Dampak Kebijakan Makroekonomi Terhadap

advertisement
IV.
4.1.
KERANGKA TEORITIS
Keseimbangan Pendapamn Nasiona}
Dalam sistem perekonomian nasional. keseimbangan pendapatan nasional
dicenninkan
oleh
keseimbangan
internal
dan
ekstemal
secara
simultan.
Keseimbangan internal teIjadi apabila dalam pasar buang dan pasar uang teJjadi
keseimbangan. Sedangkan keseimbangan eksternal terjadi jika neraca perdagangan
sarna dengan oeraca modal asing (net capital flow). Secara teoritis proses
pembentukan keseimbangan pendapatan nasional tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Peodapatan nasional yang dihitung berdasarkan sisi pengeluaran (Y)
didefinisikan sebagai penjumlahan dari pengeluaran konsumsi rumah tangga,
ditambah pengeluaran investasi swasta, ditambah pengeluaran pemerintah ditambah
ekspor oeto. Sedangkan pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income)
adaJah pendapatan nasional dikurangi pajak: (Glahe. 19n). Secara matematis dapat
dijelaskan sebagai berikut:
y
=c + I + G + X - M
(1)
YD
=Y - T
(2)
dimana:
Y
C
I
G
X
M
T
YD
Peodapatan nasional
Pengeluaran konsumsi rumah tangga
Pengeluaran investasi swasta
= Pengeluran pemerintah
= Ekspor
= Impor
= Penerimaan pajak
= Peodapatan yang siap dibelanjakan
=
=
=
93
Besamya pengeluaran konsumsi rumah tangga didefinisikan sebagai
pendapatan yang siap dibelanjakan dilrurangan tabungan rumah tangga (S) yaitu:
C
=YD - S
(3)
Sedangkan dari sisi penerimaan secara tnatematis dapat dirumuskan sebagai
berikut:
y
=c + s + T
(4)
Keseimbangan terjadi apabila persamaan (1) sarna dengan persamaan (4)
yaitu:
C+I+G+X-M=C+S+T~~I+G+X=S+T+M
(5)
Persamaan (5) merupakan persamaan keseimbangan di pasar barang.
Keseimbangan terse but membentuk. kwva IS yang ditunjukkan dalam Gambar 7d
Pada GambaI' 7d juga ada kuJva LM yang menunjukkan keseimbangan di pasar uang
yang terbentuk dari keseimbangan permintaan uang (MO) dan penawaran uang (MS)
(Gambar 7e). penurunan secara rinci dapat dijelaskan pads Gambar 8b.
Berdasarkan teori Keynes pennintaan uang adalah mempunyai tiga motif atau
tujuan yaitu: (1) permintaan uang untuk tujuan transaksi, (2) pennintaan uang untuk
tujuan berjaga-jaga. dan (3) pennintaan uang untuk tujuan spekulasi. Pennintaan
uang untuk transaksi dan berjaga-jaga merupakan fungsi dari pendapatan, sedangkan
permintaan uang untuk tujuan spekulasi merupakan fungsi dari tingkat bunga yang
sccara matematis dapat ditulis sebagai berikut (Glahe. 19n dan Soediyono. 1992):
M
=~
~
94
S. T. M
S+T+M
' - - - - i - - -.....
Y
Y
r
(a)
r
r
(b)
MD
(e)
I+G+X
M
(d)
y
(c)
y
y
w
(h)
(g)
NS
( i)
N
Gambart 7. Keseimbangan Perekonomian
I+G+X
95
S+T+M
S,T. M
S+T+M
,,
,
-------~-----------------,
I
I
:I
y
I
I
I
1+ G+M
I
I
,
,,
r
r
I
I
I
I
I
I
I
--------r-----------------,
I
I
I
~------------------
IS
y
(a) Keseimbangan Pasar &rang
r
m
I
I
y
,
LM
~--~------r------'Y
md=ms
I
I
I+G+X
I
I
I
I
_____ .JI _______ _
,
,
I
I
I
I
Y
(b) Keseimbangan Pasar Uang
Gambar 8. Keseimbangan Pasar Barang dan Pasar Uang
96
Mj
=
f(Y)
(7)
Msp
= f( r)
(8)
MD
=
Mt + Mj + Msp
(9)
Keseimbangan terjadi apabila:
MS
=MD
(to)
dimana:
Mt
Mj
Msp
MD
MS
Y
r
= Permintaan uang untuk transaksi
= Pennintaan uang untuk berjaga-jaga
= Permintaan uang untuk spekulasi
= Total pennintaan uang
= Total penawamn uang
= Pendapatan nasional
= Tingkat suku bunga
Persamaan (10) merupakan keseimbangan di pasar uang dan membentuk
kurva LM. Keseimbangan , internal teIjadi apabila terjadi keseimbangan di pasar
barang dan pasar uang atau (IS = LM) yang akan menentukan tingkat pendapatan
nasional yang diukur dari sisi pengeluaran yang ditunjukkan oleh kurva permintaan
agregat (agregat demand) yang dapat dilihat pada Gambar 7£ Penurunan kurva
pennintaan agregat (AD) secara rinei dapat dilihat pada Gambar 9a.
Perubahan-perubahan dalam aktivitas konsumsi (tabungan). pajak, investasi.
pengeluaran pemerintah, ekspor dan impor akan merubah kurva IS yang selanjutnya
akan merubah permintaan agregat. Begitu pula perubahan-perubahan dalam aktivitas
moneter baik dari sisi pennintaan maupun penawaran uang akan merubah kurva LM
yang selanjutnya akan merubah permintaan agregat.
97
r
r
~----~-r----~---'Y
m
p
I
Pz
I
I
------+-I
I
I
AD
I
I
y
I
(a) Penurunan Permintaan Agregat
y
Y
I
I
I
I
I
--~----------------------
y
N
AS
I
_ _ - 'I - _ _ _ _ _ _
iI
I
J
.- -----------------F2 _ ·
I
I
I
: W=P1.MP
WFP2.MP
I
I
N
(b) Penurunan Penawanm Agregat
Gambar 9. Penurunan Pennintaan dan Penawaran Agregat
y
98
Keseimbangan dalam pasar barang dan pasar uang ini akan menentukan
tingkat bunga. Kebijakan fiskal dari segi fiskaJ (fIScal policy) dicenninkan oleb
pergeseran kurva IS, sedangkan kebijakan pemerinta dati segi moneter (monetary
poliCY) dicenninkan pads pergeseran kurva LM.
Pendekatan pendapatan nasional tersebut <liatas didasarkan pada
SISI
pengeluaran. sehingga sulit digwtakan untuk mengevaluasi perubahan-perubahan
dalam sisi produksi. OJeb karena itu dalam kajian ini dicoba dikaitkan dengan sisi
produksi. sehingga keterkaitan antara produksi dan konsumsi, Remea perdagangan
akan dapat dievaluasi dalam suatu kerangka pendekatan ekonomi secara nasional.
OJeb karena itu jib pendapatan nasional diukur dengan sisi produksi maka
keseimbangan perekonomian dicerminkan oleh keseimbangan dari pendapatan
nasional yang diukur dati sisi produksi dan pengeluaran, keseimbangan daJam pasar
uang, neraca pembayaran internasional, dan keseimbangan pasar tenaga kerja.
Pendapatan nasionRl apabila diukur dari sisi produksi ditunjukkan pada
Gambar Th. Dalam teori makro (Glahe, 1m; Branson, 1979) fungsi produksi agregat
didefinisikan sebagai berikut:
y
= f{K,
L, T, N)
(11)
dimana :
Y
K
L
T
N
= Pendapatan Nasional
= Modal
Laban
= TeknoJogi
= Tenaga kerja
=
Dalam jangka pendek diasumsikan bahwa K,TJ. adalah tetap sehingga hanya
N yang menjadi input variabel. Oleh karena ita fungsi produksi agregat dituliskan
menjadi :
99
Y
=ftN)
(12)
Mengacu pada teori mikroekonomi dan mengasumsikan penawaran tenaga keJja
eJastis sempuma (perfacly elastic) pada upab W dan harga produk perusahaan adalah
konstan pada p. maka kewrtungan perusahaan dapat disajikan sebagai berikut:
1t
=P.Y - W•.N
(13)
Keuntungan maksimwn terjadi apabila tunman pertama dari fungsi keuntungan
adalah nol, sehingga &t/oN = p.ay/oN - W = O. dengan aswnsi turunan kedua
terpenuhi. Oleh karena &Y/oN = MPn adalah produk marginal dati tenaga ker:ia, maka:
W
=P.MPn
(14)
Persamaan (14) ini merupakan permintaan tenaga kerja yang digambarkan
sebagai kurva pennintaan tenaga kerja (ND) daIam Gambar 7i. Perubahan harga (P)
akan menyebabkan pergeseran pada kurva permintaan tenaga keIja (ND). Jika
diasmnsikan bahwa upah tenaga kerja (W) adaIah rigidity (kaku) terbadap perubahan
harga dalam jangka pendek sebagaimana aswnsi Keynes,. maka adanya perubahan
harga (P) akan teIjadi perubahan dalam pasar tenaga kerja akibatnya akan terjadi
perubahan pennintaan tenaga keIja, sehingga akan menyebabkan perubahan jumlah
produksi. Begitu pula apabiJa terjadi perubahan penawamn tenaga keIja akihat naiknya
jumlah angkatan kelja, juga akan menyebabkan terjadinya perubahan pennintaan
tenaga kerja,
sehingga terjadi perubahan dalam produksi. Kaitan antara perubahan harga
(P) dengan jumlah produksi tersebut selanjutnya dapat diturunkan kurva penawanm
agregat (agregat
SUPP/Y'h sebagaimana ditunjukkan dalam Irurva AS pada Gambar 7f
100
Sedangkan penurunan kurva penawaran agregat (AS) secara rinci dapat disajikan dalam
Gambar9b.
Keseimbangan antara penawaran agregat dan pennintaan agregat akan
menentukan harga wnwn (P) (Gambar 7g). Keseimbangan ini merupakan
keseimbangan internal, perubahan P yang ditimbulkan akan berdampak balik: pada
sektor moneter. fiskal. maupun produksi.
Keseimbangan ekstemal dicenninkan oleh kurva EB (external balance). yang
dibentuk dalarn kondisi keseimbangan net ekspor (X - M) yang sarna dengan net capital
flaw (K). Jadi keseimbangan eksternal terjadi jib K
=
X - M. sebagaimana ditujukkan
dalam kurva EB pada Gambar 10.
Melalui penempatan kUIVa keseimbangan ekstemal EB pada Gambar 7d dan 7f.
maka diperoJeh keseimbangan internal dan ekstemal. Keseimbangan internal dan
eksternal pada Gambar 7d adalah EB
memmjukkan
perekonomian
dalam
=
IS
=
LM, dimana jib EB > (IS = LM)
surplus, sebaliknya jib EB < (IS = LM)
memmjukkan perekonomian dalam keadaan defisit, yang wnumnya dilakukan dalam
evaluasi jangka pendek. Sedangkan dalam jangka panjang keseimbangan internal dan
eksternal ditunjukkan daIam Gambar 7f yakni AS
=
AD
=
EB, dimana jib EB >
(AS=AD) menunjukkan perekonomian dalam keadaan surplus, sebaliknya jika EB <
(AS = AD) menunjukkan perekonomian dalam keadaan delisit (Glahe, 1977).
Keseimbangan eksternal akan berubah apabila terjadi berubahan pada tingkat
bunga dan pendapatan nasionaI, tetapi perubahan tersebut hanya bergerak di sepanjang
garis EB. Sedangkan apabila terjadi pergeseran pada kurva modal (K) akibat adanya
perubahan net capital dan kurva net ekspor (X-M) yang disebabkan adanya perubahan
harga. maka kurva kesimbangan eksternal akan bergeser.
101
X-M
X-M=K
K
I
y
I
,
I
I
I
------~------------I
-----------~---------------I
I
I
I
I
I
,,
I
I
I
I
I
r
I
I
I
I
,
,
I
,
,,
,
,
,
,,
r
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
I
EB
,
I
I
I
,
-----------~---------------- -------~------------I
I
I
I
I
I
I
I
,
I
I
I
I
I
I
r
I
I
I
,
I
y
Inflow
Outflow
Gambar 10. Penmunan Keseimbangan Neraca Pembayaran Intemasional
. ..
4~
102
Kenngka UlDum Keterkaitan Varia bel Makroelronomi
Untuk mencapai kondisi perekonomian nasional dalam keseimbangan. maka
pendekatan dalam perhitungan pendapatan nasional dilakukan dengan dua cam, yaitu
pendekatan pengel uman atau expenditure approach dan pendelcatan nilai basil produksi
-
atau value ofproduct approach. Pendekatan pengeluaran digunakan untuk menangkap
perilaku makroekonomi dari sisi permintaan (agregal demand) sedangkan pendekatan
nilai basil produksi digunakan Wltuk menangkap perilaku makroekonomi dari sisi
penawaran (agregat supply). Secma bersama-sama pennintaan agregat dan penawaran
agregat akan menentukan harga keseimbangan.
4~1.
Pendapatan Nasional Berdasarkan Nilai Basil Produksi
Secara garis besar perbitungan pendapatan nasional dati sisi niIai produksi (Q)
dirumuskan sebagai penjumlahan dari niIai produksi seldor dan sub sektor(Qij):
Q
(15)
dimana:
Q
Qij
=
=
TotaJ produksi
Produksi dari sektor i dan sub sektor j
Masing-masing produksi QIj dianggap respon terbadap perubahan harganya.
modal. dan tenaga keI:ia, sehinga dapat dirwnuskan sebagai herikut:
Kg. Nij)
=
f{Pij.
=
=
=
Indeks harga dari sektor i dan sub sektor j
Modal di sektor i dan sub sektor j
Penggwman tenaga keJja di sektor i dan dub sektor j
dimana:
Pij
Kij
Nij
(16)
103
Sebagaimana diketahui harga domestik yang terjadi tidak hanya dipengaruhi
oleh kekuatan pasar domestik tetapi dipengaruhi oleh pasar intemasional. Oleh karena
itu secara ernpiris besamya harga domestik sangat dipengaruhi oleh produksi,
konsumsi, barga eksjxn", harga impor. dan nilai tukar rupiah terhadap US dollar. Secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
p ..
(17)
IJ
dimana:
Pij
~
=Harga
=Produksi
Cij
=
=
=
=
PXij
PMij
NT
Konsumsi
Harga ekspor
Harga impor
nilai tukar rupiah terhadap US dollar
4.2.2. Penurun8D PendapataD Nasional dari Sisi PeagduaraD
Pendapatan nasional dari sisi pengeluaran telah didefinisikan seperti dalam
persarnaan (1), namun dalam hal ini dituliskan kembali karena ekspor neto dalam
persamaan ekspor dan impor menggunakan satuan dollar. maka persamaan (1) dapat
dituliskan sebagai berilrut:
y
=
c + I + G + X.NT - M.NT
dimana:
C
I
G
X
M
NT
Total pengeluaran konsumsi nnnah tangga
Total pengeluaran investasi swasta
= Total pengeluaran pemerintah
= NiJai total ekspor
= Nilai total impor
= NiIai tukar rupiah terhadap US doIJar
=
=
(18)
104
Penurunan masing.masing komponen pendapatan nasional dati sisi pengeluaran
tersebut diwaikan sebagai berikut:
Koosumsi Agregat
Konsumsi agregat merupakan penjmn1ahan dari konsumsi sektor dan sub .
sektor. Sedangkan besamya konsumsi dari masing-masing sektor dan sub sektor
dipengaruhi oleh pendapatan yang siap dibelanjakan (disposabJe income) dan indeks
harga domestik dari masing·masing sektor dan sub sektor. Sehingga secata matematis
dapat dinunuskan sebagai berikut:
C
dimana:
Cij
C
YD
Pij
=f(YD. Pij)
(19)
=1:Cij
(20)
Nilai pengeluaran konsumsi dari sektor i dan sub sektor j
= Total nilai pengeluaran konsumsi nunah tangga
= Pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income)
= Indeks harga domestik dari sektor i dan sub sektor j
=
Fiskal
Komponen fiskal ini meliputi penerimaan pajak, pengeluaran pemerintah, dan
investasi. Penerimaan pajak terdiri dari pajak ekspor yang besamya tergantung dari nilai
ekspor. tarif impor yang besamya tergantung dari nilai import pajak penghasilan yang
besarnya tergantung dari pendapatan nasional. dan pajak Jainnya Sedangkan
pengeluaran pemerintah adalah pengeluaran total yang besamya tergantung dari
penerimaan pajak. penerimaan bokan pajak. penerimaan pemerintah dari minyak dan
gas, dan penerimaan pemerintah dari luar neger. Secara matematis dapat dirumuskan
sebagai berikut:
TXX =f{X)
(21)
105
TXM =f{M)
(22)
TXPH =f{Y)
(23)
TX
= TXX + TXM + TXPH + TXOTIffiR
(24)
G
= f{TX, NONTAX,
(25)
YGOI4 YGFR)
dirnana:
= Penerimaan pajak ekspor
= Penerimaan tarif impor
= Penerimaan pajak penghasilan
= Total penerimaan pajak
G
= Total pengeJuaran pemerintah
X
= Total nilai ekspor
M
= Total nilai impor
Y
=Pendapatan nasional
NONTAX= Penerimaan bukan pajak
YGOIL= Penerimaan pemerintah dari minyak dan gas
YGFR = Penerimaan pemerintah dari tuar negeri
TXX
TXM
TXPH
TX
Sebagaimana telah diketahui investasi secara teoritis merupakan fungsi dari
tingkat bWlga" sedangkan Klien daIam modelnya telah mengembangkan bahwa
investasi merupakan perubahan dati modal (Kt - Kt-I). Dalam kajian ini dicoba
mengakomodasikan model Klien dan teoritis. Oleh brena itu besamya investasi
tergantung dari besarnya modal dan penda.patan nasional. Sedangkan modal total
merupakan penjumlahan
modal dari masing·masing sektor. Dimana modal dari
masing-masing sektor dipengaruhi oleh tingkat bunga, investasi asing langsung,
produksi dari masing-masing sektor, dan pengeluaran pemerintah. Dengan demikian
tingkat bunga pengaruhnya tidak langsung ke investasi tempi melalui modal. Secara
matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Kij
=ftR, FDI, Qj. G)
(26)
K
=~
(27)
I
=f(K, Y)
(28)
106
dimana:
~j
K
I
R
FDI
~
G
=
=
=
=
=
=
=
Modal dati masing-masing sektor i dan sub sektor j
Total modal
Total pengeluaran investasi swasta
Tingkat suku bunga
Investasi asing langsung
Produksi dari masing-masing sektor i dan sub sektor j
Total pengeluaran pemerintah
Ekspor-Impor
Total ekspor merupakan penjuntlahan ekspor dari masing-masing sektor dan
sub sektor. Total impor merupakan penjumlahan impor dari masing-masing sektor dan
sub sektor. Besamya ekspor dari masing-masing sektor dan sub sektor dipengaruhi oleh
harga ekspor. harga domestik. kredit ekspor. pajak ekspor, dan nilai tukar rupiah
terhadap US dollar. Sedangkan besarnya impor dari masing-masing sektor dan sub
sektor dipengaruhi oleh harga impor. harga dom~ tarif impor, dan nilai tukar rupiah
terbadap US dollar. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pij. KRX. TXX. N1)
(29)
Xij
= f(PXj,
X
=D{ij
(30)
Mij
= f{PMj, Pij, TXM, NT)
(31)
M
=~
(32)
BOP
= X - M + NCIFG + NCIFP + NJASA + SELISIH + SDR
(33)
dimana:
Nilai ekspor dari masing-masing selctor i dan sub sektor j
Total nilai ekspor
Nilai impor dari masing-masing sektor i dan sub sektor j
Mij
= Total nilai impor
M
PXij = Jndeks harga ekspor dari sektor i dan sub sektor j
p ..
= Indeks harga domestik dari sektor i dan sub sektor j
9
KRX = Nilai kredit ekspor
TXX = Nilai pajak ekspor
Xg
X
=
=
=
107
PMij = Indeks harga impor dari sektor i dan sub sektor j
TXM = Nilai tarif impor
NT
= Nilai tukar rupiah terhadap US dollar
BOP = Neraca pernbayanm intemasional
NCIFG= Net capital inflow pernerintah
NCIFP = Net capital inflow swasta
NIASA= Net penerimaan jasa
SELISIH= Selisih perbitwlgan
SDR = Spesial drawing righ
4.2.3. Penurunan Perilaku Tenaga Kerja
Kajian ini menggunakan pendekatan tenaga kerja agregat setiap sektor dan sub
sektor. Pendekatan ini relatif umum dilakukan dalam kajian makroekonomi. Oleh
karena itu dalam bjian ini total pennintaan tenaga kerja merupokan penjumlahan dari
permintaan tenaga kerja dari sektor dan sub sektor. Secara teoritis pennintaan tenaga
kerja dapat ditunmkan melalui fungsi produksi (derived demand).
Jika diasumsikan sektor dan sub seldor yang ada sebagai perusahaan yang
bertujuan memaksimumkan kemrtungan, maka dalam teori mikroekonomi jib
keWltungan perusahaan adalah:
1t =
P.Q - W.N. Keuntungan maksimum teIjadi jika
turunan pertamanya sarna dengan nol, sehingga 81f1()N = P~/8N - W = 0, dan turunan
kedua lebih kecil dari nol (syarat kecukupan). Oleh karena dQ/dN adalah MPD yakni
produk marginal dari tenaga kerja, maka dapat dituliskan kembali sebagai: W=P.MPIb
sehingga pennintaan tenaga kerjanya dapat dirumuskan sebagai beriIrut:
ND = f{W, P) &tau ND = f{W. Q)
(34)
Oleh karena itu daIam studi ini pennintaan tenaga kerja ada dua alternatit: yaitu:
(1) permintaan tenaga. kerja dari masing-masing sektor hanya dipengaruhi oleh tingkat
upa.h dan produksi dari masing-masing sektor. dan (2) pennintaan tenaga kerja dari
108
masing-masing sektor dan sub sektor dipengaruhi oleh tingkat upah dan harga dari
masing-masing sektor.
Sedangkan penawaran tenaga kerja secara teoritis dipengaruhi oleh tingkat
upah. Secara empiris penawaran tenaga kerja di Indonesia sama dengan angkatan kerja
Dimana angkatan kcrja tersebut merupakan penduduk usia keJja yang berumur 15 tahun
ke atas yang terdiri penduduk yang bekerja dan penduduk yang mencari pekerjaan atau
yang disebut penpngguran, yaitu pada tingkat upah yang berlalru mereu aktif mencari
pekerjaan tetapi tidak dapat pekerjaan Penduduk usia kerja yang bennnur 15 tabun ke
atas terdiri dari angkatan kerja dan bokan angkatan kerja atau yang disebut
penganggman sukarela (anak sekolah, ibu rumah
tan~
dan lainnya)~ yaitu pada
tingkat upah yang berlaku sebagian dari mereka memilih untuk: tidak bekerja Jika
terjadi kenaikkan tingkat upah, maka akan terjadi perubahan pada penduduk usia kerja,
yaitu mereka yang semula memilih menganggur. setelah ada kenaikkan tingkat upah
sebagian dari mere1ca memilih wrtuk bekerja, sehingga mempengarubi penawaran
tenaga kerja Oleh karena itu penawaran tenaga kerja dipengaruhi tingkat upah dan
penduduk usia kerja Kelruatan antara pennintaan dan penawanm tersebut akan
menentukan tingkat upah, disisi lain kenaikan harga-barga mnum akan mempengaruhi
para pekerja untuk menuntut upahnya lebih tinggi. Tingkat penganguran merupakan
residual, yaitu dapat ditentukan melalui total penawaran tenaga kerja dikurangan total
pennintaan tenaga kerja Secara matematis pasar tenaga kerja dapat dirumuskan sebagai
berikut:
f(W, Qg)
atau
=«W
J.\
• p lJ..)
NIJ·
=
ND
=lNij
(36)
NS
=f(W, UK)
(37)
N·IJ
(35)
109
ND
=NS
w
=
f(ND. NS, P)
UNEMP = (NS - ND)lNS.lOO
(38)
(39)
(40)
dimana:
Penggunaan tenaga kerja di sektor i dan sub sektor j
Total penggunaan tenaga kerja atau total penduduk yang bekerja
(total perrnintaan tenaga kerja)
NS
= Total angkatan kerja (penawaran tenaga kerja)
= Tingkat upah
W
Qij
= Produksi dari sektor i dan sub sektor j
Pij
= Jndeks harga di sektor i dan sub sektor j
UK
= Penduduk usia kerja
P
= Indeks barga wnwn
UNEMP = Tingkat pengangguran
Nij
NO
=
=
4.2.4. PenurunaD Sektor MODeter
Sektor moneter dalarn kajian ini didekati berdasarkan perilaku pennintaan dan
penawaran uang. Berdasarkan teori Keynes pennintaan uang mempunyai tiga motiv
atau tujuan. yaitu: (1) tujuantransaksi. (2) tujuan berjaga-jaga, dan (3) tujuan spekulasi.
Pennintaan uang Wltuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga besamya ditentukan oleh
pendapatan, sedangkan pennintaan uang mrtuk tujuan transaksi besamya ditentukan
oleh tingkat bunga. DaJam kajian ini permintaan uang disamping dipengaruhi o)eh
pendapatan nasional dan tingkat bunga juga dipengaruhi tingkat inflasi. Sedangkan
penawaran uang diestimasi secara Jangsung melaJui variabel penjelasnya tanpa
menggunakan pendekatan uang inti. Hal ini dilakukan karena kajian ini lebih menitik
beratkan pada aspek intervensi pemerintah dalam pasar uang. Jwnlah penawaran uang
sangat ditentukan oleh tingkat bunga pasar. inflasi. neraca pembayaran intemasional
(BOP). dan intervensi pemerintah berupa giro wajib minimwn atau cadangan wajib
bank komersial (reserve requirment ratio). Oleh karena itu tingkat sulru bunga bunga
110
dalam keseimbangan ditentukan oleh kekuatan pennintaan dan penawamn uang. Dalam
kajian ini juga tingkat inflasi besamya ditentukan oleh indeks harga wnum. Secara
matematis sektor moneter dapat dinnnuskan sebagai berikut:
MD
=
t{R, IFL, Y)
(41)
MS
=
t{R, GWM. IFL, BOP)
(42)
R
=
ftMD. MS)
(43)
IFL
=ttP)
(44)
dimana:
Total permintaan uang
= Total penawaran uang
R
= Tingkat suku bunga
IFL = Tingkat inflasi
y
= pendapatan nasional
GWM = Giro wajib minimmn
BOP = Neraca pembayaran intemasional
p
= Indeks harga umum
MD
MS
4.3.
=
Kerangka PemikiniD
Pembangunan pertanian merupakan bagian intergral dari pembangunan
nasional yang bertujuan mewujudkan cita-cita yang terkandung dalam jiwa Pancasila
dan UUD 1945 untuk mencapai masyaralcat adil dan makmur. Karena ito
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan pertanian akan selalu mengacu pada
GBHN. pola dasar dan garis-garis besar perencanaan pembangunan nasional. Dalam
era globalisasi. perekonomian Indonesia tidak lepas dari perk.embangan tatanan
ekonomi dunia dan keterkaitan seldoral yang semakin kuat Pertumbuhan sektor
pertanian akan dipengaruhi dengan kuat oleh perkembangan di sektor lain, dernikian
juga pembangunan pertanian akan mempengaruhi pembangunan di sektor lainnya.
111
Seldor pertanian tetap mempunyai peranan yang sangat penting daJam
perekonomian nasional. terutama perekonomian rakyat Pengalaman di masa lampau
menunjukkan bahwa ketidak mampuan untuk menyediakan pangan sendiri dan
mengandalkan impor beras telah menyulitkan perekonomian nasional. Sektor
pertanian tidak saja memberikan kontribusi pada devisa negara tetapi juga
merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia khususnya
yang tinggal di pedesaan.
Untuk mencapai sasaran di bidang pertanian tadi telah dilaksanakan berbagai
upaya seperti usaha intensifikasi yang didukung oleh pemanfaatan teknologi pasca
pan~
diversifikasi. ekstensifikasi dan upaya·upaya lainnya. Berbagai tantangan
besar yang akan dihadapi sektor pertanian pada masa mendatang berkisar pada:
1.
Penurunan kemampuan sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan
dan kebutuhan lain akibat makin cepatnya laju pengalihan fungsi laban
pertanian ke non-pertanian.
2.
Makin cepatnya laju mobilitas penduduk pedesaan. Hal ini terjadi karena
adanya kecenderungan bahwa dimasa datang sektor pertanian tidak dapat lagi
rnenjadi satu-satunya andalan hidup rnasyarakat pedesaan, terutarna pedesaan
di Pulau Jawa. Hal ini disebabkan oleh sernakin sempitnya laban usaha yang
menyebabkan semakin rendahnya penghasilan petani. Untuk menambah
pengbasilan, para petani ini mencari sumber tambahan dengan bekerja di luar
bidang pertanian yang umumnya berada di kota. Mobilitas petani yang tinggi
tidak hanya mengarah ke hilir (perkotaan). tetapi juga ke arab huIu dengan
rnerambah hutan Iindung yang dapat berdampak negatifterhadap lingkungan.
112
3.
Meningkatnya tekanan pendudtJk. pertumbuhan industri dan pennukiman
terhadap tanah-tanah pertanian. Hal ini diperburuk dengan meningkatnya
usaha intensifikasi pertanian yang menggunakan input anorganik (pupuk,
pestisida, dan hormon pengatur tumbuh) dalam jumlah besar yang pada
akhimya mengakibatkan kualitas Iingkungan. air dan tanah menurun drastis.
4.
Beratnya tantangan yang akan dihadapi Indonesia dalam menghadapi era
globalisasi/perdagangan bebas baik itu dikawasan ASEAN (AFTA) maupWl
dikawasan Asia-Pacific (APEC) serta yang berkaitan dengan GATT. Agar
mampu bersaing dengan negara-negara lain di ASEAN maupWl di AsiaPacific, maka Indonesia harus menghasilkan produk-produk yang bermutu
dan berkualitas tinggi dengan harga yang bersaing. Pada kondisi produktifitas
pertanian Indonesia yang rendah dan cara kerja petani yang kurang efisien
seperti sekarang ini, maka sektor pertanian Indonesia akan sulit bersaing.
Untuk rnengatasin~ maka perlu diambil langkah-Jangkah yang cepat. tepat
dan efisien untuk rnemenubi persyaratan kondisi perdagangan bebas terse but.
NamWl dibalik tantangan yang akan dihadapi tersebut ada sesuatu hal yang
rnenggernbirakan dan patut dipuji yaitu pada saat terjadi krisis ekonomi pada
pertengahan tahun 1997, sektor pertanian masih mengalami pertumbuhan. Oleh
karena itu dalam penelitian ini dibangun model yang lebih rinci mengenai sektor
pertanian, dimana sektor pertanian dirinei ke beberapa sub sektor, tujuannya untuk
melihat dari sektor pertanian ini secara menyeluruh sampai tingkat sub sektor yang
tercakup dalam sektor pertanian. Hal tersebut dilakukan untuk mengkaji dan
mengetahui sub sektor yang mernpunyai prospek dan kinerja yang paling baik.
113
Indikator kinerja sektor pertanian meliputi: produksi (PDB sektor pertanian).
konsumsi. ekspor. impor komoditi pertanian. dan penyerapan tenaga kerja di sektor
pertanian.
Sedangkan
indikator
perekonomian
meliputi:
konsumsi.
neraca
perdagangan, penganngguran. inflasi. produksi dan pendapatan nasional.
Penelitian ini mengacu pada model makroekonomi. dengan pendekatan
agregat Model diSUSUD atas pondasi makroekonomi baik dalam penyusunan
penawaran maupun pennintaan. Dalam model ini dibangun model ekonomi yang
mengkaitkan empat pasar dalam sistem ekonomi, yaitu: (1) pasar barang, (2) pasar
uang, (3) pasar tenaga kerja, dan (4) pasar luar negeri. Dari keempat pasar tersebut
satu sarna lain saling berkaitan dan saling mempengaruhi, keterkaitan keempat pasar
tersebut dapat dilihat pada Gambar 11. Sedangkan sektor pertanian didisagregasi
kedalam 5 (lima) sub sektor yaitu meliputi: (1) sub sektor tanaman pangan dan
hortikultura, (2) sub sektor petemakan. (3) sub sektor perikanan., (4) sub sektor
perlc.ebunan, dan (5) sub sektor kehutanan. Tujuannya untuk melihat dari masingmasing sub sektor yang mempunyai prospek lebih baik dan paling potensial untuk
dikembangkan di masa yang akan datang.
Model Makroekonomi Indonesia terdiri dari 9 blok ekonomi. yaitu: (1) blok
produksi. (2) blok harga domestik. (3) blok fiskal. (4) blok modal dan investasi. (5)
blok konsumsi, (6) blok tenaga kerja, (7) blok perdagangatl; (8) blok moneter, dan
(9) blok pendapatan nasional. Dati kesembilan blok dalam perekonomian satu sarna
lain saling berkaitan dan saling mempengarubi dalam suatu kerangka sistem
perekonomian, keterkaitan antar blok dalam perekonomian dapat dilihat pada
Gambar 12. Blok produksi saling berkaitan dengan blok modal dan investasi, blok
tenaga kerja, dan blok harga domestik. Blok harga domestik berkaitan dengan blok
114
15
PasarLuar
Negeri/Negaranegara lain
,
16
4
13
,Ir
1
9
Pasar Barang
..
....
3
2
,
,Ir
"
Pemerintah
Rwnahtangga
-
Perusahaan
a .n.
~
10
5
Pasar Tenaga
7
6
Kerja
.-
11
,.
Lembaga
Keuangan
...
..
8
PasarUang
,
~
14
I
12
Gambar 11. Keterkaitan Antar Pasar dan Pelaku Ekonomi dalam Sistem Perekonomian
Sumber: Budiono. 1994 dimodifikasi
Keterangan:
1. Konsumsi rumahtangga
2. Belanja buang oleh pemerintah
3. Hasil produksi dalam negeri
4. Impor dari luar negeri
5. Kebutuhan tenaga kerja oleh pemerintah
6. Kebutuhan tenaga kerja oleh perusahaan
7. Penawaran tenaga kerja
8. Kebutuhan uang tunai dan kredit
9. Investasi oleh perusahaan
10. Penawaran uang kartal
1I. Tabungan rumahtangga
12. Kebutuhan rumahtangga akan uang tunai
13. Ekspor ke luar negeri
14. Penawaran uang gira1
15. Kebutuhan perusahaan asing akan uang tunai
16. Penawaran dana luar negeri
BLOK
PRODUKSI
...
....
BLOK
KONSUMSI
BLOK
TENAGA
KERJA
-'"
+-
~~
~~
,..
-.
-.
BLOK
HARGA
DOMESTIK
BLOK
MODAL DAN
INVESTASI
MONETER
•
...,...
~~
~
BLOK
.
......
BLOK
PENDAPATAN
BLOK
PERDAGANGAN
0
"
....
....
....
BLOK
FISKAL
+ +
Gambar 12. Keterkaitan Antar Blok Ekonomi
-VI
116
produksi, blok tenaga keJja, blok konsumsi, blok moneter, blok perdagangan dan
blok pendapatan nasional. Blok fiskal saling berkaitan dengan blok perdagangan dan
blok pendapatan nasional. Blok modal dan investasi saling berkaitan dengan blok
produksi. blok moneter dan blok pendapatan nasional. Blok konsumsi berkaitan
dengan blok harga domestik dan blok peildapatan nasional. Blok tenaga kerja saling
berkaitan dengan blok produksi dan blok harga domestik. Blok perdagangan saling
berkaitan dengan blok harga domestik, blok fiskal, blok moneter, dan blok
pendapatan nasional. Blok moneter saling berkaitan dengan blok modal dan
investasi. blok perdangan, blok barga domestik, dan blok pendapatan nasional. Blok
pendapatan nasional saling berkaitan dengan blok modal dan investasi, blok fiskal,
blok barga domestik, blok perdagangan, dan blok moneter.
Download