ikan-amphibious-2014-artikel-jsd-autosaved

advertisement
Sukiya dan Rizka Apriani Putri/J. Sains Dasar
Inventarisasi Jenis Ikan Amphibious di Zona Intertidal Pantai
Ngrenehan, Ngobaran, dan Nguyahan, Gunung Kidul, Yogyakarta
(Species Inventory of Amphibious Fish in Intertidal Zone of Ngrenehan, Ngobaran,
and Nguyahan Coastels, Gunung Kidul, Yogyakarta)
Sukiya1), dan Rizka Apriani Putri2)
Jurusan Pendidikan Biologi, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)
Kampus Karangmalang, Sleman DI Yogyakarta 55281
tel. 08122704093, e-mail [email protected], [email protected]
diterima .........., disetujui ............
Abstrak
Kawasan tropis memiliki keragaman fauna yang tinggi, baik vertebrata maupun invertebrata.
Penelitian mengenai keanekaragaman jenis ikan amphibious di zona intertidal pantai selatan
Yogyakarta belum banyak dilakukan, sehingga belum ada data yang lengkap mengenai
kenakeragaman jenis fauna tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman
jenis ikan amphibious di pantai Ngrenehan, Ngobaran, dan Nguyahan, Gunung Kidul, Yogyakarta.
Sampling menggunakan metode jelajah dikombinasikan dengan random sampling. Ikan dikoleksi
dengan jaring kecil untuk diidentifikasi sampai takson spesies, dan diukur panjang totalnya.
Beberapa individu dari spesies yang sama dikorbankan sebagai specimen voucher. Hasil penelitian
di pantai Ngrenehan, Ngobaran, dan Nguyahan ditemukan beberapa spesies ikan amhpibious
antara lain Cabillus lacertops, Bathygobius fuscus, Enneapterygius sp., Blenniella cyanostigma dan
Blenniella caudolineata. Cabillus lacertops ditemukan di ketiga pantai lokasi pengamatan, Blenniella
cyanostigma ditemukan di pantai Ngobaran dan Ngrenehan. Enneapterygius sp. hanya ditemukan di
pantai Nguyahan, sedangkan Bathigobius fuscus dan Blenniella caudolineata hanya ditemukan di
pantai Ngrenehan. Kajian lanjut tentang adaptasi, ekologi, taksonomi, dan reproduksi ikan
amphibious di zona intertidal pantai selatan Gunung Kidul Yogyakarta, perlu dilakukan.
Kata kunci: Inventarisasi, ikan amphibious, zona intertidal, pantai selatan Gunung Kidul
Yogyakarta.
Abstract
Tropical region is high on faunal diversity including vertebrates and invertebrates. Research
on diversity of amphibious fish in Intertidal zone of Yogyakarta southern coast is still limited so there
is no complete records regarding these unique fish. This research aimed to know the diversity of
amphibious fish in three beaches of Yogyakarta southern coast, namely pantai Ngrenehan,
Ngobaran dan Nguyahan. Fish sampling were conducted using random sampling method combined
with observational method. Fish were collected using small nets then identified to species rank. The
total length of each fish were measured and recorded. Few individuals of the same species were
sacrificed as voucher specimens. The result showed that in pantai Ngrenehan, Ngobaran, and
Nguyahan, five different species of amphibius fish were found, which are Cabillus lacertops,
Bathygobius fuscus, Enneapterygus sp., Blenniella cyanostigma, and Blenniella caudolineata.
Cabillus lacertops was found in all of sampling locations. Enneapterygus sp. was found in pantai
Nguyahan while Bathigobius fuscus, and Blenniella caudolineata can only be found in pantai
Ngrenehan. Further studies regarding the adaptation, ecological features, taxonomy and biological
reproduction of Yogyakarta southern coast’s amphibious fish are still needed.
Keywords : Inventarization, amphbious fish, intertidal zone, Yogyakarta southern coast.
Sukiya dan Rizka Apriani Putri/J. Sains Dasar
Pendahuluan
Indonesia memiliki wilayah laut yang
sangat luas dengan keanekaragaman biota
yang tinggi, baik vertebrata maupun
invertebrata. Salah satu area yang memiliki
keanekaragaman fauna yang tinggi namun
belum banyak di teliti adalah area pasang
surut atau yang lebih dikenal sebagai zona
intertidal. Zona intertidal sangat dipengaruhi
oleh periode pasang surut air laut. Saat air
laut surut maka zona intertidal akan
terpapar oleh sinar matahari, sedangkan
saat air laut pasang zona ini akan terendam
air. Periode pasang surut ini mengakibatkan
fluktuasi ekstrim pada beberapa komponen
abiotik, sehingga berpengaruh terhadap
biota di zona intertidal. Akibatkan hanya
spesies tertentu saja yang dapat bertahan
hidup di lingkungan tersebut [4].
Zona intertidal (zona littoral atau zona
pasang surut) merupakan area yang berada
di sepanjang garis pantai dan dipengaruhi
oleh periode pasang surut air laut. Zona
intertidal terbagi menjadi empat zona
berdasarkan lama waktu zona tersebut
terendam oleh air laut dalam satu periode
pasang surut [3]. Supralittoral zone
merupakan zona yang terletak di batas atas
air pasang tertinggi. Zona ini menerima air
dari curahan air hujan dan percikan
(splash/spray) gelombang air laut, sehingga
relatif lebih kering daripada tiga zona yang
lain. High intertidal zone adalah zona yang
tertutup sepenuhnya oleh badan air saat
periode pasang tertinggi. Sebagian besar
area high intertidal zone terpapar sinar
matahari lebih lama dibandingkan dengan
waktu terbenamnya area ini oleh air laut.
Mid-intertidal zone (middle intertidal zone)
merupakan zona yang berada pada batas
rerata pasang surut. Area ini umumnya
terbenam oleh air laut selama air pasang
namun akan terpapar oleh sinar matahari
selama air surut maksimal. Mid-intertidal
zone memiliki habitat yang relatif lebih
konstan jika dibandingkan dengan dua zona
sebelumnya. Low intertidal zone merupakan
area yang selalu terendam air baik saat air
pasang maupun surut. Kondisi lingkungan
pada area ini relatif konstan sehingga
merupakan habitat ideal, sirkulasi nutrient
lebih baik, sehingga banyak plankton
dtemukan [3].
Keempat zona tersebut dapat berbeda
luasannya antara satu pantai dengan pantai
lainnya. Pantai tertentu ada kalanya
dijumpai mikrohabitat tambahan yang
spesifik berupa tidepools (rockpools).
Tidepools adalah berupa cekungan pada
karang atau substrat pantai. Cekungan ini
akan terisi air saat pasang, sedangkan saat
air surut maka air laut tertinggal pada
cekungan tersebut membentuk kolamkolam kecil. Tidepools merupakan area
dengan kondisi lingkungan yang cukup
fluktuatif. Organisme yang hidup pada
mikrohabitat ini harus memiliki kemampuan
adaptasi yang baik terhadap fluktuasi
lingkungan abiotik tersebut [4].
Kemampuan ikan untuk keluar dari air
dan menghirup oksigen dari udara bebas
dalam jangka waktu yang lama (± 4 jam),
dan merupakan siklus harian, maka ikanikan ini dikelompokkan sebagai ikan
amphibious (amphibious fish). Ikan-ikan ini
dapat ditemukan pada mid-intertidal zone
atau low intertidal zone. Perilaku menuju
darat oleh ikan-ikan amphibious merupakan
mekanisme untuk mengatasi fluktuasi kadar
garam yang ekstrim (terlebih spesies yang
hidup di tidepools), menghindar dari
predator, mencari pasangan, atau untuk
mempertahankan teritori. Ikan amphibious
di zona intertidal dibedakan menjadi tiga
kelompok yaitu skipper, remainer dan
tidepools emergers [2]. Skipper (mudskipper
dan rockskipper) adalah kelompok ikan
amphibious yang mampu bergerak bebas
dari darat menuju air atau sebaliknya tanpa
pengaruh pasang surut air laut. Remainer
adalah kelompok ikan amphibious yang
tetap berada pada habitatnya saat air surut,
dan tidak secara aktif keluar dari air menuju
daratan. Tidepool emergers merupakan
kelompok ikan yang menghuni tidepools
yang terbentuk saat air surut, dan hanya
muncul ke permukaan atau bergerak ke
daratan ketika tidepools dalam kondisi
hypoxic dan penurunan pH air yang
membahayakan
kehidupan
ikan-ikan
tersebut.
Menurut Gibson dan Yoshiyama [1]
bahwa faktor utama yang menentukan lama
waktu ikan bertahan hidup pada zona
intertidal adalah tipe substratnya. Pantai
Sukiya dan Rizka Apriani Putri/J. Sains Dasar
dengan zona intertidal yang tersusun atas
pasir landai dan miskin tempat berlindung
mungkin hanya dihuni ikan tipe skipper.
Zona intertidal pantai selatan Gunung
Kidul, tersusun atas gugus karang,
sehingga merupakan habitat yang sesuai
untuk kehidupan berbagai spesies ikan
amphibious. Ikan ini mampu beradaptasi
pada lingkungan abiotik ekstrim, antara lain
fluktuasi salinitas, kemampuan absorbsi
oksigen yang terbatas pada saat air laut
surut, serta adaptasi alat indera terhadap
indeks bias yang berbeda antara air dan
udara [4].
Pantai Ngerenehan, Ngobaran, dan
Nguyahan merupakan gugusan pantai
karang yang terletak 30 Km arah barat daya
kota Wonosari, tepatnya di Desa Kanigoro,
Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunung
Kidul, DI Yogyakarta. Ketiga pantai ini
merupakan gugus pantai karang, lokasinya
berdekatan. Pantai Ngrenehan letaknya
paling timur, kemudian ke arah barat
berturut-turut Ngobaran, dan Nguyahan.
Tingkat intervensi manusia terhadap tiga
pantai tersebut berbeda-beda. Pantai
Ngerenehan merupakan pantai nelayan dan
daerah wisata alam. Pantai Ngobaran, dan
Nguyahan, juga merupakan pantai wisata,
namun bukan pantai nelayan. Pantai
Nguyahan terletak tidak jauh ke arah barat
dari pantai Ngobaran, namun akses
kendaraan lebih terbatas.Tiga lokasi pantai
tersebut dipilih karena memiliki lingkungan
yang relatif masih asli, belum banyak
infrastruktur yang dibangun, sehingga
diharapkan fauna zona intertidal terutama
ikan amphibious masih mudah ditemukan.
Data
keanekaragaman
jenis
ikan
amphibious di zona intertidal pantai selatan
Gunung Kidul, Yogyakarta, suli diperoleh
dikarenakan belum banyak penelitian yang
dulakukan. Oleh karena itulah dilakukan
inventarisasi jenis ikan amphibious di zona
intertidal pantai Ngrenehan, Ngobaran, dan
Nguyahan, Gunung Kidul, Yogyakarta.
Luaran penelitian ini adalah informasi ilmiah
mengenai keanekaragaman jenis ikan
amphibious di zona intertidal pantai selatan
Gunung Kidul, Yogyakarta. Informasi ilmiah
yang diperoleh sebagai dasar pertimbangan
untuk program pelestarian dan konservasi
biota laut di zona intertidal, sehingga
manfaat ilmiah maupun ekonomik dapat
dipetik.
Metode Penelitian
Inventarisasi ikan amphibious dilakukan
pada bulan September 2014, di pantai
Ngrenehan, Ngobaran, dan Nguyahan,
Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari,
Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.
Bahan yang diperlukan antara lain formalin
4%, etanol 95%, dan 70%, aquades, minyak
cengkeh untuk membius ikan, serta kertas
label, dan marker tape. Beberapa alat yang
digunakan adalah jaring ikan kecil, botol
spesimen, syringe (1 ml, 3ml, dan 5 ml),
dissecting microscope, dan kamera digital.
Penelitian diawali dari survei dan
sampling ikan di lokasi penelitian,
dilanjutkan identifikasi spesies dan analisis
data di laboratorium Biologi, FMIPA, UNY.
Identifikasi spesies mengacu pada buku
identifikasi ikan amphibious dari FAO, dan
Fish Base (www.fishbase.org).
Metode jelajah dikombinasi dengan
random sampling dilakukan untuk sampling
obyek penelitian (ikan amphibious) di tiga
lokasi yang telah ditentukan pada saat air
laut surut, dan dilakukan sebanyak tiga kali
pada setiap lokasi sampling. Ikan-ikan
amphibious yang ada di area sampling
ditangkap, difoto, dan diukur morfometrinya
(panjang total = TL= total length). Cacah
spesies dan jumlah individu setiap spesies
pada setiap lokasi dihitung sebagai data
kemelimpahan. Beberapa individu setiap
jenis
dikorbankan,
diawetkan
dalam
formalin 4% sebagai spesimen voucher.
Beberapa spesimen juga diawetkan dalam
ethanol 95% untuk keperluan analisis
genetik pada penelitian selanjutnya.
Analisis deskriptif diujudkan dalam
bentuk histogram hubungan antara cacah
spesies di setiap lokasi, jumlah individu tiap
spesies, serta perbandingan banyak
spesies yang ditemukan pada setiap lokasi
pengamatan.
Hasil dan Diskusi
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian tentang inventarisasi ikan
amphibious ini dilakukan pada bulan
Sukiya dan Rizka Apriani Putri/J. Sains Dasar
September 2014, di tiga lokasi yaitu di
pantai
Ngrenehan,
Ngobaran,
dan
Nguyahan. Lokasi pantai Ngrenehan pada
posisi paling timur, kemudian ke arah barat
adalah pantai Ngobaran, dan pantai
Nguyahan.
Gambar 2. Pantai Ngrenehan saat belum
ada pengunjung (21-9-2014).
Tabel 1. Spesies ikan amphibious yang
ditemukan di pantai Ngrenehan.
Σ tertangkap %
Nama Spesies
Gambar 1. Peta lokasi penelitian.
Koleksi ikan amphibious dari hasil sampling
diidentifikasi sampai kategori takson
spesies. Hasil identifikasi tersebut adalah
seperti tersebut di bawah ini.
Ikan Amphibious di Pantai Ngrenehan
Pantai Ngrenehan merupakan satu di
antara pantai nelayan yang terdapat di
gugusan pantai Gunung Kidul. Apabila air
laut sedang surut, pada sisi kanan dan kiri
akan banyak terbentuk tidepools dengan
kedalaman berkisar 30 – 60 cm, sedangkan
pada bagian tengah langsung menuju laut
lepas. Batu-batu karang di sekitar tidepools
lebih banyak diumbuhi alga merah dan
beberapa jenis alga hijau. Kondisi substrat
tidepools cenderung berpasir daripada
tidepools di pantai Ngobaran dan Nguyahan
(Gambar 3). Spesies ikan-ikan amphibious
yang dapat ditemukan di Pantai Ngrenehan
disampaikan pada Tabel 1. Bahwa ikan-ikan
amphibious yang hidup di tidepools pantai
Ngrenehan adalah bertipe skipper, dan
remainer. Di pantai ini, ditemukan 2 jenis
skipper, dan dua jenis remainer. Satu jenis
remainer
yaitu
Cabillus
lacertops
merupakan
spesies
yang
dominan
ditemukan di pantai Ngrenehan.
Cabillus lacertops
Family Gobiidae
Bathigobius fuscus
Family Gobiidae
Blenniella cyanostigma
Family Blenniidae
Blenniella caudolineata
Family Blenniidae
16
70
3
13
3
13
1
4
Dua spesies skipper di pantai Ngrenehan
yaitu Blenniella cyanostigma dan Bleniella
caudolineata.
Gambar 3. Kondisi substrat tidepools di
pantai Ngrenehan.
Gambar 4. Cabillus lacertops.
Sukiya dan Rizka Apriani Putri/J. Sains Dasar
Gambar 5. Bathigobius fuscus.
Gambar 6. Blenniella cyanostigma.
Ikan Amphibious di Pantai Ngobaran
Pantai Ngobaran terletak di sebelah
barat pantai Ngrenehan dan di sebelah
timur pantai Nguyahan. Sampling terutama
dilakukan di bagian timur dari pantai ini.
Gambar 7. Pantai Ngobaran (21-9-2014).
Gambar 8. Kondisi substrat di sekitar
tidepools pantai Ngobaran.
Pantai Ngobaran bagian timur memiliki
topografi yang hampir sama dengan pantai
Nguyahan, namun di pantai Ngobaran
ditemukan banyak tidepools alami dengan
kedalaman antara 50 – 100 cm (Gambar 8).
Substrat sekitar tidepool banyak ditumbuhi
alga hijau, dari spesies Ulva sp. yang paling
dominan. Berdasarkan hasil sampling yang
dilakukan di pantai Ngobaran, diperoleh
data sebagai berikut.
Tabel 2. Spesies ikan amphibious yang
ditemukan di pantai Ngobaran.
Σ tertangkap %
Nama Spesies
Cabillus lacertops
6
85
Family Gobiidae
Blenniella cyanostigma
1
15
Family Blenniidae
Pantai Ngobaran merupakan habitat yang
cocok bagi skipper maupun remainer.
Spesies tipe remainer di pantai ini sama
dengan jenis yang ditemukan di Nguyahan.
Di pantai Ngobaran hanya ditemukan satu
jenis skipper yaitu Blenniella cyanostigma.
Blenniella cyanostigma merupakan spesies
yang dominan di zona intertidal perairan
pantai Indonesia terutama di pantai barat
Sumatera dan pantai selatan Jawa
(www.fishbase.org).
Ikan Amphibious di Pantai Nguyahan
Pantai Nguyahan merupakan pantai
karang yang terletak di sebelah barat pantai
Ngobaran, topografi landai dengan karangkarang dan banyak ditumbuhi beberapa
jenis alga hijau terutama Ulva sp. (Gambar
10).
Gambar 9. Pantai Nguyahan (21-9-2014).
Sukiya dan Rizka Apriani Putri/J. Sains Dasar
Di pantai Nguyahan jarang dijumpai
tidepools dengan kedalaman lebih dari 60
cm, kedalaman tidepools yang ada hanya
berkisar antara 15 – 50 cm.
Gambar 11. Enneapterygius sp.
Gambar 10. Kondisi substrat di sekitar
tidepools di pantai Nguyahan.
Ada kendala pada saat sampling oleh
sebab luasnya pantai, sedangkan jarak
antara bibir pantai menuju batas zona
intertidal terlalu sempit, maka metode
sampling secara transek tidak dilakukan.
Sampling yang dilakukan dengan kombinasi
metode jelajah dan random sampling untuk
kedalaman tidepools yang lebih dari 60 cm.
Hasil sampling adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Spesies ikan amphibious yang
ditemukan di pantai Nguyahan.
Σ tertangkap %
Nama Spesies
Cabillus lacertops
10
91
Family Gobiidae
Enneapterygius sp.
1
9
Family Trypterigiidae
Spesies ikan amphibious di Nguyahan
didominasi oleh Cabillus lacertops. Spesies
tipe remainer ini tetap tinggal di tidepools
saat air surut. Spesies lain yang ditemukan
adalah Enneapterygus sp. yang ditangkap
pada tidepools dengan kedalaman lebih dari
60 cm. Tidepool pada titik sampling ini
memiliki banyak celah yang digunakan
untuk bersembunyi ikan-ikan tersebut.
Enneapterygus sp. tertangkap saat sedang
naik ke permukaan dan menempel di
karang yang dekat dengan permukaan air.
Umumnya anngota family Tripterygiidae
lebih senang bersembunyi di celah-celah
karang tidepools.
Jenis skipper tidak ditemukan di pantai
Nguyahan, namun belum bisa dipastikan di
pantai ini tidak ada. Jenis skipper lebih
menyukai tidepools dengan kedalaman
lebih dari 60 cm dengan substrat berpasir,
di mana warna tubuh ikan-ikan tersebut
mirip dengan warna substrat pasir.
Ikan amphibious yang ditemukan di
pantai
Ngrenehan,
Ngobaran,
dan
Nguyahan, sebanyak empat specimen
teridentifikasi hingga takson spesies dari
family Gobiidae dan Blenniidae. Satu
spesimen ikan hanya teridentifikasi hingga
takson genus dari family Trypterigiidae.
Histogram perbandingan cacah spesies,
serta jumlah individu masing-masing
spesies di setiap lokasi ditunjukkan pada
Gambar 12.
Cacah spesies terbanyak adalah di
pantai Ngrenehan, disebabkan mikrohabitat
di sini lebih beragam. Diperoleh informasi
spesies Cabillus lacertops mendominasi di
tiga pantai tersebut. Cabillus lacertops
adalah tipe remainer yang lebih banyak
waktu berdiam di dalam tidepools saat air
surut. Spesies Cabillus lacertops bila naik
ke permukaan menggunakan sirip pectoral,
tetapi kemampuan lokomosi tipe remainer
tidak sebaik ikan amphibious tipe skipper.
Ikan amphibious tipe skipper dapat
berpindah dari satu tidepool ke tidepool lain
dengan melontarkan diri, sehingga mudah
menghindar dari predator. Ikan skipper yang
ditemukan adalah Blenniella cyanostigma
dan Blenniella caudolineata. Dua spesies ini
merupakan tipe skipper yang umum
dijumpai di perairan Indonesia. Skipper ini
dijumpai di tidepools berpasir pada saat air
laut surut, atau naik ke karang-karang di
atas permukaan air saat air laut pasang.
Dua jenis skipper tersebut lebih banyak
ditemukan di pantai Ngrenehan, disebabkan
Sukiya dan Rizka Apriani Putri/J. Sains Dasar
Jumlah Individu yang tertangkap
banyak terdapat karang-karang besar serta
tidepools berpasir.
25
20
15
10
5
0
Pantai
Ngren
ehan
Pantai
Ngoba
ran
Pantai
Nguya
han
Enneapterygius
sp.
0
0
1
Blenniella
caudolineata
1
0
0
Blenniella
cyanostigma
3
1
0
Bathigobius
fuscus
3
0
0
Cabillus
lacertops
16
6
10
Lokasi Sampling
Gambar12. Histogram cacah spesies, dan
jumlah individu tertangkap di
setiap lokasi (Sep. 2014).
Hasil inventarisasi juga menemukan satu
spesies dari family Trypterigiidae di pantai
Nguyahan pada tidepools yang banyak
ditumbuhi alga merah. Ikan ini memiliki
kemampuan mimikri atau menyesuaikan
warna tubuh dengan warna lingkungannya.
Hasil inventarisasi menunjukkan bahwa
pantai selatan Gunung Kidul, adalah pantai
yang memiliki keanekaragaman ikan
amphibious cukup melimpah. Perbedaan
mikrohabitat di setiap pantai berpengaruh
terhadap keanekaragaman spesies ikan
amphibious yang ada. Overfishing di
kawasan tersebut menjadi ancaman serius
terhadap kelestarian spesies ikan-ikan
amphibious tersebut.
Inventarisasi ikan amphibious di gugus
pantai Gunung Kidul yang lain diperlukan
guna melengkapi data yang ada. Penelitian
menyeluruh tentang ekologi, perilaku,
fisiologi, dan reproduksi, terhadap ikan
amphibious akan mampu menjangkau
tujuan konservasi dan budidaya, sehingga
manfaat ilmiah dan ekonomik dapat dipetik.
Simpulan
Hasil inventarisasi menunjukkan bahwa
di pantai Ngrenehan, Ngobaran, dan
Nguyahan,
memiliki
keanekaragaman
spesies ikan amphibious. Ikan amphibious
yang ditemukan adalah dari spesies
Cabillus lacertops, Bathigobius fuscus,
Enneapterygius sp., Blenniella cyanostigma
dan Blenniella caudolineata. Cabillus
lacertops ditemukan di tiga pantai lokasi
pengamatan,
Blenniella
cyanostigma
ditemukan di pantai Ngobaran, dan pantai
Ngrenehan. Enneapterygius sp. hanya
ditemukan di pantai Nguyahan, Bathigobius
fuscus dan Blenniella caudolineata hanya
ditemukan di pantai Ngrenehan.
Ucapan Terima Kasih
Penelitian ini terlaksana atas dukungan
dana DIPA FMIPA UNY. Untu itu Tim
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada
Dekan FMIPA UNY beserta jajarannya atas
dana yang diberikan.
Pustaka
[1].Gibson, R.N and R.M Yoshiyama,
Intertidal
Fish
Communities
in
Intertidal Fishes: Life in Two Worlds,
M.H. Horn, K.L.M Martin and M.A
Chotkowski (Eds), Academic Press,
San Diego, California,1999, p. 102.
[2].Graham, J.B., Air-Breathing Fish:
Evolution, Diversity and Adaptation,
Academic
Press,
San
Diego,
California, 1997, p 199.
[3].Mcneill, M., Vertical Zonation: Studying
Ecological Patterns in the Rocky
Intertidal Zone, J. Science Activities
47 (2010) 8-14.
[4].Ritter, A.F., Habitat Variation Influences
Movemet Rates and Population
Structure of an Intertidal Fish, J.
Oecologia 157 (2008), 429-439.
Download