BAB II Tinjauan Pustaka

advertisement
4
TINJAUAN PUSTAKA
Ruang Terbuka Kota
Ruang terbuka atau ruang publik merupakan ruang yang diperlukan warga
untuk melakukan kontak sosial. Ruang ini dapat berupa pekarangan umum,
lapangan, alun-alun dan lain sebagainya. Bantaran sungai dapat dikatakan sebagai
ruang terbuka karena pemanfaatannya. Pemanfaatan bantaran itu dapat dijadikan
sebagai lapangan, rekreasi atau tempat bermain untuk musim-musim tertentu.
Kawasan perairan merupakan salah satu sarana dan wadah yang vital bagi
manusia dari dulu hingga sekarang. Sejarah perkembangan daerah-daerah urban di
berbagai penjuru dunia menyebutkan bahwa perairan adalah salah satu sarana
tertua dan terpenting dalam kehidupan sosial maupun ekonomi masyarakat.
Berbicara mengenai kawasan perairan, tidak bisa terlepas dari kawasan di
sepanjang tepian perairan tersebut. Kawasan di tepian perairan tentu saja menjadi
pusat kegiatan yang strategis, ramai dan sangat diminati (Budihardjo, 1997).
Ruang terbuka dapat berupa waterfront (kawasan pantai, tepian danau,
maupun tepian aliran sungai), blueways (aliran sungai, aliran air lainnya serta
hamparan banjir), greenways (jalan bebas hambatan, jalan di taman, jalan setapak,
koridor transportasi, jalan sepeda dan jogging track), taman kota dan area rekreasi
serta ruang terbuka penunjang lainnya (reservoir, hutan kota, kolam renang,
lapangan golf, lapangan olahraga dan lain-lain). Dalam suatu perkotaan ruang
terbuka memiliki beberapa peran, diantaranya menciptakan harmoni tata
lingkungan perkotaan sehingga memberikan unsur keindahan, menyediakan ruang
terbuka hijau berupa tanaman yang mengurangi pencemaran serta memberikan
ruang gerak bagi segenap masyarakat yang memerlukannya.
Perencanaan open space, termasuk pertamanan, pada daerah ini dapat
diarahkan untuk menampilkan pemandangan alami yang menarik dan dinamis
sepanjang tepi air dan juga pemanfaatan elemen suara yang ditimbulkan oleh arus
air. Sajian desain berorientasi pada tempat-tempat dimana elemen air digunakan
secara intensif atau pada daerah tepian dimana ditampilkan struktur arsitektural
berupa bentuk dan material dari elemen-elemen taman seperti jalur-jalur jalan dan
elemen lainnya. Jalur kendaraan dan pedestrian direncanakan mengikuti aliran air
5
sehingga akan menghasilkan suatu tahapan sajian dalam suatu bentuk aktivitas
pergerakan (Nurisjah dan Pramukanto, 1995).
Simonds dan Starke (2006) menyatakan bahwa sebagai sebuah
sumberdaya, badan air berpotensi untuk kegiatan rekreasi di wilayah perairannya
sendiri maupun sepanjang tepinya. Badan air memiliki nilai, keindahan, yaitu
pemandangan dan air itu sendiri yang membangkitkan perasaan menyenangkan.
Bantaran Sungai
Daerah sungai meliputi aliran air, alur sungai termasuk bantaran, tanggul
dan areal yang dinyatakan sebagai daerah sungai. Pemanfaatan daerah sungai baik
untuk kepentingan perseorangan atau umum perlu memperhatikan adanya
kepastian bahwa fungsi sungai tidak terganggu, misalnya waktu banjir air sungai
masih dapat mengalir dengan lancar dan tidak mengganggu fungsi bangunanbangunan seperti tanggul, tebing, pintu-pintu air dan sebagainya (Sosrodarsono
dan Tominaga, 1994)
Bantaran sungai merupakan kawasan penyangga (buffer) daerah
pengelolaan air, berfungsi sebagai tanggul sungai, berada pada kanan dan kiri
badan sungai. Kawasan ini dicirikan oleh batuan dasar yang keras yang secara
alami air tidak mampu lagi untuk menerobosnya, hingga kadang kala bentuknya
berkelok-kelok. Penutupan vegetasinya spesifik (riparian), membentuk satuan
ekologik terkecil, dan dipengaruhi oleh ketinggian tempat dan jenis batuannya,
bantaran sungai merupakan jalur koridor hijau alur badan sungai yang
memberikan jasa ekologi sebagai penyaring air limpasan, penahan nutrien dan
sedimen, juga merupakan habitat bagi kehidupan satwa liar seperti mamalia
terbang, binatang melata, reptil, burung, dan beberapa jenis satwa lainnya.
Lanskap bantaran sungai merupakan kawasan perbatasan yang tidak saja
penting secara ekologis karena kekayaan jenisnya atau fungsinya sebagai koridor
alami, tetapi juga potensial dikembangkan sebagai kawasan rekreasi karena
memberikan kenyamanan pengalaman bagi seseorang. Kawasan bantaran sungai
merupakan suatu kesatuan lahan yang letaknya berbatasan langsung dengan tepian
air sungai, yang masih memiliki pengaruh dominan karakteristik lingkungan tepi
air baik secara morfologis, maupun ekologis (Wikantiyoso, 2009).
6
Jakarta sebagai kota yang memiliki banyak sungai, maka Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta seharusnya merefungsi bantaran sungai bebas dari sampah
dan permukiman, serta menjadikan halaman muka bangunan dan wajah kota.
Meski memakan waktu yang lama, upaya revitalisasi bantaran sungai harus diikuti
sosialisasi yang mendorong warga untuk berpartisipasi pindah secara sukarela
bergeser (bukan tergusur) ke kawasan terpadu yang komprehensif. Setelah itu,
bantaran sungai (dan juga bantaran rel kereta api, jalur tegangan tinggi, kolong
jalan layang) dapat dikembangkan sebagai taman penghubung antar-ruang kota
(urban park connector). Warga dapat berjalan kaki atau bersepeda menyusuri
sungai menuju ke berbagai tempat tujuan harian (kantor, sekolah, pasar) dengan
aman, nyaman, dan bebas kemacetan sambil menikmati keindahan lanskap tepi
sungai. Pengoperasionalan perahu air sebagai alat transportasi air kota (waterway)
dan taman penghubung (jalur sepeda) akan mendukung pola transportasi makro
terpadu Jakarta (Joga, 2010).
Sebagai upaya untuk mengembalikan fungsi kawasan tepian sungai
sebagai kawasan lindung namun tetap dapat dimanfaatkan oleh warga kota
sebagai suatu kawasan yang berfungsi sosial maka perlu adanya konsep penataan
kawasan tepian sungai. Tingginya kebutuhan ruang aktivitas serta adanya
kompetisi dalam pemanfaatan lahan di perkotaan mengakibatkan naiknya nilai
ekonomis lahan, terutama pada kawasan-kawasan yang memiliki nilai komersial
maupun strategis, yang pada akhirnya menyebabkan tekanan dan penghancuran
terhadap kawasan yang berkaitan dengan keberadaan ruang-ruang terbuka publik
yang ada di perkotaan. Ruang-ruang terbuka publik seperti alun-alun, taman,
tempat bermain, lapangan olahraga, lenyap satu per satu berganti dengan
bangunan dan perkerasan. Semakin langkanya ruang terbuka di perkotaan berarti
akan semakin berkurang pula ruang-ruang publik yang sangat dibutuhkan oleh
warga kota akan kebutuhan sosial dan psikologis. (Budihardjo, 1997).
Masyarakat Tepi Sungai
Kehidupan masyarakat tepi sungai identik dengan budaya dan faktor
kemiskinan. Sungai merupakan urat nadi kehidupan dan perekonomian
masyarakat. Air sungai dimanfaatkan untuk keperluan hidup sehari-hari, minum,
7
memasak, mencuci dan kakus. Sungai merupakan sarana transportasi dan sumber
penghidupan.
Sebagian besar masyarakat tidak punya pilihan lain dan tetap
mengandalkan air sungai untuk keperluan sehari-hari akibat faktor kemiskinan.
Pembangunan tidak memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Bahkan, masyarakat sepanjang tepi sungai justru menerima dampak
kerugian berupa bencana banjir dan kekeringan, pencemaran sungai, rusaknya
tatanan sosial budaya dan ekonomi warga (Susanto, 2010).
Orientasi pola kehidupan masyarakat juga mulai mengalami perubahan,
yang dahulu menjadikan sungai sebagai sumber kehidupan, orientasi hidup dan
identitas diri (budaya sungai), sekarang sebagian dari mereka sudah mulai
berorientasi ke daratan (budaya darat) dan meninggalkan kehidupan sungainya,
menjadikan sungai sebagai bagian belakang rumahnya. Akibatnya terjadi
penurunan hingga kerusakan lingkungan berupa pendangkalan, penyempitan,
menurunnya kualitas air sungai dan banyak sungai yang hilang tertutup hunian
atau diuruk untuk berbagai pembangunan.
Di Indonesia, rumah di pinggiran sungai tidak tertata, seadanya, jemuran
menggantung di mana-mana. Penggusuran sering menjadi isu menakutkan
masyarakat pinggiran sungai karena menyalahi aturan. Peraturan Pemerintah
no.35 tahun 1991 menyebutkan, sempadan sungai merupakan kawasan sepanjang
kiri kanan sungai, termasuk kanal, yang sangat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi sungai. Sungai dilindungi dari kegiatan manusia yang dapat
mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar
sungai, serta mengamankan aliran sungai (Savitri, 2009).
Kota-kota di pinggir sungai dan tepi pantai di dunia yang sukses dalam
penataannya antara lain : Bangkok-Thailand, Istanbul-Turki dengan Sungai
Bosfurus, Shanghai-Cina yang dalam dua tahun mengubah sungainya atau
Venesia di Italia yang terkenal dengan wisata kanal membelah kota. Singapura
pun dalam waktu yang singkat berhasil mengubah pinggiran sungai menjadi
tempat piknik yang nyaman (Yoga, 2008).
Sebuah penelitian yang bertajuk "Community Participation in Riverfront
Development" ("Partisipasi Komunitas dalam Pengembangan Muka Sungai")
8
dilakukan di kawasan tepi Ohio River, sebuah sungai di negara bagian Ohio,
Amerika Serikat. Pada penelitian tersebut, masyarakat diajak berpartisipasi untuk
merancang ulang wilayah tepi sungai Ohio melalui proses brainstorming, survey,
serta workshop yang akhirnya menghasilkan sebuah proposal desain ulang
kawasan tepi sungai sebagai objek rekreasi dan pusat aktivitas masyarakat. Proyek
ini hanyalah salah satu dari sekian banyak contoh pelibatan masyarakat dalam
pembangunan lingkungan tepi sungai yang tidak hanya tepat sasaran, tetapi juga
berkelanjutan. Pelibatan masyarakat dalam upaya pemerintah untuk melestarikan
lingkungan melalui kegiatan semacam ini tentu akan lebih efektif dalam
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam memelihara
dan menjaga fasilitas tersebut (Noviansyah, 2009).
Kanal
Kanal adalah terusan buatan yang merupakan badan air selain sungai.
Kanal dapat dibentuk dari sungai itu sendiri maupun hasil sudetan. Ada dua tipe
kanal, yaitu (1) kanal irigasi yang digunakan untuk mengalirkan air dan (2)
waterway, yaitu kanal transportasi yang dapat dilayari untuk lintasan orang orang
maupun barang dan seringkali terhubungkan dengan danau, sungai dan lautan.
Beberapa kanal waterway merupakan sungai yang dikanalkan dengan cara
melebarkan sungai maupun memperdalam beberapa bagian dengan kapal keruk
dan membangun pintu air.
Kanal, sungai, dan alur air (stream, creek) merupakan contoh dari
lingkungan lotik atau model air yang mengalir. Faktor utama yang berpengaruh
terhadapa aliran air lingkungan lotik ini menurut Nurisjah (2004) adalah :
a. Kecepatan aliran,
b. Turbiditas, dan
c. Suhu.
Dalam perencanaan penggunaan lahan dalam kaitannya dengan sungai dan
badan air, tujuan yang wajar jika mengambil keuntungan dengan pendekatan
manfaat. Secara umum, bagian dari lanskap Amerika dihubungkan dengan sistem
jaringan kanal, bahkan beberapa telah beroperasi sejak zaman kolonial, namun
ada juga yang telah lama ditinggalkan. Ketika ditemukan kembali dan diaktifkan
9
di pedesaan atau perkotaan, kanal tersebut dilengkapi dengan jalur bersepeda di
sepanjang sisinya sehingga menjadi fasilitas yang berharga bagi masyarakat
sekitarnya.
Manusia memiliki ketertarikan pada air. Ini adalah kecenderungan alami
ketika manusia memiliki keinginan untuk berjalan kaki di sepanjang tepi sungai
atau jalur, untuk beristirahat di tepi sambil menikmati pemandangan dan suara,
serta untuk melintas ke tepi yang lainnya. Keinginan ini harus diakomodasi dalam
perencanaan tapak. Jalur pergerakan akan disesuaikan untuk memberikan
berbagai pandangan dan eksplorasi visual dari elemen air. Pada titik dimana
penggunaan air intensif atau di mana terdapat pertemuan tanah dan air, maka
harus diberikan perlakuan arsitektur yang lebih, bentuk dan bahan jalur dan
daerah digunakan akan menjadi lebih struktural juga (Simonds dan Starke, 2006).
Upaya pertama yang berhasil di Amerika Serikat, yakni upaya yang
menjadi model bagi proyek sungai perkotaan lainnya, adalah River Walk di San
Antonio, Texas. Menarik untuk diperhatikan bahwa pemuka masyarakat di San
Antonio pernah mempertimbangkan untuk menutup bagian saluran San Antonio
River ini dengan beton dan memperlakukannya terutama sebagai saluran buangan
yang sangat besar guna mengurangi bahaya banjir di kota tersebut. Untungnya,
terdapat juga kelompok masyarakat yang menentang penutupan sungai tadi, dan
melalui usaha mereka, saluran tersebut bukan hanya diselamatkan melainkan
diubah menjadi fasilitas taman kota yang paling berharga. Pada dasawarsa yang
lalu dan sebelumnya, banyak proyek serupa telah dilaksanakan di kota lain,
termasuk Boston, Baltimore, dan New Orleans (Catanese dan Snyder, 1996).
Kanal Banjir Timur
Kanal Banjir Timur direncanakan untuk menampung aliran Kali Cipinang,
Kali Sunter, Kali Buaran, Kali Jati Kramat dan Kali Cakung. Kanal dengan
panjang 23,5 km dan lebar 100 meter hingga 300 meter ini akan melintasi 13
kelurahan (dua kelurahan di Jakarta Utara dan 11 kelurahan di Jakarta Timur). Inti
konsep dari pembuatan Banjir Kanal Timur ini adalah pengendalian aliran air dari
hulu sungai dan mengatur volume air yang masuk ke kota Jakarta. Termasuk juga
disarankan adalah penimbunan daerah-daerah rendah.
10
Rencana perbaikan tata air bagi Kota Jakarta yang disusun oleh Van Breen
pada tahun 1920 ini adalah usaha pertama yang dilakukan di Jakarta. Rencana ini
bersifat jangka panjang dan memerlukan penjabaran lebih lanjut sejalan dengan
perkembangan kota. Kanal Banjir (Terusan Banjir) adalah inti dari tahap
permulaan bagi usaha pengendalian banjir sekaligus pengamanan pasokan air
guna memenuhi kebutuhan pembersihan kota di musim kemarau.
Kanal Banjir Barat yang sudah ada mengelakkan arus banjir dari Kali
Ciliwung ke arah barat, sedangkan Kanal Banjir Timur mengelakkan arus banjir
dari Kali Cipinang ke arah timur. Kedua terusan ini menangkis dan menampung
secara langsung atau tidak langsung beberapa sungai dalam perjalanannya
masing-masing ke laut.
Akhirnya pada tahun 1970-an, berkat bantuan hibah Negara Belanda,
tersusun suatu Master Plan bagi tata air Jakarta yang meliputi dua unsur inti :
a. Terusan Banjir Barat
b. Terusan Banjir Timur
Kedua-duanya adalah alur buatan yang mengitari wilayah Kota Jakarta
seakan-akan suatu tembok benteng yang menangkis serangan arus banjir dari
selatan dan mengelakkannya mengelilingi kota langsung ke laut. Dua terusan
tersebut tidak hanya berperan sebagai pengelak banjir tetapi juga sebagai reservoir
guna memasok air ke kota pada musim kemarau (Soehoed, 2004).
Rekreasi
Rekreasi
merupakan
aktivitas
penggunaan
waktu
luang
yang
menyenangkan, yang dapat dilakukan baik di dalam maupun di luar ruangan.
Rekreasi harus juga merupakan masa istirahat dan juga penyembuhan bagi
seseorang sehingga pada kelanjutannya dia dapat kembali bekerja dengan lebih
baik (re-creation). Rekreasi ini direncanakan tidak hanya untuk berbagai bentuk
aktivitas yang menyenangkan, tetapi juga untuk memperkaya, memperluas dan
mengembangkan kemampuan seseorang untuk sesuatu yang baru dan yang lebih
memuaskan. Rekreasi dapat berbentuk rekreasi fisik (olahraga, berjalan-jalan) dan
juga rekreasi psikis yang melibatkan pikiran, perasaan, dan kenyamanan.
11
Untuk menghasilkan suatu rencana area rekreasi yang baik, ada beberapa
hal yang harus diperhatikan dan dianalisis :
a. potensi dan kendala sumberdaya tersedia,
b. potensi pengunjung,
c. kebijakan
dan
peraturan
yang
terkait
dengan
sumberdaya
dan
penggunaannya, dan
d. Alternatif dan dampak dari perencanaan dan pelaksanaan yang dilakukan.
Merencanakan suatu lanskap untuk kawasan rekreasi, terutama rekreasi
luar-ruang (outdoor recreation, rekreasi alam), adalah merencanakan suatu bentuk
program rekreasi yang sesuai dan terbaik pada suatu sumberdaya lanskap yang
tersedia (lanskap yang berbukit, pesisir, perkampungan, dan lainnya). Hal ini
terutama untuk menjaga keindahan alami dan keunikan yang dimiliki oleh lanskap
atau bentang alam tersebut serta juga untuk melindungi kelestarian ekosistemnya,
terutama, bila direncanakan pada area dengan ekosistem yang peka, langka atau
unik.
Program rekreasi di luar ruangan atau dalam ruangan, umumnya
direncanakan untuk penciptaan lingkungan fisik luar atau bentang alam yang
mendukung tindakan dan aktivitas rekreasi manusia guna mendukung keinginan,
kanyamanan dan kepuasannya. Kategori aktivitas rekreasi ini antara lain
mencakup aktivitas berjalan (hiking, bersepeda, menunggang kuda, berlayar, ski
air), aktivitas sosial (olah raga, berkemah, piknik), aktivitas estetik atau artistik
(fotografi, melukis, melihat dan menikmati pemandangan), aktivitas yang bersifat
petualangan (mendaki gunung, memanjat tebing, arung jeram, outbond), dan
aktivitas untuk kelangsungan hidup (survival) seperti memancing dan berburu.
Dalam kaitannya dengan pengunjung, maka perilaku dan keinginan
pengunjung harus diperhatikan untuk menjamin keberlangsungan kawasan
rekreasi yang direncanakan. Aktivitas dan fasilitas yang direncanakan, selain
untuk mengakomodasi perilaku dan keinginan positif pengunjung juga untuk
menjaga kelestarian kawasan rekreasi (Nurisjah dan Pramukanto, 2008).
Gold (1980) menggolongkan rekreasi dalam empat kategori :
1. Rekreasi fisik, yaitu bentuk rekreasi yang membutuhkan usaha fisik dalam
melakukan aktivitas rekreasi,
12
2. Rekreasi sosial, yaitu bentuk rekreasi yang mencakup interaksi sosial dan
aktivitasnya,
3. Rekreasi kognitif, yaitu rekreasi yang mencakup kebudayaan , pendidikan
dan estetika,
4. Rekreasi yang berhubungan dengan lingkungan, yaitu rekreasi yang
memanfaatkan sumber daya alam, seperti tanaman, air dan pemandangan.
Perencanaan Lanskap Bantaran Kanal
Nurisjah dan Pramukanto (2008) menyatakan bahwa perencanaan lanskap
adalah salah satu kegiatan utama dalam arsitektur lanskap. Perencanaan lanskap
merupakan kegiatan penataan yang berbasis lahan (land base planning) melalui
kegiatan pemecahan masalah dan merupkan proses pengambilan keputusan jangka
panjang guna mendapatkan suatu model lanskap yang fungsional, estetik dan
lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya
meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraannya.
Perencanaan yang baik merupakan proses yang dinamis, saling terkait dan
saling menunjang satu sama lain. Proses ini merupakan alat yang sistematis yang
digunakan untuk menentukan keadaan tapak pada saat awal, keadaan yang
diinginkan, serta cara dan model terbaik yang diinginkan pada tapak. Proses
perencanaan lanskap dimulai dengan tahap persiapan, inventarisasi, analisis,
sintesis, perencanaan dan perancangan.
Proses perencanaan lanskap dimulai dengan tahap persiapan dimana pada
tahapan ini perencanaan harus dapat memperhatikan, menafsirkan dan menjawab
berbagai kepentingan ke dalam produk yang direncanakan. Dengan kata lain,
proses persiapan merupakan perumusan tujuan program dan informasi lain
tentang keinginan pemakai atau pemilik.
Simonds dan Starke (2006) juga menyatakan bahwa proses perencanaan
merupakan suatu alat yang sistematik yang digunakan untuk menentukan saat
awal, keadaan yang diharapkan dan cara terbaik untuk mencapai keadaan tersebut.
Hal-hal yang harus dilestarikan antara lain pemandangan dari suatu lanskap,
ekosistem serta unsur-unsur yang langka untuk mencapai penggunaan terbaik dari
suatu lanskap.
13
Dalam bentang alam atau lanskap, air merupakan salah satu unsur penentu
utama dari kelangsungan fungsi dari suatu badan air, terutama dalam kaitannya
dengan pemanfaatan badan air tersebut dalam suatu tatanan fungsional lanskap.
Perencanaan, perancangan dan pengelolaan lanskap yang berdasarkan suatu
sistem badan air yang sesuai dan baik serta bernilai secara arsitektural, yaitu
fungsional dan estetis, haruslah dilandasi dengan pengetahuan terhadap bentuk,
ciri dan karakteristik serta perilaku badan air, dan juga kondisi airnya secara
alami. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan lanskap tepian
badan air antara lain :
1. meminimumkan gangguan seperti terhadap stabilitas lereng dan mencegah
erosi,
2. memelihara aliran air, antara lain dengan menghindari pembuatan struktur
yang dapat menghalangi aliran air,
3. desain harus tahan terhadap keadaan yang paling buruk,
4. mempertimbangkan kemungkinan terjadinya luapan air, misalnya dengan
memperhatikan banjir 50 tahunan.
5. desain perkerasan yang fungsional dan tidak licin,
6. pemilihan dan penggunaan material yang sesuai dengan keadaan cuaca
dan tahan terhadap air, dan
7. mencegah adanya aliran permukaan yang mengandung bahan pencemar
yang masuk mengikuti aliran air. (Nurisjah dan Pramukanto, 1995)
Untuk
dapat
memanfaatkan,
mempertahankan
dan
melestarikan
keberadaan berbagai sumberdaya air ini maka terlebih dahulu haruslah diketahui
bentuk, ciri dan karakter, potensi dan kendala, serta berbagai bahaya (hazards,
danger signals) yang potensial atau mungkin ditimbulkan oleh badan-badan atau
wadah air ini. Disamping berbagai hal ini, maka sifat-sifat yang penting dari
kelestarian dan estetika air yaitu sifat fisik, kimia dan biologis air harus juga
diketahui dimana ketiganya dapat merupakan indikator utama dan penentu dari
rencana pemanfaatan dan penataan (perencanaan dan perancangan) lanskap yang
terkait dengan sistem badan air ini secara biofisik, termasuk juga rencana
pengendalian dan pengelolaannya (Nurisjah, 2004).
14
Dalam penggunaan air, Simonds dan Starke (2006) mengemukakan tiga
prinsip : (1) semua penggunaan yang berhubungan harus sesuai dengan
sumberdaya air lanskap, (2) intensitas dari penggunaan yang diintroduksikan tidak
boleh melebihi daya dukung atau toleransi biologis dari area daratan dan perairan,
serta (3) kelestarian sistem alami dan sistem terbangun terjamin.
Download