ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA SEKTOR MANUFAKTUR TERHADAP PEKEMBANGAN EKONOMI MELALUI METODE SIMULASI Sri-Bintang Pamungkas, Dhani Yudhasmoro Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok 16424 Tel: (021) 7270011 ext 51. Fax: (021) 7270077 Abstrak Perekonomian Indonesia tumbuh secara stabil selama lima tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh berbagai sektor, manufaktur menjadi salah satu sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi tersebut. Peran pemerintah sebagai penentu kebijakan tidaklah terlepas dari pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Penulisan ini bertujuan untuk melihat dampak dari kebijakan pemerintah terhadap perkembangan ekonomi khususnya pada sektor manufaktur. Penelitian ini menggunakan model simulasi untuk melihat dampak kebijakan pemerintah. Adapun kebijakan pemerintah yang dijadikan objek penelitian ialah upah buruh, penerapan teknologi, dan jumlah uang beredar. Model diharapkan mampu menjadi salah satu alat untuk menganalisa kebijakan pemerintah pada sektor manufaktur melalui skenario simulasi yang diterapkan. Kata kunci: Ekonomi Makro, Kebijakan Pemerintah, Manufaktur, Upah Buruh, Impor Barang Produksi, Jumlah Uang Beredar, Persamaan Simultan Abstract Indonesian economic growth with stable in the last five years. That growth was supported by numerous sectors, manufacturing have become one sector that supporting economic growth. The role of the government as a policy maker also take part to the economic growth. The purpose of this study is to analyze the impact of government policy to economic development especially to manufacturing sector. By using modeling simulation, this study tries to reveal the correlation between government policy and economics. The policies that become the object of this study are wages, import of production materials, and money supply. The model is expected to be a tool to analyze the government policy on manufacturing sector using simulation scenarios applied. Keywords: Macro Economics, Government Policy, Manufacturing Sector, Wages, Import of Production Materials, Money Supply, Simultaneous Equations 1. PENDAHULUAN Indonesia sendiri memiliki potensi manufaktur yang sangat luar biasa. Keberadaan jumlah tenaga kerja yang melimpah, panjangnya garis pantai Indonesia, hingga lokasi Indonesia sendiri yang sangat strategis merupakan beberapa faktor yang membuat Indonesia memiliki potensi yang luar biasa. Salah satu langkah untuk dapat memanfaatkan potensi luar biasa Indonesia tersebut ialah dengan adanya kebijakankebijakan pemerintah yang tepat yang mampu memfasilitasi sektor manufaktur dengan baik. Analisis pengaruh …, Dhani Yudhasmoro, FT UI, 2013 Kebijakan pemerintah berperan penting dalam rangka memacu dan mengawasi pertumbuhan manufaktur Indonesia. Kebijakan pemerintah dapat berupa target penerimaan pajak, upah minimum, impor barang produksi, dan penetapan jumlah uang beredar. Kebijakan pemerintah haruslah mampu menjadi titik temu dari kepentingan berbagai pihak. Oleh sebab itu, kebijakan pemerintah yang tepat menjadi penting guna memacu pertumbuhan sektor manufaktur sembari tetap melindungi kepentingan warga negaranya. Namun, pertumbuhan PDB manufaktur Indonesia masih belum sesuai yang diharapkan. Nilai PDB manufaktur meningkat, tetapi kontribusi manufaktur terhadap PDB Indonesia semakin menurun tiap tahun tercermin dari manufacturing value to GDP yang semakin kecil persentasenya. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian untuk mengetahui sejauh mana kebijakan pemerintah berpengaruh terhadap manufaktur. Pada penelitian ini akan dibuktikan mengenai hubungan antara proporsi manufaktur pada PDB yang memiliki hubungan berbanding lurus terhadap tingkat GDP per kapita secara proporsional. Kemudian perlu dilakukan sebuah simulasi untuk mengetahui efek dari kebijakan pemerintah terhadap perkembangan sektor manufaktur dan perekonomian nasional untuk tiga tahun ke depan. 2. TINJAUAN LITERATUR Menurut Shikha Shingh et al. (2012) terdapat sebuah hubungan yang kuat antara Foreign Direct Investment (FDI) di sektor industri dengan pertumbuhan GDP di negara-negara BRIC. Secara khusus Shikha meneliti hubungan antara FDI dengan GDP, jumlah buruh, dan Industrial Index of Production. Dari penelitiannya didapatkan adanya hubungan yang berbanding lurus antara FDI dengan tiga variabel tersebut. Hal ini mengindikasikan setiap pertumbuhan FDI akan membuka lapangan pekerjaan baru sehingga jumlah buruh dapat bertambah dan meningkatkan efektivitas output produksi yang ditunjukkan dengan meningkatnya nilai Industrial Index of Production. Dilihat dari sudut pandang kebijakan pemerintah, Herve Boulhol et al. (2008) mengemukakan pentingnya pengaruh pemerintah dalam rangka memajukan perekonomian negara. Beberapa kebijakan pemerintah yang dijadikan objek penelitian ialah kebijakan pajak dan bea masuk. Dalam penelitiannya dikemukakan bahwa dua kebijakan pemerintah tersebut sangat krusial dalam mengatur perekonomian negara. Hal ini dikarenakan kedua kebijakan tersebut sangat mempengaruhi perdagangan internasional suatu negara. Menurutnya, perdagangan internasional sangat berperan di masa globalisasi seperti saat ini. 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pemodelan persamaan simultan untuk membuat simulasi model sektor manufaktur pada perekonomian Indonesia. Pemodelan persamaan simultan didapatkan dari persamaan fungsi ekonomi makro dan manufaktur Indonesia. Fungsi-fungsi yang membentuk pemodelan adalah sebagai berikut: • Y = C + I + G + (Ex – Im) (3.1) • C = f (Y,T) (3.2) • I = f (Y,r) (3.3) • Ex = f (Y,ER) (3.4) (3.5) • Im = f (Y,ER) Analisis pengaruh …, Dhani Yudhasmoro, FT UI, 2013 • • • • • • • Y = f (N,K) MS = f (Y,r, P) W = f (N,K, P) Yf = f (Nf,Kf) K = f (Kf) Nf = f (N) Yf = f (Y) (3.6) (3.7) (3.8) (3.9) (3.10) (3.11) (3.12) Persamaan diatas akan dihitung nilainya menggunakan data makro ekonomi Indonesia yang berawal dari tahun 2000 hingga 2012. Data makro ekonomi yang digunakan berasal dari Badan Pusat Statistik Indonesia. Persamaan diatas kemudian dibuat model persamaan simultan, kemudian persamaan simultan diselesaikan menggunakan teknik iterasi Gauss-Seidel. Setelah didapatkan hasil yang konvergen, model sudah dapat digunakan untuk melakukan simulasi menggunakan skenario yang telah ditentukan 4. PEMODELAN Setelah melakukan regresi linier berganda pada masing-masing fungsi didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel (4-1) Model Persamaan Simultan Nomor Persamaan Regresi lnY = -­‐ 41.59 + 3 .13lnN + 0.31lnK 3.2 lnC = 4.05 + 0.41lnY + 0.37lnT 3.3 lnI = -­‐9.92 + 1.87lnY -­‐ 0.15r 3.4 lnEx = 9.35 + 0.34lnY -­‐ 0.06lnER 3.5 lnIm = 0.47 + 0.93lnY + 0.03lnER 3.6 lnN = 12.8 + 0.119lnW + 0.154lnK + 0.002P 3.7 P = -­‐3742.23 + 321.32lnY + 2.033r – 54.813lnMS 3.8 lnYf = -­‐35.06 + 3.06lnNf + 0.21lnKf 3.9 3.10 lnK = 1.0086 lnKf 3.11 lnNf = 0.9012 lnN Kemudian semua persamaan diatas dimodelkan menggunakan software Eviews untuk kemudiaan dapat dilakukan penghitungan nilai spesifik setiap variabel dengan teknik iterasi Gauss-Seidel. Gambar (4-1) Input Model pada Eviews Analisis pengaruh …, Dhani Yudhasmoro, FT UI, 2013 Setelah model persamaan simultan selesai dibuat barulah model dapat disimulasikan menggunakan skenario yang telah ditentukan sebelumnya. Skenario digunakan pada tiga variabel berbeda yaitu variabel upah tenaga kerja, variabel impor barang produksi, dan variabel jumlah uang beredar. Skenario yang diterapkan pada masing-masing variabel sebagai berikut. Variabel Tabel (4-2) Skenario yang ditentukan Growth Low Scenario Baseline High Scenario Upah Buruh (W) 0.43% 0.86% 1.32% Teknologi (K) 4.00% 8.00% 12.00% Money Supply (MS) 2.44% 4.89% 7.33% 5. HASIL DAN ANALISIS Variabel endogen yang difokuskan perhatiannya pada simulasi ini adalah variabel PDB Nasional dan PDB Manufaktur. Dari simulasi yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel (4-3) Rangkuman Hasil Simulasi Skenario Pertumbuhan PDB Manufaktur PDB Nasional Baseline 4.543% 5.724% Upah Rendah 4.517% 5.692% Upah Tinggi 4.645% 5.853% Impor Barang Produksi Rendah 3.794% 4.781% Impor Barang Produksi Tinggi 5.102% 6.429% Money Supply Rendah 3.902% 4.917% Money Supply Tinggi 4.875% 6.142% Data diatas kemudian digunakan untuk menghitung nilai PDB manufaktur dan PDB nasional tiga tahun ke depan. Nilai proporsi manufaktur dapat kita ketahui dengan membagi nilai PDB manufaktur dengan PDB nasional. Untuk menghitung nilai PDB per kapita diperlukan beberapa langkah perhitungan tambahan. Perhitungan PDB per kapita menggunakan beberapa asumsi dan penetapan nilai berdasarkan dengan data historis yang tersedia. Laju inflasi tahunan diasumsikan sebesar 6%. Tingkat pertumbuhan penduduk diasumsikan sebesar 1.15%, didapatkan dari trend pertumbuhan penduduk 2000-2010. Nilai tukar rupiah terhadap dolar US ditetapkan menggunakan acuan nilai tukar rata-rata tahun 2012 yaitu sebesar Rp 9,411.- per dolar US. Hasil perhitungan yang didapatkan ditunjukkan oleh tabel berikut: Tabel (4-4) Hasil Perhitungan Proporsi Manufaktur Pada PDB Skenario Baseline Upah Rendah Tahun Proporsi Mfg PDB per kapita (usd) 2013 24.91% 3990.70 2014 24.63% 4421.43 2015 24.36% 4898.65 2013 24.91% 3989.50 2014 24.63% 4418.76 2015 24.36% 4894.21 Analisis pengaruh …, Dhani Yudhasmoro, FT UI, 2013 Upah Tinggi Impor Barang Produksi Rendah Impor Barang Produksi Tinggi Money Supply Rendah Money Supply Tinggi 2013 24.90% 3995.57 2014 24.62% 4432.23 2015 24.34% 4916.61 2013 24.95% 3955.11 2014 24.72% 4342.91 2015 24.49% 4768.74 2013 24.88% 4017.32 2014 24.57% 4480.60 2015 24.26% 4997.30 2013 24.95% 3960.24 2014 24.71% 4354.19 2015 24.47% 4787.33 2013 24.89% 4006.48 2014 24.59% 4456.46 2015 24.30% 4956.99 Untuk mempermudah melihat hubungan yang terjadi antara proporsi manufaktur dengan tingkat PDB per kapita maka data dari tabel (4-4) dibuat bentuk grafik. Gambar (4-2) Proporsi manufaktur vs PDB per kapita Indonesia Dari grafik dapat kita lihat bahwa tiap tahunnya terjadi peningkatan nilai PDB per kapita Indonesia yang ditunjukkan dengan pergeseran kelompok data menjadi semakin ke atas. Namun disaat yang sama, terjadi pergeseran ke arah kiri yang menunjukkan semakin menurunnya proporsi manufaktur tiap tahunnya. Hal ini berarti bahwa porsi manufaktur telah digantikan dengan sektor-sektor industri yang lain yang memiliki pertumbuhan lebih signifikan dibandingkan sektor manufaktur. Pertumbuhan sektor lain yang lebih signifikan mampu mengalahkan tingkat pertumbuhan sektor manufaktur. Sehingga, walaupun nilai riil sektor manufaktur terus meningkat setiap tahunnya namun proporsi sektor manufaktur pada PDB nasional menurun. Hal ini sesuai dengan trend proporsi manufaktur terhadap PDB yang menurun selama 10 tahun terakhir. Analisis pengaruh …, Dhani Yudhasmoro, FT UI, 2013 6. KESIMPULAN Dari hasil simulasi yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa di masa sekarang proporsi manufaktur pada PDB memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan tingkat PDB per kapita. Hal ini bertolak belakang dengan kondisi pada tahun 1980 yang menunjukkan tingkat hubungan yang berbanding lurus. Adapun hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan sektor industri lain yang mampu mengambil proporsi manufaktur pada PDB nasional. Dari ketiga variabel kebijakan yang dijadikan sebagai input skenario simulasi, variabel impor barang produksi menjadi variabel yang paling berpengaruh dalam pertumbuhan GDP. Variabel Money Supply menyusul impor barang produksi sebagai variabel yang paling berpengaruh berikutnya. Sementara itu variabel upah tenaga kerja menjadi variabel yang paling tidak berpengaruh diantara ketiga variabel yang diujikan. Referensi Boulhol, Herve., Serres, Alain de & Molnar, Margit. (2008). The Contribution of Economic Geography to GDP per Capita. OECD Journal: Economics Studies, 1-37 Elias, Stephen & Noone, Clare. (2011, December). The growth and development of the Indonesian economy. Reserve Bank of Australia Bulletin, 33-43 Felipe, Jesus & Gemma Estrada. (2008). Benchmarking developing Asia's manufacturing sector. International Journal of Development Issues, 97 – 119 Indah, Rizky Purnama. (2010). Pemodelan dan analisis pengaruh kebijakan nilai tukar terhadap perubahan produksi sektor manufaktur. Depok: Universitas Indonesia Maddala, G. S. (2001). Introduction to econometrics. West Sussex: John Wiley & Sons. Martin. (2011). Pemodelan ekspor-impor non-migas Indonesia menggunakan simulasi sistem persamaan simultan: Studi perdagangan internasional dengan China. Depok: Universitas Indonesia Maynard, Jean-Pierre. (2006). The Comparative Level of GDP in Canada and United States: A Decomposition into Labour Productivity and Work Intensity Differences. Statistics Canada Catalogue, 15, 6-46 Meier, Gerald. (1976). Leading issues in economic development. New York: Oxford University Press. Michigan State University. (1978). Agricultural sector planning: A general system simulation. East Lansing: Authors. Saifi, Muhammad Imron. (2009). Pemodelan performa keuangan perbankan melalui simulasi dinamis. Depok: Universitas Indonesia. Singh, Shikha., Chauhan, Kumar Ajay & Pandey, Nikhil. (2012). Foreign Direct Investment (FDI) in BRIC Countries: A Panel Data Analysis of the Trends and Determinants of FDI. European Journal of Economics, Finance, and Administrative Sciences, 53, 48-58. Analisis pengaruh …, Dhani Yudhasmoro, FT UI, 2013 Waterston, Albert. (1979). Development planning: Lessons of experience. Baltimore: The Johns Hopkins University Press. Yotopoulos, Pan A., & Nugent, Jeffery. (1976). Economics of development: Empirical investigations. New York: Harpers & Row Publishers. Zhang Jun. (2003). Investment, investment efficiency, and economic growth in China. Journal of Asian Economics, 14, 713-734 http://bps.go.id http://stats.oecd.org Analisis pengaruh …, Dhani Yudhasmoro, FT UI, 2013