http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=192:guru-efektif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206 MENJADI GURU EFEKTIF Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Profesional menurut rumusan undang-undang tersebut digambarkan sebagai pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang memenuhi standar mutu dan norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Menurut Salman Rusydie dalam bukunya “Prinsip-prinsip Manajemen Kelas” (2011), bahwa keahlian atau kecakapan yang harus dimiliki oleh guru profesional adalah; (1) menguasai secara mendalam materi pelajaran yang diajarkan, (2) memiliki kemampuan untuk memahami visi dan misi pendidikan sehingga dapat membuat skala prioritas dan dapat bekerja dengan lebih terarah, (3) memiliki keahlian dalam mentrasfer ilmu pengetahuan atau menguasai metodologi pembelajaran dengan baik, (4) memiliki pemahaman yang baik tentang konsep perkembangan siswa, (5) memiliki kemampuan mengorganisir atau mengelola kelas sehingga kegiatan pembelajaran berjalan secara efektif, dan (6) memiliki kreativitas dan naluri seni dalam mendidik, sehingga siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Fakta menunjukkan bahwa dalam melaksanakan tugasnya, para guru kerap menghadapi berbagai kendala yang menghambat proses pembelajaran. Terhadap kendala-kendala yang muncul ini, ada guru yang dapat mengatasinya dengan baik, tetapi banyak pula yang tidak mampu mengatasinya dengan mulus. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, baik faktor internal seperti persiapan mental, penguasaan materi, kondisi fisik dan motivasi kerja, maupun faktor eksternal seperti lingkungan sekolah. Bahkan kita acapkali menjumpai proses belajar mengajar tidak mencapai sasaran dan tujuan pembelajaran. 1 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=192:guru-efektif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206 Apapun alasan dan penyebab yang menimbulkannya, proses pembelajaran yang tidak mencapai sasaran, dapat dikatakan sebagai pembelajaran yang tidak efektif. Pembelajaran yang tidak efektif itu adalah pencerminan dari guru yang tidak efektif. Dengan kata lain bahwa efektivitas pembelajaran sangat ditentukan oleh efektivitas guru dalam mengelola pembelajaran tersebut. Lalu seperti apakah guru yang efektif itu?. Pengertian Guru Efektif Untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, maka tentu guru yang mengelola pembelajaran itu haruslah guru yang efektif. Menurut Michael Marland dalam buku “Guru Powerful” (2007) yang ditulis oleh Sukadi, bahwa seorang guru dapat dikatakan efektif apabila ia memiliki sikap penuh perhatian dan pantang menyerah, penjelasannya mudah dipahami serta mampu mengelola kelas dengan baik. Sementara itu Clara R Pudji Jogyanti dalam buku yang sama mengemukakan bahwa guru efektif adalah guru yang dapat meningkatkan seluruh kemampuan siswa ke arah yang lebih positif melalui pengajarannya. Sedangkan menurut Sukadi bahwa guru efektif adalah guru yang mampu mendayagunakan segala potensi yang ada dalam dirinya dan di luar dirinya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa guru efektif itu adalah guru yang memiliki perhatian kepada peserta didiknya , mampu mengelola kelas serta penjelasannya mudah dipahami oleh peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Ciri-ciri guru efektif. Guru efektif tentu menjadi impian setiap orang yang berprofesi sebagai guru, dan menjadi idaman dan idola bagi setiap peserta didik. Betapa tidak, karena hanya guru efektiflah yang mampu menciptakan pembelajaran yang efektif serta mengantarkan peserta didik mencapai kompetensi yang diharapkan. Untuk menjadi guru efektif, maka seorang guru haruslah memiliki kebiasaan yang efektif. Steven R Covey dalam bukunya “The Seven Habits of Highly Effective People” (1994), menguraikan bahwa ada tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif. Ketujuh kebiasaan ini menggambarkan internalisasi prinsip-prinsip yang benar yang menjadi dasar bagi kebahagiaan dan keberhasilan yang langgeng. Tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif itu adalah: 2 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=192:guru-efektif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206 (1) Berpikir pro-aktif Proaktif adalah sikap yang ditunjukkan oleh seseorang dimana ketika ada stimulus yang datang, stimulus itu diolah terlebih dahulu sebelum direspon. Dengan kata lain bahwa manusia yang proaktif itu selalu berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak. Proaktif berbeda dengan reaktif. Reaktif adalah tindakan reaksi langsung yang tanpa dipikir atau dipertimbangkan terlebih dahulu. Manusia efektif adalah manusia yang pikirannya berorientasi pada peluang, bukan pada kesulitan. Apabila menghadapi kesulitan dalam hidupnya, ia tidak terbelenggu dengan kesulitan itu. Orang pro-aktif tidak berteriak gelap saat menghadapi suasana gelap, namun akan berupaya membuat suasana gelap itu menjadi terang, meskipun hanya dengan menyalakan sebuah lilin. Dalam dunia pendidikan, seorang guru tentu akan banyak menghadapi persoalan, karena setiap siswa memiliki latar belakang sosial budaya, karakter serta kemampuan yang berbeda-beda. Namun, guru efektif tidak akan dibelenggu oleh persoalan yang ada, melainkan ia akan selalu berupaya untuk mengubah setiap persoalan menjadi tantangan dan peluang. Misalnya ketika hasil belajar siwa rendah atau siswa kesulitan untuk memahami kompetensi dasar tertentu, maka guru efektif melihat keadaan ini sebagai sebuah peluang untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) sebagai upaya untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian selain dapat memperbaiki proses pembelajaran, guru tersebut juga akan mendapatkan angka kredit untuk pengembangan profesinya. Guru efektif selalu berupaya menjadi pengendali atas keadaan yang tidak menyenangkan, bukan dikendalikan oleh keadaan yang tidak menyenangkan itu. Sebaliknya guru yang mudah bereaksi terhadap persoalan yang muncul dan reaksinya adalah negatif maka disebut pula guru reaktif, dan tentu guru reaktif itu tidak akan efektif. (2) Memiliki visi dan misi (tujuan) yang jelas Manusia perlu memiliki tujuan hidup atau visi dan misi yang jelas, karena tujuan hidup itulah yang mengarahkan segala langkah manusia dalam berbuat dan bertindak. Tanpa tujuan, ibarat layang-layang yang putus talinya atau seperti perahu tanpa 3 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=192:guru-efektif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206 nakhoda. Ia dapat terombang ambing oleh keadaan yang ada di luar dirinya. Padahal sukses tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus dibayar dan direncanakan. Dalam dunia pendidikan, seorang guru efektif tampak dalam tujuannya (visi dan misinya). Memang pada praktiknya banyak guru yang asal mengajar saja atau mengajar asal-asalan sekadar menggugurkan kewajiban. Mereka tidak memedulikan bagaimana nasib siswa dan sekolahnya, yang penting asal gaji tiap bulan lancar sudah cukup. Namun guru efektif tidak hanya mengajar untuk menunaikan kewajiban dan rutinitas harian, melainkan ia memiliki tujuan untuk mengantarkan siswanya menjadi siswa yang cerdas secara komprehensif yaitu siswa yang memiliki karakter dan kempetensi yang berguna bagi masa depannya. Guru efektif mengemban visi dan misi, yaitu membangun masa depan bangsa dan negara serta umat manusia. (3) Mengerti prioritas Manusia efektif bertindak dengan skala prioritas. Ia tidak asal bertindak, tetapi tindakannya selalu diarahkan pada tujuan-tujuan yang jelas dan mulia. Manusia efektif mampu membedakan yang mana penting dan yang mana genting. Guru efektif juga demikian, memiliki skala prioritas yang mesti didahulukan. Kendatipun ia memiliki banyak aktivitas tetapi tindakannya selalu menuntut skala prioritas. Dalam hal ini guru efektif harus memprioritaskan kepentingan sekolah dibandingkan kepentingan individu. Guru efektif menyadari bahwa tugasnya sebagai guru tidak selalu berakhir ketika bel sekolah berdering. Namun benyak waktu di sekolah yang harus diprioritaskan, mulai dari rapat sekolah, rapat komite, melakukan pembelajaran remedial atau pengayaan, membantu siswa mengerjakan tugas proyek atau mengundang orang tua siswa untuk membicarakan sesuatu hal. Semua itu sedikit banyak menyita waktu. Namun bagi guru efektif, itu semua merupakan pengorbanan agar dapat hidup dengan skala prioritas. (4) Berpikir menang-menang (win-win) dalam berhubungan dengan orang lain Dalam kehidupan sehari-hari terdapat empat pola dalam berhubungan dengan orang lain, yaitu (1) win-lose (menang-kalah), (2) lose-win (kalah-menang), (3) lose-lose (kalah-kalah), (4) win-win (menang-menang). Pola win-lose biasanya digunakan oleh orang-orang egois yang hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa memperdulikan kepentingan orang lain. Sedangkan pola lose-win digunakan oleh orang-orang yang minder dan kurang rasa percaya diri sehingga membiarkan dirinya dalam posisi yang 4 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=192:guru-efektif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206 yang kurang menguntungkan. Adapun pola lose-lose dipraktikkan oleh orang-orang yang berputus asa, menerima apa adanya dan tidak berdaya untuk membuat pilihan terbaik. Sementara orang efektif menggunakan pola hubungan win-win (menangmenang) atau berpikir yang menguintungkan bagi dirinya dan juga menguntungkan bagi orang lain. Dalam dunia pendidikan, seorang guru efektif tidak membiarkan dirinya rugi dengan kehilangan kesempatan untuk berbuat yang terbaik bagi siswa dan sekolahnya, dan iapun tidak mau merugikan siswanya. Misalnya ketika guru harus memberikan hukuman kepada siswanya yang melakukan pelanggaran, maka hukuman yang diberikan adalah bentuk hukuman yang mendidik bukannya hukuman yang merugikan siswa, misalnya siswa tersebut disuruh membuat ringkasan materi pelajaran atau mengerjakan soal tertentu, bukannya dikeluarkan dari kelas atau disuruh pulang. Guru efektif akan selalu berusaha agar tidak kehilangan jam mengajar, dan siswapun tidak kehilangan jam belajar. Dalam situasi sesulit apapun, guru efektif selalu menjunjung pola hubungan win-win. Ia tidak membiarkan dirinya dirugikan tetapi iapun tidak mau merugikan siswa atau orang lain. (5) Mengerti sebelum dimengerti / Memperhatikan orang lain. Dalam hidup ini kita harus belajar menjadi orang yang pengertian, karena pengertian adalah ilmunya kehidupan. Namun fakta menunjukkan bahwa sebagian besar orang dalam kehidupan ini hanya berpikir untuk “dimengerti” tapi tidak mau “mengerti” orang lain. Misalnya seorang kepala sekolah mengeluh karena gurunya tidak mau diajak bekerja keras dalam mengelola sekolah, guru tersebut maunya malasmalasan saja. Akan tetapi ketika gurunya ditanya mengapa tidak mau bekerja keras, mereka menjawab bahwa “ Bapak kepala sekolah tidak pernah memperhatikan kami”. Di sini, kepala sekolah dan guru sama-sama berpikir untuk “dimengerti” tapi tidak berpikir untuk “mengerti”. Guru efektif selalu berada dalam posisi untuk “mengerti”. Guru efektif harus mengerti bahwa sebagian besar siswa yang masuk di ruangan kelas menjadi lebih sensitif karena rutinitas mereka setiap hari (duduk, mendengar, menyimak, dan mengerjakan tugas-tugas sekolah). Mereka berharap akan menemukan empati dan pengertian dari seorang guru. 5 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=192:guru-efektif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206 Karena itu guru harus mengerti mereka. Mengerti adalah sesuatu yang memang seharusnya guru lakukan, bukan sesuatu yang istimewa. Oleh karena itu selelah apapun guru, semengantuk apapun guru, dan sejengkel apapun guru, harus bisa bersabar dan pengertian. Bukankah setiap kesabaran, kebaikan, dan keprofesionalan guru adalah sebuah kewajaran di mata siswa? Sebab, dalam mindset mereka, tugas guru memang demikian, yakni menjadi pelayan bagi siswanya. Guru efektif memiliki keyakinan bahwa bila ia memperhatikan siswa dan profesinya secara maksimal, ia pun akan mendapat perhatian yang sebanding. Guru efektif memiliki keyakinan yang kuat bahwa Tuhan tidak akan pernah menyia-nyiakan amal hamba-Nya, sekecil apapun amal itu ia berikan. Oleh karena itu, guru efektif selalu menanam investasi kebaikan pada siswa dan tugas profesinya. (6) Melaksanakan sinergi (Senang bekerja sama) Dalam hidup bermasyarakat, sikap kerja sama sangat diperlukan. Ibarat lidi-lidi yang disatukan, praktik kerja sama akan menghasilkan kerja lebih cepat, lebih ringan, dan lebih mudah. Kerja sama memang mutlak dibutuhkan untuk meraih keberhasilan, karena dengan membangun kerja sama, seseorang dapat berbagi beban dengan teman dalam timnya sehingga kerja yang dilakukan lebih efektif dan efisien. Dalam dunia pendidikan, guru efektif senantiasa bekerjasama dengan guru lain dalam satu sekolah dalam menjalankan program kegiatannya. Adapun program kegiatan yang dapat dikerja samakan antara lain; mengobservasi kegiatan pembelajaran sesama guru dan memberikan saran untuk perbaikan pembelajaran, menulis modul atau bahan ajar dan lembar kerja siswa, mengembangkan kurikulum dan persiapan mengajar dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), melakukan penelitian bersama dan menuliskan hasil penelitian tersebut, dan lain-lain. Dalam kegiatan pembelajaran guru efektif senantiasa bersikap inklusif, bertindak objektif serta tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada siswanya. Oleh karena itu guru efektif selalu berada di tengah-tengah siswanya tatkala kegiatan pembelajaran berlangsung untuk mendampingi atau memfasilitasi siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, atau bersama-sama siswa merancang sebuah tugas proyek. 6 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=192:guru-efektif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206 (7) Mengasah gergaji (Selalu belajar sepanjang waktu) Istilah mengasah gergaji ini muncul karena kekuatan sebuah kinerja gergaji tidak akan mengalami penyusutan manakala dilakukan upaya perbaikan secara terus menerus. Caranya yaitu dengan diasah agar diperoleh tingkat ketajaman yang relatif sama di antara gigi-gigi gergajinya. Mengasah gergaji artinya kebiasaan untuk memperbarui diri dengan cara mengembangkan program yang seimbang dan sistematis untuk memperbarui keadaan fisik, mental, emosi, sosial dan spiritual. Tanpa program ini tubuh akan menjadi lemas dan efektivitas akan menurun. Dalam dunia pendidikan, guru efektif senantiasa membutuhkan pengetahuan mengenai isi dan bahan pelajaran serta sejumlah besar keterampilan profesional. Oleh karena itu guru efektif mempunyai kebiasaan untuk menggunakan segenap waktu dan kesempatan yang dimilikinya untuk belajar atau memperbarui diri dalam rangka meningkatkan profesionalismenya. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperbarui diri antara lain belajar mandiri, mentoring atau bimbingan teman sejawat, inhouse training atau pelatihan di tempat kerja, diskusi di Kelompok Kerja Guru (KKG) atau Musyawarah guru Mata Pelajaran (MGMP), atau mengikuti pendidikan dan latihan (diklat) yang dilaksanakan oleh lembaga diklat. Guru efektif menyadari bahwa belajar merupakan tuntutan mutlak agar pemikiran dan ilmunya tetap tajam. Sebab ide pokok dalam mengajar dan mendidik adalah memperbarui serta memperbaiki setiap pengetahuan dan peran sebagai guru. Dengan demikian guru efektif akan selalu memberikan pelayanan yang terbaik bagi siswanya. Sebaliknya guru yang tidak efektif adalah guru yang malas belajar. Ia menganggap bahwa dirinya sudah pintar sehingga tidak perlu belajar lagi. Padahal, berhenti belajar berarti memutuskan diri untuk mundur dari gelanggang kesuksesan. 7 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=192:guru-efektif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206 8 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=192:guru-efektif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206 9