BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan Perhimpunan Fu Qing merupakan sebuah organisasi perkumpulan berbasis kedaerahan. Organisasi tersebut beranggotakan Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa yang memiliki garis darah keturunan asli Fu Qing. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan terdapat sebuah kesimpulan mendasar mengenai budaya organisasi Perhimpunan Fu Qing Yogyakarta, yaitu organisasi ini berjalan dengan prinsip-prinsip Konfusianis dalam berbagai aspek. Terindikasikan dari adanya berbagai macam cerminan dalam kehidupan sehari-hari organisasi yang memakai prinsip tersebut sebagai patokan nilai. Berikut ajaran mengenai “8 Etika” : a. 孝 atau Xiao (Siau). Menghormati dan berbakti kepada orang tua, merupakan kewajiban mendasar dari anak, untuk membalas budi dan kasih sayang orang tua yang telah membesarkan mereka. Kesadaran ini bisa ditingkatkan menjadi pengabdian kepada Negara. b. 悌 atau Ti (Di). Antar saudara harus saling membantu dengan kasih sayang. Demikian juga terhadap teman, harus ada kasih sayang, saling mengalah dan menghindari konflik. 83 c. 忠 atau Zhong (Cung). Mengabdi kepada nusa dan bangsa. Sebagai kewajiban seorang warga negara. d. 信 atau Xin (Sin). Memegang kepercayaan terhadap teman dan masyarakat, serta tidak ingkar janji. e. 礼 atau Li (Li). Sikap sopan santun sebagai bukti dari kepribadian yang luhur. Sebagai contoh yaitu jika murid bertemu dengan guru, penghormatan bukan sebatas kepada sikap memberi hormat, namun harus dari lubuk hati terdalam. f. 义 atau Yi (I). Memiliki rasa keadilan dan berani untuk mempertahankannya. Tidak menyimpan ambisi pribadi dan dengan senang hati membantu orang lain. g. 廉 atau Lian (Lien). Bersikap jujur dan tidak korup. h. 恥 atau Chi (Je). Memiliki sifat hormat kepada diri sendiri. Tidak melakukan hal yang tidak pantas dan melanggat hati nurani. 84 Dari penuturan Jimmy Sutanto, Ketua Perhimpunan Fu Qing Yogyakarta, prinsip ini telah diajarkan dari generasi ke generasi. Untuk itu tidak mengherankan bila 8 poin etika diatas menjadi inti dari berbagai kegiatan Perhimpunan Fu Qing. Secara sadar ataupun tidak, berbagai pilihan yang dilakukan tiap-tiap individu menggambarkan etika-etika diatas. Aktifitas organisasi dibagi menjadi dua, pertama aktifitas internal organisasi dan kedua aktifitas eksternalnya. Sebagai organisasi yang berdiri untuk menjunjung anggotanya, aktifitas antar anggota menjadi mayoritas agenda kegiatan dari Perhimpunan Fu Qing Yogyakarta. Hal ini juga menjadi salah satu cara agar organisasi menjadi lebih menyatu. Terkait permasalahan yang dialami oleh internal organisasi adalah adanya gap atau jarak yang terlalu lebar antar generasi. Sehingga bisa dikatakan organisasi memiliki masalah regenerasi. Untuk masalah eksternal, masalah paling nyata adalah kondisi masyakarat Indonesia secara umum yang menempatkan masyarakat keturunan Tionghoa secara terpisah. Terdapat beberapa anggapan yang memang telah terjadi sebagai buah dari sejarah negara Indonesia. Sehingga untuk masalah seperti perizinan maka masyarakat keturunan Tionghoa mengalami hambatan. Peran ketua diorganisasi ini begitu jelas terasa. Hampir seluruh keputusan tidak bisa berjalan tanpa adanya persetujuan dari ketua. Penghormatan kepada para tetua organisasi juga dilakukan dengan layak. Hal ini menjadi bukti bahwa organisasi ini memang begitu menjunjung ketua serta tetuanya. 85 Salah satu poin yang bisa dicontoh dari organisasi ini adalah nilai penghormatan terhadap leluhur atau nenek moyang. Kondisi ini sedikit berbeda dengan kondisi masyarakat Indonesia yang sudah banyak melupakan nilai-nilai luhur dari nenek moyang. Kondisi ini bisa saja merupakan dampak dari globalisasi. Namun, pada Perhimpunan Fu Qing ini nilai-nilai tersebut masih kuat dipegang oleh anggotanya. Sama seperti ajaran dari Konghucu, nilai-nilai kehidupan terdapat banyak di Indonesia. “Adigang, adigung, adiguno”, salah satunya. Ungkapan dalam bahasa jawa ini memiliki makna sikap yang rendah diri meskipun berada pada kedudukan tinggi. “Balik belakang, lain bicara” juga salah satu peribahasa khas tanah air. Makna dari peribahasa ini mengenai janji dan ingkar. Nilai yang dimiliki oleh Indonesia juga tidak kalah banyak, namun permasalahannya teletak pada kurangnya proses sosialisasi nilai tersebut. Berbeda dengan yang terjadi pada organisasi ini. 86 5.2 Saran Melihat keadaan internal organisasi dan relasi antara Perhimpunan Fu Qing Yogyakarta dengan lingkungan sosial disekitar, tidak banyak rekomendasi yang bisa dibuat. Berikut adalah beberapa saran yang dapat diberikan : 1. Perlu adanya kegiatan lintas generasi. Dari hasil penelitian terlihat adaya beberapa kegiatan seperti itu, namun dirasa kurang memberikan dampak. Untuk itu, dirasa interaksi harus ditingkatkan lebih intens lagi. 2. Setelah adanya peningkatan antar generasi, diperlukan adanya program untuk meningkatkan rasa memiliki para generasi muda. Hal tersebut digunakan sebagai cara untuk meningkatkan peluang adanya tunas muda pengurus organisasi. 3. Program yang sekiranya dapat ditawarkan berupa memberikan kesempatan magang dalam berbagai kegiatan organisasi. Hal ini digunakan agar generasi muda juga turut serta dalam pengurusan dan pengembangan organisasi. Dari kegiatan tersebut jika berhasil, maka akan terjadi domino effect terhadap kelanjutan organisasi. Generasi muda selanjutnya dapat menjadi motor organisasi. 87