk hanya kepada satu yang Dijanjikan, yang namanya adalah Metteya atau Maitreya. Tidak ada alurnya kepada orang yang lain. Dan rujukan yang diberikan juga secara eksplisit nampak, bahwa dia yang kelak datang sebagai yang dijanjikan itu adalah Nabi terakhir atau Buddha yang terakhir. KECINTAAN KAUM BUDDHIS KEPADA MAITREYA Putera Adam di setiap abad dibimbing untuk mencintai Nabi dan pembaharunya, setelah umat melihat mereka teguh dalam amal perbuatannya, menderita kesakitan dan tidak tergoyahkan dalam membimbing umat ke arah yang benar. Bangsa-bangsa akhirnya tergerak untuk melihat itu semua. Mereka sangat menghormati dan mencintai mereka. Tetapi peran kaum Buddhis dalam cinta ini sungguh unik. Mereka sangat mencintai Maitreya yang akan datang, meskipun mereka tidak melihatnya dalam masa hidup mereka sendiri. Mereka menjadi pencinta yang mengabdi kepada dia yang Dijanjikan. Cinta meliputi hatinya bagi seorang yang belum akan tiba setelah beraabad-abad. Tak ada keraguan lagi bahwa bila seseorang itu melihat kawannya yang ganteng dan memikat maka dia bisa mabuk cinta habis-habisan; dan seorang filantropis mungkin dicintai oleh orang lain; tetapi kaum Buddhis mabuk cinta kepada dia yang belum nampak dan belum akrab dengannya. Memahat dan mereka model suatu patung yang indah dengan tangan mereka sendiri, dan kemudian jatuh cinta dengannya, sesungguhnya, merasuk dalam hati mereka dari ajaran Buddha. Kehidupan sejati dari seorang Buddhis yang saleh adalah teka-teki. Dia hidup di dunia, tetapi dia percaya bahwa semua keinginan duniawi itu tipu-daya, dan dia ingin kebal dari tipuan itu. Musnah dan musnah selamanya adalah puncak tujuan hidupnya. Supaya bisa hidup di dunia, maka ada kebutuhan untuk mencinta dan ketertarikan kepada barang-barang duniawi, tetapi baginya ini membawa siksaan yang besar. Di dunia yang gelap dan melenakan ini bagi kaum Buddhis ada satu cahaya yang berkilauan. Ini adalah kepercayaan kepada Maitreya. Dalam mendambakan dia, kaum Buddhis telah mengurbankan semuanya dan mencarinya dengan sekuat tenaga. Mereka membelah gunung-gunung dan batu cadas raksasa serta membentuknya menjadi patung. Mereka menyeberangi sungai dan hutan yang belum dirambah orang, dan mencarinya serta tanda-tanda buktinya, seperti pencinta yang mabuk. Mereka mengumumkan bahwa tujuannya tiada sesuatu kecuali melihat Maitreya. Dalam “The Law of Christ”, Jinarja Das menulis: “Menurut tradisi Buddha, pahala utama dari amal perbuatan manusia adalah bahwa dia akan tetap ada pada zaman Dia yang Dijanjikan dan bergerak kesana-kemari seperti orang-orang lainnya. Pada waktu seorang Buddhis yang tulus dan saleh, ketika menyerahkan kembang, mereka mengungkapkan segenap hasrat dan keinginannya dalam satu kalimat tunggal ini: “wahai Buddha, semoga saya bisa muncul di bumi di antara manusia ketika Maitreya hidup di antara mereka”.(halaman 191). “Musafir Cina, Huen Tsang, yang berangkat dari Cina dengan api cinta kepada Maitreya yang menyinari hatinya dengan sangat berkilauan, suatu kali jatuh sakit dalam perjalanannya. Dalam keputusasaan akan kesembuhannya, dia memimpikan suatu rukyah dimana ada tiga dewa yang berdiri di hadapannya. Wajahnya sangat rupawan, badannya gagah, utuh dan berwibawa. Ketiganya berselimutkan pakaian yang bercahaya. Salah seorang darinya berkulit keemasan, satunya biru kehitaman, dan satu lagi putih keperakan. Mereka masing-masing adalah Manjushri, Avlochit Ishwara, dan Maitreya. Mereka semua menyerunya agar tetap hidup dan menyiarkan risalah kepada orang-orang yang tulus”. (“In the footstep of Buddha”, oleh Grousset, halaman 168). Impian Huen Tsang ini mengungkapkan bahwa hatinya meluap dengan kecintaan kepada Maitreya sedemikian hingga dia melihat gambarnya di mana saja dan kapan saja, baik sedang terjaga ataupun sedang tertidur. KRISTUS DALAM WARNA BUDDHA Ada beberapa pembela Kristen yang memajukan syi‟arnya dengan merugikan fihak lain. Mereka menyinarkan Kristen dengan menggelapkan agama-agama lain. Mereka mencari sumber-sumber Islam dan al-Quran dalam Kitab-kitab suci agama-agama lainnya. Mereka tidak menyadari bahwa di atas segalanya, moralitas adalah harta kita yang paling berharga. Mereka mestinya tahu bahwa sebagian besar khutbah di atas bukit adalah gema dari masa lalu. Buddha dan Yesus memberi resep yang sama ke dunia ini; banyak perumpamaan dari Isa Almasih adalah terjemahan dari perumpamaan dalam kepustakaan Buddhis. Kami percaya, bahwa Yesus tidak berhutang atas pencerahannya itu kepada kisah dan ceritera dari agama Buddha, semua ilmunya itu langsung datang dari Tuhan. Suatu studi yang cermat terhadap agama akan menjadikan manusia bisa mengapresiasi kebenaran al-Quran bahwa tak ada suatu bangsa yang ditinggalkan tanpa suatu risalah Ilahi. Tetapi orang-orang yang sezaman dengan para nabi itu tidak mencatat dengan lengkap kata-kata dari Tuannya. Generasi penerusnya diberi suatu agama yang tidak pernah diajarkan oleh Tuannya, yang bahkan tidak pernah terbayangkan oleh para pendirinya yang dihormati. Di sini ada beberapa aspek kehidupan Kristus yang kita dapati diceritakan dalam kitab-kitab Jataka dari agama Buddha: Maha Maya, dikatakan telah mengandungnya setelah suatu mimpi, dimana dia akan melahirkan Buddha yang akan datang, yang turun dari langit dan memasuki rahimnya. Maya sendiri, menurut riwayat, wafat dan diusung ke langit Indra, dari mana Buddha sendiri akan turun belakanagan. Ketika waktu semakin mendekat baginya untuk masuk dalam dunia rahim guna saat kelahirannya, para dewata sendiri mempersiapkan jalan baginya dengan alamat dan tanda bukti dari langit. Gempa bumi dan mukjizat penyembuhan terjadi, bunga-bunga berkembang di luar musimnya, musik dari langit terdengar. Sebelum kelahirannya juga ada nubuatan yang diucapkan mengenai dirinya. Bahwa dia tidak menjadi raja dunia… dan menjadi Buddha yang dicerahkan sempurna, demi keselamatan umat manusia. Dia juga, menurut kisah itu, di kandung dalam rahim ratu Maha Maya dan dia melahirkan seorang putera di Semak Lumbini, di bawah bayangan sebatang pohon Sal, satu cabang darinya menjulur kepadanya, sehingga dia bisa meraihnya dengan tangannya. (“Cyclopaedia of Religion and Ethics”, jilid 2 halaman 881). Satu teks mengatakan, bahwa dikandungnya Sakya Muni itu bukanlah karena persetubuhan yang mandiri antara ayah dan bundanya. Ini di dalam Mahavastu, dimana dinyatakan keperawanan ibunda dari Buddha. Buddhisatva tidak melalui bentuk umum dari indung telur, kelahirannya melalui samping bundanya. Seorang penulis Kristiani terkemuka berkata: “Adalah benar bahwa banyak kata-kata yang diletakkan di mulut Almasih oleh para penginjil telah didapati dalam tulisan para filsuf Yunani dan legenda Cina. Adalah benar, untuk mengambil contoh yang paling mengejutkan dari setiap peristiwa dalam kehidupan Sakya Muni yang menyajikan kepada kita kemiripan yang paling mengejutkan dengan riwayat hidup Kristus; bahwa dia lahir dari ibunda yang perawan, bahwa kelahirannya dirayakan oleh putera-putera makhluk langit, bahwa dia digoda oleh setan dan kemudian berubah bentuk. Tidak perlu diperkirakan bahwa yang satu adalah salinan dari yang lain, ataupun bahwa rangkaian ceritera itu rekayasa iblis atau tipu-daya ataupun bahwa keduanya adalah ciptaan yang kabur dari bagian abad kegelapan. Faktor yang mempersatukannya bukanlah inkarnasi, atau kelahiran perawan, atau mukjizat dalam kenaikannya ke langit. Mengambil tempat duduk di sebelah kanan Tangan Tuhan. Faktor pemersatunya adalah kata-kata bijak dan risalahnya yang penuh kasih kepada sesama. Kisah keperawanan Maya (Ibunda Buddha) itu dicantumkan dalam „Mahavastu‟”. Kepala para dewa termasuk Indra (Jibril) menghadirinya dan anak lelaki itu diterima oleh empat malaikat Brahma. Seketika itu dia juga mengucapkan teriakan kemenangan. BUDDHA MERAMALKAN KEDATANGAN NABI MUHAMMAD S.A.W. ( / ) BEBERAPA RUJUKAN PENTING DARI BERMACAM KITAB “Maitreya akan menjadi cahaya yang terakhir dan sempurna” (“Saddharam Pundrik” bab 94). “Dalam sejarah Buddhisme disebut ada 15 Buddha, yang paling akhir adalah Maitreya. (“Bartem and Yewasef” oleh E.W. Wallis Budge). Spratt dalam “Pilgrimage of Buddhism”-nya, menulis: “Kebangkitan Buddhisme itu rekayasa yang menyusup diam-diam dan dibangun di atas pasir. Agama Buddha telah terhapus dari muka bumi. Menurut ramalan, Maitreya akan muncul dan menyiarkan pembaharuan agamanya dari barat”. “Maitreya akan menjadi nabi yang menghapus beberapa syariat dan doktrin dari agama kuno mengingat keadaan sekitarnya” (“Sacred Books of the East”, jilid 49). “Buddhism”, oleh T.W.Rhys Davids, halaman 183; di sana tertulis: “Keindahan Buddha Maitreya itu di atas segala pujian. Patungnya tidak berbeda dari kita”. “Wahyunya akan lebih elok. Mereka yang mendengarnya tidak kenal bosan dalam mendengar; mereka ingin mendengar lebih lagi dari situ”. Maitreya akan dikenal oleh semuanya kecuali oleh lima kelompok pendosa: Mereka yang menyekutukan tuhan lain selain Tuhan. Para pembuat kejahatan. Pembunuh dari sahabat yang suci. Orang-orang yang bugil dan penuh nafsu seksual. Mereka yang menolak demokrasi. “Ibunda Maitreya kelak seorang bangsawan dan rupawan. Dia adalah puteranya yang pertama” (Maha Vastu I:197, Lalit Vistar 25:5, 23:10). Meskipun ada ratusan patung Maitreya, namun ini adalah suatu mukjizat, sebagaimana ditulis, bahwa dia sendiri sangat menentang patung dan peribadatan kepadanya. Tertulis di sana: “Kebiasaan di dunia ini membentuk dari segumpal tanah liat, dan dengan roda menjadikannya patung porselen. Bagaimana bisa patung ini dibandingkan dengan tokoh yang dimaksud atau dilanjutkan oleh generasi penerus. Arhan tidak dapat memecahkan masalah ini, pergi ke surga para dewa, dan bertanya kepada Maitreya yang menjawabnya”. (“Chinese Buddhism”, oleh Rev. Joseph Edkins, halaman 80). Ini dengan jelas menunjukkan, bahwa menurut nubuatan ini, tak seorangpun kecuali Nabi Muhammad yang akan menjadi Dia yang Dijanjikan. Dalam “Chinese Tripitaka”, Buddha, yang menjawab Sariputra, berkata: “Setelah ini seorang raja yang tulus akan menggantikan, dan Maitreya akan menurunkan 300 remaja, yang lahir secara gaib di antara manusia. Mereka akan melingkupi Hukum dari 500 Arhats dan pergi di antara manusia untuk memerintah mereka, sehingga sekali lagi, kitab-kitab suci yang sudah ditarik ke langit akan disebar-luaskan lagi oleh Maitreya, di dunia”. Lagi Buddha berkata: “Atas alasan apa sehingga saya terus akan menampakkan diri saya kembali? Ketika manusia menjadi ingkar, tak bijak, bodoh, tak peduli, senang mengumbar nafsu seksual, dan pengecut, maka mereka terjun ke kemalangan hidup. Kemudian Aku, yang tahu arah dunia ini, akan mengumumkan: Aku begini dan begitu (dan Aku mempertimbangkan): bagaimana bisa Aku membuat mereka condong kepada pencerahan? Bagaimana bisa mereka ikut ambil bagian dalam menikmati Hukum Buddha”. (Saddharam Pundrik, 15:22, 23). Terjemahan kitab Buddhis “Jataka” dalam bahasa Inggris telah diterbitkan dalam Harvard University Studies, jilid 3. Ini berbicara tentang Tandatanda atas kedatangan dari Dia yang Dijanjikan. Ini mengungkapkan, bahwa Maitreya itu tidak saja Dia yang Dijanjikan oleh Gautama Buddha melainkan bahwa seluruh duapuluh empat Buddha telah meramalkan kedatangannya. Sebagaimana Quran Suci telah menyatakan: “Dan tatkala Allah membuat perjanjian melalui para Nabi: Sesungguhnya apa yang kami berikan kepada kamu berupa Kitab dan Kebijaksanaan – lalu Utusan datang kepada kamu, membenarkan apa yang ada pada kamu, seharusnya kamu beriman kepadanya dan membantu dia.: Apakah kamu membenarkan dan menerima perjanjian-Ku dalam (perkara) ini? Mereka berkata: Kami membenarkan. Ia berfirman: Maka saksikanlah dan Aku pun golongan yang menyaksikan bersama kamu”. (Q.S. 3:80). Major Arhur Glyn Leonard menulis: “Sesungguhnya Muhammad itu seorang yang luar biasa besar. Perbedaannya (yang nampak bagiku) antara orang besar yang lain dengan dirinya sangat besar. Type biasa dari orang besar, seorang John Knox, misalnya, adalah seorang patriot, pada dasarnya. Pertama dia berjasa bagi negaranya, baru demi Tuhan dan kemanusiaan. Seperti telah saya tunjukkan, bagi Muhammad, ini kebalikannya. Meskipun aslinya dia seorang bangsa Arab, tetapi beliau meletakkan Tuhan dan alam di atas segalanya. Hal inilah yang membuat dia seorang humanis, ini yang menempatkan dirinya di depan zamannya. Muhammad, tanpa sedikitpun keraguan, berdiri berabad-abad di depan zamannya. Dan inilah arti sejati dari Maitreya ,“Rahmat bagi segenap bangsa-bangsa”. “Buddha meramalkan kedatangan Muhammad s.a.w.” diselesaikan oleh pengarang Maulana Abdul Haque Vidiarthy pada tanggal 25 Maret 1954 di Paramaribo, Suriname, Amerika Selatan. “Buddhist and Christian Gospels”, oleh Edmunds, jilid 2 halaman 160-161. “Sacred Books of the East”, jilid IV halaman 13-14. “Coming World Teacher”, oleh Pavri, halaman 23. “The Master of Path”, oleh Lead Beater. “Buddhism”, oleh Warren, halaman 481-482. Nubuatan ini ada dalam Kitab-kitab suci dari semua sekte Buddhis. Muir‟s “A Life of Muhammad” bab VII. “Encyclopaedia Brittanica”, art. Lote-tree. “Gadens Studies”, catatan kaki halaman 223. Dan “History of Pali literature” oleh B.C.Lall,Ph.D. Kata pengantar dan bab 1. “Literary History of Sanskrit Buddhism”, oleh G.K.Nariman, halaman 5. Karya berikut ini harus dirujuk untuk penjelasan lebih lanjut dari subyek yang di tangan. Keith‟s “Buddhist Philosophy”, halaman 31-32. “Dhammapad”, Pendahuluan, halaman 26. G. Buhlat‟s “Three new edicts of Ashoka”, Bombay, 1877, halaman 29. “Sacred Books of the East”, jilid V. 25 halaman 172. “Buddhism” oleh Rhys Davids, “Amgandha Sutta”, halaman 131. “Outline of Buddhism”, halaman 58. H.C.Warren,”Buddhism in transition”, Cambridge, 1896, halaman 481-486. “Encyclopaedia Brittanica” edisi 11, art. “Maitreya”. Maitreya, “Encyclopaedia of America”, jilid 18 halaman 135. “Sanskrit-Chinese Dictionary”, oleh Eite I.E.J. bagian pertama halaman 92. “Sanskrit-English Dictionary” oleh Monier Williams, “Buddhism”, oleh pengarang yang sama hal.181. Ibid, hal.128. “Sanskrit English Dictionary”, oleh Monier Williams. “Encyclopaedia Brittanica”, edisi 11, art. „Koran‟. Le Comte de Bouillainvilliers, “Le vil de Mohamet”, Amsterdam, 1731, halaman 134-144. Dalam Vishnupurana diramalkan bahwa „Amitabha‟ akan muncul pada tahun ke-8 manvantra. “Encyclopaedia of Religion and Ethics”, jilid I halaman 98-99.