Pengaruh Jumlah Inti Blister Terhadap Ketebalan

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi dan Ekologi Tiram Mutiara
Tiram mutiara termasuk
dalam kelas Brvalvza dan famili Ptendae.
Menmt Brusca (1990), nama f i l m moluska berasd dari bahasa latin moluscrcs
yang beParti lunak yang merupakan sinonim dari mollusces menjadi molluscs.
Keluarga yang dikenal sebagai penghasil mutiara dengan kualitas tinggi adalah
genus Pznctada dan Ptena.
Tiram mutiara (Ptena pengurn) mempunyai cangkang luar yang tidak
sama bentuknya (~nequlvalve)berwarna colclat kehitam-hitaman dengan garis
radier kecil-kecil, tidak jelas dan berwarna terang yang dihubungkan sepasang
engsel (hinge), sehingga cangkang bisa membuka dan menutup. Cangkang
cembung, ukuran dorso-ventral lebih panjang dari pada anterior-posterior yang
menyerupai sayap yang cukup panjang (Chernohorsky et al. 1978 dalam Gervis
dan Sims 1992).
Menurut Cahn ( 1949), bahwa tiram mutiara terdin dari tiga bagian yaitu;
kaki, mantel dan kumpulan organ bagian ddam (vzceral mass). Kaki merupakan
salah satu bagian tubuh yang bersifat elastis, terdiri dari susunan jaringan otot,
yang dapat meregang. Tiram mutiara termasuk "monomary", yaitu hewan yang
memiliki otot tunggal, berfungsi untuk membuka dan menutup cangkang.
Sepertt pada semua jenis moluska, eangkang tiram mutiara terbentuk oleh
mantel dengan mengeluarkan sel-sel
yang dapat mernbentuk struktur cangkang
(penostracum layer, pnsmattc layer dan nacreus layer) serta corak warnanya
bergantung kepada faktor genetik. Mantel membungkus organ bagian dalam dan
memisahkannya dengan bagian cangkang, serta menyeleksi unsur-unsur yang
terisap dan menyemburkan kotoran keluar.
Tiram mutiara (Pterra penguzn) hidup pada kedahnan 5-30 meter, dengan
salinitas kurang lebih 30 ppt, suhu 28-30°C, kecmahan 4,5-6,5 mydan ditemukan
menempel pada ranting-ranting hitam (Tun dan Winanto 1988). Menurut Angell
(1986) pertumbuhan yang baik untuk tiram dengan salinitas 16-30 ppt dan suhu
air 28-3 I0C. Kedalaman optimal untuk pertumbuhan adalah berkisar antara 8-10
meter, hal ini berkaitan dengan ketersediaan pakan untuk pertumbuhan tiram dan
pengontrolan faktor fisika dan biologi (Smitasiri et al. 1994). Buhdaya tiram
(Pteria penguin) di perairan Sulawesi dilakukan pada kedalaman &8 meter
(Parenrengi et al. 1998) dan bebas dari pencemaran (Gramno 1999). Sedangkan
untuk pertumbuhan Plnctada margantlfera yang baik adalah pada kedalaman
pemeliharaan 6 m (Atmomarsono et al. 1993).
Histologi dan Fungsi Mantel
Secara histologi, mantel terdiri atas selaput jaringan penghubung yang
dilindungi sel-sel epitel, bagian yang berhubungan dengan cangkang sebelah
dalam hsebut epitel luar, mengeluarkan zat kapur untuk membentuk cangkang
(Mulyanto 1987). Sel epitel lw ini juga menghasilkan kristal kalsium karbonat
(CaC03) dalam bentuk kristal aragonit, lebih dikenal sebagai "nacre" atau mother
of pearl dan laistal heksagonal kalsite yang merupakan pembentuk lapisan seperh
prisma pada can-.
Sel-sel ini juga mengeluarkan zat or-
dan protein yang
disebut conchiolin (C32&8N2011),dengan bahan kristal yang mengandung kapur
sebagai perekat dan seperti lendir (Cahn 1949). Kandungan asam amino yang
terdapat pada sel adalah berfUngsi membentuk sel jaringan dan sebagai bahan
membran sel yang membentuk jaringan pengikat, misalnya kolagen dan elasm.
Menurut Miller (1959) dalam Dwiponggo (1976), jika potongan mantel
yang diambil dari tiram dirnasukkan ke dalam organ bagian dalam, maka sel epitel
tersebut dapat memproduksi xl-sel baru dan
tens berkembang disamping
menghasllkan bahan kapur (calcareous). Fungsi dari sel epitelium
ialah
memproduksi sel-sel baru selama proses pembentukan lapisan mutiara (Wada
1991). Pada kondisi yang sesuai mantel dapat dicangkokkan ke dalam organ lain
(Mulyanto 1987).
Proses Terjadinya Mutiara Blister
Mutiara blister secara alami terjadi ketika suatu benda asing masuk ke
dalam tiram tetapi tidak mendapat kesempatan untuk masuk ke dalam mantel.
Benda asing tersebut menetap diantara cangkang dan mantel akan tertutup oleh
nacre, karena tirarn membuat mgkangnya sepanjang waktu. Mutiara alami
tersebut terbentuk di atas cangkang, sehingga terbentuklah lapisan mutiara blister
pada cangkang (Mudasir 1981).
Pada peristiwa yang lain mutiara tefbentuk karena adanya rangsangan dari
suatu benda
aiau parasit yang masuk di luar kesengajaan di antara cangkang dan
mantel, kemudian menembus epithel luar dan masuk ke bagian dalam mantel.
Sebagian sel epithel luar akan menimbulkan rangsangan untuk bekernbang dan
membentuk satu kesatuan, sel yang berhubungan dengan benda tersebut akan
mensehesikm lapisan nacre sepanjang waktu
terbentuklah lapisan mutiara
dengan benda (inti) sebagai pusatnya (Cah. 1949).
Menurut Mulyanto (1987), tiram yang hendak dirnasukkan inti atau
operasi hendaknya mempunyai kelengkapan organ dan kondisi tubuh yang sehat.
Pada waktu matang telm jaringan tubuh tiram sangat peka terhadap rangsangan
dari luar, oleh karena itu tidak dapat dilakukan operasi pemaangan inti dan
apabila operasi ini dipaksakan juga biasanya tiram akan mengalami stress dan
pelapisan yang tefbentuk tidak sempurna.
Pertumbuhan dan Pelapisan Mutiara
Pertumbuhan didefinisikan sebagai berbagai perubahan pada ukuran atau
jumlah materi tubuh. Kualifikasi ukuran untuk pertumbuhan dapat berupa panjang
dan bobot (basah, kering atau abu). Pada dassnnya pertumbuhan dan pelapisan
mutiara (Pterra pengum) adalah pertambahan bobot dagmg dan cangkangnya
yang tergantung pada ketersediaan pakan dan perubahan kondisi lingkungan.
Sedangkan pertambahan bobot cangkang tiram dipengaruhi oleh kandungan
makro mineral dan fosfor dalam perairan. Suharyanto dan Sudrajat (1993)
menyatakan pertumbuhan tiram meliputi pertumbuhan daging dan cangkang
(bobot tiram). Kecepatan pertumbuhan daging tidak selalu seiring dengan
kecepatan pertumbuhan
cangkang karena kedua pertumbuhan tersebut
dipengaruhi oleh faktor yang berbeda. Selain itu pula struktur rnikro dan
komposisi asam amino mempengaruhi pula pembentukan cangkang dan lapisan
mutiara atau nacre (Marin dan Dauphin 1992).
Pertumbuhan adalah hasil perkembangan yang harmonis dari organ-organ,
seperti cangkang, otot, jaringan Pdiposa dan jaringan-jaringan perdrat yang
merupakan komponen utama tubuh tiram. Kecepatan pertumbuhan dipengaruhl
oleh beberapa faktor, yaitu lingkungan, pakan, fisiologis dan genetk. Faktorfaktor ini bekeqa secara simultan dalam mengontrol kecepatan tumbuh yang
d i n g berinteraksi sehingga proses pertumbuhan dapat berjalan dengan baik.
Pengaruh faktor lingkungan terhadap pertumbuhan dapat b q a trrgger terhadap
proses-proses metabolisme yang terdapat di dalam tubuh maupun penghematan
pembelanjaan m a g i untuk proses metabolisme.
Pertumbuhan merupakan ekspresi dari proses sintesis fosfor, asam amino
dan protein yang terjah pada kelompok-kelompok sitoplasmik yang sangat kecil
yang disebut ribosom. Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi kandungan asam
amino di dalam tubuh tiram. Chin dan Lim (1975) mengatakan perubahan suhu
dan salinitas dapat m e m p e n g d i kecepatan pertumbuhan tiram. Pertumbuhan
tiram dipengmhi oleh faktor lingkungan (suhu dm salinitas) dm ketersdaan
pakan maupun kemampuan tumbuh tiram (Brown dan Harhvick 1988). Laju
pertumbuhan tercepat adalah pada tinggi cangkang atau pertumbuhan yang sangat
lambat terdapat pada ketebalan cangkang (Sims 1993). Pengukmn dorso-ventral
merupakan indikator terbaik bagi pertumbuhan tinggi cangkang individu serta
ketebalannya yang bervariasi.
Pakan dan Cara Makan
Tiram mutiara (Pteriu pengum) mempunyai cara makan dengan menyaring
pakannya dari air (filter feeder mechanzsm), yang berperan adalah insang clan
mantel. Kebutuhan akan pakan bergantung pada kelitnpahan pakan alami di
paairan sekitarnya. Dari hasil penelitian di dalam saluran p e n w y a
ditemukan antara lain; sisa bahan organik (detritus), bakteri, flagellata, jams,
pasir, larva invertebrata dan beberapa jenis plankton. Menurut Ukeless (1962)
diantara jenis pakan yang terbanyak adalah fitoplankton (Skeletonemu costaturn
dan Chaetoceros) 80-95% memenuhi isi pencernaan tiram. Ini menunjukkan
bahwa pada umumnya aktivitas makan tiram berlangsung terus menerus dengan
melakukan penyaringan sepanjang hari (Wouthuyzen, S. 1994).
Struktur Cangkang
Cangkang (shell) bagian luar tubuh tiram yang melindungi mantel dan
organ bagian dalam (vzsceral mass) yang terletak diantara kedua belah
cangkangnya. Lapisan zat-zat penyusun cangkang adalah : periostrakum, bagian
luar yang kasar tersusun dari zat organik (chztzn); prisrnatik, lapisan tengah yang
tersusun dari kristal heksagonal kalsit dan lapisan dalam (nacreus) tersusun dari
matrik organik dan kalsium karbonat yang disebut kristal aragonit (Has 1935
dalam Wilbur 1955). Fase patumbuhan kristal formasi lapisannya dalam bentuk
spiral yang tumbuh perlahan membentuk nacreus (Wada 1961).
Jumlah Inti
Jumlah inti yang dipasang untuk setiap jenis tiratn mutiara (Ptena
pengurn) berbeda-beda sesuai dengan ukuran tiram dan ukuran inti yang
digunakan. Menurut Gunanta (1988) untuk tiram jenis Pinctah maxima, setiap
belahan cangkang dapat dipasang 4-8 buah inti, panjang cangkang 16-18 cm
dengan demikian untuk satu ekor tiram dapat dipasang 8-16 buah inti yang
berdiameter 10-1 2 mm. Jumlah inti disesuaskan dengan besar kecilnya tiram yang
&an dirnasuki inti (operasi), yaitu berlusar panjang cangkang antara 15-25 an,
jar& pemasangan inti yang satu dengan yang lain sebaiknya sama dengan
besamya inti yang digunakan. Inti mutiara setengah bulat terbuat dari plastik
(mote), gelas (kaca) dm dari cangkang tiram. Terdapat tiga bentuk inti, yaitu
setengah bulat, jantung dan tetes air mata. Ukuran inti yang &an dipasang pada
tiram tergantung kepada ukuran tiram mutiara.
Download