PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MENGGUNAKAN MEDIA KUBUS SATUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU DHARMA ASIH PONTIANAK ARTIKEL PENELITIAN Oleh NURMA NIM F34209430 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2012 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MENGGUNAKAN MEDIA KUBUS SATUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU DHARMA ASIH PONTIANAK NURMA NIM :F34209430 Disetujui, Pembimbing I Pembimbing II Drs. Hery Kresnadi, M.Pd. NIP 196110251987031003 Drs. H.Suhardi Marli, M.Pd. NIP 195507261986011001 Disahkan, Dekan Dr. Aswandi NIP 19580513 198603 1 002 Ketua Jurusan Pendidikan Dasar Drs. H. Maridjo Abdul Hasjmy, Msi. NIP 19510128 197603 1 001 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MENGGUNAKAN MEDIA KUBUS SATUAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH LUAR BIASA DHARMA ASIH PONTIANAK Nurma, Hery Kresnadi, Suhardi Marli Abstraction : Make-Up Of Activity Learn To Use Media Cube Set Of Study Extraordinary Mathematics Class V School of Dharma Asih Pontianak. Research aim to to know usage of cube media set of study Mathematics can improve used by research siswa.Bentuk activity is Research of Action Class ( PTK) And research have the character of perception kolaboratif. Based with collaborator at cycle I reached efficacy that is physical activity 60.0%, activity bounce 50,0%, and emotional activity 45,0%. At II fisik100,0 activity cycle%, activity bounce 100,0% and emotional activity 60,0%. From make-up of activity affect positive at result learn student. At I cycle mount reached efficacy 20 becoming 64 [at] II cycle. This Matter indicate that study about log volume use cube media set of can improve student activity and result learn in Extraordinary Class V School fith of Tunarungu Dharma Asih Pontianak. Keyword : improvement, activity, learn, cube media set of. Abstrak : Peningkatan Aktivitas Belajar Menggunakan Media Kubus Satuan Pembelajaran Matematika Kelas V Sekolah Luar Biasa Dharma Asih Pontianak. Penelitian bertujuan untuk mengetahui penggunaan media kubus satuan pada pembelajaran Matematika dapat meningkatkan aktivitas siswa.Bentuk penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan penelitian bersifat kolaboratif.Berdasarkan pengamatan bersama kolaborator pada siklus I keberhasilan yang dicapai yaitu aktivitas fisik 60.0%, aktivitas mental 50,0%, dan aktivitas emosional 45,0%. Pada siklus II aktivitas fisik100,0%, aktivitas mental 100,0% dan aktivitas emosional 60,0%. Dari peningkatan aktivitas berdampak positif pada hasil belajar siswa. Pada siklus I tingkat keberhasilan yang dicapai 20 menjadi 64 pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran tentang volume balok menggunaan media kubus satuan dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar di kelas V Sekolah Luar Biasa Tunarungu Dharma Asih Pontianak. Kata Kunci : peningkatan, aktivitas, belajar, media kubus satuan S etiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang sama, karena pendidikan merupakan kebutuhan mutlak setiap warga negara untuk meningkatkan kualitas hidupnya, tidak terkecuali anak luar biasa. Anak luar biasa (ALB) digunakan sebagai istilah untuk semua anak yang mempunyai keluarbiasaan, dan untuk mengganti istilah anak cacat, anak berkelainan, atau anak lemah mental. Sekolah yang dikhususkan untuk anak luar biasa adalah Sekolah Luar Biasa SLB). Seiring dengan perkembangan pengakuan hak azasi manusia istilah anak luar biasa diganti menjadi anak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus merupakan satu istilah umum yang menyatukan berbagai jenis kekhususan atau kelainan. Istilah ini merupakan istilah terbaru yang digunakan, dan merupakan terjemahan dari child with special needs yang telah digunakan secara luas di dunia internasional. Salah satu yang termasuk didalamnya adalah tunarungu (Suparno dalam Atas Keksiningsih, 2007:1.2). Siswa tunarungu merupakan salah satu anak luar biasa yang termasuk dalam kelompok anak yang mengalami penyimpangan yang terjadi karena hambatan sensoris atau indera. Siswa tunarungu mengalami gangguan pendengaran mulai dari yang ringan sampai yang berat. Tuna rungu berarti kekurangan pendengaran dalam taraf seperti kehilangan pendengaran. Berdasarkan tingkat tingkat kehilangan pendengaran yang diperoleh melalui tes audiometer tuna rungu terbagi menjadi : 1. Tuna rungu ringan 2. Tuna rungu sedang 3. Tunarungu agak berat 4. Tuna rungu berat 5. Tuna rungu berat sekali `Ketunarunguan tidak mengakibatkan kekurangan dalam potensi kecerdasan mereka, akan tetapi siswa tunarungu sering menampakkan prestasi akademik yang lebih rendah dibandingkan anak yang bisa mendengar seusianya (Lanny Bunawan dalam Wardani dkk, 2004:5.14). Salah satu karakteristik anak tuna rungu wicara antara lain aspek akademik. Dalam aspek akademik anak tuna rungu mengalami keterbatasan dalam kemampuan dan bahasa, mengakibatkan anak tuna rungu mempunyai keterbatasan prestasi dalam mata pelajaran yang bersifat verbal seperti mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Matematika dalam soal cerita Penelitian ini dilakukan pada siswa tuna rungu wicara yaitu siswa kelas V Sekolah Luar Biasa Tunarungu Wicara Dharma Asih Pontianak pada mata pelajaran Matematika. Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan aktivitas ditekankan kepada siswa, karena dengan adanya aktivitas siswa maka terciptalah proses pembelajaran yang aktif. Selama ini proses pembelajaran Matematika di Sekolah Luar Biasa Tuna rungu wicara Dharma Asih Pontianak, siswa tidak mau memperhatikan, sibuk bermain sendiri bahkan ada yang tidak mau belajar karena menganggap pelajaran Matematika sangat membosankan dan memusingkan kepala. Dan juga media yang digunakan kurang bervariasi, dimana kurang mempertimbangkan media yang efektif dan sesuai dengan karakteristik anak tunarungu wicara yang dapat meningkatkan aktivitas siswa. Dengan keadaan ini siswa hanya bersikap pasif menerima apa yang diberikan guru, dan guru hanya mengutamakan hasil daripada proses. Untuk itu maka guru harus dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Media kubus satuan ini digunakan agar dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran dan siswa merasa senang terhadap pelajaran Matematika. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan hasil belajar. Dan juga dengan menggunakan media kubus satuan diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa baik fisik, mental dan emosional. Adapun masalah umum dari penelitian ini berdasarkan latar belakang diatas adalah “Apakah media kubus satuan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Matematika kelas V Sekolah Luar Biasa Tunarungu Dharma Asih Pontianak Tenggara ?”. Rumusan masalah umum dapat dijabarkan menjadi masalah khusus adalah (1) Bagaimanakah peningkatan aktivitas fisik siswa dengan menggunakan media kubus satuan pada pembelajaran Matematika tentang volume balok di kelas V Sekolah Luar Biasa Tunarungu Pontianak Tenggara ?, (2) Bagaimanakah peningkatan aktivitas mental siswa dengan menggunakan media kubus satuan pada pembelajaran Matematika tentang volume balok di kelas V Sekolah Luar Biasa Tungarungu Pontianak Tenggara ?, (3) Bagaimanakah peningkatan aktivitas emosional siswa dengan menggunakan media kubus satuan pada pembelajaran Matematika tentang volume balok di kelas V Sekolah Luar Biasa Tungarungu Pontianak Tenggara ?, (4) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran Matematika tentang volume balok dengan menggunakan media kubus satuan di kelas V Sekolah Luar Biasa Tunarungu Pontianak Tenggara ? Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai peningkatan aktivitas belajar menggunakan media kubus satuan pada pembelajaran Matematika kelas V Sekolah Luar Biasa Tungarungu Pontianak Tenggara. Dan tujuan Khusus penelitian ini adalah (a) Untuk mendeskripsikan peningkatkan aktivitas fisik siswa pada pembelajaran Matematika dalam materi volume balok di kelas V Sekolah Luar Biasa Tungarungu Dharma Asih Pontianak Tenggara, (b) Untuk mendeskripsikan peningkatkan aktivitas mental siswa pada pembelajaran Matematika dalam materi volume balok di kelas V Sekolah Luar Biasa Tungarungu Dharma Asih Pontianak Tenggara, (c) Untuk mendeskripsikan peningkatkan aktivitas emosional siswa pada pembelajaran Matematika dalam materi volume balok di kelas V Sekolah Luar Biasa Tungarungu Dharma Asih Pontianak Tenggara. Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) Bagi siswa yaitu untuk mendapatkan pengalaman baru, meningkatkan aktivitas baik fisik, mental dan emosional, dan dapat meningkatkan hasil belajar, (2) Bagi guru yaitu memperoleh pengalaman dalam menggunakan media kubus satuan dan terbantu dalam memecahkan permasahan yang sedang dihadapi dalam pembelajaran Matematika, (3) Bagi sekolah yaitu sekolah terbantu dalam meningkatkan kualitasnya dan mendukukung sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru. Dari uraian diatas, maka penelitian ini dilakukan mengenai “ Peningkatan Aktivitas Belajar Dengan menggunakan Media Kubus Satuan Pada Pembelajran Matematika Kelas V Sekolah Luar Biasa Tunarungu Dharma Asih Pontianak. Sedangkan menurut S. Nasution dalam http://id.shvoong.com/socialsciences/education/2162643-pengertian-aktivitas-belajar/#ixzz2ASaA3yQA diakses dari internet pada tanggal 2 Oktober 2012 “ Aktivitas adalah keaktifan jasmani dan rohani dan kedua-keduanya harus dihubungkan. Rohani (2004: 96) menyatakan bahwa “Belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat suatu bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Kegiatan fisik tersebut sebagai kegiatan yang tampak, yaitu saat peserta didik melakukan percobaan, membuat kontruksi model, dan lain-lain. Sedangkan peserta didik yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) terjadi jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam pengajaran. Ia mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat, dan sebagainya. Kegiatan psikis tersebut tampak bila ia sedang mengamati dengan teliti, memecahkan persoalan, mengambil keputusan, dan sebagainya. (online www.google.co.id diakses tanggal 2 Oktober 2012). Slameto (1995 : 2) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Sardiman A.M. (2010 : 22) Belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori. Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang berarti ‘perantara’ atau ‘pengantar’ (Arief Sadiman, dkk dalam Sukiman, 2011 : 27). Media adalah alat untuk menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran (Azhar Arsyad dalam Sukiman, 2011:28). Kubus menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah ruang terbatas enam bidang segiempat (seperti dadu). Sifat kubus semua sisi berbentuk persegi, rusuk kubus berukuran sama panjang, diagonal kubus memiliki ukuran sama panjang, diagonal pada kubus memiliki bentuk persegi panjang. Pengertian Kubus (online) (www.google.co.id) diakses tanggal 16 September 2012 jam 21.00, yaitu kubus satuan merupakan benda tiga dimensi yang ukuran semua sisinya sama panjang. Walaupun media kubus satuan sangat besar manfaatnya bagi anak tunarungu, namun bagi mereka tentu saja media ini mempunyai sedikit kelemahan. Kelebihan media kubus satuan adalah (1) Dengan media tiga dimensi anak tuna rungu lebih tertarik dalam proses pembelajaran matematika, (2) Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, (3) Merangsang siswa menjadi lebih aktif. Selain memiliki kelebihan, media kubus satuan juga memiliki kelemahan yaitu (a) Keterbatasan jumlah kubus satuan (jika jumlah siswa lebih banyak dan ukuran panjang, lebar, tinggi, satuan lebih banyak), (b) Memerlukan banyak waktu, karena anak tuna rungu sangat lama memahami konsep/ atau perintah baru hal ini di akibatkan ketuanarunguannya yang terbatas dalam pemerolehan bahasa, (c) Memerlukan banyak bantuan pada saat siswa tuna rungu masuk kedalam proses pembelajaran karena mereka sering lupa terhadap apa yang sudah dan yang belum dikerjakan. Proses pembelajaran bagi siswa tunarungu pada dasarnya secara terperinci berikut langkah-langkah dalam pembelajaran matematika menggunakan media kubus. Susunan untuk menghitung volume balok adalah (a) Guru menyiapkan media kubus satuan, (b) Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3 orang, (c) Guru menjelaskan tentang menyusun sebuah balok dengan menggunakan kubus satuan berdasarkan berdasarkan ukuran yang telah ditentukan, (d) Siswa menyusun kubus satuan menjadi balok berdasarkan ukuran yang telah ditentukan didalam kelompoknya masingmasing, (e) Setiap kelompok maju satu persatu kedepan mempresentasikan hasilnya. Matematika, menurut Ruseffendi dalam Heruman (2010 : 1), adalah bahasa symbol, Ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, keunsur yang didenifisikan, keaksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika diberikan untuk membekali peserta didik dengan kemampun berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Dalam setiap pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah yang konstektual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk SDLB Tunarungu, mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) Menggunakan penalaran pada pola daan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyususn bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memehami masalah, merancang model matematika dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram, atau media lain memperjelas keadaan dan masalah, (4) Memiliki sikap menghargaikegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan Sekolah Luar Biasa Tunarungu (SDLB-B) meliputi aspek-aspek sebagai berikut (a) Bilangan, (b) Geometri dan Pengukuran, (c) Pengolahan Data Menurut Hanahan dan Kauffman dalam Wardani, dkk (2003 : 5.1) menyatakan bahwa : ”Tunarungu ( hearing impairment ) merupakan satu istilah umum yang menunjukkan ketidakmampuan mendengar dari yang ringan sampai yang berat sekali yang digolongkan kepada tuli (deaf) dan kurang dengar (a hard of hearing). Orang yang tuli (a deaf person) adalah seseorang yang mengalami ketidakmampuan mendengar, sehingga mengalami hambatan di dalam memproses informasi bahasa melalui pendengarannya dengan atau tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aid). Sedangkan orang yang kurang dengar (a hard of hearing person) adalah seseorang yang biasanya dengan menggunakan alat bantu dengar, sisa pendengarannya cukup, artinya apabila orang yang kurang dengar tersebut menggunakan hearing aid, ia masih dapat menangkap pembicaraan melalui pendengarannya”. Sedangkan menurut Moores dalam Wardani, dkk (2003 : 5.4 ) menyatakan bahwa : “Orang yang tuli ( a deaf ) adalah seseorang yang mengalami ketidakmampuan mendengar ( biasa pada tingkat 70 dB atau lebih ) yang menghambat pemahaman bicara melalui pendengarannya dengan atau tampa menggunakan alat bantu dengar. Sedangkan orang yang kurang dengar ( a hard of hearing person ) adalah seseorang yang mengalami kesulitan, tetapi tidak menghambat pembicaraan melalui pendengarannya, tanpa atau dengan menggunakan alat bantu dengar. Dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tuna rungu dapat dikatagorikan menjadi 2 kelompok yaitu (1) Kurang dengar, (2) Tuli dan secara spesifik tunarungu dapat diklasifikasikan menjadi (1) Tunarungu Ringan, Siswa yang tergolong tunarungu ringan mengalami kehilangan pendengaran antara 27 - 40 dB, (2) Tunarungu Sedang, Siswa yang tergolong tunarungu sedang mengalami kehilangan pendengaran antara 41-55 dB, (3) Tunarungu Agak Berat, Siswa yang tergolong tunarungu agak berat mengalami kehilangan pendengaran antara 56-70 dB, (4) Tunarungu Berat, Siswa yang tergolong tunarungu berat mengalami kehilangan pendengaran antara 71-90 dB, (5) Tunarungu Berat Sekali, Siswa yang tergolong tunarungu berat sekali mengalami kehilangan pendengaran lebih dari 90 dB Wardani dkk (2004 ; 5.14) mengemukakan bahwa karakteristik siswa tunarungu sebagai berikut (a) Dalam Aspek Akademik, ketunarunguan tidak mengakibatkan kekurangan dalam potensi kecerdasan mereka, akan tetapi siswa tunarungu sering menampakkan prestasi akademik yang lebih rendah dibandingkan dengan anak mendengar seusianya. Potensi kecerdasan dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa sedangkan dampak dari tunarungu adalah terhambatnya kemampuan berbahasa. Perkembangan kecerdasan anak tunarungu tidak sama cepatnya dengan mereka yang mendengar. Anak yang mendengar dapat belajar lebih banyak dari apa yang didengarnya, sedangkan anak yang tunarungu tidak dapat belajar banyak karna keterbatasan pendengarannya. Dan juga bahasa merupakan kunci masuknya berbagai ilmu pengetahuan, sehingga keterbatasan dalam kemampuan berbahasa menghambat anak tunarungu untuk memahami berbagai pengetahuan lainnya, (b) Aspek Sosial dan Emosional, ketunarunguan dapat menyebabkan susah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, hal ini terjadi karena keterbatasan dalam berkomunikasi dengan orang lain. Dan kekurangan pemahaman terhadap bahasa lisan dan tulisan menyebabkan anak tunarungu selalu menafsirkan segala sesuatu itu negative, (c) Aspek Fisik dan Kesehatan, pada aspek fisik anak tunarungu tidak banyak mengalami hambatan. Namun pada sebagian tunarungu ada yang mengalami gangguan keseimbangan sehingga cara berjalannya kaku dan agak membungkuk. Gangguan tersebut timbul jika terjadi kerusakan pada organ keseimbangan pada telinga bagian dalam. Gerakan mata anak tunarungu lebih cepat, hal ini menunjukkan bahwa ia ingin menangkap atau mengetahui keadaan lingkunga disekitarnya. Gerakan tangan sangat lincah hal tersebut tampak ketika ia mengadakan komunikasi dengan menggunakan bahasa isyrat dengan sesama tunarungu. Pernafasannya pendek karna tidak terlatih melalui kegiatan berbicara. Sedangkan dalam aspek kesehatan sama dengan anak normal lainya. METODE Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Menurut Suhardjono dalam Muhammad Asrori (2007:5) mendefinisikan bahwa “penelitian tindakan kelas merupakan penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Selanjutnya Rustam dan Mundilarto (2007:5) menjelaskan “penelitian tindakan kelas adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakn, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat”. Penelitian ini bersifat kolaboratif. Kolaboratif adalah kerjasama anatara guru dan peneliti untuk menemukan permasalahan dalam proses pembelajaran, sedangkan partisipatif adalah dalam penelitian guru sebagai peneliti harus berada di kelas dan berperan secara aktif dari awal proses penelitiannya dari tahap perencanaan pembelajaran sampai pada evaluasi dan refleksi hasil tindakan pembelajaran. Dalam penelitian ini menggunakan setting di dalam kelas, karena penelitian dilaksanakan saat proses pembelajaran berlangsung didalam kelas dan berdasarkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kelas di buat kerja kelompok yang terdiri dua kelompok kecil setiap kelompok terdiri dari tiga orang siswa. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Luar Biasa Tunarungu Wicara Pontianak Tenggara berjumlah 5 siswa,terdiri dari 2 siswa laki-laki dan 3 siswa perempuan. Rancangan Penelitian Siklus I adalah (1) Identifikasi masalah / Refleksi awal, pada tahap awal penelitian dilakukan identifikasi terhadap permasalahan siswa tunarungu terhadap pembelajaran matematika tentang menghitung volume balok, mendiskusikan sesama teman sejawat sebagai observer tentang penerapan media kubus satuan dalam pembelajaran Matematika, mempersiapkan alat dan bahan-bahan yang diperlukan dalam pembelajaran matematika tentang menghitung volume balok yang akan dilaksanakan menggunakan media kubus satuan, (2) Perencanaan, pada Tahap perencanaan dilakukan membuat Rencana Pembelajaran tentang menghitung volume balok dengan media kubus satuan, membuat media kubus satuan, menyusun panduan observasi untuk pengamatan pada peneliti dan aktivitas siswa pada waktu pelaksanaan tindakan, (3) Pelaksanaan penelitian, penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013, dibantu teman sejawat selaku kolaborator yaitu Ibu Suji Armili Armili, S.Sos.I, untuk membantu mengumpulkan data melalui lembar observasi , (4) Observasi, observasi dan evaluasi dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung dengan penunjang data kulitatif. Untuk memperoleh data maka diperlukan teman sejawat selaku kolaborator yaitu Ibu suji Armili, S.Sos.I yang mengumpulkan data-data yang bertkaitan.. Dari hasil observasi dapat dilihat tingkat keberhasilan atau tidaknya penerapan media kubus satuan dalam pembelajaran Matematika, (5) Refleksi, berdasarkan hasil observasi dilakukan refleksi yaitu dengan melihat kelemahan dan kekurangan pada siklus I. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki pada siklus berikutnya. Dalam penelitian ini aspek yang ingin dicapai adalah aktivitas belajar dan diperlukan indikator kinerja untuk mengukur keberhasilan aspek yang ingin ditingkatkan. Peningkatan tersebut baik aktivitas fisik, aktivitas mental dan aktivitas emosional.Ketiga indikator ini dapat dilihat dari tabel berikut ini. Tabel indikator kinerja aktivitas pembelajaran menggunakan media kubus satuan adalah (1) Aktivitas Fisik antara lain aktif mengamati dan menggunakan media, aktif mencatat, melakukan percobaan, dan aktif mencatat hasil percobaan, (2) Aktivitas Mental antara lain menanggapi pendapat teman, menjawab pertanyaan dengan tepat, bertanya tentang materi yang belum jelas, dan berdiskusi dengan teman kelompoknya, (3) Aktivitas Emosional antara lain antusias dalam proses pembelajaran, berani menjawab pertanyaan, bersungguhsungguh dalam pembelajaran, dan berani tampil didepan kelas. Tehnik Pengumpul Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (a) Teknik observasi langsung, yang dimaksud tehnik observasi langsung dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa. Dan penelitian ini dibantu oleh teman sejawat sebagai kolabolator untuk mengamati dan mencatat gejala-gejala yang terjadi pada guru dan siswa pada saat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan panduan yang telah dibuat ( Hadari Nawawi, 2007 : 107 ), (b) Teknik pengukuran, yaitu cara mengumpulkan data yang bersifat kuantitatif untuk mengetahui tingkatan atau derajat keberhasilan sebelum dan sesudah pelaksanaan tindakan ( Hadari Nawawi, 2007 : 133 ). Alat Pengumpul Data yang digunakana adalah (a) Lembar observasi yaitu pencatatan data dengan alat ini dilakukan adalah checklist, yaitu dengan memberikan tanda check (v) terhadap suatu gejala yang muncul pada kolom yang telah disediakan dengan menggunakan skala nilai 5 yaitu sangat baik, baik, sedang, buruk, sangat buruk (Hadari Nawawi, 2007 : 109), (b) Tes, tes yang digunakan untuk menghasilkan data pada penelitian ini dalah tes tertulis yaitu berupa pertanyaan yang diajukan secara tertulis yang berbentuk essay. Tehnik Analisis Data adalah setelah data informasi terkumpul dari setiap kegiatan proses pembelajaran selanjutnya data tersebut perlu dianalisis. Data yang dikumpulkan dari data observasi atau kegiatan lainnya dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK),data dianalisis secara partisipasif dengan menggunakan teknik persentase dilihat dari kecenderungan yang terjadi dalam pembelajaran selama penelitian berlangsung terutama yang berhubungan dengan menghitung volume balok melalui media kubus satuan pada siswa tunarungu kelas dasar V SLB-B Dharma Asih Pontianak. Data yang dianalisis itu adalah (1) Aktivitas belajar siswa, dengan menganalisis keaktifannya dalam proses pembelajaran dengan menggunakan rumus Sudijono (2008:43) : P= f x 100% Sedangkan analisis data yang berhubungan dengan hasil belajar siswa dilakukan dengan mengumpulkan nilai-nilai tes siswa, dari nilai tersebut ditentukan rata-rata kelas. Untuk menentukan rata-rata nilai/skor digunakan rumus Sudijono (2008:81) sebagai berikut Mx = ∑ Dari data – data tersebut kemudian dapat ditarik kesimpulan apakah tindakan yang dilaksanakan berhasil atau tidak. Sedangkan untuk melihat frekuensi ketuntasan belajar siswa minimal dari hasil belajarnya, perlu digunakan ketentuan minimal ketuntasan sekolah yaitu 50 %, suatu ketentuan yang digunakan oleh sekolah ( SLB Tunarungu ) Dharma Asih Pontianak tahun 2012. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa dengan menggunakan media kubus satuan pada pembelajaran Matematika di kelas V Sekolahn Luar Biasa Tunarungu Dharma Asih Pontianak. Jumlah siswa pada penelitian ini berjumlah 5 orang dengan rincian 3 orang siswa perempuan dan 2 orang siswa laki-laki. Paparan hasil Penelitian tindakan Kelas (PTK) diuraikan dalam tahapan-tahapan siklus-siklus pembelajaran yang dilakukan. Siswa yang mengikuti pembelajaran tindakan tentang volume balok menggunakan media kubus satuan adalah siswa kelas V Sekolah Luar Biasa Tunarungu yang berjumlah 5 orang. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 1 kali pertemuan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari aspek aktivitas fisik, aktivitas mental dan aktivitas emosional serta hasil belajar. Semua aspek tersebut terdapat pada indikator kinerja yang diperoleh dari siklus I sampai siklus II. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan perhitungan persentase. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan adalah hasil observasi dengan menggunakan media kubus satuan pada siklus I dan dapat dilihat dari tabel berikut : Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika Pada Siklus 1 Indikator Aktivitas Fisik 1. Aktif mengamati/menggunakan media yang disediakan guru 2. Melakukan percobaan 3. Aktif mencatat hasil percobaan Rata-rata persentase aktivitas fisik = 60,0 % Aktivitas Mental 1. Berdiskusi dengan teman kelompoknya Muncul % Tidak % Muncul 3 4 2 60 80 40 2 1 3 40 20 60 3 60 2 40 2. Menanggapi pendapat teman 3. Bertanya tentang materi yang belum jelas 4. Menjawab pertanyaan dengan tepat Rata-rata persentase aktivitas mental= 50,0% Aktivitas Emosional 9. Bersemangat dalam pembelajaran 10.Bersungguh-sungguh dalam pembelajaran 11.Berani menjawab pertanyaan 12.Berani tampil kedepan kelas untuk menyampaikan laporan Rata-rata persentase aktivitas emosional = 45% 2 2 3 40 40 60 3 3 2 60 30 40 2 3 2 2 40 60 40 40 3 2 3 3 60 40 60 60 Hasil Observasi Terhadap Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika Pada Siklus 1I Indikator Aktivitas Fisik 1. Aktif mengamati/menggunakan media yang disediakan guru 2. Melakukan percobaan 3. Aktif mencatat hasil percobaan Rata-rata persentase aktivitas fisik = 100% Aktivitas Mental 1. Berdiskusi dengan teman kelompoknya 2. Menanggapi pendapat teman 3. Bertanya tentang materi yang belum jelas 4. Menjawab pertanyaan dengan tepat Rata-rata persentase aktivitas mental = 90,0% Aktivitas Emosional 1. Bersemangat dalam pembelajaran 2. Bersungguh-sungguh dalam pembelajaran 3. Berani menjawab pertanyaan 4. Berani tampil kedepan kelas untuk menyampaikan laporan Rata-rata persentase aktivitas emosional = 60,0 % Muncul % Tidak Muncul % 5 5 5 100 100 100 0 0 0 0 0 0 4 3 3 80 60 60 1 2 2 20 40 40 3 60 2 40 3 3 60 60 2 2 40 40 3 3 60 60 2 2 40 40 Pembahasan Pada siklus I hasil penelitian dilakukan pada aspek-aspek aktivitas belajar siswa meliputi aktivitas fisik, aktivitas mental dan aktivitas emosioanal sesudah mendapatkan tindakan. Pengamatan pada siklus I terhadap siswa kelas V Sekolah Luar Biasa Tunarungu Pontianak Tenggara yang berjumlah 5 orang. Berdasarkan data yang diperoleh mengenai aktivitas belajar siswa meliputi aktivitas fisik, aktivitas mental dan aktivitas emosional dijadikan indikator pada setiap aspek yang diamati. Berikut ini dapat dipaparkan hasil pengamatan per indikator kinerjanya sebagai berikut (a) Aktivitas fisik, Indikator kinerja untuk siswa aktif mengamati/menggunakan media pada siklus I sebesar 60 % atau sekitar 3 siswa saja yang aktif dan sekitar 40 % atau sekitar 2 siswa yang belum aktif. Hal ini siswa yang belum aktif karena belum pernah menggunakan media dan belum pernah bekerja dalam kelompok serta masih bingung tentang langkah-langkah kegiatannya, Indikator kinerja untuk siswa yang melakukan percobaan pada siklus I sebesar 80 % atau sekitar 4 siswa saja yang aktif dan sekitar 1 siswa atau sekitar 20 % yang belum aktif. Hal tersebut dikarenakan satu orang siswa tersebut tidak hadir pada pelaksanaan siklus I, Indikator kinerja untuk siswa yang aktif mencatat hasil laporan pada siklus I sebesar 40 % atau sekitar 2 orang siswa saja yang muncul dan siswa yang belum aktif sebesar 60 % atau sekitar 3 orang siswa yang muncul. Hal ini diduga siswa masih bingung tentang apa yang harus dicata Karen siswa tunarungu mempunyai keterbatasan pada bahasa. Jadi rata-rata aktivitas mental pada siklus I adalah 60,0 % , (b) Aktivitas mental Indikator kinerja untuk siswa yang aktif berdiskusi dengan teman kelompoknya pada siklus I yang muncul 3 orang siswa saja atau sekitar 60 % dan siswa yang belum aktif 2 orang siswa yang muncul atau sekitar 40 %. Ini diduga beberapa siswa belum terbiasa bekerja dalam kelompok atau rasa egonya masih terlalu tinggi, Indikator kinerja untuk siswa yang aktif menanggapi pendapat teman pada siklus I yang muncul 2 siswa atau sebesar 40 % dan siswa yang belum aktif 3 siswa yang muncul atau sebesar 60 %. Ini diduga siswa masih malu atau beum berani mengeluarkan pendapatnya, Indikator kinerja untuk siswa yang aktif bertanya tentang materi yang belum jelas pada siklus I yang muncul 2 siswa atau sebesar 40 % dan siswa yang belum aktif 3 siswa yang muncul atau sebesar 60 %. Ini diduga sebagian siswa masih takut dan malu untuk mengemukakan pendapatnya, Indikator kinerja untuk siswa yang aktif menjawab pertanyaan dengan tepat pada siklus I yang muncul 3 siswa atau sebesar 60 % dan yang belum aktif 2 siswa yang muncul atau sebesar 40 %. Ini diduga sebagian siswa masih belum mengerti tentang materi yang telah disampaikan. Jadi rata-rata aktivitas mental pada siklus I adalah 50,0 % atau termasuk dalam kriteria kurang, (c) Aktivitas emosional Indiktor kinerja untuk siswa yang aktif bersemangat dalam pembelajaran yang muncul 2 siswa atau sebesar 40 % dan yang siswa yang belum aktif muncul 3 siswa atau sebesar 60 %. Hal ini diduga ada sebagian siswa yang masih bingung sehingga tidak tertarik pada materi yang disampaikan, Indikator kinerja untuk siswa yang aktif bersungguh-sungguh dalam pembelajaran pada siklus I yang muncul 3 siswa atau sebesar 60 % dan siswa yang belum aktif muncul 2 siswa atau sebesar 40 %. Ini diduga ada sebagian siswa yang masih mengobrol membicarakan hal lain diluar diluar pelajaran, Indikator kinerja siswa yang aktif menjawab pertanyaan pada siklus I yang muncul 2 siswa atau sebesar 40 % dan yang belum aktif muncul 3 siswa atau sebesar 60 %.. Diduga masih ada siswa yang belum percaya diri dan takut untuk mengemukakan pendapatnya, Indikator kinerja siswa yang aktif berani tampil ke depan kelas pada siklus I yang muncul 2 siswa atau sebesar 40 % dan yang belum aktif muncul 3 siswa atau sebesar 60 %. Hal ini diduga siswa yang lebih pintar selalu ingin tampil kedepan sehingga yang tidak ada kesempatan. Jadi rata-rata aktivitas mental pada siklus I adalah 40,5 %.Jadi hasil belajar yang didapat dari data evaluasi siswa rata-rata 20 adalah tidak tuntas karena belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal sekolah (SLB-B) yaitu 50 pada tahun pelajaran 2012-2013. Dari data yang diperoleh selama observasi diadakan pertemuan dengan kolaborator melihat kekurangan dan kelebihan yang terjadi pada siklus I. Pada umumnya pada siklus II berdasarkan hasil pengamatan bersama kolaborator terjadi peningkatan dalam aktivitas fisik, aktivitas mental dan aktivitas emosional. (a) Aktivitas fisik, Indikator kinerja untuk siswa aktif mengamati/menggunakan media pada siklus II sebesar 100 % atau semua siswa yang aktif dan sekitar 0 % atau tidak ada siswa yang belum aktif. Dalam hal ini siswa sudah mulai tertarik pada media yang digunakan dan sudah terbiasa bekerja dalam kelompok untuk mengamati dan menggunakan media, Indikator kinerja untuk siswa yang melakukan percobaan pada siklus II sebesar 100 % atau sekitar semua siswa yang aktif dan tidak ada siswa atau sekitar 0 % yang belum aktif. Hal tersebut dikarenakan semua siswa hadir pada pelaksanaan siklus II dan semua melakukan percobaan, Indikator kinerja untuk siswa yang aktif mencatat hasil laporan pada siklus II sebesar 100 % atau semua siswa yang muncul dan siswa yang belum aktif sebesar 0 % atau tidak ada siswa yang tidak muncul. Hal ini diduga siswa masih sudah mulai mengerti tentang materi yang disampaikan. Jadi rata-rata aktivitas fisik pada siklus II adalah 100,0 %, Indikator kinerja untuk siswa yang aktif berdiskusi dengan teman kelompoknya pada siklus II yang muncul 4 orang siswa saja atau sekitar 80 % dan siswa yang belum aktif 1 orang siswa yang muncul atau sekitar 20 %. Ini diduga satu siswa tersebut agak susah dalam bekerja sama dalam kelompok atau rasa egonya masih terlalu tinggi, Indikator kinerja untuk siswa yang aktif menanggapi pendapat teman pada siklus II yang muncul 3 siswa atau sebesar 60 % dan siswa yang belum aktif 2 siswa yang muncul atau sebesar 40 %. Ini diduga siswa tersebu masih malu atau beum berani mengeluarkan pendapatnya, Indikator kinerja untuk siswa yang aktif bertanya tentang materi yang belum jelas pada siklus II yang muncul 3 siswa atau sebesar 60 % dan siswa yang belum aktif 2 siswa yang muncul atau sebesar 40 %. Ini diduga sebagian siswa masih takut dan malu untuk mengemukakan pendapatnya, Indikator kinerja untuk siswa yang aktif menjawab pertanyaan dengan tepat pada siklus II yang muncul 3 siswa atau sebesar 60 % dan yang belum aktif 2 siswa yang muncul atau sebesar 40 %. Ini diduga sebagian siswa masih susah untuk mengerti tentang materi yang telah disampaikan. Jadi rata-rata aktivitas mental pada siklus II adalah 90,0 %. (c) Aktivitas emosional, Indiktor kinerja untuk siswa yang aktif bersemangat dalam pembelajaran pada siklus II yang muncul 3 siswa atau sebesar 60 % dan yang siswa yang belum aktif muncul 2 siswa atau sebesar 40 %. Hal ini diduga ada sebagian siswa yang masih bingung sehingga tidak tertarik pada materi yang disampaikan dikrenakan juga I siswa tersebut pada siklus I tidak hadir, Indikator kinerja untuk siswa yang aktif bersungguh-sungguh dalam pembelajaran pada siklus II yang muncul 3 siswa atau sebesar 60 % dan siswa yang belum aktif muncul 2 siswa atau sebesar 40 %. Ini diduga ada sebagian siswa yang masih mengobrol membicarakan hal lain diluar diluar pelajaran, Indikator kinerja siswa yang aktif menjawab pertanyaan pada siklus II yang muncul 3 siswa atau sebesar 60 % dan yang belum aktif muncul 2 siswa atau sebesar 40 %.. Diduga masih ada siswa yang belum percaya diri dan takut untuk mengemukakan pendapatnya, Indikator kinerja siswa yang aktif berani tampil ke depan kelas pada siklus II yang muncul 3 siswa atau sebesar 60 % dan yang belum aktif muncul 2 siswa atau sebesar 40 %. Hal ini diduga siswa yang lebih pintar selalu ingin tampil kedepan sehingga yang tidak ada kesempatan. Jadi rata-rata aktivitas emosional pada siklus II adalah 60,0 %. Hasil peningkatan aktivitas belajar mempengaruhi hasil belajar. Untuk mengukur hasil belajar diperlukan alat evaluasi yaitu tes. Jadi hasil belajar yang didapat dari data evaluasi siswa rata-rata 64 adalah tuntas karena sudah diatas kriteria ketuntasan minimal sekolah (SLB-B) yaitu 50 pada tahun pelajaran 2012-2013. Dan berdasarkan kepakatan dengan kolaborator penelitian tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya karena peningkatan sudah baik dan hasil belajar juga tuntas. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan dalam penelitian tentang penerapan media kubus satuan dalam pembelajaran Matematika tentang volume balok untuk meningkatakan aktivitas belajar siswa tunarungu Sekolah Luar Biasa Dharma Asih Pontianak Tenggara dapat disimpulkan sebagai berikut (1) Terjadi peningkatan aktivitas fisik siklus I 60 % menjadi 100 % pada siklus II. Dari data siklus I sampai siklus II terjadi peningkatan sekitar 40 %, (2) Terjadi peningkatan aktivitas mental siklus 50 % menjadi 90 % pada siklus II. Dari dat siklus I sampai siklus II terjadi peningkatan sekitar 40 %, (3) Terjadi peningkatan aktivitas emosional siklus 45 % menjadi 60 % pada siklus II. Dari dat siklus I sampai siklus II terjadi peningkatan sekitar 15 % dengan kategori sedang, (4) Terjadi peningkatan hasil belajar siswa siklus I rata-rata 20 menjadi 64 pada siklus II. Dari data siklus I sampai siklus II terjadi peningkatan sekitar 44. Saran Berdasarkan hasil penelitian penelitian yang diperoleh maka saran yang dapat disampaikan yaitu (1) Media kubus satuan belum pernah diterapkan pada pembelajaran Matematika perlu perencanaan yang benar-benar matang sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, baik dalam jumlah kubus-kubus satuan harus sesuai jumlah yang dibutuhkan, (2) Penggunaan media kubus satuan pada pembelajaran Matematika dapat mengembangkan dan meningkatkan siswa untuk berpikir logis, sehingga pembelajaran dapat menyenangkan bagi siswa dan siswa lebih aktif karena media yang digunakan adalah benda nyata, (3) Dalam menggunakan media kubus satuan diterapkan dalam kerja kelompok agar siswa mampu bekerjasama, bisa menghargai penadapat orang lain dan menghargai pendapat orang lain, (4) Dengan menggunakan media kubus satuan dapat menerapkan konsep pembelajaran dengan baik karena siswa terlibat langsung dalam menemukan konsep pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN Asrori, Mohammad. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : CV Wacana Prima. Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB-B) Djamarah. Agustus (2012) Pengertian Aktivitas Belajar. (online) (www.google.co.id) diakses tnggal 9 agustus 2012. Hamalik, Oemar. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hamalik, Agustus (2012). Pengertian Aktivitas Belajar. (online) (www.google.co.id) diakses tanggal 9 agustus 2012. Hamruni. (2011). Strategi Pembelajaran (online) (www.google.co.id) diakses tnggal 9 agustus 2012. Heruman, April (2010). Model Pembelajaran Matematika. PT Remaja Rosdakarya. Nawawi, Hadari. (2007). Metode penelitian Bidang sosial.Yogyakarta ; GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS Sardiman. (2010). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja GrafindoPersada. Sardiman, Agustus (2012) Pengertian Aktivitas Belajar. (online) (www.google.co.id) diakses tanggal 9 agustus 2012. Sudijono, Anas. September (2011). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Perkasa. Sukiman, Januari (2012) Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta : PT Pustaka Insan Madani. Rohani, Agustus (2012) Pengertian Aktivitas Belajar. (online) (www.google.co.id) diakses tanggal 9 agustus 2012. Wardani, I.G.A.K, dkk (2004). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Sastrawinata, Emon dkk. (1975). Pendidikan Anak Tunarungu. Jakarta. Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. Departemen Pendidikan Nasional (2003). Matematika untuk SDLB Tunarungu Kelas V. Jakarta : Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Luar Biasa.