tinjauan pustaka

advertisement
4
TINJAUAN PUSTAKA
Budi Daya dan Sifat Tanaman Mentimun
Tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) termasuk satu keluarga (famili)
dengan melon (C. melo L.), waluh (C. mochata Duch), semangka (Citrulus
vulgaris Schard) yaitu keluarga Cucurtabitaceae. Tanaman mentimun tergolong
tanaman angiospermae (biji terdapat di dalam buah) dan biji ini juga yang
digunakan sebagai alat perkembangbiakan (Cahyono 2003). Berdasarkan cara
pemuliaannya terdapat dua jenis mentimun yaitu mentimun hibrida dan
menyerbuk terbuka. Jenis mentimun hibrida adalah jenis mentimun hasil
persilangan dua induk atau lebih yang memiliki sifat-sifat unggul sehingga
keturunannya akan memiliki sifat lebih baik dari induknya. Jenis mentimun
menyerbuk terbuka adalah jenis mentimun hasil persilangan bebas alami oleh
angin ataupun serangga sehingga jenis ini dapat diperbanyak sendiri oleh petani
(Sumpena 2007).
Beberapa varietas mentimun yang komersial dan banyak diusahakan petani
adalah Spring swallow, Pretty swallow, Japan file, Susu S251, Farmer 368, Vario
F1, Calista, Venus, Pluto, Mars, Yupiter, dan Asian Star 22. Varietas-varietas
tersebut memiliki ciri masing-masing diantaranya tahan penyakit embun bulu,
tahan serangan ZYMV, memiliki ukuran buah yang besar, usia panen yang relatif
singkat, tekstur buah yang renyah, dan percabangan yang kuat (Departemen
Pertanian 2007).
Mentimun merupakan tanaman semusim.
Kondisi yang sesuai untuk
mentimun dapat tumbuh dengan baik adalah kondisi yang lembab atau tempat
kering yang subur. Tanaman ini tumbuh dengan menjalar atau merambat. Batang
mentimun basah dan berbuku-buku serta dapat tumbuh mencapai 50 cm sampai
250 cm. Ruas atau buku pada batang utama berukuran 7 sampai 10 cm dan
diameter 10 sampai 15 nm. Pada batang utama tumbuh cabang anakan yang
diameternya lebih kecil dari batang utama. Bagian yang aktif tumbuh adalah
pucuk batang (Imdad & Nawangsih 2001).
Daun mentimun dibedakan menjadi dua jenis yaitu daun primer (pemula)
dan daun normal. Daun primer adalah daun yang pertama kali tumbuh dan tidak
5
mengalami perkembangan lebih lanjut atau perubahan morfologi. Daun normal
adalah daun yang tumbuh setelah daun primer. Daun ini mengalami
perkembangan dan perbedaan bentuk dengan daun primer. Daun normal terdiri
atas helaian daun (lamina), tangkai daun, dan ibu tulang daun.
Lamina
mempunyai bangun dasar bulat atau bagian ginjal dan bagian ujung daun runcing
berganda. Pangkal daun berlekuk dan tepi daun bergerigi ganda. Ukuran daun
dewasa dapat mencapai 20 cm berwarna hijau tua hingga hijau muda, permukaan
daun berbulu halus dan berkerut (Imdad & Nawangsih 2001).
Mentimun merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dan bersifat
monoecishpolygam (pada satu tanaman terdapat bunga jantan, betina, dan bunga
banci). Bunga mentimun merupakan bunga sempurna. Perhiasan bunga terdiri
dari kelopak bunga (calyx) dan mahkota bunga (corolla). Kelopak bunga
berwarna hijau muda, berbentuk ramping, dan berjumlah 5 buah. Mahkota bunga
berwarna kuning cerah, berbentuk bulat, dan berjumlah 5-6 buah. Jika bunga
mekar diameter mahkota berukuran 30-35 nm (Cahyono 2003). Bunga jantan
muncul bila intensitas cahaya lebih dari 12 jam dan bunga bentina akan muncul
bila pencahayaan kurang dari 12 jam (George 2010).
Bakal buah berada di bawah kelopak bunga. Bakal buah ini berupa bangun
yang menonjol (menggelembung). Ketika perkembangan buah, bakal buah ini
akan membesar sehingga kelopak dan mahkota bunga terdorong menempel pada
pucuk buah (Gambar 1). Buah mentimun merupakan buah sejati tunggal yaitu
terbentuk dari satu bunga dan satu bakal buah (Imdad & Nawangsih 2001). Buah
mentimun muda berwarna antara hijau, hijau gelap, hijau muda, dan hijau
keputihan sampai putih, tergantung kultivar sementara buah mentimun tua
berwarna cokelat, cokelat tua bersisik, kuning tua. Diameter buah mentimun
antara 12 cm sampai 25 cm (Sumpena 2001).
Biji mentimun berwarna putih, putih kekuningan, berbentuk bulat lonjong
(oval) dan pipih. Biji mentimun diselaputi oleh lendir, saling melekat pada ruangruang tempat biji tersusun, dan jumlahnya sangat banyak. Biji-biji ini dapat
digunakan untuk perbanyakan atau pembiakan (Cahyono 2003).
6
bakal buah
bunga
Gambar 1 Bunga mentimun terdorong oleh bakal buah
Satu tumbuhan dapat menghasilkan 20 buah, namun dalam budidaya
biasanya jumlah buah dibatasi untuk menghasilkan ukuran buah yang baik. Buah
berwarna hijau ketika muda dengan larik-larik putih kekuningan. Semakin buah
masak warna luar buah berubah menjadi hijau pucat sampai putih. Bentuk buah
memanjang seperti torpedo. Daging buah merupakan perkembangan dari
mesokarp, berwarna kuning pucat sampai jingga terang. Buah dipanen ketika
masih setengah masak dan biji belum masak fisiologi. Buah yang matang
biasanya mengering dan biji dipanen, warnanya hitam (Sumpena, 2007).
Sifat-sifat Penting Squash mosaic comovirus
SqMV masuk kelompok Comovirus, famili Comoviridae. Virus ini dikenal
juga dengan nama cucurbit ring mosaic virus, muskmelon mosaic virus, pumpkin
mosaic comovirus (CPC 2007). SqMV pertama kali menginfeksi Cucurbita pepo
di California. Partikel SqMV berbentuk isometrik dengan diameter 30 nm dan
memiliki RNA utas tunggal. SqMV merupakan virus yang stabil dalam sap kasar
pada suhu ruang selama 7 hari atau dalam keadaan beku selama lebih dari lima
tahun. Virion tidak memiliki selubung atau nucleocapsid berbentuk isometric
(CPC 2007).
SqMV dapat menginfeksi banyak spesies tanaman dari famili Cucurbitaceae,
namun sangat jarang menginfeksi semangka (Citrullus lunatus Thung) (Sikora
1994). SqMV dilaporkan di Israel dapat menginfeksi anggur Mediterania
7
(Ecbalium elaterium) dengan gejala mosaik kuning yang ringan dan beberapa
isolat SqMV dapat menginfeksi semangka.
Selain itu, SqMV dilaporkan di
Maroko juga dapat menginfeksi Chenopodium album (Campbell 1985). Pada
tanaman C. melo, C. sativus, C. pepo, C. moschata, C. maxima yang terinfeksi
SqMV menunjukkan gejala sistemik, bercak bercincin, dan deformasi daun
(Campbell 1985). Gejala pada buah C. melo berupa perubahan bentuk buah yang
menjadi tidak normal dengan terbentuknya tonjolan pada permukaan buah atau
bentuk buah menjadi lebih kecil dibandingkan ukuran normalnya (CPC 2007).
SqMV ditularkan oleh setidaknya 14 spesies serangga yang umumnya
kelompok kumbang (Coleoptera). Vektor-vektor tersebut antara lain famili
Chrysomelidae (Acalymma trivittata, Atranchya sp, Aulacophora similis, dan
Diabrotica undecimpunctata) dan Coccinellidae (Epilachna sp.). Berdasarkan
lama virus dalam tubuh serangga, hubungan SqMV dengan serangga vektornya
digolongkan nonpersisten yang artinya virus berada di dalam tubuh serangga
dalam waktu yang sangat singkat. Penularan virus terjadi ketika periode makan.
Serangga mengkonsumsi tanaman terinfeksi, virus akan menempel pada alat
mulut serangga lalu menyebar ketika serangga makan tanaman lain yang belum
terinfeksi (Campbell 1971).
Efisiensi Virus Terbawa Benih
Benih merupakan salah satu komponen utama dalam produksi tanaman.
Menurut Agarwal dan Sinclair (1996) sekitar 90% dari tanaman di seluruh dunia
berkembang biak dengan benih. Benih tanaman yang membawa patogen akan
terganggu pertumbuhannya, vigor benih menurun, dan mengalami penurunan
produksi tanaman. Patogen yang terbawa benih diantaranya adalah dari golongan
cendawan, bakteri, fitoplasma, virus, dan viroid.
Benih dapat terinfeksi virus karena tanaman inangnya terinfeksi secara
sistemik. Sekitar 20% virus patogen tanaman ditularkan melalui benih. Virus
patogen tanaman yang dilaporkan terbawa benih antara lain adalah BCMV (Bean
common mosaic potyvirus), ToMV (Tomato mosaic tobamovirus), TMV (Tobaco
mosaic tobamovirus), RTBV (Rice tungro bacilliform virus), PRSV (Papaya
8
ringspot potyvirus), CMV, TRSV, ZYMV, WMV, dan SqMV (Agarwal &
Sinclair 1996).
Patogen terbawa benih adalah patogen yang ditularkan dari tanaman inang
yang terinfeksi (Koenraadt & Remeeus 2007). Benih yang telah membawa virus
pada umumnya memiliki pertumbuhan yang kurang optimal.
Gangguan
pertumbuhan dapat berupa penuruan vigor pada benih, pertumbuhan yang lambat,
terjadi mosaik, nekrosis, maupun malformasi pada daun, ukuran tanaman tidak
normal atau terjadi pengerdilan, hingga penurunan produksi tanaman yang
terinfeksi. Hal ini disebabkan karena virus mengganggu proses replikasi di dalam
sel tanaman sehingga fisiologi tanaman telah terganggu sejak awal masa
pertumbuhan (Matthews 1991).
Virus dapat menginfeksi benih melalui jalur infeksi sistemik virus pada
seluruh jaringan tanaman hingga ke bagian reproduksi tanaman seperti tepung sari
dan ovul. Pembentukan biji yang gamet yang bila terinfeksi virus kemungkinan
akan menghasilkan benih yang juga mengandung virus. Virus bertahan pada
embrio benih seperti yang terjadi pada SqMV. Virus yang menginfeksi tepung
sari dan ovul dapat juga bertahan pada endosperma benih seperti TMV pada benih
tomat. Beberapa penularan melalui benih juga dapat disebabkan karena virus
bertahan pada jaringan kulit benih (seed coat) seperti pada ToMV. Virus tidak
terbawa pada tepung sari dan ovul melainkan terdapat di bagian luar benih
sehingga tidak mengganggu.
Download