BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu faktor yang penting dalam
upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal (Berg, 1986). Adanya perbedaan
asupan nutrisi atau defisiensi nutrisi di dalam mulut dapat bermanifestasi pada
membran mukosa, gigi geligi, dan jaringan periodontal. Kebutuhan gizi yang baik
ditentukan oleh pola makan atau jenis makanan yang dikonsumsi seseorang. Pada
umumnya pola makan yang dijalankan seseorang adalah pola makan Empat Sehat
Lima Sempurna, kemudian berkembang pola makan Empat Sehat atau dikenal
dengan istilah Kuartet Nabati yang dijalankan oleh vegetarian (Chemiawan dkk.,
2007).
Vegetarian adalah orang yang hidup dari mengonsumsi produk nabati
dengan atau tanpa susu dan telur, tetapi menghindari konsumsi daging, unggas
dan hewan laut. Vegetarian yang hanya mengonsumsi makanan nabati disebut
Vegan atau vegetarian murni, sedangkan vegetarian yang mengonsumsi makanan
nabati, susu, telur dan produk olahannya disebut vegetarian tidak murni.
(International Vegetarian Union, 2001). Banyak alasan seseorang menjadi
vegetarian yaitu alasan kesehatan, agama, politik, lingkungan, kebudayaan,
estetik, ekonomi, dan etika (Couceiro dkk., 2008).
Diet vegetarian memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan, seperti
vegetarian memiliki kadar kolesterol darah yang lebih rendah, risiko penyakit
jantung yang lebih kecil, tekanan darah lebih rendah, risiko hipertensi, dan
1
2
diabetes tipe 2 yang lebih kecil dibandingkan non-vegetarian (American Dietetic
Association, 2009).
Kesehatan rongga mulut yang mencakup kesehatan gigi dan jaringan
periodontal merupakan hal penting bagi kesehatan dan kesejahteraan tubuh secara
umum serta mempengaruhi kualitas kehidupan, termasuk fungsi bicara,
pengunyahan dan rasa percaya diri. Kesehatan jaringan periodontal dipengaruhi
oleh faktor primer berupa bakteri sedangkan faktor sekunder terdiri dari faktor
local maupun sistemik, salah satunya nutrisi (Manson dan Eley, 1993).
Menurut Kundu dkk. (2011), vegetarian mempunyai status periodontal
yang lebih baik daripada non-vegetarian. Jaringan periodontal pada vegetarian
memiliki tanda inflamasi dan kerusakan jaringan periodontal yang lebih rendah.
Kondisi jaringan periodontal berkaitan erat dengan kerja leukosit dalam
mekanisme pertahanan tubuh. Di dalam rongga mulut, leukosit mudah ditemukan
di dalam saliva dan cairan sulkus gingiva (Lehner, 1995). Cairan sulkus gingiva
(CSG) merupakan produk filtrasi fisiologis dari pembuluh darah, dan terdapat
pada sulkus gingiva yang normal. Cairan sulkus gingiva (CSG) saat sehat
berperan sebagai transudat cairan interstitial jaringan gingiva, tetapi dalam kondisi
gingivitis dan periodontitis akan bertransformasi sebagai transudat inflamasi
(Uitto, 2003). Cairan sulkus gingiva tersusun oleh beberapa elemen, diantaranya
elemen seluler seperti bakteri, sel epitel dan leukosit (PMN, limfosit dan monosit),
selain itu terdapat elektrolit seperti potasium, sodium, dan kalsium (Newman dkk.,
2006).
3
Leukosit PMN merupakan komponen selular utama yang berperan dalam
pertahanan tubuh non spesifik selain mononuklear yang berasal dari sel asal
hematopoetik (Hendiani, 1997). Penyebab utama migrasi leukosit PMN dari
pembuluh darah ke sulkus gingiva adalah adanya substansi kemotaktik dalam plak
dan saliva (Ramfjord dkk., 1989).
Diet vegetarian pada umumnya tinggi dengan karbohidrat, serat, asam
folat, vitamin C, dan vitamin E tetapi rendah dalam protein, vitamin B 12 , vitamin
D, seng, besi, dan kalsium (Story, 2005). Peningkatan asupan makanan yang kaya
serat pada vegetarian membuat indeks plak yang dimilikinya lebih rendah.
Kebiasaan makan-makanan berserat tidak bersifat merangsang pembentukan plak,
melainkan sebagai pengendali plak secara alamiah (Mc Donald dkk., 1994).
Unsur-unsur antioksidan seperti vitamin C dan vitamin E memiliki
hubungan dengan terjadinya penyakit periodontal ( Nishida dkk., 2000). Asam
folat yang termasuk dalam kelompok vitamin B, umumnya dikenal sebagai
vitamin hemocytopoietic dan merupakan faktor penting bagi pertumbuhan hewan.
Asam folat memiliki peran penting dalam sintesis DNA dan protein, serta
mempengaruhi proses proliferasi dan kemampuan reaksi sel imun (Dhur, 1991).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa vegetarian murni memiliki
konsentrasi serum vitamin B12 yang lebih rendah dibandingkan dengan
vegetarian tidak murni ( Gilsing dkk., 2010). Vitamin B12 (cobalamin) adalah
vitamin essensial yang memiliki peran penting dalam dalam metabolisme sistem
imun dengan cara meningkatkan respon proliferasi sel T dan sintesis
immunoglobulin sel B. Beberapa penelitian pada hewan juga menunjukkan bahwa
4
defisiensi vitamin B12 dapat menyebabkan penurunan respon imun terhadap virus
dan bakteri (Tamura dkk., 1999). Tidak hanya vitamin B12, dibandingkan dengan
vegetarian tidak murni, vegetarian murni juga memiliki konsentrasi protein yang
lebih rendah. Protein yang diperoleh vegetarian murni hanya berasal dari produk
nabati yang kandungan proteinnya rendah, sedangkan vegetarian tidak murni
memperoleh protein dari putih telur dan susu yang tinggi kandungan protein
(Couceiro dkk., 2008). Protein merupakan rangkaian asam amino yang tidak dapat
disintesis oleh manusia dan juga berfungsi dalam pertumbuhan, perbaikan
jaringan dan meningkat ketahanan jaringan periodontal terhadap bakteri. (Phillips,
2005; Newman dkk., 2010).
Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa perlu untuk melakukan
penelitian dan mengkaji lebih dalam tentang perbedaan jumlah leukosit cairan
sulkus gingiva antara vegetarian murni dan vegetarian tidak murni (kajian pada
mahasiswa di Yogyakarta).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka perlu dirumuskan suatu permasalahan
apakah terdapat perbedaan perbedaan jumlah leukosit cairan sulkus gingiva antara
vegetarian murni dan vegetarian tidak murni (kajian pada mahasiswa di
Yogyakarta)?
C. Keaslian Penelitian
Penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh Haddad dkk. (1999) adalah
membandingkan jumlah leukosit dalam darah antara vegetarian dan non
5
vegetarian. Penelitian mengenai perbedaan jumlah leukosit cairan sulkus gingiva
antara vegetarian murni dan vegetarian tidak murni (kajian pada mahasiswa di
Yogyakarta) belum pernah dilakukan.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan jumlah leukosit
cairan sulkus gingiva antara vegetarian murni dan vegetarian tidak murni (kajian
pada mahasiswa di Yogyakarta).
E. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam bidang
ilmu kedokteran gigi tentang perbedaan jumlah leukosit cairan sulkus gingiva
antara vegetarian murni dan vegetarian tidak murni.
2. Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan, bahwa jenis makanan yang
kita makan dapat mempengaruhi kesehatan jaringan periodontal, sehingga
diharapkan dapat memberi motivasi masyarakat dalam memilih jenis makanan
yang baik untuk kesehatan rongga mulutnya.
3. Hasil penelitian ini memberikan informasi kepada vegetarian mengenai
pengaruh makanan yang mereka konsumsi terhadap kondisi rongga mulutnya.
Download