analisis hasil pemeriksaan kardiotokografi

advertisement
ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN KARDIOTOKOGRAFI INTRAPARTUM DAN
KADAR MEKONIUM DALAM CAIRAN AMNION DIBANDINGKAN DENGAN
KADAR ASAM LAKTAT ARTERI UMBILIKALIS BAYI BARU LAHIR
(ANALYSIS OF INTRAPARTUM CARDIOTOCOGRAPHY AND MECONIUM
CONTENT IN AMNIOTIC FLUID ACCORDING TO LACTIC ACID LEVEL IN
ARTERIAL CORD BLOOD)
Ellen Wewengkang
ABSTRAK
Tujuan mengetahui adanya hubungan antara hasil pemeriksaan kardiotokografi
intrapartum dan kadar mekonium dalam cairan amnion dibandingkan dengan kadar
asam laktat arteri umbilikalis bayi baru lahir. Metode yang digunakan adalah
observasional dengan design cross sectional dan diuji dengan uji Spearman rho.
Sampel sebanyak 50 ibu inpartu dengan kehamilan aterm. Hasil penelitian Uji
statistik menunjukkan bahwa (1) hasil pemeriksaan kardiotokografi intrapartum yang
normal menunjukkan kadar asam laktat arteri umbilikalis bayi baru lahir yang normal,
(2) semakin tebal warna cairan amnion, semakin tinggi kadar asam lakat arteri
umbilikalis bayi baru lahir, (3) semakin tinggi kadar mekonium dalam cairan amnion,
semakin tinggi kadar asam laktat arteri umbilikalis bayi baru lahir.
Kata kunci: kardiotokografi, kadar mekonium, kadar asam laktat
ABSTRACT
Objective: This study aims to determinate the correlation of intrapartum
cardiotocography and meconium content in amniotic fluid according to lactic acid
level in arterial cord blood. Methode: This is an obsevational study with cross
sectional design. The data analysis was conduted by using Spearman rho test. The
samples are 50 in labour women in term gestational age. Results: The results show
that (1) normal result of cardiotocography examination significantly correlate with
normolaktemia, (2) the thicker the amniotic fluid color, the higher the lactic acid level
in arterial cord blood, (3) the higher the level of meconium content in amniotic fluid,
the higher the lactic acid level in arterial cord blood.
Keywords: cardiotocography, meconium content, lactic acid level
PENDAHULUAN
Berdasarkan WHO, setiap tahun terdapat kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta
bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di
Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa bayi
1
baru lahir (usia di bawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu bayi baru lahir yang
meninggal. Penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah bayi berat lahir
rendah (29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain dan
kelainan kongenital. Asfiksia intrapartum merupakan 1% dari komplikasi kehamilan,
mengakibatkan kematian janin pada 0,5 per 1000 kehamilan dan cerebral palsy
pada 1 per 1000 kehamilan.(Anonym, 2008, James D, 2001)
Pengawasan janin saat kelahiran bertujuan untuk memprediksi dan
mendiagnosis asfiksia janin sebelum terjadinya kerusakan otak akibat terjadi
gangguan pertukaran gas darah. Modalitas yang tersedia saat ini adalah berupa
auskultasi intermiten, kardiotokografi (KTG), penilaian warna dan kuantitas cairan
amnion, fetal blood sampling, penilaian profil biofisik, terbentuknya caput pada
kepala janin dan lain-lain. (Ojha R et al., 2006, Dastur A, 2005, Wijayanegara H,
2004)
Beberapa penelitian tentang asam laktat untuk menilai kejadian asfiksia janin
telah dilakukan di Makassar 2006 – 2009. Di antaranya, penelitian oleh Mandang D
(2006) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara peningkatan
asam laktat dengan nilai Apgar yang rendah. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Giri NMA (2007) didapatkan hubungan bermakna antara hasil pemeriksaan pola
denyut jantung janin dengan kadar asam laktat arteri umbilikalis bayi baru lahir pada
kasus preeklamsia berat (p<0,05), namun pada penelitian yang dilakukan oleh
Khosal L (2009) pada persalinan normal tidak didapatkan hubungan yang bermakna.
(Mandang D et al., 2006, Giri NMA et al., 2007, Khosal L et al., 2009)
Mekonium merupakan pengeluaran produk usus pertama saat lahir, yang
berupa substansi ang kental, berwarna kehijauan, dan terdiri dari sel epitel, lanugo,
mukus, dan sekresi interstinal seperti cairan empedu. Mekonium terdiri dari bagian
2
yang padat yaitu sekresi intestinal, sel mukosa, dan elemen padat cairan amnion,
dan 85-95% air. Intrauterine distress dapat menyebabkan pengeluaran mekonium
ke cairan amnion.
Faktor-faktor yang meningkatkan terjadinya pengeluaran
mekonium in utero yaitu insufisiensi plasenta, hipertensi maternal, preeklamsia,
oligohidramnion, dan penggunaan obat-obat oleh ibu, terutama tembakau dan
kokain.
Cairan amnion yang mengandung mekonium dapat teraspirasi saat
kelahiran dan persalinan dan menyebabkan terjadinya neonatal respiratory distress.
Mekonium jarang ditemukan dalam cairan amnion pada kehamilan kurang dari 34
minggu, sehingga aspirasi mekonium utamanya terjadi pada bayi aterm dan
postterm.(Clark M and Clark D, 2008, Cunningham F et al., 2005c)
Metode penilaian yang umum digunakan untuk menilai kepekatan dari cairan
amnion tergantung dari observasi visual klinisi saat persalinan. Namun metode yang
lebih akurat dalam menilai kepekatan cairan amnion adalah dengan menggunakan
spektrofotometer.(Sanlialp C et al., 2004)
Kardiotokografi
memungkinkan
dilakukannya
pengawasan
janin
saat
kelahiran dengan cara menganalisis denyut jantung janin dan kontraksi miometrium
secara kontinyu. Dengan cara ini diharapkan dapat mendeteksi tanda-tanda yang
menunjukkan kejadian potensial merugikan sehingga dapat dilakukan intervensi
tepat waktu. Kardiotokografi diindikasikan bila ditemukan denyut jantung janin dan
kontraksi uterus yang abnormal pada pemeriksaan secara intermiten.(Gibb D and
Arulkumaran S, 2001, Spong C, 2003, Tucker S, 2005)
Rekomendasi yang diberikan oleh perkumpulan dokter ahli kebidanan di luar
negeri
terhadap
penggunaan
kardiotokografi
adalah
tidak
menggunakan
kardiotokografi untuk pemantauan janin secara rutin pada wanita-wanita hamil tanpa
komplikasi. Alasan yang diajukan adalah kecenderungan persalinan yang dipantau
3
dengan kardiotokografi untuk berakhir dengan penggunaan alat (forseps, ekstraksi
vakum) atau seksio sesarea. (Alfirevic Z et al., 2006, Cunningham F et al., 2005c)
Berdasarkan hal tersebut di atas, diperlukan penelitian untuk mencari
hubungan antara kadar mekonium dalam cairan amnion dan hasil pemeriksaan
kardiotokografi intrapartum dibandingkan dengan kadar asam laktat arteri umbilikalis
bayi baru lahir.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di RSIA Siti Fatimah Makassar pada 50 ibu inpartu
pada kehamilan aterm. Pemeriksaan sampel cairan amnion dilakukan di Balai Besar
Laboratorium Kesehatan (LABKES) Makassar.
Kriteria inklusinya adalah kehamilan tunggal, hidup, presentasi kepala, yang
bersedia menandatangani informed consent. Kriteria eksklusinya adalah kematian
janin intrapartum, kelainan kongenital, penumbungan tali pusat.
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kardiotokografi pada
saat inpartu kala I fase aktif, pengambilan sampel cairan amnion dan pemeriksaan
kadar asam laktat arteri umbilikalis bayi baru lahir setelah diklem dan digunting.
Cairan amnion diambil pada saat bayi lahir dengan semprit steril sebanyak 5
cc. lalu disimpan pada suhu 2-8 ˚C untuk dibawa ke LABKES. Sampel disentrifus
dengan kecepatan 1500 rpm selama 30 menit, kemudian diencerkan dengan NaCl
0,9%, homogenkan dan segera dituangkan ke dalam kuvet. Absorbansi sampel
dibaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 420 nm.
Untuk pemeriksaan kadar asam laktat arteri umbilikalis dilakukan dengan
mengambil sampel darah arteri tali pusat janin sebanyak  5 L dengan semprit 1
cc. Keluarkan sampel darah sedikit pada ujung semprit, lalu sentuhkan pada ujung
4
test strip Lactate. Dalam 60 detik hasil akan ditampilkan pada layar monitor alat
Lactate Pro.
Data diuji dengan menggunakan uji korelasi Spearman Rho dengan tingkat
kemaknaan 0,05. Hasil analisis disajikan dalam tabel disertai dengan penjelasan.
HASIL PENELITIAN
Pada tabel 1 diketahui bahwa rerata umur ibu pada penelitian ini adalah
26,7±7,1 tahun, terbanyak pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 33
(66%) pasien dengan latar belakang pendidikan terbanyak pada kelompok SMA
yaitu 26 (52%) pasien. Paritas ibu dibagi menjadi 2 kelompok yaitu primipara 34
(68%) pasien dan multipara 16 (32%).
Rerata berat badan lahir bayi adalah
3083±401,7 gram, sebanyak 46 (92%) bayi pada kelompok 2500-4000 gram. Hasil
skor APGAR menit pertama terbanyak pada kelompok dengan skor APGAR ≥ 7,
yaitu 43 (86%) bayi.
Tabel 1. Karakteristik sampel penelitian
Jumlah pasien
Umur-tahun (mean±SD)
< 20 tahun
20 – 35 tahun
> 35 tahun
Pendidikan
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Paritas
Primipara
Multipara
Berat Badan Lahir – gram
(mean±SD)
< 2500 gram
2500 – 4000 gram
> 4000 gram
Skor APGAR menit pertama
(mean±SD)
<7
≥7
50
26,7 ± 7,1
9 (18%)
33 (66%)
8 (16%)
6 (12%)
15 (30%)
26 (52%)
3 (6%)
34 (68%)
16 (32%)
3083 ± 401,73
3 (6%)
46 (92%)
1 (2%)
7,46 ± 0,86
7 (14%)
43 (86%)
Tabel 2 menunjukkan terdapat 10 (20%) pasien yang mengalami CST
indeterminate. Secara subyektif, penolong mengelompokkan warna visual cairan
5
amnion yang mengandung mekonium, terbanyak pada kelompok jernih yaitu 24
(48%) pasien.
Pemeriksaan kadar mekonium dalam cairan amnion dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm memperoleh rerata 3,39 ± 1,68
gr/l
dan terbanyak adalah pada kadar mekonium <5 gr/l yang dikelompokkan
sebagai tipis pada 41 (82%) sampel. Kadar asam laktat darah arteri umbilikalis yang
diperiksa dengan Lactate ProTMLT1710 segera setelah bayi lahir diperoleh rerata
3,716 ± 1,46 mmol/l, sebagian besar pada kelompok kadar asam laktat normal yaitu
sebanyak 34 (68%) sampel.
Tabel 2. Hasil pemeriksaan kardiotokografi, kadar mekonium dalam cairan
amnion dan kadar asam laktat arteri umbilikalis bayi baru lahir
Parameter
Kardiotokografi
CST normal
CST indeterminate
Warna cairan amnion
Jernih
Sedang
Keruh
Kadar mekonium
Tipis
Sedang
Kadar Asam Laktat
Normal
Prelaktemia
Laktemia
mean ± SD
n (%)
40 (80%)
10 (20%)
24 (48%)
14 (28%)
12 (24%)
3,39 ± 1,68
41 (82%)
9 (15%)
3,716 ± 1,46
34 (68%)
5 (10%)
11 (22%)
Sumber : Data Primer
Pada tabel 3, tampak 31 (77,5%) pasien dengan hasil pemeriksaan
kardiotokografi CST normal menunjukkan kadar asam laktat arteri umbilikalis
normal.
Tampak pula bahwa ada 6 (15%) pasien dengan hasil pemeriksaan
kardiotokografinya CST normal yang kadar asam laktat arteri umbilikalis bayi baru
lahir >4,8 mmol/l. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna
antara hasil pemeriksaan kardiotokografi intrapartum dan kadar asam laktat arteri
umbilikalis.
6
Tabel 3. Analisis hasil pemeriksaan kardiotokografi dibandingkan dengan
kadar asam laktat arteri umbilikalis bayi baru lahir
Kadar
Asam
Laktat
Normal
Prelaktemia
Laktemia
Kardiotokografi
CST normal
CST
indeterminate
N
%
n
%
31
77,5
3
30
3
7,5
2
20
6
15
5
50
P
0,003
*
*Spearman rho
Tabel 4 menunjukkan pada warna cairan amnion yang dinilai secara visual oleh
penolong sebagai jernih, terdapat 21 (87,5%) pasien dengan kadar asam laktat arteri
umbilikalis normal. Sebanyak 3 (12,5%) pasien dengan warna cairan amnion yang
dinilai secara visual oleh penolong sebagai jernih yang kadar asam laktat arteri
umbilikalis bayi baru lahir >4,8 mmol/l.
Hasil uji statistik menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna antara warna cairan amnion dan kadar asam laktat arteri
pusat bayi baru lahir.
Tabel 4. Analisis warna cairan amnion dibandingkan dengan kadar asam laktat
arteri umbilikalis bayi baru lahir
Kardiotokografi
Kadar
Asam
Laktat
CST normal
CST
indeterminate
n
%
N
%
Normal
31
77,5
3
30
Prelaktemia
3
7,5
2
20
Laktemia
6
15
5
50
P
0,003
*
*Spearman rho
Pada tabel 5, tampak 32 (78%) pasien dengan kadar mekonium dalam cairan
amnion tipis menunjukkan kadar asam laktat normal. Sebanyak 5 (12,2%) pasien
dengan kadar mekonium dalam cairan amnion yang tipis menunjukkan kadar asam
laktat arteri umbilikalis bayi baru lahir >4,8 mmol/l. Hasil uji statistik menunjukkan
7
adanya hubungan yang bermakna antara kadar mekonium dalam cairan amnion
dengan kadar asam laktat arteri umbilikalis.
Tabel 5. Analisis kadar mekonium dalam cairan amnion dibandingkan dengan
kadar asam laktat arteri umbilikalis bayi baru lahir
Kadar Asam
Laktat
Normal
Kadar Mekonium
Tipis
n
%
32
78
n
2
Sedang
%
22,2
Prelaktemia
4
9,8
1
11,1
Laktemia
5
12,2
6
66,7
P
0,001
*
*Spearman rho
Tabel 6 menunjukkan pada hasil pemeriksaan kardiotokografi CST normal,
terdapat 35 (87,5%) pasien dengan kadar mekonium dalam cairan amnion tipis.
Sebanyak 6 (60%) pasien dengan hasil pemeriksaan kardiotokografi CST
indeterminate menunjukkan kadar mekonium yang tipis.
Hasil uji statistik
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara hasil pemeriksaan
kardiotokografi intrapartum dan kadar mekonium dalam cairan amnion.
Tabel 6. Analisis hasil pemeriksaan kardiotokografi dibandingkan dengan
kadar mekonium dalam cairan amnion
Kadar
Mekoniu
m
Tipis
Sedang
Kardiotokografi
CST normal
CST
indeterminate
n
%
n
%
35
87,5
6
60
5
12,5
4
40
P
0,044*
*Spearman rho
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kardiotokografi pada
saat inpartu kala I fase aktif, pengambilan sampel cairan amnion dan pemeriksaan
kadar asam laktat arteri umbilikalis bayi baru lahir setelah diklem dan digunting.
Distribusi karakteristik subyek penelitian yang terlihat pada tabel 1 menunjukkan
66% merupakan kelompok umur 20 sampai 35 tahun. Pada penelitian yang
8
dilakukan oleh Farid IA, Mandang D, Khosal L di Makassar juga diperoleh kelompok
umur 20 sampai 35 tahun yang terbanyak. Umur 20 sampai 35 tahun merupakan
usia reproduksi perempuan yang aman
untuk kehamilan dan persalinan.
Berdasarkan paritasnya subyek penelitian terdiri dari 68% primipara dan 32%
multipara. (Farid IA, 2006, Mandang D et al., 2006, Khosal L et al., 2009)
Karakteristik
subyek
penelitian
berdasarkan
hasil
luaran
persalinan
menunjukkan 86% bayi lahir dengan nilai skor APGAR menit pertama >7. Rerata
berat badan bayi lahir adalah 3083+401,73 gram menunjukkan hasil luaran yang
sesuai untuk umur kehamilan aterm. Williams Obstetric mencantumkan bahwa
kriteria berat badan bayi aterm (umur kehamilan ≥ 38 minggu) adalah sekitar 2900
gram. (Cunningham F et al., 2005a)
Hasil pemeriksaan kardiotokografi intrapartum pada penelitian ini menunjukkan
77% persalinan dengan CST normal yang mempunyai kadar asam laktat normal.
Persalinan yang menunjukkan hasil pemeriksaan kardiotokografi CST indeterminate
dengan kadar asam laktat yang laktemia sebesar 50%. Persalinan dengan hasil
pemeriksaan kardiotokografi CST indeterminate ini mendapatkan tindakan resusitasi
intrauterin dan pada pemeriksaan ulangannya didapatkan hasil CST normal. Hasilhasil pemeriksaan kardiotokografi yang dinilai sebagai CST indeterminate di
antaranya didapatkan adanya baseline di atas 160 dpm, deselerasi variabel ataupun
variabilitas minimal.
Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang
bermakna.
Pada pemeriksaan kardiotokografi dengan CST normal ditemukan 15%
mengalami
laktemia.
Kemungkinan,
setelah
dilakukannya
pemeriksaan
kardiotokografi, terjadi proses inpartu kala I atau kala II yang memanjang yang
selanjutnya menimbulkan stress pada janin.
9
Hipoksia yang dialami janin dapat menyebabkan perubahan pola denyut
jantung
janin.
Perubahan
pola
denyut
jantung
inilah
yang
terbaca
oleh
kardiotokografi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Low JA dan Victory R
(1999) di Kanada menemukan kemampuan kardiotokografi untuk mendeteksi
asfiksia adalah 93% dengan nilai prediksi positif 18,1% dan nilai prediksi negatif
98,3% pada kehamilan aterm inpartu. Ini berarti bahwa gambaran kardiotokografi
yang abnormal dapat memprediksi asidosis dan asfiksia pada janin.
Giri NMA
(2007) di Makassar mendapatkan sensitivitas asidosis dan asfiksia adalah 43,5%
dan 60%, sedangkan spesifisitasnya adalah 100% dan 97,8%, dengan demikian
dapat dikatakan bahwa kardiotokografi dapat dipakai sebagai skrining adanya
asfiksia intrapartum. (Giri NMA et al., 2007, Low J et al., 1999)
Hasil pengukuran kadar mekonium dalam cairan amnion dengan spektometer
dengan panjang gelombang 420 nm diperoleh rerata 3,39+1,68 gr/dl. Penelitian ini
tidak mendapatkan kadar mekonium yang dikategorikan sebagai tebal. Terdapat
66,7% cairan amnion dengan kadar mekonium sedang yang kadar asam laktat arteri
umbilikalisnya > 4,8 mmol/l. Berdasarkan warna cairan amnion yang dinilai secara
visual oleh penolong, terdapat 41,7% cairan amnion yang dinilai sebagai tebal yang
kadar asam laktatnya > 4,8 mmol/l. Analisis kadar mekonium dalam cairan amnion
dan analisis warna cairan amnion dibandingkan dengan kadar asam laktat arteri
umbilikalis bayi baru lahir, keduanya menunjukkan hubungan yang bermakna.
Penelitian yang dilakukan oleh Sanlialp et al (2003) yang menilai kadar
mekonium melalui pengamatan visual dibandingkan dengan kadar mekonium melalui
pengukuran dengan spektrofotometer menyimpulkan bahwa akurasi penilaian secara
visual bermakna secara statistik. Dengan demikian, penilaian secara visual dapat
10
menjadi modalitas tambahan yang praktis untuk pemantauan kesejahteraan janin.
(Sanlialp C et al., 2004)
Pada kadar mekonium dalam cairan amnion yang tipis ditemukan 12,2% yang
ternyata menunjukkan keadaan laktemia.
Hal ini bisa terjadi akibat proses
penekanan kepala pada kala II yang dapat menyebabkan stress pada janin namun
tidak sampai menstimulasi kelenjar hipofise untuk mengeluarkan arginin vasopresin
sehingga tidak terjadi kontraksi otot polos usus janin.
Salah satu kelemahan dari penelitian ini adalah pengambilan sampel cairan
ketuban tidak dilakukan dengan aspirasi menggunakan spoit sebelum ketuban
pecah. Hal ini dapat menerangkan ditemukannya 22,2% sampel dengan kadar
mekonium dalam cairan amnion sedang, namun normolaktemia. Keadaan ini dapat
terjadi pada pengambilan cairan amnion pada saat kala II, ketika cairan amnion
mengadung mekonium akibat proses kompresi abdomen janin saat kelahiran.
Pada analisis hasil pemeriksaan kardiotokografi dibandingkan dengan kadar
mekonium dalam cairan amnion, ditemukan 87,5% pasien dengan CST normal dan
kadar mekonium dalam cairan amnion tipis.
Uji statistik menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna. Dari hasil ini, tampak adanya kesesuaian dari kedua
modalitas tersebut.
Pada pedoman yang dikeluarkan oleh RANZCOG 2006 terdapat catatan
tentang perlunya fasilitas pemeriksaan Fetal Blood Sampling, baik pengukur pH
ataupun kadar asam laktat, terutama bila terdapat resiko-resiko, yang di antaranya
adalah hasil pemeriksaan kardiotokografi abnormal dan cairan ketuban mekoneal.
(Wallace E et al., 2009)
11
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Hasil pemeriksaan kardiotokografi intrapartum yang normal menunjukkan kadar
asam laktat arteri umbilikalis bayi baru lahir yang normal.
2. Semakin tebal warna cairan amnion, semakin tinggi kadar asam lakat arteri
umbilikalis bayi baru lahir.
3. Semakin tinggi kadar mekonium dalam cairan amnion, semakin tinggi kadar
asam laktat arteri umbilikalis bayi baru lahir.
B. Saran
1. Pengawasan
kesejahteraan
kardiotokografi.
janin
memerlukan
modalitas
lain
selain
Modalitas yang lain yang dapat disediakan adalah larutan
standar serial kadar mekonium yang digunakan sebagai pembanding untuk
mengukur kadar mekonium dalam cairan amnion dan alat pengukur kadar asam
laktat beserta stripnya.
2. Perlunya
penelitian
lebih
lanjut
tentang
hubungan
hasil
pemeriksaan
kardiotokografi, kadar mekonium dalam cairan amnion dan kadar asam laktat
arteri umbilikalis bayi baru lahir pada persalinan yang abnormal.
DAFTAR PUSTAKA
ABADI, A. (2008) Kardiotokografi janin dan velosimetri doppler dalam ilmu
kebidanan, Jakarta, PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.221-34
ALFIREVIC, Z., DEVANE, D. & GYTE, G. M. (2006) Continuous cardiotocography
(CTG) as a form of electronic fetal monitoring (EFM) for fetal assessment
during labour. Cochrane Database of Systematic Reviews, (3).
12
ANONYM (2008) Pelatihan asuhan persalinan normal bahan tambahan inisiasi
menyusu dini dalam Buku panduan peserta JNPK-R, Jakarta
BLAUCH, D. N. (2001) Basic principles spectrophotometry.
CLARK, M. & CLARK, D. (2008) Meconium aspiration syndrome emedicine. USA,
medscape.
CUNNINGHAM, F., LEVENO, K. & BLOOM, S. (2005a) Fetal growth and
development, New York, Mc Graw Hill Medical Publishing Division
CUNNINGHAM, F., LEVENO, K. & BLOOM, S. (2005b) Fetus and newborn :
diseases and injuries of the fetus and newborn, New York, Mc Graw Hill
Medical Publishing Division.675-6
CUNNINGHAM, F., LEVENO, K. & BLOOM, S. (2005c) Labor and delivery :
intrapartum assessment New York, Mc Graw Hill Medical Publishing
Division.447
DASTUR, A. (2005) Intrapartum fetal distress. J Obstet Gynecol India, 55(2) 115117.
FAHEY, J. (2006) Intrauterine asphyxia : clinical implication for providers of
intrapartum care. emedicine. USA, medscape.
FARID, I. A. (2006) Pengaruh interval waktu antara pengambilan keputusan seksio
sesarea dengan lahirnya bayi terhadap kadar asam laktat darah tali pusat.
Obstetri dan Ginekologi. Makassar, Universitas Hasanuddin.
GIBB, D. & ARULKUMARAN, S. (2001) Cardiotocographic interpretation : clinical
scenarios, Oxford, Butterworth-Heinemann.120
GIBB, D. & ARULKUMARAN, S. (2001) Contraction assessment in fetal monitoring
on practice, Oxford, Butterworth-Heinemann.138-41
GIRI, N. M. A., MANOE, I. M. & LUKAS, E. (2007) Hubungan pola denyut jantung
janin pada preeklamsia berat dengan hasil luarannya. Obstetri dan
Ginekologi. Makassar, Universitas Hasanuddin.
JAMES, D. (2001) Cesarean section for fetal distress. BMJ, 3221316-1317.
KHOSAL, L., MOELJONO, E. & LUKAS, E. (2009) Analisis kadar mekonium cairan
amnion dan kadar asam laktat pada persalinan normal. Obstetri dan
Ginekologi. Makassar, Universitas Hasanuddin.
13
LOW, J., VICTORY, R. & DERRICK, E. (1999) Predictive value of electronic fetal
monitoring for intrapartum fetal asphyxia with metabolic acidosis. Obstet
Gynecol, 93(2) 285-291.
MANDANG, D., MANOE, I. M. & TIRO, E. (2006) Hubungan KTG abnormal dengan
peningkatan kadar asam laktat bayi baru lahir. Obstetri dan Ginekologi.
Makassar, Universitas Hasanuddin.
MOODY, J. (2003) Fetal growth and wellbeing in Antenatal care routine care for the
healthy pregnant woman, London, RCOG Press.107
MOYA, F. & LAUGHORN, M. (2007) Common problems of the newborn in clinical
obstetrics the fetus and mother, USA, Blackwell Publishing.1232-59
MURATA, Y., IKENOUE, T., SAMESHIMA, H. & SUMPAICO, W. W. (2009)
Consensus Workshop on Electronic Fetal Surveillance. CTG/EFM SeminarWorkshop. Miyazaki, Asia and Oceania Federation of Obstetrics and
Gynecology.
OJHA, R., SINGH, S., BASTRA, S., SREENIVAS, S. & PULIYER, J. (2006) Lactate :
creatinine ratio in babies with the meconium staining of amniotic fluid : a case
control study. BMC Pediatrics, 613.
PARK, S. K. & SHIN, S. H. (2002) Newly developed mecometer method for objective
assessment of meconium content. J Korean Med Sci, 1715-17.
POTTS, G. E. (2001) Beer's Law. South Carolina, College of Charleston.
PURWAKA, B. T. & ADITIAWARMAN (2008) Diagnosis pranatal dan teknik inovatif
pemantauan janin dalam Ilmu kebidanan, Jakarta, PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.747
SANLIALP, C., CAGLAR, G., TAPISIZ, O. & ARSAR, A. (2004) An assessment of
the accuracy of visual diagnosis of meconium stained amniotic fluid. Pak J
Med Sci, 20(2) 137-140.
SPONG, C. (2003) Fetal monitoring in Danforth's obstetrics and gynecology, New
York, Williams & Wilkina Publisher
TUCKER, S. (2005) Instrumen pemantauan denyut jantung janin dan aktivitas uterus
dalam Seri pedoman praktis pemantauan dan pengkajian janin, Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran.21-61
VARDHAN, L., BHATTACHARYYA, C., KATHPLAIA, C. & KOCHAR, C. (2006)
Intrapartum electronic foetal monitoring; does it lead or mislead? MJAFI, 62(1)
51-55.
14
WALLACE, E., DOWD, J., ELLWOOD, D., et al. (2009) Intrapartum fetal surveillance
- clinical guidelines, Melbourne, The Royal Australian and New Zealand
College of Obstetricians and Gynecologysts.11-12
WIBERG-ITZEL, E., LIPPONER, C., NORMAN, M., et al. (2008) Determination of pH
or lactate in fetal scalp blood in management of intrapartum fetal distress:
randomized controlled multicenter trial. BMJ, 336(1284) 1-7.
WIJAYANEGARA, H. (2004) Pergerakan janin dalam ilmu kedokteran fetomaternal
surabaya, Surabaya, Himpunan Kedokteran Fetomaternal Perkumpulan
Obstetri dan Ginekologi Indonesia.256-8
WIKNJOSASTRO, G. H. (2004) Gawat janin dalam Ilmu kedokteran fetomaternal,
Jakarta, Himpunan Kedokteran Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan
Ginekologi Indonesia.419-25
WINKJOSASTRO, G. H. (2008) Fisiologi janin dalam Ilmu kebidanan, Jakarta, PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.157-164
15
Download