analisis mekanisme transmisi kebijakan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Kebijakan Moneter
2.1.1. Pengertian Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter
(biasanya bank sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan kredit yang
pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Tujuan kebijakan
moneter terutama untuk stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan
kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang.
Apabila kestabilan dalam kegiatan ekonomi terganggu, maka kebijakan moneter
dapat dipakai untuk memulihkan kondisi yang terganggu (tindakan stabilisasi).
Kebijakan moneter adalah bagian dari kebijakan ekonomi makro yang meliputi pula
kebijakan-kebijakan lainnya dalam mempengaruhi kegiatan perekonomian. Selain
kebijakan moneter, pemerintah secara simultan melaksanakan kebijakan fiskal
(anggaran), kebijakan perdagangan luar negeri (trade policy) dan kebijakan mengenai
perizinan dan peraturan (licencing and regulation). Selain itu pemerintah juga
melaksanakan kebijakan khusus tentang investasi, pasar modal serta kebijakan sektor
riil.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2
Instrumen Kebijakan Moneter
Di dalam pelaksanaan kebijakan moneter, bank sentral biasanya menggunakan
berbagai piranti sebagai instrumen dalam mencapai sasaran. Adapun instrumen yang
digunakan adalah:
a.
Reserve Requirement (RR)
Reserve requirement atau biasa disingkat RR adalah ketentuan bank sentral
yang mewajibkan bank-bank untuk memelihara sejumlah alat likuid (reserve)
sebesar persentase tertentu dari kewajiban lancarnya. Semakin kecil persentase
tersebut, semakin besar kemampuan bank memanfaatkan reserve-nya untuk
memberikan pinjaman dalam jumlah yang lebih besar kepada masyarakat.
Sebaliknya semakin besar persentase, semakin berkurang kemampuan bank
untuk memberikan pinjaman. Oleh kerena itu, pinjaman perbankan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar. Di sinilah posisi
RR yang dapat menjadi alat untuk menambah dan mengurangi jumlah uang
beredar.
Disamping itu penetapan besar kecilnya RR akan berdampak terhadap suku
bunga. Makin tinggi RR akan mengakibatkan suku bunga pinjaman meningkat
serta cost of loanble fund menjadi tinggi. Sebaliknya semakin rendah RR
semakin rendah pula suku bunga pinjaman (lending rate). Apabila bank sentral
memandang perlu untuk mengetatkan kebijakan moneter cadangan wajib
tersebut dapat ditingkatkan, dan demikian juga sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
Bank Sentral juga dapat bertindak sebagai lending of the last lesort. Dalam
melaksanakan fungsi ini, bank sentral dapat memberikan kredit atau
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah kepada bank yang mengalami
kesulitan likuditas jangka pendek yang disebabkan oleh terjadinya mishmatch
dalam pengelolaan dana. Pinjaman tersebut pada umumnya berjangka waktu
maksimal 90 hari dan bank penerima pinjaman wajib menyediakan agunan
yang barkualitas tinggi dengan nilai sekurang-kurangnya sama dengan jumlah
pinjaman. Untuk saat ini ketentuan mengenai RR juga dikenal dengan
cadangan wajib atau Giro wajib Minimum (GWM) adalah sebasar 5% dari
dana pihak ketiga yang diterima bank yang wajib dipelihara dalam rekening
bank yang bersangkutan pada bank sentral.
b.
Operasi pasar terbuka (OPT)
Operasi pasar terbuka adalah kegiatan jual beli surat-surat berharga oleh bank
sentral. Dalam kaitan ini penjualan surat-surat berharga oleh bank sentral akan
mempunyai dampak kontraksi moneter karena pengurangan alat-alat likuid
perbankan yang akan memperkecil kemampuan bank-bank memberikan
pinjaman. Sebaliknya pembelian surat-surat berharga oleh bank sentral akan
membawa dampak ekspansi moneter karena peningkatan alat-alat likuid bankbank yang akan memperbesar kemampuannya dalam pemeberian pinjaman.
OPT dilaksanakan untuk mempengaruhi likuditas rupiah di pasar uang yang
pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat suku bunga. OPT dilakukan
melalui dua cara, yaitu melalui penjualan Sertifikat Bank Indonesai (SBI) dan
Universitas Sumatera Utara
intervensi rupiah melalui fasilitas simpanan Bank Indonesia (FASBI).
Penjualan SBI dilakukan melalui lelang sehingga tingkat diskonto yang terjadi
benar-benar mencerminkan kondisi likuiditas pasar uang. Sementra itu,
kegiatan intervensi rupiah dilakukan oleh bank sentral untuk menyesuiakan
kondisi pasar uang baik likuiditas maupun tingkat suku bunga.
c.
Fasilitas Diskonto
Fasilitas diskonto adalah kebijakan moneter bank sentral untuk mempengaruhi
jumlah uang beredar melalui penetapan diskonto pinjaman bank sentral kapada
bank-bank. Dengan menetapkan tingkat diskonto yang tinggi diharapkan bankbank akan mengurangi permintaan kredit dari bank sentral yang pada
gilirannya akan mengurangi jumlah uang beredar. Sebaliknya penetapan
tingkat diskonto yang rendah akan meningkatkan permintaan pinjaman bank
sentral yang selanjutnya akan menambah jumlah uang beredar.
d.
Foreign Exchange Intervention
Intervensi valuta asing adalah kebijakan bank sentral untuk mempengaruhi
jumlah uang beredar atau likuiditas di pasar uang melalui jual beli valuta asing
atau cadangan devisa. Apabila bank sentral ingin mengetatkan likuiditas rupiah
di pasar uang, bank sental akan menjual cadangan devisanya. Sebaliknya
pembelian valuta asing oleh bank sentral akan meningkatkan likuiditas rupiah
di pasar uang.
e.
Moral Suasion
Universitas Sumatera Utara
Bank sentral juga dapat melakukan imbauan kepada bank-bank untuk
melakukan kebijakan tertentu. Imbauan ini bersifat tidak mengikat, tetapi
sebagai lembaga yang kredibel imbauan bank sentral biasanya memiliki
dampak yang cukup efektif dalam kebijakan moneter
2.2.
Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
Implementasi kebijakan moneter tidak dapat dilakukan secara terpisah dari
kebijakan ekonomi makro lainnya, seperti kebijakan fiskal, kebijakan sektoral dan
kebijakan lainnya, semuanya akan mengarah pada pencapaian suatu tujuan akhir,
yaitu kesejahteraan sosial masyarakat (social welfare). Secara keseluruhan, kebijakan
fiskal yang merupakan suatu kebijakan yang terkait dengan anggaran pemerintah
bersama-sama dengan kebijakan moneter mempengaruhi sisi penawaran (demand
side) dalam perekonomian, kebijakan sektoral seperti kebijakan di bidang
perdagangan, perindustrian, pertambangan, pertanian, tanaga kerja dan lainnya akan
mempengaruhi sisi penawaran (supply side) dari perekonomian. Kebijakan-kebijakan
yang diterapkan secara bersama-sama dapat saja memberikan pengaruh dengan arah
yang saling bertentangan sehingga saling meniadakan ataupun memperlemah. Hal ini
disebut sebagai benturan kebijakan (policy conflict).
Bagaimana suatu kebijakan moneter menyentuh sektor riil merupakan suatu
proses yang kompleks karena uang berkaitan erat dengan hampir seluruh aspek
kehidupan dalam perekonomian. Proses ini disebut sebagai mekanisme transmisi
kebijakan moneter. Mekanisme transmisi kebijakan moneter dimulai sejak otoritas
Universitas Sumatera Utara
moneter atau bank sentral bertindak menggunakan instrumen moneter dalam
implementasi kebijakan moneternya sampai terlihat pengaruh terhadap aktifitas
perekonomian, baik secara langsung maupun secara bertahap. Pengaruh tindakan
otoritas moneter terhadap aktivitas perekonomian ini terjadi melalui berbagai jalur
(channels), di antaranya melalui jalur uang atau langsung, jalur suku bunga, jalur
kredit, dan jalur harga aset. Di bidang keuangan kebijakan moneter berpengaruh
terhadap perkembangan suku bunga, nilai tukar dan harga saham disamping volume
dana masyarakat yang disimpan di bank, kredit yang disalurkan bank kepada dunia
usaha, penanaman dana pada obligasi dan saham. Sementara itu di sektor riil,
kebijakan moneter selanjutnya mempengaruhi kegiatan konsumsi, investasi dan
produksi, ekspor dan impor serta harga barang dan jasa pada umumnya.
Dalam teori ekonomi moneter, mekanisme transmisi kebijakan moneter sering
disebut black box (Mishkin, 1995), karena transmisi dimaksud banyak dipengaruhi
oleh tiga faktor, yaitu:
1.
Perubahan perilaku bank sentral, perbankan dan para pelaku ekonomi dalam
berbagai aktivitas ekonomi dan keuangan.
2.
Lamanya tenggang waktu (time lag) sejak tindakan otoritas moneter sampai
sasaran akhir tercapai.
3.
Terjadinya perubahan pada jalur-jalur transmisi moneter itu sendiri sesuai
dengan perkembangan ekonomi dan keuangan di negara-negara yang
bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
Perubahan perilaku otoritas moneter, perbankan dan sektor keuangan serta
pelaku ekonomi akan berpengaruh pada interaksi yang dilakukannya dalam berbagai
aktivitas perekonomian dan akan membawa perubahan pada mekanisme transmisi
kebijakan moneter. Dalam banyak hal, karena merupakan perubahan perilaku dan
ekspektasi, mekanisme transmisi kebijakan moneter dimaksud diliputi ketidakpastian
dan relatif sulit diprediksi (Blinder: 1998). Setiap perubahan kebijakan otoritas
moneter akan senantiasa diikuti oleh perubahan perilaku dunia keuangan dan
perbankan serta para pelaku ekonomi dalam berbagai aktivitasnya. Seperti yang
dikemukakan pada pendahuluan sebelumnya bahwa setiap pernyataan dari seorang
Ketua Dewan Gubernur terutama Federal Reserve Bank Amerika Serikat akan
berpengaruh pada ekspektasi para pelaku pasar keuangan di berbagai kawasan dunia.
Demikian pula perubahan perilaku dunia perbankan dalam operasi perbankan dengan
adanya inovasi baru, seperti keengganan bank dalam menyalurkan kredit dan
maraknya produk derivatif dalam transaksi valuta asing, juga akan mempengaruhi
mekanisme
transmisi
kebijakan
moneter
sehingga
otoritas
moneter
perlu
mempertimbangkan perubahan ini dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan
moneternya.
Menurut Friedman dan Schwartz (1963) terdapatnya tenggang waktu yang
cukup lama dan bervariasi dalam transmisi kebijakan moneter ke pertumbuhan
ekonomi dan inflasi telah lama disadari. Hal ini disebabkan transmisi moneter banyak
berkaitan dengan pola hubungan antara berbagai variabel ekonomi dan keuangan
yang selalu berubah sejalan dengan perkembangan perekonomian negara yang
Universitas Sumatera Utara
bersangkutan. Dalam sebuah perekonomian yang masih tradisional dan sifatnya
tertutup dengan perbankan sebagai satu-satunya lembaga keuangan, hubungan antara
uang beredar dengan aktivitas ekonomi riil masih relatif erat. Akan tetapi, sejalan
dengan perkembangannya perekonomian suatu negara dan semakin majunya sektor
keuangan, keterkaitan antara uang beredar dengan sektor riil menjadi semakin
merenggang. Sebagian dana yang dimobilisasi oleh lembaga keuangan dapat terus
berputar di sektor keuangan saja dan tidak menyentuh sektor riil. Pola hubungan
varibel-variabel ekonomi dan keuangan yang berubah dan semakin tidak erat tersebut
akan berpengaruh pada lamanya tenggang waktu mekanisme transmisi kebijakan
moneter.
2.3.
Tahapan Transmisi Moneter
Pada dasarnya transmisi kebijakan moneter merupakan interaksi antara
otoritas moneter atau bank sentral dengan perbankan dan lembaga-lembaga keuangan
lainya serta pelaku-pelaku ekonomi di sektor riil. Interaksi ini terjadi melaui dua
tahapan proses perputaran uang, yaitu:
1.
Pertama, interaksi antara bank sentral dengan perbankan dan lembaga
keuangan lainnya dalam berbagai transaksi keuangan. Interaksi ini terjadi di
pasar keuangan.
2.
Kedua, interaksi yang berkaitan dengan fungsi intermediasi, yaitu interaksi
antara perbankan dan lembaga keuangan lainnya serta dengan para pelaku
ekonomi dalam berbagai aktivitasnya di sektor ekonomi riil.
Universitas Sumatera Utara
Interaksi tahapan pertama di pasar keuangan terjadi pada sistem pengendalian
moneter tidak langsung yang sudah lazim dilakukan dewasa ini, di mana
pengendalian moneter dilakukan melaui pasar keuangan. Di satu sisi, bank sentral
melakukan operasi moneter melalui transaksi keuangan dengan dunia perbankan. Di
sisi lain, perbankan dan lembaga keuangan lainnya melakukan transaksi keuangan
dalam portofolio investasinya, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabahnya. Interaksi ini dapat terjadi, baik melalui pasar uang maupun
pasar valuta asing. Interaksi antara bank sentral dengan perbankan akan berpengaruh
terhadap volume maupun harga-harga aset (suku bunga, nilai tukar, yield obligasi dan
harga saham).
Interaksi di pasar uang domestik, seperti rupiah untuk Indonesia terjadi ketika
bank sentral melakukan operasi moneter dengan target moneter yang ditetapkan, baik
target kuantitas dengan uang primer ataupun target suku bunga jangka pendek. Bankbank umum dalam pengeloaan likuiditasnya melakukan transaksi di pasar uang
domestik yang pada umumnya ditujukan untuk menjaga posisi rekeningnya di bank
sentral dalam rangka pemenuhan Giro Wajib Minimum (GWM), penanaman modal
dalam surat-surat berharga dan pinjam-meminjam antar bank. Interaksi ini akan
berpengaruh pada besaran moneter seperti uang primer dan cadangan bank-bank
(bank reserves), suku bunga jangka pendek, posisi investasi pada sekuritas jangka
pendek seperti Surat Perbendaharaan Negara (SPN) atau treasury bills. Dalam hal
bank sentral melakukan pelonggaran moneter, likuiditas di pasar uang domestik akan
meningkat dan suku bunga jangka pendek akan menurun.
Universitas Sumatera Utara
Interaksi di pasar valuta asing (foreign exchange market) terjadi ketika bank
sentral melakukan operasi moneter melalui intervensi atau sterilisasi dalam mata
uang asing dalam rangka stabilisasi nilai tukar. Sebagai counterparty, bank-bank
dalam operasinya melakukan transaksi valuta asing, baik untuk kepentingan sendiri
maupun untuk kepentingan nasabahnya. Interaksi ini akan berpengaruh terhadap
perkembangan nilai tukar dan dan volume transaksi valuta asing maupun posisi
cadangan devisa yang dimiliki oleh bank sentral dan perbankan. Apabila ingin
melakukan stabilisasi nilai tukar yang sedang melemah, bank sentral melakukan
intevensi dengan menjual atau menambah pasokan valuta asing di pasar uang
sehingga nilai tukar akan terdorong kembali menguat dan stabil.
Interaksi di pasar modal terjadi sebagai akibat dari perubahan penanaman
dana dalam suatu potofolio investasi yang terdiri dari surat-surat berharga. Perubahan
likuiditas volume transaksi, suku bunga dan nilai tukar akan berpengaruh pada
perkembangan harga dan volume perdagangan saham dan obligasi korporasi di pasar
modal. Apabila suku bunga di pasar uang naik, harga-harga saham dan obligasi
di pasar modal akan cenderung menurun, demikian sebaliknya apabila suku bunga
di pasar uang turun, harga-harga saham dan obligasi di pasar modal akan cenderung
menaik.
Interaksi tahap kedua dari transmisi kebijakan moneter melibatkan dunia
perbankan dengan para pelaku ekonomi di sektor riil. Dalam hal ini perbankan
berperan sebagai lembaga intermediasi, yaitu mobilisasi dana masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan pembiayaan lainnya
Universitas Sumatera Utara
kepada masyarakat dan dunia usaha. Di sisi mobilisasi dana, interaksi tersebut akan
mempengaruhi suku bunga, volume tabungan, dan deposito yang merupakan
komponen dari uang beredar M1 (dalam arti sempit) dan M2 (dalam arti luas).
Apabila perbankan ingin meningkatkan simpanan masyarakat ceteris paribus, suku
bunga akan dinaikkan sedemikian sehingga minat menabung akan lebih besar.
Sementara itu di sisi penyaluran dana, interaksi tersebut akan berpengaruh pada
perkembangan kredit perbankan yang disalurkan kepada masyarakat. Jika perbankan
ingin meningkatkan ekspansi kreditnya ceteris paribus, suku bunga kredit akan
diturunkan sedemikian sehingga minat untuk meminjam oleh masyarakat meningkat.
Intermediasi perbankan juga berpengaruh pada perkembangan pasar modal,
baik dilihat dari sisi penanaman dana oleh para investor maupun dari sisi sumber
pembiayaan oleh para emiten. Apabila suku bunga simpanan di bank cenderung
menurun, investor akan mengalihkan sebagian simpanannya di bank ke saham atau
obligasi dan sebaliknya. Sementara itu, pengaruh intermediasi perbankan terhadap
penyediaan pembiayaan kepada dunia usaha melalui pasar modal terjadi karena dunia
usaha memenuhi kebutuhan pembiayaannya tidak hanya dari kredit tetapi juga dari
emisi saham dan atau obligasi di pasar modal. Apabila suku bunga kredit tinggi atau
perbankan membatasi ekspansi kreditnya, dunia usaha akan berminat untuk
meningkatkan usahanya dengan sumber pembiayaan dari pasar modal melaui emisi
saham dan atau obligasi.
Universitas Sumatera Utara
2.4.
Jalur Transmisi Kebijakan Moneter
Sejalan dengan perubahan struktur perekonomian dan perkembangan yang
cukup pesat dibidang keuangan, terdapat lima jalur (channels) mekanisme transmisi
kebijakan moneter. Kelima jalur tersebut meliputi jalur moneter langsung (direct
monetary channel), jalur suku bunga (interst rate channel), jalur harga aset (asset
price channel), jalur kredit (credit channel) dan jalur ekspektasi (expectation
channel).
2.4.1. Jalur Langsung
Transmisi kebijakan moneter melaui jalur langsung atau jalur uang (money
channel) mengacu pada teori klasik mengenai peranan uang dalam perekonomian,
yang pertama kali dijelaskan dalam teori kuantitas uang atau Quantity Theory of
Money (Fisher, 1911). Pada dasarnya teori ini menggambarkan kerangka yang jelas
mengenai analisis hubungan langsung antara uang beredar dan harga yang dinyatakan
dalam suatu persamaan:
MV
=
PT
(2.1)
di mana jumlah uang beredar (M) dikalikan dengan tingkat perputaran uang atau
income velocity (V) sama dengan jumlah output atau transaksi riil (T) dikalikan
dengan tingkat harga barang dan jasa (P). Dalam keseimbangan, jumlah uang beredar
yang digunakan dalam seluruh kegiatan transaksi ekonomi (MV) adalah sama dengan
output nominal dihitung dengan harga yang berlaku yang ditransaksikan dalam
Universitas Sumatera Utara
ekonomi. Teori kuantitas uang ini menjelaskan bahwa permintaan uang oleh
masyarakat semata-mata adalah untuk keperluan transaksi. Dalam perkembangannya,
pendekatan ini diperbaharui oleh Keynes yang menyatakan bahwa motif permintaan
masyarakat akan uang adalah untuk keperluan transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi.
Mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur uang merupakan
konsekuensi langsung dari proses perputaran uang dalam perekonomian yang terdiri
dari dua tahapan. Tahap pertama, bank sentral melakukan operasi moneter untuk
pengendalian uang beredar di masyarakat, baik M1 maupun M2 melalui pengaturan
uang primer (base money) sebagai sasaran operasional. Tahap kedua, bank-bank
mengelola likuiditasnya dalam bentuk cadangan yang dapat dipergunakan sewaktuwaktu
sebagai muara kegiatan utama bank-bank di bidang perkreditan dan
pengerahan dana. Para pelaku ekonomi menyimpan dan menggunakan uang beredar
M1 dan M2 untuk menopang kegiatan ekonominya.
Secara matematis, mekanisme transmisi jalur uang dapat dijelaskan sebagai
berikut. Pada tahap pertama, interaksi antar bank sentral dengan perbankan di pasar
uang domestik yang tercermin pada pengganda uang atau money multiplier (m) yang
menghubungkan base money (M0) dengan uang beredar (M) sebagai berikut,
M
=
M
M0
(2.2)
Pada tahap kedua, interaksi antarbank dengan para pelaku ekonomi yang
tercermin pada hubungan erat antara uang beredar dengan transaksi ekonomi seperti
Universitas Sumatera Utara
yang dijelaskan dalam Quantity Theory of Money. Dalam hubungan ini, jumlah uang
beredar yang diperlukan dalam perekonomian dapat dihitung sebagai berikut,
M
=
PT
V
(2.3)
dapat dilihat bahwa mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur uang
dimulai dengan tindakan bank sentral mempengaruhi uang primer (M0) sesuai
dengan sasaran yang ingin dicapai. Kemudian perubahan uang primer ini, dengan
proses penggandaan uang ditransmisikan ke uang beredar (M1, M2) untuk memenuhi
permintaan masyarakat. Proses penggandaan uang dari uang primer menjadi uang
beredar di masyarakat merupakan sisi penawaran uang beredar yang seterusnya
perubahan jumlah uang beredar dalam msayarakat akan mempengaruhi berbagai
kegiatan ekonomi, terutama inflasi dan output riil.
2.4.2. Jalur Suku Bunga
Berbeda dengan jalur langsung yang menekankan aspek kuantitas proses
perputaran uang perekonomian, jalur suku bunga lebih menekankan pentingnya aspek
harga di pasar keuangan terhadap berbagai aktivitas ekonomi di sektor riil. Dalam
kaitan ini, kebijakan moneter yang diambil bank sentral akan berpengaruh terhadap
perkembangan berbagai suku bunga di sektor keuangan dan selanjutnya akan
berpengaruh pada tingkat inflasi dan output riil. Pada tahap pertama, operasi moneter
bank sentral akan mempengaruhi suku bunga jangka pendek, seperti suku bunga
Universitas Sumatera Utara
Setifikat Bank Indonesia (SBI) dan suku bunga pasar uang antarbank (PUAB).
Selanjutnya perubahan ini akan memberikan pengaruh pada suku bunga deposito
yang ditawarkan bank kepada masyarakat penabung dan pada suku bunga kredit yang
dibebankan bank kepada debiturnya. Proses perubahan suku bunga bank ke
masyarakat pada umumnya tidak berlangsung segera, tetapi terdapat tenggang waktu
(time lag) terutama karena kondisi internal bank dalam pengelolaan aset dan
kewajibannya.
Pada tahapan berikutnya, transmisi melalui jalur suku bunga dari sektor
keuangan ke sektor riil akan tergantung pada pengaruhnya terhadap permintaan
konsumsi dan investasi. Pengaruh suku bunga terhadap konsumsi berkaitan erat
dengan peranan suku bunga sebagai komponen pendapatan masyarakat dari deposito
(income effect) dan bunga kredit sebagai sumber pembiayaan konsumsi (substitution
effect). Sementara itu pengaruh suku bunga terhadap investasi terjadi karena bunga
kredit merupakan komponen biaya modal (cost of capital), di samping yield obligasi
dan deviden saham. Pengaruh perubahan suku bunga terhadap investasi dan konsumsi
akan berdampak pada permintaan agregat yang pada gilirannya akan menetukan
tingkat inflasi dan output riil. Mekanisme transmisi jalur tingkat bunga dari ekspansi
moneter adalah peningkatan permintaan agregat sebagai akibat peningkatan
ekspektasi inflasi dan penurunan tingkat bunga riil. Penurunan tingkat bunga riil akan
meningkatkan investasi dan menurunkan biaya modal dalam proses produksi
sehingga output agregat naik.
Universitas Sumatera Utara
Tingkat bunga merupakan kunci mekanisme transmisi moneter dalam model
IS, model LM, model AD dan model AS. Peningkatan stok uang akan menurunkan
tingkat suku bunga riil dan biaya modal serta meningkatkan investasi bisnis.
Peningkatan investasi pada akhirnya akan meningkatkan output agregat. Penurunan
tingkat suku bunga riil juga akan meningkatkan pengeluaran untuk pembelian rumah
dan barang tahan lama. Oleh sebab itu penurunan tingkat suku bunga akibat ekspansi
moneter akan meningkatkan belanja atau konsumsi dan permintaan agregat. Pada
tingkat suku bunga nominal yang sangat rendah, ekspansi moneter akan
meningkatkan ekspektasi tingkat harga dan inflasi, akibatnya tingkat suku bunga riil
turun. Penurunan tingkat suku bunga riil akan menurunkan biaya modal dan biaya
memegang uang, kemudian menstimulasi pengeluaran bisnis dan konsumen.
Peningkatan pengeluaran bisnis dan konsumen pada akhirnya akan meningkatkan
permintaan agregat. Mekanisme transmisi jalur tingkat bunga dirumuskan dalam
bentuk, yaitu:
m  p   r   i   y 
dimana:
m
= stok uang nominal,
r
= tingkat bunga riil,
p
= ekspektasi tingkat harga,
i
= investasi riil, dan
y
= output riil agregat.
Universitas Sumatera Utara
2.4.3. Jalur Kredit
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa transmisi kebijakan moneter
melalui jalur suku bunga beranggapan bahwa aspek harga di sektor keuangan
memegang peranan penting dalam menggerakkan kegiatan konsumsi dan investasi
dalam perekonomian melalui mobilisasi dana masyarakat dan menyalurkannya dalam
bentuk kredit perbankan. Sementara itu pendekatan melalui jalur langsung
beranggapan bahwa seluruh simpanan masyarakat disalurkan ke sektor riil. Anggapan
seperti ini pada kenyataannya tidak seluruhnnya benar. Selain faktor suku bunga,
perilaku penawaran kredit perbankan juga dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap
prospek usaha debitur dan kondisi internal perbankan itu sendiri yang tercermin pada
aspek permodalan atau Capital Adequate Ratio (CAR), jumlah kredit macet atau
Non-Performing Loans (NPL) dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Selain itu tidak
semua permintaan kredit debitur dapat dipenuhi oleh bank-bank, khususnya karena
kondisi dari prospek keuangan debitur yang dinilai oleh bank tidak layak, antara lain
karena tingginya rasio utang terhadap modal (leverage), risiko kredit macet, moral
hazard dan sebagainya. Adanya informasi yang tidak simetris (assymetric
information) antara bank dan debitur dapat menyebabkan pasar kredit tidak selalu
berada dalam keseimbangan.
Pendekatan mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur kredit
didasarkan pada asumsi bahwa tidak semua simpanan masyarakat dalam bentuk uang
(M1, M2) disalurkan oleh bank ke masyarakat dalam bentuk kredit. Dengan kata lain,
Universitas Sumatera Utara
fungsi intermediasi perbankan tidak selalu berjalan sempurna dalam arti bahwa
kenaikan simpanan masyarakat tidak selalu diikuti dengan kenaikan secara
proporsional kredit yang disalurkan ke masyarakat. Yang lebih memiliki pengaruh
terhadap ekonomi riil adalah kredit perbankan bukan simpanan masyarakat.
Interaksi antara bank sentral dengan perbankan dan para pelaku ekonomi
dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada tahap awal, interaksi antara bank sentral
dengan perbankan terjadi di pasar uang uang domestik, interaksi ini terjadi karena di
satu sisi bank sental melakukan operasi moneter sesuai dengan sasaran operasional
yang ingin dicapai baik berupa uang primer maupun suku bunga jangka pendek. Di
sisi lain bank-bank melakukan transaksi di pasar uang untuk pengelolaan
likuiditasnya. Interaksi ini tidak saja mempengaruhi suku bunga jangka pendek, tetapi
juga besarnya dana yang dialokasikan bank-bank dalam bentuk instrumen likuiditas
dan dalam pemberian kredit.
Tahapan berikutnya transmisi kebijakan moneter dari perbankan ke sektor riil
melalui pemberian kredit yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal
bank maupun faktor eksternal. Perkembangan kredit perbankan selanjutnya akan
berpengaruh pada sektor riil seperti kegiatan konsumsi, investasi dan produksi serta
pada gilirannya pada harga barang dan jasa.
Mekanisme transmisi jalur kredit (credit channel) adalah peningkatan
permintaan karena peningkatan kredit perbankan sebagai akibat peningkatan investasi
dan konsumsi. Peningkatan investasi dan konsumsi akan mendorong aktifitas
ekonomi dan bisnis. Mekanisme transmisi jalur kredit menjelaskan jalur ekspansi
Universitas Sumatera Utara
moneter terhadap peningkatan aktifitas ekonomi dan bisnis. Mekanisme transmisi
jalur kredit salah satunya adalah mekanisme transmisi jalur pinjaman bank,
disamping mekanisme transmisi lainnya. Mekanisme transmisi jalur pinjaman bank
didasarkan pada peranan khusus sistem perbankan dalam sistem keuangan.
Munculnya informasi asimetris pada pasar keuangan menciptakan masalah dalam
pasar kredit. Peranan khusus dari sistem perbankan adalah membuka akses debitur
tertentu terhadap pasar kredit. Substitusi sempurna antara sumber dana bank dengan
sumber dana nonbank hampir tidak ada sehingga mekanisme transmisi jalur kredit
eksis. Oleh sebab itu ekspansi moneter akan meningkatkan deposit dan kredit sistem
perbankan. Ketergantungan bisnis terhadap kredit sistem perbankan dalam
pembiayaan mengakibatkan peningkatan kredit sistem perbankan, investasi dan
output riil agregat. Mekanisme transmisi jalur pinjaman bank dirumuskan sebagai
berikut:
m  d   l   i  y 
dimana:
m = stok uang nominal,
d = deposit sistem perbankan, dan
l = kredit atau pinjaman sistem perbankan
Universitas Sumatera Utara
i = investasi riil, dan
y = output riil agregat.
Implikasi penting mekanisme transmisi jalur pinjaman bank adalah bahwa
ekspansi moneter mempunyai pengaruh lebih besar terhadap kinerja bisnis skala
kecil, karena pembiayaan aktifitas ekonomi dari bisnis skala kecil sangat tergantung
pada kredit perbankan dibandingkan dengan pembiayaan aktifitas ekonomi dan bisnis
skala besar. Pada umumnya perusahaan skala besar menggunakan kredit perbankan
jika terjadi kejutan pada pasar modal. Jika alokasi kredit perbankan terkonsentrasi
pada bisnis skala besar maka kemungkinan mekanisme transmisi jalur pinjaman
kurang signifikan untuk mendorong aktifitas ekonomi dan bisnis. Alasan mengapa
mekanisme transmisi jalur pinjaman bank kurang signifikan mendorong aktifitas
ekonomi dan bisnis juga disebabkan regulasi alokasi kredit perbankan kurang sesuai
dengan konsep laba maksimal dari sistem perbankan.
2.4.4. Jalur Harga Aset
Perubahan harga aset baik aset finansial seperti obligasi saham maupun aset
fisik seperti properti dan emas banyak dipengaruhi secara langsung oleh kebijakan
moneter. Transmisi ini terjadi karena penanaman modal oleh para investor dalam
portofolio investasi pada umumnya tidak saja berupa simpanan di bank dan instrumen
lain di pasar uang, tetapi juga dalam bentuk obligasi, saham serta aset fisik.
Perubahan suku bunga dan nilai tukar akan berpengaruh pada volume transaksi dan
harga obligasi, saham dan aset fisik tersebut. Selanjutnya, perubahan harga aset
Universitas Sumatera Utara
dimaksud pada gilirannya akan berdampak pada berbagai aktivitas di sektor riil,
seperti permintaan terhadap konsumsi baik karena perubahan kekayaan yang dimiliki
(wealth effect) maupun perubahan karena tingkat pendapatan yang dikonsumsi akibat
perubahan hasil penanaman aset finansial dan aset fisik (substitutional income effect).
Selain itu pengaruh harga aset terhadap sektor riil juga terjadi pada permintaan
investasi oleh dunia usaha. Hal ini berkaitan dengan perubahan harga aset tersebut
yang memberikan dampak terhadap biaya modal yang harus dikeluarkan dalam
berproduksi dan berinvestasi yang pada gilirannya akan mempengaruhi permintaan
agregat, output dan inflasi. Mekanisme transmisi jalur harga aktiva dari ekspansi
moneter adalah peningkatan permintaan agregat sebagai akibat peningkatan
ekspektasi inflasi, nilai perusahaan dan kekayaan individu. Peningkatan ekspektasi
inflasi akan menurunkan tingkat bunga riil sehingga nilai tukar mata uang depresiasi,
ekspor netto naik dan kemudian meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Mekanisme transmisi jalur harga aset terdiri dari Tobin’s q theory dan efek
kekayaan (wealth effect). Tobin telah mengembangkan teori bagaimana kebijakan
moneter dapat mempengaruhi penilaian saham, yang disebut Tobin’s q theory. Tobin
mendefinisikan q sebagai rasio harga pasar perusahaan dengan biaya penggantian
modal. Jika q tinggi maka rasio harga pasar perusahaan dengan biaya penggantian
modal tinggi, dan sebaliknya jika q rendah maka rasio harga pasar perusahaan dengan
biaya penggantian modal rendah. Ekspansi moneter akan meningkatkan ekspektasi
harga saham perusahaan dan akibatnya rasio harga pasar perusahaan dengan biaya
Universitas Sumatera Utara
penggantian modal naik. Peningkatan q ini akan meningkatkan pengeluaran untuk
peralatan dan pabrik baru atau investasi. Peningkatan pengeluaran investasi
perusahaan akan meningkatkan permintaan agregat. Mekanisme transmisi alur
Tobin’s q theory dirumuskan sebagai berikut:
m  s   q   i  y 
dimana:
m = stok uang nominal,
s = ekspektasi harga saham,
q = rasio harga pasar saham dengan biaya penggantian modal.
i = investasi riil, dan
y = output riil agregat.
Mekanisme transmissi moneter juga mempengaruhi kekayaan masyarakat.
Keputusan pengeluaran dari konsumen mungkin akan mempengaruhi neraca
konsumen. Modigliani menggunakan hipotesis siklus hidup atau life cycle hypotheses
dari konsumsi barang tahan lama dan jasa-jasa untuk menjelaskan efek kekayaan.
Premis utama dari Modigliani adalah bahwa konsumsi tidak konstan dalam periode
jangka panjang. Hal ini terutama disebabkan oleh kekayaan keuangan dari konsumen,
seperti saham, obligasi dan deposit tidak konstan selama hidup. Ekspansi moneter
akan meningkatkan harga aktiva keuangan sehingga kekayaan keuangan naik.
Peningkatan kekayaan keuangan akan meningkatkan sumberdaya ekonomi selama
Universitas Sumatera Utara
hidup konsumen dan pada akhirnya akan meningkatkan konsumsi dan permintaan
agregat. Mekanisme transmisi jalur efek kekayaan dirumuskan sebagai berikut:
m  s   w   c  y 
dimana:
m = stok uang nominal,
s = ekspektasi harga saham,
w = kekayaan keuangan atau neraca konsumen,
c = konsumsi riil rumahtangga, dan
y = output riil agregat.
2.4.5. Jalur Nilai Tukar
Pendekatan mekanisme transmisi kebijakan moneter malalui jalur nilai tukar
sama seperti jalur suku bunga yang menekenkan pentingnya aspek perubahan harga
aset finansial terhadap berbagai aktivitas perekonomian. Dalam kaitan ini, pentingnya
jalur nilai tukar dalam transmisi kebijakan moneter terletak pada pengaruh aset
finansial dalam valuta asing yang berasal dari hubungan kegitan ekonomi suatu
negara dengan negara lain. Pengaruhnya bukan saja terjadi pada perubahan nilai
tukar, tetapi juga pada aliran dana yang masuk dan keluar suatu negara yang terjadi
antara lain karena aktivitas perdagangan antar negara dan aliran modal investasi
seperti yang tercermin dalam neraca pembayaran. Selanjutnya perubahan nilai tukar
dan aliran dana dari luar dan ke luar negeri akan mempengaruhi kegiatan ekonomi riil
Universitas Sumatera Utara
di negara yang bersangkutan. Semakin terbuka perekonomian suatu negara yang
disertai dengan sistem nilai tukar mengambang dan sistem devisa bebas semakin
besar pula pengaruh nilai tukar dan aliran dana luar negeri terhadapa perekonomian
dalam negeri.
Mengenai interaksi anatra bank sentral dengan perbankan dan para pelaku
ekonomi dalam proses perputaran uang dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada tahap
awal, operasi moneter oleh bank sental akan mempengaruhi baik secara langsung
maupun secara tidak langsung terhadap perkembangan nilai tukar, pengaruh langsung
terjadi sehubungan dengan operasi moneter melalui intervensi, jual beli valuta asing
dalam rangka stabilisasi nilai tukar. Sementara itu pengaruh tidak langsung terjadi
karena operasi moneter yang dilakukan oleh bank sentral mempengaruhi
perkembangan suku bunga di pasar uang dalam negeri sehingga mempengaruhi
perbedaan suku bunga dalam negeri dan suku bunga luar negeri (interrest rate
differential), yang selanjutnya akan mempengaruhi besarnya aliran dana dari dan ke
luar negeri. Pada tahap berikutnya perubahan nilai tukar berpengaruh baik langsung
maupun tidak langsung terhadap perkembangan harga-harga barang dan jasa di dalam
negeri. Pengaruh langsung (direct exchange rate pass-through) terjadi karena
perubahan nila tukar mempengaruhi pola pembentukan harga oleh perusahaan dan
ekspektasi inflasi oleh masyarakat khususnya terhadap barang-barang impor.
Sementara itu, pengaruh tidak langsung (indirect exchange rate pass-through) terjadi
karena perubahan nilai tukar mempengaruhi kegiatan ekspor dan impor yang pada
gilirannya berdampak pada output dan perkembangan harga-harga barang dan jasa.
Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan ekonomi internasional dan nilai tukar yang fleksibel telah
meningkatkan peranan kebijakan moneter internasional dalam penentuan nilai tukar
mata uang suatu negara. Ekspansi moneter pada awalnya akan menurunkan tingkat
bunga riil domestik dan kemudian mengakibatkan deposit mata uang luar negeri naik.
Peningkatan nilai deposit mata uang luar negeri terhadap deposit mata uang domestik
akan mengakibatkan apresiasi nilai tukar mata uang luar negeri dan depresiasi nilai
tukar mata uang domestik. Depresiasi nilai tukar mata uang domestik mengakibatkan
harga relatif produk atau ekspor lebih murah sehingga ekspor netto naik, dan akhirnya
meningkatkan permintaan agregat. Mekanisme transmisi jalur efek nilai tukar mata
uang dirumuskan sebagai berikut:
m  r   e   x   y 
dimana:
m = stok uang nominal,
e = nilai tukar mata uang,
x = ekspor riil netto.
i = investasi riil, dan
y = output riil agregat.
2.4.6. Jalur Ekspektasi
Universitas Sumatera Utara
Dengan semakin meningkatnya ketidakpastian dalam perekonomian, jalur
ekspektasi semakin penting dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter ke sektor
riil. Para pelaku ekonomi dalam mengambil langkah bisnisnya, akan mendasarkan
pada prospek ekonomi ke depan. Mereka membentuk persepsi tertentu terhadap
kecenderungan perkembangan ekonomi ke depan yang tercermin pada berbagai
indikator ekonomi dan keuangan. Ekspektasi para pelaku ekonomi dimaksud pada
umumnya dipengaruhi oleh berbagai informasi mengenai perkembangan berbagai
indikator ekonomi dan keuangan serta antisipasinya terhadap langkah-langkah
kebijakan ekonomi dan moneter yang ditempuh pemerintah dan bank sentral. Dalam
konteks kebijakan moneter yang paling diperhatikan adalah ekspektasi inflasi oleh
masyarakat. Teori ekspektasi berpendapat bahwa apabila masyarakat cukup rasional
mereka akan mengambil tindakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
inflasi. Tindakan tersebut adalah berupa pengurangan jumlah uang yang mereka
pegang dengan membelanjakannya ke dalam bentuk barang-barang riil sehingga
risiko kerugian memegang uang karena inflasi dapat dihindari.
Ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan harga pada gilirannya akan
mendorong kenaikan tingkat suku bunga. Apabila suku bunga meningkat lebih kecil
dibandingkan dengan kenaikan harga, secara riil rate of return atas aset finansial
menurun dan penurunan ini akan mendorong orang mengalihkan kekayaannya dari
bentuk finansial ke bentuk aset riil, sehingga apabila masyarakat khususnya
perusahaan-perusahaan besar dapat memanfaatkan statistik atau data moneter dengan
baik untuk memperkirakan tingkat inflasi yang akan terjadi perusahaan-perusahaan
Universitas Sumatera Utara
akan menaikkan harga barang-barang yang diproduksi dan masyarakat akan meminta
upah yang lebih tinggi mendahului kemungkinan inflasi yang mereka perkirakan akan
terjadi. Mereka tidak perlu harus menunggu melakukan tindakan penyesuaian harga
dan upah sampai setelah terjadi inflasi. Apabila tindakan tersebut dilakukan oleh
seluruh atau sebagian besar anggota masyarakat, tindakan tersebut akan membawa
pada dua implikasi moneter yang sangat penting. Pertama, kebijakan moneter
menjadi tidak efektif karena kebijakan moneter tidak dapat mengubah sektor riil,
yaitu konsumsi, produksi, investasi dan kesempatan kerja tetapi yang terjadi hanyalah
perubahan tingkat harga. Kedua, ekspektasi masyarakat terhadap inflasi akan
mengakibatkan inflasi yang semula hanya dugaan, akhirnya menjadi kenyataan.
Ekspektasi inflasi selain dipengaruhi oleh perkembangan inflasi yang terjadi
(inertia inflation) juga dipengaruhi oleh kebijakan moneter yang diambil oleh bank
sentral yang tercermin pada perkembangan suku bunga dan nilai tukar. Semakin
kredibel kebijakan moneter yang antara lain ditunjukkan pada kemampuan bank
sentral dalam mengendalikan suku bunga dan nilai tukar, maka semakin kuat
dampaknya terhadap pembentukan ekspektasi inflasi oleh masyarakat. Dalam kondisi
demikian, ekspektasi inflasi masyarakat akan cenderung mendekati sasaran inflasi
yang ditetapkan bank sentral dalam kebijakan moneternya. Dengan kata lain, semakin
kredibel kebijakan moneter, maka semakin rendah deviasi ekspektasi masyarakat dari
sasaran inflasi yang ditetapkan bank sentral (Pohan, 2008). Oleh karena itu, semakin
kecil distorsi yang ditimbulkan terhadap perkembangan output dan pencapaian
sasaran inflasi.
Universitas Sumatera Utara
2.5.
Penelitian Terdahulu
Ratnawati
dan
Mahatmi
(2006)
melakukan
penelitian
dengan
membandingkan efektifitas jalur kredit dan jalur nilai tukar dalam mekanisme
transmisi kebijakan moneter di Indonesia selama periode 1997:1-2004:12. Transmisi
kebijakan moneter melalui jalur kredit terdiri variabel jumlah uang beredar, total
deposit, total kredit, investasi, GDP dan tingkat harga. Untuk jalur nilai tukar terdiri
dari jumlah uang beredar, suku bunga PUAB, nilai tukar, ekspor netto, GDP dan
tingkat harga. Dengan menggunakan metode Structural Equation Model (SEM)
menunjukkan bahwa jalur nilai tukar lebih efektif daripada jalur kredit dalam
mentransmisikan kebijakan moneter di Indonesia. Penelitian yang dilakukan ini
menyarankan kepada bank Indonesia selaku otoritas moneter harus lebih
memprioritaskan kestabilan nilai tukar dalam kebijakan moneternya.
Selain itu, Sofyan (2002) melakukan penelitan yang membandingkan peranan
dari masing-masing jalur dalam mentransmisikan kebijakan moneter di Indonesia
periode 1990:1-2000:12. Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan Vector
Error Correction Method (VECM) yang terdiri dari tiga alat analisis yaitu kausalitas,
impulse response dan variance decomposition. Data yang digunakan adalah total
deposit, total kredit, GDP, CPI, kurs dan ekspor netto, suku bunga PUAB, suku bunga
deposito dan suku bunga kredit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jalur nilai tukar
lebih dominan dibanding jalur lainnya dalam mentransmisikan kebijakan moneter
di Indonesia terhadap sektor riil.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian yang dilakukan Sholihah (2007) yang menggunakan model
penawaran kredit, permintaan kredit dan ekuitas bank memilki tujuan untuk membuat
analisis pengaruh spread suku bunga dan ekuitas terhadap penawaran kredit bank,
pengaruh suku bunga kredit dan PDB terhadap permintaan kredit bank, serta
pengaruh PDB dan IHK terhadap ekuitas di Indonesia dalam proses transmisi
kebijakan moneter selama periode 2000:1-2007:6. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri atas posisi kredit bank umum, posisi capital equity (modal),
Produk Domestik Bruto, suku bunga kredit modal kerja, spread suku bunga (selisih
suku bunga kredit dengan suku bunga SBI) dan Indeks Harga Konsumen (IHK).
Keseluruhan data merupakan data bulanan. Model diestimasi dengan menggunakan
Ordinary Least Square (OLS) dan Model Koreksi Kesalahan (Error Correction
Model). Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif spread suku
bunga dan ekuitas terhadap penawaran kredit baik dalam jangka pendek maupun
dalam jangka panjang. Terdapat hubungan positif Produk Domestik Bruto dan suku
bunga kredit modal kerja terhadap permintaan kredit dalam jangka panjang.
Sedangkan dalam jangka pendek, Produk Domestik Bruto berpengaruh negatif
terhadap permintaan kredit. Dalam persamaan ekuitas, terbukti bahwa Produk
Domestik Bruto dan IHK memiliki pengaruh positif terhadap ekuitas dalam jangka
panjang. Sedangkan dalam jangka pendek IHK berpengaruh negatif terhadap ekuitas.
Penelitian yang dilakukan Rahmadiani (2008) menganalisis efektifitas
transmisi kebijakan moneter di Indonesia, khususnya transmisi melalui jalur kredit
bank (bank lending channel). Dengan menggunakan variabel suku bunga kebijakan
Universitas Sumatera Utara
(SBI), Produk Domestik Bruto (PDB) riil serta tingkat inflasi (INF), penelitian ini
dilakukan dengan menganalisis perilaku 20 bank umum yang beroperasi di Indonesia
terhadap kebijakan moneter selama periode tahun 2002:1-2007:4. Dengan
menggunakan metode panel data dan menggunakan model fixed effect, hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) transmisi kebijakan moneter melalui jalur
kredit perbankan (bank lending channel) terbukti efektif berjalan di Indonesia selama
periode penelitian. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil estimasi tingkat suku bunga
SBI yang mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap kredit yang
disalurkan oleh bank. (2). Karakteristik bank berdasarkan asset serta kepemilikan
bank juga terbukti mempengaruhi efektifitas transmisi kebijakan moneter di
Indonesia. Dari hasil estimasi dapat disimpulkan bahwa bank dengan karakteristik
asset kecil terbukti lebih cepat merespon perubahan suku bunga kebijakan, sehingga
transmisi kebijakan moneter lebih efektif berjalan pada bank dengan asset kecil.
Sedangkan berdasarkan kepemilikannya bank dengan karakteristik non BUMN lebih
cepat dalam merespon perubahan suku bunga kebijakan dibandingkan dengan bank
BUMN.
Penelitian yang dilakukan Restiyanto (2008) dengan membandingkan jalur
jumlah uang beredar dengan jalur kredit dalam efektifitas mekanisme transmisi di
Indonesia sebelum dan sesudah krisis moneter. Dengan menggunakan Parsial
Adjusment Model (PAM), membandingkan Persamaan fungsi jumlah uang beredar
(M1) dan fungsi kredit (L). Kemudian dari masing-masing persamaan kuadrat terkecil
(OLS) tersebut diperoleh variance residual masing-masing. Apabila varians residual-
Universitas Sumatera Utara
nya lebih kecil menunjukkan jalur ini lebih efektif dalam intermediasi, dalam hal ini
meningkatkan pertumbuhan ekonomi (PDB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebelum krisis moneter Jumlah Uang Beredar (M1) lebih efektif dari kedit (L) dalam
mekanisme transmisi moneter yang ditunjukkan dengan variance residual jumlah
uang beredar (M1) lebih kecil dari kredit (L). Sesudah krisis moneter kebijakan
moneter pasca krisis dianggap mampu mengembalikan kestabilan moneter. Kredit
lebih efektif dari jumlah uang beredar (M1) dalam mekanisme transmisi moneter
ditunjukkan dengan variance residual jumlah uang beredar (M1) lebih besar dari
kredit sesudah krisis moneter.
Asrana (2005) melakukan penelitian yang berusaha untuk melihat pengaruh
depresiasi nilai tukar terhadap penurunan aliran kredit, pengaruh kebijakan moneter
ketat terhadap penurunan permintaan kredit dan atau peningkatan penawaran kredit
serta pengaruh depresiasi nilai tukar pada efektivitas mekanisme transmisi kebijakan
moneter melalui jalur kredit perbankan dan jalur kredit luas. Dengan dekomposisi
varians dan IRF pada metode Vector Autoregresion (VAR) ditemukan bahwa,
pertama depresiasi nilai tukar menurunkan aliran kredit, kedua kebijakan moneter
ketat direspon lebih cepat oleh penurunan permintaan kredit dibandingkan
peningkatan penawaran kredit. ketiga, perubahan nilai tukar dan kurang responsifnya
penawaran kredit terhadap kebijakan moneter, menyebabkan mekanisme transmisi
kebijakan moneter melalui jalur kredit perbankan tidak efektif. Keempat dengan
responsifnya permintaan kredit terhadap perubahan kebijakan moneter menyebabkan
efektifnya jalur kredit luas.
Universitas Sumatera Utara
Febiansyah (2008) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis
transmisi kebijakan moneter di Indonesia menggunakan mekanisme jalur nilai tukar
terhadap pertumbuhan ekonomi dan tingkat harga domestik. Metode analisis yang
dilakukan menggunakan model structural vector autoregression (SVAR) dengan
analisis impulse respons dan variance decompotision. Hasil penelitian yang
dilakukakan menunjukkan bahwa kebijakan moneter melalui mekanisme transmisi
jalur nilai tukar telah bekerja sesuai teori dengan pendekatan direct passtrough dan
indirect passtrough. Pengaruh dari struktural shock SBI tiga bulanan dan suku bunga
difrensial sebagai eksternal shock signifikan dan direspon oleh nilai tukar.
Selanjutnya pengaruh dari struktural shock nilai tukar secara direct passtrough
direspon dan memilki kontribusi cukup signifikan terhadap tingkat inflasi serta secara
indirect passtrough terhadap output dan tingkat inflasi. Kontribusi nilai tukar dan
mekanisme transmisi terhadap kebijakan moneter melalui jalur nilai tukar
menunjukkan bahwa pendekatan indirect passtrough lebih dominan apabila dilihat
dari akumulasi komposisi pengaruhnya terhadap stabilitas harga.
Penelitian yang dilakukan Sussanto (2006) mengenai penggunaan suku bunga
sebagai sasaran operasional kebijakan moneter di Indonesia bertujuan untuk
memberikan alternatif yang lebih baik dalam menjawab fenomena yang terjadi yaitu
sulitnya pemilihan indikator sasaran antara yang tepat untuk mencapai sasaran akhir
kebijakan moneter yang selama ini masih menggunakan paradigma jumlah uang
beredar menjadi kurang relevan sebagai akibat berkembangnya industri keuangan
bukan bank seperti pasar modal yang telah mendorong terjadinya proses
Universitas Sumatera Utara
disintermediasi dan perubahan perilaku investasi masyarakat. Penelitian ini
merupakan studi kasus di Indonesia dengan menggunakan data sekunder dari tahun
1990 sampai dengan tahun 2000 yang diperoleh dari penerbitan Bank Indonesia dan
Badan Pusat Statistik. Sistem persamaan Vector Auto Regresion (VAR) digunakan
dalam penelitian ini, dengan mengestimasi tiga variabel utama yaitu suku bunga,
investasi, dan produk domestik bruto riil. VAR menyediakan empat alat analisis,
yaitu Forecasting, ekstrapolasi nilai saat ini dan masa depan seluruh variabel dengan
memanfaatkan seluruh informasi masa lalu variabel; Impulse Response Functions
(IRF), melacak respon saat ini dan masa depan setiap variabel akibat perubahan atau
shock suatu variabel tertentu; Forecast Error Decomposition of Variance (FEDVs),
prediksi kontribusi persentase varians setiap variabel terhadap perubahan suatu
variabel tertentu; Granger Causality Test, mengetahui hubungan sebab akibat antar
variabel. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tingkat suku bunga kredit adalah
suku bunga yang paling efektif mempengaruhi tingkat produk domestik bruto riil
dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter jalur tingkat suku bunga di Indonesia.
Oleh karena itu tingkat suku bunga kredit dapat digunakan sebagai indikator utama
untuk menentukan sasaran operasional dalam mekanisme transmisi kebijakan
moneter jalur tingkat suku bunga di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
2.6
Kerangka Pemikiran
Mekanisme transmisi kebijakan moneter merupakan proses pengaruh
kebijakan moneter terhadap sektor keuangan dan sektor riil (Warjiyo, 2004). Secara
umum, terdapat tiga jenis jalur tranmisi kebijakan moneter yang sering dikemukakan
dalam teori ekonomi moneter. Jalur transmisi tersebut antara lain jalur suku bunga,
jalur nilai tukar dan jalur kredit. Masing-masing jalur transmisi tersebut menjelaskan
mengenai jalur pengaruh kebijakan moneter terhadap sektor keuangan dan aktivitas
ekonomi. Permasalahan dari mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah memilih
jalur tarnsmissi yang paling efektif dalam meningkatkan aktifitas ekonomi dan bisnis.
Untuk mekanisme transmisi jalur tingkat bunga peningkatan stok uang akan
menurunkan tingkat bunga riil dan biaya modal serta meningkatkan investasi bisnis.
Peningkatan investasi pada akhirnya akan meningkatkan output agregat. Penurunan
tingkat bunga riil juga akan meningkatkan pengeluaran untuk pembelian rumah dan
barang tahan lama. Oleh sebab itu penurunan tingkat bunga akibat ekspansi moneter
akan meningkatkan belanja atau konsumsi dan permintaan agregat. Untuk jalur efek
nilai tukar, peningkatan stok uang akan menurunkan tingkat bunga riil yang berakibat
pada menguatnya nilai tukar. Kenaikan nilai tukar selanjutnya menyebabkan net
ekspor mengalami peningkatan yang pada akhirnya pengeluaran agregat juga ikut
meningkat. Untuk jalur kredit terutama dari pinjaman perbankan dimana kenaikan
jumlah uang beredar akan menaikkan deposit sistem perbankan. Naiknya deposit
menyebabkan kredit atau pinjaman yang dapat disalurkan melalui sisitem perbankan
Universitas Sumatera Utara
ikut naik karena naiknya kemampuan bank dalam memberikan pinjaman yang
selanjutnya investasi ikut naik. Kenaikan investasi akan meningkatkan output agregat.
Adapun kerangka pemikiran dari penelitian yang dilakukan sebagai batasan
ruang lingkup masalah yang akan diteliti ditunjukkan oleh Gambar 2.1 sebagai
berikut:
JUB
DEPOSIT
SUKU
BUNGA
INFLASI
KREDIT
INVEST
ASI
NILAI
TUKAR
NET
EKSPOR
----- jalur nilai tukar
...... jalur tingkat bunga
PDB
→ jalur kredit
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Universitas Sumatera Utara
2.7.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka terdahulu maka dapat dibuat hipotesis dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1.
Terdapat saling pengaruh antara variabel dalam penelitian yaitu jumlah uang
beredar, deposit sistem perbankan, kredit sistem perbankan, investasi dan
pendapatan nasional dalam mentransmisikan kebijakan moneter di Indonesia
melalui jalur kredit.
2.
Terdapat saling pengaruh antara variabel dalam penelitian yaitu jumlah uang
beredar, tingkat bunga, nilai tukar, net ekspor dan pendapatan nasional dalam
mentransmisikan kebijakan moneter di Indonesia melalui jalur nilai tukar.
3.
Terdapat saling pengaruh antara variabel dalam penelitian yaitu jumlah uang
beredar, inflasi, tingkat bunga, investasi dan pendapatan nasional dalam
mentransmisikan kebijakan moneter di Indonesia melalui jalur tingkat bunga.
4.
Masing-masing variabel berkontribusi terhadap perubahan variabel lainnya
yaitu jumlah uang beredar, tingkat bunga, deposit sistem perbankan, inflasi,
nilai tukar, kredit sistem perbankan, net ekspor, investasi dan pendapatan
nasional dari masing-masing jalur dalam mentransmisikan kebijakan moneter
di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
5.
Transmisi kebijakan moneter yang terjadi di Indonesia selama periode
penelitian terjadi melalui ketiga jalur yaitu jalur kredit, jalur tingkat bunga dan
jalur nilai tukar.
Universitas Sumatera Utara
Download