11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Musik Dalam Kehidupan Sehari-Hari 1. Definisi Musik Musik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara di urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan. Nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan, terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu (Suharso & Retnoningsih, 2014). Musik merupakan produk dari pikiran. Menurut Parker (1990), elemen vibrasi seperti frekuensi, bentuk, amplitudo, dan durasi belum menjadi musik sebelum semua itu diproses secara neurologis dan diinterpretasikan di dalam otak manusia. Seperti menjadi pitch, nada keras atau lembut. Musik adalah perilaku sosial yang kompleks dan universal. Setiap masyarakat memiliki apa yang disebut dengan musik (Djohan, 2003). Beberapa kelompok peminat musik yang berbeda dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Minat musik sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kecenderungan hati yang tinggi atau memiliki keinginan yang lebih terhadap musik (Suharso & Retnoningsih, 2014). Kelompok tersebut seperti orang-orang yang berminat lebih kepada memainkan alat-alat musik atau membuat lagu-lagu disebut juga dengan Universitas Sumatera Utara 12 pemain musik dan ada orang-orang yang suka mendengarkan musik disebut juga dengan pendengar musik (Juslin & Sloboda, 2010). Ada juga orang yang tidak ada minat musik atau disebut juga orang yang tidak berminat memainkan bahkan mendengarkan musik (Djohan, 2003). Berikut beberapa kelompok yang memiliki minat berbeda terhadap musik: a. Pemain Musik Pemain musik disebut juga musisi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia musisi adalah seorang musikus. Pemain musik bisa disebut juga dengan pemusik, yaitu orang yang memainkan alat musik seperti gitar, biola, atau piano (Suharso & Retnoningsih, 2014). Pemain musik adalah orang yang memainkan musik, baik bernyanyi atau memainkan alat musik untuk mengiringi nyanyian tersebut. Alat musik yang dimainkan bisa berupa gitar, piano, drum, dan berbagai alat musik lainnya. Musisi dapat mengkomunikasikan apa yang dirasakannya saat memainkan musik tersebut (Djohan, 2003). b. Pendengar Musik Pendengar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah seseorang yang menggunakan alat inderanya untuk mendengarkan sesuatu seperti mendengarkan musik, pidato, ataupun perkuliahan. Sehingga pendengar musik adalah orang yang menggunakan alat inderanya untuk mendengarkan musik melalui proses mendengarkan, musik yang didengar bisa berupa sebuah lagu ataupun nada-nada (Suharso & Retnoningsih, 2014). Lebih banyak orang dapat menikmati musik ketika mendengarkannya. Karena mendengarkan Universitas Sumatera Utara 13 musik dapat menimbulkan emosi, seperti aktifnya berbagai kognisi dan perasaan. Pendengar musik juga dapat mengingat dengan baik emosi yang disampaikan dari musik yang didengar daripada tentang pengetahuan musikalnya (Djohan, 2003). c. Tidak Ada Minat Musik Sesuai dengan penjelasan dari kedua kelompok sebelumnya dapat dikatakan bahwa orang yang tidak ada minat musiknya menurut Meyer dapat disebut juga sebagai pendengar yang naif. Orang tersebut hanya mendengar musik karena terdengar secara tidak sengaja bukan karena disengaja ataupun memiliki keinginan yang lebih. Ini terlihat bahwa orang tersebut minat terhadap musiknya tidak ada baik dalam memainkan ataupun dalam mendengarkan musik. Ketika seseorang menjadi pendengar yang naif maka orang tersebut menjadi pendengar yang tidak memiliki pengetahuan ataupun ketertarikan yang lebih terhadap musik (Djohan, 2003). 2. Musik dan Emosi Peran musik untuk membangkitkan emosi tidak diragukan lagi. Beberapa reaksi emosional terhadap musik bisa sangat kuat dan berpengaruh dalam kehidupan seseorang (Juslin & Sloboda, 2010). Dalam psikologi umum dikatakan emosi merupakan suatu hal yang dihasilkan oleh fisiologis yang menyebabkan munculnya reaksi emosi. Reaksi ini tidak dapat dibaca namun hanya dapat dilihat dari ekspresi dan perilakunya saja (Lahey, 2007). Mendengar musik dapat menimbulkan emosi yang dapat dikatakan juga sebagai aktifnya berbagai kognisi dan perasaan. Dilihat dari aspek kognitif dan Universitas Sumatera Utara 14 aktivitas otak bisa dikatakan bahwa setiap orang yang sehat dapat bereaksi terhadap musik baik secara fisik maupun psikis. Sementara Kaufmann dan Frisina (1992), menerangkan bahwa dalam penelitian neurologis dikatakan separuh dari otak manusia memiliki tugas untuk memproses berbagai aspek pengalaman musik (Djohan, 2003). B. Kecerdasan Emosional 1. Definisi Kecerdasan Emosional Istilah kecerdasan emosional pertama kali diperkenalkan oleh Salovey dan Mayer pada tahun 1990. Salovey dan Mayer (1990), mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai suatu kecerdasan untuk memahami emosi diri sendiri dan emosi orang lain, memilih-milih informasi yang didapat untuk menentukan pikiran dan tindakan yang akan dilakukan. Terdapat empat aspek dasar dari kecerdasan emosional yang diungkapkan oleh Salovey dan Mayer yaitu, mengenali emosi, memahami emosi, mengatur emosi, dan menggunakan emosi (Goleman, 2007). Goleman mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kecerdasan untuk mampu mengenali perasaaan atau emosi pada diri sendiri maupun orang lain, kecerdasan untuk memotivasi diri sendiri, dan kecerdasan untuk mampu mengelola atau mengatur emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam menjalin hubungan dengan orang lain (Goleman, 2007). Universitas Sumatera Utara 15 2. Aspek-Aspek Kecerdasan Emosional Menurut Goleman (2007), kecerdasan emosional memiliki lima aspek, yaitu: a. Pengenalan emosi diri sendiri Mengetahui dan memahami perasaan dan emosi diri sendiri. Kemampuan dalam memantau pengetahuan dan pemahaman tentang diri sendiri dari waktu ke waktu. Ketika tidak peka terhadap perasaan dan emosi diri sendiri maka dapat menimbulkan perilaku yang buruk. Kemampuan mengenali perasaan dan emosi diri sendiri akan menimbulkan kesadaran pada diri seseorang, mampu mengukur diri sendiri, dan memiliki kepercayaan diri yang baik. b. Pengelolaan emosi Mengelola emosi adalah kemampuan untuk menata dan menangani emosi yang muncul dengan baik. Ketika mengalami emosi negatif seperti sedang mengalami kesedihan, maka akan mencari jalan keluar yang baik dengan tidak melakukan hal-hal buruk yang berakibat tidak baik. Seseorang akan memiliki kemampuan untuk menguasai dan mengendalikan diri ketika dapat mengelola emosinya. Ketika pengelolaan emosinya baik maka akan menjadi lebih transparan dan penyesuaian emosi dirinya menjadi lebih baik. c. Motivasi diri sendiri Seseorang yang dapat memotivasi dirinya sendiri cenderung akan lebih produktif dan efektif ketika melakukan atau mengerjakan sesuatu. Universitas Sumatera Utara 16 Keadaan memotivasi diri sendiri terjadi ketika seseorang fokus terhadap apa yang sedang dikerjakan dan dihadapinya, seperti memiliki dorongan untuk berprestasi yang baik. Seseorang yang dapat memotivasi dirinya sendiri cenderung akan lebih positif dalam memandang peristiwa kehidupan yang terjadi pada dirinya. Sehingga dengan motivasi yang baik seseorang dapat memiliki inisiatif yang bagus dan lebih optimis. d. Pengenalan emosi orang lain Mengenali emosi orang lain disebut juga dengan empati. Ketika seseorang memiliki rasa empati terhadap orang lain, maka orang tersebut dapat merasakan apa yang orang lain rasakan. Seseorang yang memiliki kemampuan untuk berempati juga dapat menghormati dan menghargai pendapat dan pandangan orang lain serta dapat melayani. Dapat menyadari keadaan lingkungan sekitar seperti menangkap sinyal tersirat, verbal, dan nonverbal yang orang lain sampaikan juga merupakan kemampuan berempati. e. Kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain Menjalin hubungan dengan orang lain merupakan salah satu dari keterampilan sosial. Ketika seseorang dapat menjalin hubungan yang baik dengan orang lain maka hal tersebut dapat mendukung keberhasilannya dalam dunia pergaulan. Seseorang yang baik dalam menjalin hubungan dengan orang lain maka akan memiliki komunikasi yang baik juga dengan orang tersebut. Ketidakmampuan dalam menjalin hubungan dengan orang lain akan dipandang sebagai orang yang tidak dapat bersosialisasi dengan Universitas Sumatera Utara 17 pergaulan dan dianggap sombong oleh orang lain. Ketika seseorang dapat menjalin hubungan yang baik dengan orang lain maka dapat memiliki jiwa kepemimpinan, manajemen konflik, kolaborasi dan kerjasama yang baik juga. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional Berikut adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang (Goleman, 2007), yaitu: a. Internal 1) Usia Kecerdasan emosional seseorang berkembang seiring bertambahnya usia. Perlahan demi perlahan kecerdasan emosinya bertambah. Pada masa remaja terjadi pembentukan kecerdasan emosional yang paling besar. b. Eksternal 1) Pengalaman Kecerdasan emosional tidak ditentukan sejak lahir tetapi dapat dipelajari seiring berjalannya waktu melalui pengalaman-pengalaman dalam kehidupan seseorang, bisa berasal dari lingkungannya. Ketika menghadapi suasana yang menimbulkan emosi senang maka apa yang sebaiknya dilakukan begitu juga sebaliknya. 2) Musik Giles (1991), dalam Journal of Music Therapy menerangkan bahwa musik merupakan rangkaian penting terhadap pertumbuhan emosional. Dalam Jurnal Applications of Research in Music Education (1994), menerangkan Universitas Sumatera Utara 18 bahwa rasa empati dan keterampilan sosial dapat ditingkatkan melalui kegiatan bermusik (Djohan, 2003). 4. Karakteristik Kecerdasan Emosional Goleman (2007), menyebutkan beberapa karakteristik orang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi dan rendah dapat dilihat di tabel 1: Tabel 1. Karakteristik Kecerdasan Emosional No. Tinggi 1. Mampu memahami apa yang dirasakan oleh diri sendiri. 2. Bertanggung jawab terhadap perasaan diri sendiri. 3. Mencari jalan keluar yang baik ketika mengalami emosi negatif. 4. Dapat merasakan apa yang orang lain rasakan. 5. Menjaga hubungan dan komunikasi yang baik dengan orang lain, tidak suka menggurui. Keterangan: a. Tinggi b. Rendah Rendah Tidak mampu memahami perasaan diri sendiri. Menyalahkan orang lain tentang perasaan yang dialami. Memandang emosi negatif secara berlebihan. Tidak mempertimbangkan dan merasakan perasaan orang lain. Orang lain harus mengikuti kemauannya, merasa paling hebat. = Baik = Buruk C. Remaja Remaja berasal dari kata adolescence, yaitu merupakan bahasa latin yang berarti tumbuh untuk mencapai dewasa. Arti ini mencakup kematangan mental, kematangan emosional, kematangan sosial, dan kematangan fisik (Hurlock, 2007). Masa remaja adalah proses panjang yang dialami seseorang dalam kehidupannya. Proses peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang melibatkan perubahan besar dalam aspek fisik, kognitif, dan Universitas Sumatera Utara 19 psikososial yang saling berkaitan. Berlangsung dari usia 10 atau 11 sampai usia dua puluhan awal (Papalia, 2009). Beberapa perubahan yang terjadi ketika masa remaja adalah perubahan fisik, perubahan emosi, dan perubahan sosial (Gunarsa, 2003). D. Kecerdasan Emosional Pada Remaja yang Memiliki Minat Musik Berbeda Banyak penelitian yang menyatakan bahwa musik dapat mempengaruhi emosi seseorang. Peran musik untuk membangkitkan emosi tidak diragukan lagi. Orang yang memainkan musik merasakan emosi-emosi tersendiri ketika memainkannya. Beberapa reaksi emosional terhadap musik bisa sangat kuat dan berpengaruh dalam kehidupan seseorang (Juslin & Sloboda, 2010). Beberapa orang memiliki minat musik yang berbeda-beda. Seperti halnya remaja yang menikmati atau mengisi waktu luangnya dengan cara-cara atau kegiatan-kegiatan tertentu. Salah satunya dengan memasuki dunia musik atau bergabung dengan kelompok musik tertentu yang dapat mengasah minat musiknya. Ada remaja yang memiliki minat musik yang lebih kepada memainkan alat-alat musik atau membuat lagu dan ada yang berminat hanya sebatas mendengarkan saja (Juslin & Sloboda, 2010). Bahkan ada juga yang sama sekali minat terhadap musiknya tidak ada (Djohan, 2003). Masa remaja adalah keadaan yang rentan dengan perubahan emosi, dimana emosi mereka masih labil. Perubahan-perubahan ini juga memberikan Universitas Sumatera Utara 20 dampak bagi emosi remaja. Seperti remaja yang melakukan aksi tawuran, dan perilaku-perilaku lain yang dapat menyebabkan dampak buruk bagi diri remaja itu sendiri maupun orang lain (Papalia, 2009). Aksi tawuran yang dilakukan oleh remaja bisa disebabkan oleh tekanan emosi yang timbul, sehingga emosi tersebut mendukung remaja untuk melakukan perilaku agresif. Maka dari itu remaja seharusnya sudah mampu berfikir secara abstrak seperti dengan memiliki kecerdasan emosional yang baik agar dapat memahami emosinya sendiri maupun emosi orang lain dengan baik. Kecerdasan emosional dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor usia, pengalaman, dan musik (Goleman, 2007). Pengalaman bisa berupa pengaruh dari lingkungan sekitarnya, seperti berada di dalam dunia musik. Musik seperti sudah dijelaskan dapat mempengaruhi emosi seseorang. Ketika remaja berada di dalam dunia musik maka diharapkan remaja tersebut memiliki kecerdasan emosional yang baik. Ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariani dan Sukmayanti (2013), tentang hubungan intensitas latihan musik gamelan Bali dan kecerdasan emosional, hasilnya menunjukkan bahwa semakin tinggi intensitas latihan musik gamelan Bali maka semakin sering individu mengasah kecerdasan emosionalnya. Dari penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa musik memiliki hubungan terhadap kecerdasan emosional. Sehingga ketika memiliki kecerdasan emosional yang baik remaja dapat memahami dan mengelola emosi dengan benar. Pengelolaan emosi yang benar dan cerdas ini dapat menghindari remaja dari melakukan aksi-aksi Universitas Sumatera Utara 21 merugikan yang tidak bertanggung jawab seperti melakukan tawuran. Penelitian yang dilakukan oleh Aprilia dan Indrijati (2014), juga mengatakan ketika seorang remaja melakukan tawuran maka kecerdasan emosionalnya rendah. Pemaparan ini yang membuat peneliti ingin mengetahui kecerdasan emosional pada remaja yang memiliki minat musik berbeda. E. Hipotesis Berdasarkan uraian teoritis di atas, maka hipotesa dalam penelitian ini adalah ada perbedaan kecerdasan emosional pada remaja yang memiliki minat musik berbeda. Universitas Sumatera Utara