PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) merupakan salah satu tanaman penghasil komoditas sub sektor perkebunan yang memberikan andil besar bagi pemasukan devisa negara di luar sektor minyak dan gas. Upaya peningkatan produksi minyak kelapa sawit memiliki prospek yang cerah pada masa yang akan datang, karena kegunaan minyak sawit yang beragam, baik sebagai bahan baku dalam industri pangan maupun non pangan. Seiring dengan perkembangan areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang meningkat dengan pesat, maka jumlah pabrik kelapa sawit (PKS) juga akan bertambah secara nyata. Akibat bertambahnya unit PKS maka produksi limbah cair PKS juga ikut bertambah sehingga penanganan limbah cair PKS perlu dilakukan. Menurut Fauzi et al. (2006), limbah industri kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit. Proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) pada suatu PKS dihasilkan berbagai macam limbah berupa gas, cair, dan padat. Limbah gas dikeluarkan PKS berupa bahan pencemar udara (CO) yang bereaksi dengan O2 membentuk CO2 dan diserap kembali oleh tanaman, dimanfaatkan dalam proses fotosintesis yang menghasilkan udara bersih (O2) sehingga dapat berguna bagi semua kehidupan. Limbah padat berupa tandan kosong telah dimanfaatkan pula, baik sebagai mulsa maupun bahan kompos untuk pupuk organik atau diabukan sebagai sumber alkali tanah dan unsur hara tanaman (Budianta 2004). Limbah Cair PKS (LCPKS) rata-rata mengandung BOD (Biologycal Oxygen Demand) berkisar antara 30.000-50.000 mg/l akan menjadi bahan pencemar apabila dibuang langsung ke perairan bebas. Dapat dibayangkan bagaimana akibatnya bila limbah yang berkonsentrasi tinggi bercampur dengan air sungai. Keadaan tersebut dapat membahayakan kehidupan habitat dan sejumlah biota sungai. Tetapi bila dilihat dari kandungan bahan organik yang terdapat dalam limbah cair PKS, maka limbah tersebut merupakan alternatif terbaik untuk menggantikan fungsi dari pupuk anorganik (Ginting 2007). Limbah cair PKS memiliki kandungan unsur hara makro yang tinggi seperti N, P, K, Ca dan Mg, sehingga limbah tersebut berpotensi untuk digunakan sebagai sumber hara bagi tanaman kelapa sawit. Pemberian limbah cair dapat meningkatkan sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta meningkatkan status hara tanah (Loebis & Tobing 1989). Sejalan dengan semakin mahalnya harga pupuk, maka pemanfaatan LCPKS sebagai pupuk alternatif telah banyak diterapkan. Selain berfungsi mengurangi bahan pencemar pada badan air di sekitar perkebunan, pemanfaatan LCPKS juga dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi karena sekitar 40-60% biaya pemeliharaan tanaman merupakan biaya pemupukan (Widhiastuti 2001). Penggunaan air limbah untuk mengairi areal pertanian telah cukup dikenal sejak limbah diketahui mempunyai unsur hara yang dapat menyuburkan tanah. Adanya beberapa zat (bahan pupuk) dan zat pengatur tumbuh yang terkandung dalam air limbah dapat menyebabkan kenaikan hasil pemanenan. Namun air limbah tidak dapat dialirkan ke tanah tanpa pengolahan terlebih dahulu. Hal ini disebabkan oleh larutan partikel unsur pokok yang mungkin berbahaya bagi tanah, tanaman, hewan dan juga manusia. Dengan demikian untuk pemanfaatan air limbah diperlukan penelitian yang cermat agar tidak menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (LCPKS) sebagai unsur hara tanaman pada proses pembibitan kelapa sawit. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan April– September 2007 di kebun pembibitan bagian Riset dan Pengembangan PT Tania Selatan, kebun Burnai Timur, kecamatan Pedamaran. kabupaten Ogan Kemiring Ilir, Palembang. Alat dan Bahan Bahan yang digunakan yaitu air limbah PKS yang berasal dari outlet kolam anaerobik primer, sekunder dan aerobik pada Instalasi Pengolahan Limbah Cair (IPAL) PT Tania Selatan, tanah lapisan atas (top soil), kecambah kelapa sawit varietas D Χ P Tania Selatan III (TS III), dan kompos. Peralatan yang digunakan berupa polybag, ember,