1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anggaran daerah

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang dijadikan pedoman bagi
pemerintah daerah dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen
anggaran daerah sering disebut sebagai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
baik untuk provinsi maupun kota/kabupaten. Seluruh penerimaan dan pengeluaran
pemerintah daerah baik dalam bentuk uang, barang dan jasa pada tahun anggaran
harus dianggarkan dalam APBD (Kawedar dalam Nuarisa 2013).
Menurut UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah proses
penyusunan anggaran melibatkan dua pihak, yaitu pihak ekskutif (pemerintah daerah)
dan pihak legislatif (DPRD). Dimana eksekutif berperan sebagai pelaksana
operasionalisasi daerah yang berkewajiban untuk membuat rancangan UndangUndang. Sedangkan legislatif betugas untuk mengesahkan rancangan UndangUndang dalam proses ratifikasi anggaran.
Dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah juga
menegaskan daerah memiliki kewenangan untuk menentukan alokasi sumber dana ke
dalam belanja-belanja dengan menganut asas kepatuhan, kebutuhan dan kemampuan
daerah. Berdasarkan UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, setiap
1
2
daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tangganya sendiri
dengan sedikit mungkin adanya campur tangan dari pemerintah pusat. Pemerintah
daerah mempunyai kewenangan untuk menggunakan sumber-sumber keuangan yang
dimilikinya sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang berkembang.
Dalam rangka meningkatkan tingkat kepercayan publik, pemerintah daerah
mempunyai upaya yaitu salah satunya dengan adanya pergeseran komposisi belanja.
Pergeseran ini ditujukan untuk peningkatan investasi modal dalam bentuk asset tetap,
yakni peralatan, bangunan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya. Semakin tinggi
tingkat investasi modal diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik,
karena asset tetap yang dimiliki sebagai akibat adanya belanja modal merupakan
prasyarat utama dalam memberikan pelayanan publik oleh pemerintah daerah. Dana
dalam bentuk anggaran belanja modal dalam APBD dialokasikan oleh pemerintah
daerah untuk menambah asset tetap (Siska, 2014).
Alokasi belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan
prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk
fasilitas publik. Selama ini belanja daerah lebih banyak digunakan untuk belanja rutin
yang relatif kurang produktif. Pemanfaatan belanja hendaknya dialokasikan untuk
kegiatan yang lebih produktif misalnya untuk aktifitas pembangunan. (Siska, 2014)
Pemberian otonomi daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu
daerah karena memberi kebebasan kepada pemerintah daerah untuk membuat rencana
3
keuangannya sendiri dan membuat kebijakan-kebijakan yang dapat berpengaruh pada
kemajuan daerahnya. Pertumbuhan ekonomi mendorong pemerintah daerah untuk
melakukan pembangunan ekonomi dengan mengelola sumber daya yang dimiliki dan
membentuk suatu pola kemitraan dengan masyarakat untuk menciptakan lapangan
pekerjaan baru yang akan mempengaruhi perkembangan kegiatan ekonomi dalam
daerah tersebut (Kuncoro dalam Nuarisa, 2013)
Pembangunan ekonomi ditandai dengan meningkatnya produktivitas dan
pendapatan perkapita penduduk sehingga terjadi perbaikan kesejahteraan. Kenyataan
yang terjadi dalam Pemerintah Daerah saat ini adalah peningkatan pertumbuhan
ekonomi tidak selalu diikuti dengan peningkatan belanja modal, hal tersebut dapat
dilihat dari kecilnya jumlah belanja modal yang dianggarkan dengan total anggaran
belanja daerah. Peningkatan alokasi belanja modal dalam bentuk aset tetap seperti
infrastruktur, peralatan dan infrastruktur sangat penting untuk meningkatkan
produktivitas perekonomian karena semakin tinggi belanja modal semakin tinggi pula
produktivitas perekonomian. (Miardi, 2016)
Andaiyani (2013) menyatakan bahwa kebutuhan daerah akan sarana dan
prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk
fasilitas publik memengaruhi besarnya belanja modal. Sehingga pemerintah daerah
seharusnya melakukan pergeseran komposisi belanja yang nantinya dapat
meningkatkan kepercayaan publik. Kenyataan yang terjadi pada pemerintah daerah
saat ini adalah dengan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi ternyata tidak
4
selalu diikuti dengan peningkatan belanja modal, hal ini dapat dilihat dari kecilnya
jumlah belanja modal yang dianggarkan dibandingkan jumlah anggaran belanja
daerah (Dini, 2013).
Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 pasal 157 tentang Keuangan Daerah,
salah satu sumber pendapatan daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan yang
dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Setyowati dan Yohana (2012) menyatakan
Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan daerah yang dapat digunakan untuk
masing-masing daerah yang menyelenggarakan pemerintah dan pembangunan
daerah. Peningkatan PAD diharapkan meningkatkan investasi belanja modal
pemerintah daerah sehingga kualitas pelayanan publik semakin baik, tetapi yang
terjadi adalah peningkatan PAD tidak diikuti dengan kenaikan anggaran belanja
modal yang signifikan hal ini disebabkan karena PAD tersebut banyak tersedot untuk
membiayai belanja lainnya (Dini, 2013).
Pada UU No 23 Tahun 2014 pasal 161 tentang Keuangan Daeah, Dana
Alokasi Umum untuk suatu daerah ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu yang
menekankan
pada
aspek
pemerataan
dan
keadilan
yang
selaras
dengan
penyelenggaraan pemerintahan. Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber
dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan
antar daerah, untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Dengan adanya transfer dana dari pemerintah pusat ini diharapkan
5
pemerintah daerah bisa lebih mengalokasikan PAD yang didapatkannya untuk
membiayai belanja modal di daerahnya (Mayasari, 2014). Namun, pada praktiknya,
transfer dana yang bersumber dari APBN merupakan sumber pendanaan utama
Pemerintah Daerah untuk membiayai operasi utamanya sehari-hari (Dini, 2013).
Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja
modal dalam APBD untuk menambah aset tetap. Belanja modal adalah pengeluaran
yang masa manfaatnya cenderung melebihi satu tahun dan akan menambah aset
kekayaan pemerintah, selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk biaya
operasional dan biaya pemeliharaan. Dengan demikian, pemerintah daerah harus
mampu mengalokasikan anggaran belanja modal dengan baik karena belanja modal
merupakan salah satu langkah bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan pelayanan
publik dalam rangka mengahadapi desentralisasi fiskal.
Belanja modal memiliki perananan penting karena memiliki masa manfaat
jangka panjang untuk memberikan pelayanan kepada publik. Alokasi belanja modal
ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk
kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik. Belanja
modal dimaksudkan untuk mendapatkan aset tetap pemerintah daerah, seperti
peralatan, bangunan, infrastruktur dan harta tetap lainnya. Peningkatan alokasi
belanja modal dalam bentuk aset tetap seperti peralatan dan infrastruktur sangat
penting untuk meningkatkan produktivitas perekonomian karena semakin tinggi
belanja modal semakin tinggi pula prouktivitas perekonomian (Mayasari, dkk, 2014).
6
Dewasa ini, kenyataanya peningkatan pertumbuhan ekonomi pada pendapatan
asli daerah dan belanja modal dalam penerimaan APBD sangat rendah, sedangkan
pada Dana alokasi umum terjadi peningkatan yang tinggi. Hal ini mengakibatkan
peranan atas pendapatan asli daerah terhadap kegiatan daerah menjadi kecil yang
seharusnya pendapatan asli daerah menjadi sumber utama untuk membiayai
pelaksanaan kegiatan daerah (Miardi, 2016).
Pada dasarnya penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada
pengaruh antara Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi
Umum terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Tengah selama periode 2013-2014. Penelitian ini penting untuk dilakukan karena
provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi yang luas dan memiliki 35 daerah yang
terdiri dari 29 kabupaten dan 6 kota pemerintahan yang masing-masing memiliki
pendapatan dan pengeluaran yang berbeda antara daerah satu dengan daerah yang
lainnya.
Penelitian ini mereplikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Miardi Nurzen
(2016). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan variabel yang
ada pada penelitian Miardi Nurzen (2016), yaitu Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan
Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dengan studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2014.
Sedangkan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Miardi (2016) dengan studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Timur Tahun 2012-2014. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Miardi
7
(2016) menunjukkan bahwa Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum berpengaruh terhadap alokasi belanja modal.
Berdasarkan
latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli
Daerah, Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Tengah (Studi Kasus Pada Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah
Periode 2013-2014)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik
perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh terhadap belanja modal pada
Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2014?
2. Apakah Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap belanja modal pada
Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2014?
3. Apakah Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap belanja modal pada
Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2014?
8
C. Tujuan Penelitian
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam rumusan masalah, penelitian ini memiliki
tujuan:
1. Untuk mengetahui pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap belanja modal pada
Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2014.
2. Untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap belanja modal
pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2014.
3. Untuk mengetahui pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap belanja modal pada
Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2014.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain :
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberikan gambaran yang jelas
mengenai pengalokasian berbagai sumber daya dan potensi yang dimiliki oleh
suatu daerah dalam hal pemenuhan sarana dan prasarana untuk kepentingan
kesejahteraan masyarakat.
b. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan mampu memberikan bahan
masukan bagi kinerja pemerintah dalam pengambilan berbagai keputusan,
sehingga mampu memberikan keputusan yang tepat, efisien dan efektif bagi
kepentingan masyarakat.
9
2. Manfaat akademis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bahan referensi bagi penelitianpenelitian selanjutnya.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan suatu uraian mengenai susunan penulisan secara
teratur dalam beberapa bab sehingga memberikan suatu gambaran yang jelas tentang
apa yang ditulis. Sehingga urutan pokok-pokok pikiran yang ada dalam bab-bab dan
sub bab pada skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I :
PENDAHULUAN
Pendahuluan berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan
manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka berisikan teori-teori yang berhubungan dengan pokok
permasalahan yang dipilih yang dijadikan landasan dalam penulisan ini.
Selain itu dalam bab ini juga dijelaskan mengenai penelitian terdahulu,
hubungan logis antar variabel dan perumusan hipotesis dan kerangka
pemikiran.
10
BAB III : METODE PENELITIAN
Metode penelitian diuraikan mengenai variabel penelitian dan definisi
operasional, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode
pengumpulan data, uji kualitas data, metode analisis data, penelitian
terdahulu, hipotesis, dan kerangka pemikiran.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan berisikan mengenai analisis deskriptif objek
penelitian yang menjelaskan karakteristik responden, uji kualitas data, hasil
penelitian di lapangan berdasarkan perhitungan menggunakan uji hipotesis
dan regresi linier berganda.
BAB V : PENUTUP
Penutup terdiri dari simpulan, keterbatasan penelitian, saran atas hasil
penelitian, dan agenda penelitian selanjutnya sesuai dengan hasil analisis
data yang dilakukan.
Download