IV. 4.1. KERANGKA TEORITIS Keseimbangan Pendapamn Nasiona} Dalam sistem perekonomian nasional. keseimbangan pendapatan nasional dicenninkan oleh keseimbangan internal dan ekstemal secara simultan. Keseimbangan internal teIjadi apabila dalam pasar buang dan pasar uang teJjadi keseimbangan. Sedangkan keseimbangan eksternal terjadi jika neraca perdagangan sarna dengan oeraca modal asing (net capital flow). Secara teoritis proses pembentukan keseimbangan pendapatan nasional tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Peodapatan nasional yang dihitung berdasarkan sisi pengeluaran (Y) didefinisikan sebagai penjumlahan dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, ditambah pengeluaran investasi swasta, ditambah pengeluaran pemerintah ditambah ekspor oeto. Sedangkan pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income) adaJah pendapatan nasional dikurangi pajak: (Glahe. 19n). Secara matematis dapat dijelaskan sebagai berikut: y =c + I + G + X - M (1) YD =Y - T (2) dimana: Y C I G X M T YD Peodapatan nasional Pengeluaran konsumsi rumah tangga Pengeluaran investasi swasta = Pengeluran pemerintah = Ekspor = Impor = Penerimaan pajak = Peodapatan yang siap dibelanjakan = = = 93 Besamya pengeluaran konsumsi rumah tangga didefinisikan sebagai pendapatan yang siap dibelanjakan dilrurangan tabungan rumah tangga (S) yaitu: C =YD - S (3) Sedangkan dari sisi penerimaan secara tnatematis dapat dirumuskan sebagai berikut: y =c + s + T (4) Keseimbangan terjadi apabila persamaan (1) sarna dengan persamaan (4) yaitu: C+I+G+X-M=C+S+T~~I+G+X=S+T+M (5) Persamaan (5) merupakan persamaan keseimbangan di pasar barang. Keseimbangan terse but membentuk. kwva IS yang ditunjukkan dalam Gambar 7d Pada GambaI' 7d juga ada kuJva LM yang menunjukkan keseimbangan di pasar uang yang terbentuk dari keseimbangan permintaan uang (MO) dan penawaran uang (MS) (Gambar 7e). penurunan secara rinci dapat dijelaskan pads Gambar 8b. Berdasarkan teori Keynes pennintaan uang adalah mempunyai tiga motif atau tujuan yaitu: (1) permintaan uang untuk tujuan transaksi, (2) pennintaan uang untuk tujuan berjaga-jaga. dan (3) pennintaan uang untuk tujuan spekulasi. Pennintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga merupakan fungsi dari pendapatan, sedangkan permintaan uang untuk tujuan spekulasi merupakan fungsi dari tingkat bunga yang sccara matematis dapat ditulis sebagai berikut (Glahe. 19n dan Soediyono. 1992): M =~ ~ 94 S. T. M S+T+M ' - - - - i - - -..... Y Y r (a) r r (b) MD (e) I+G+X M (d) y (c) y y w (h) (g) NS ( i) N Gambart 7. Keseimbangan Perekonomian I+G+X 95 S+T+M S,T. M S+T+M ,, , -------~-----------------, I I :I y I I I 1+ G+M I I , ,, r r I I I I I I I --------r-----------------, I I I ~------------------ IS y (a) Keseimbangan Pasar &rang r m I I y , LM ~--~------r------'Y md=ms I I I+G+X I I I I _____ .JI _______ _ , , I I I I Y (b) Keseimbangan Pasar Uang Gambar 8. Keseimbangan Pasar Barang dan Pasar Uang 96 Mj = f(Y) (7) Msp = f( r) (8) MD = Mt + Mj + Msp (9) Keseimbangan terjadi apabila: MS =MD (to) dimana: Mt Mj Msp MD MS Y r = Permintaan uang untuk transaksi = Pennintaan uang untuk berjaga-jaga = Permintaan uang untuk spekulasi = Total pennintaan uang = Total penawamn uang = Pendapatan nasional = Tingkat suku bunga Persamaan (10) merupakan keseimbangan di pasar uang dan membentuk kurva LM. Keseimbangan , internal teIjadi apabila terjadi keseimbangan di pasar barang dan pasar uang atau (IS = LM) yang akan menentukan tingkat pendapatan nasional yang diukur dari sisi pengeluaran yang ditunjukkan oleh kurva permintaan agregat (agregat demand) yang dapat dilihat pada Gambar 7£ Penurunan kurva pennintaan agregat (AD) secara rinei dapat dilihat pada Gambar 9a. Perubahan-perubahan dalam aktivitas konsumsi (tabungan). pajak, investasi. pengeluaran pemerintah, ekspor dan impor akan merubah kurva IS yang selanjutnya akan merubah permintaan agregat. Begitu pula perubahan-perubahan dalam aktivitas moneter baik dari sisi pennintaan maupun penawaran uang akan merubah kurva LM yang selanjutnya akan merubah permintaan agregat. 97 r r ~----~-r----~---'Y m p I Pz I I ------+-I I I AD I I y I (a) Penurunan Permintaan Agregat y Y I I I I I --~---------------------- y N AS I _ _ - 'I - _ _ _ _ _ _ iI I J .- -----------------F2 _ · I I I : W=P1.MP WFP2.MP I I N (b) Penurunan Penawanm Agregat Gambar 9. Penurunan Pennintaan dan Penawaran Agregat y 98 Keseimbangan dalam pasar barang dan pasar uang ini akan menentukan tingkat bunga. Kebijakan fiskal dari segi fiskaJ (fIScal policy) dicenninkan oleb pergeseran kurva IS, sedangkan kebijakan pemerinta dati segi moneter (monetary poliCY) dicenninkan pads pergeseran kurva LM. Pendekatan pendapatan nasional tersebut <liatas didasarkan pada SISI pengeluaran. sehingga sulit digwtakan untuk mengevaluasi perubahan-perubahan dalam sisi produksi. OJeb karena itu dalam kajian ini dicoba dikaitkan dengan sisi produksi. sehingga keterkaitan antara produksi dan konsumsi, Remea perdagangan akan dapat dievaluasi dalam suatu kerangka pendekatan ekonomi secara nasional. OJeb karena itu jib pendapatan nasional diukur dengan sisi produksi maka keseimbangan perekonomian dicerminkan oleh keseimbangan dari pendapatan nasional yang diukur dati sisi produksi dan pengeluaran, keseimbangan daJam pasar uang, neraca pembayaran internasional, dan keseimbangan pasar tenaga kerja. Pendapatan nasionRl apabila diukur dari sisi produksi ditunjukkan pada Gambar Th. Dalam teori makro (Glahe, 1m; Branson, 1979) fungsi produksi agregat didefinisikan sebagai berikut: y = f{K, L, T, N) (11) dimana : Y K L T N = Pendapatan Nasional = Modal Laban = TeknoJogi = Tenaga kerja = Dalam jangka pendek diasumsikan bahwa K,TJ. adalah tetap sehingga hanya N yang menjadi input variabel. Oleh karena ita fungsi produksi agregat dituliskan menjadi : 99 Y =ftN) (12) Mengacu pada teori mikroekonomi dan mengasumsikan penawaran tenaga keJja eJastis sempuma (perfacly elastic) pada upab W dan harga produk perusahaan adalah konstan pada p. maka kewrtungan perusahaan dapat disajikan sebagai berikut: 1t =P.Y - W•.N (13) Keuntungan maksimwn terjadi apabila tunman pertama dari fungsi keuntungan adalah nol, sehingga &t/oN = p.ay/oN - W = O. dengan aswnsi turunan kedua terpenuhi. Oleh karena &Y/oN = MPn adalah produk marginal dati tenaga ker:ia, maka: W =P.MPn (14) Persamaan (14) ini merupakan permintaan tenaga kerja yang digambarkan sebagai kurva pennintaan tenaga kerja (ND) daIam Gambar 7i. Perubahan harga (P) akan menyebabkan pergeseran pada kurva permintaan tenaga keIja (ND). Jika diasmnsikan bahwa upah tenaga kerja (W) adaIah rigidity (kaku) terbadap perubahan harga dalam jangka pendek sebagaimana aswnsi Keynes,. maka adanya perubahan harga (P) akan teIjadi perubahan dalam pasar tenaga kerja akibatnya akan terjadi perubahan pennintaan tenaga keIja, sehingga akan menyebabkan perubahan jumlah produksi. Begitu pula apabiJa terjadi perubahan penawamn tenaga keIja akihat naiknya jumlah angkatan kelja, juga akan menyebabkan terjadinya perubahan pennintaan tenaga kerja, sehingga terjadi perubahan dalam produksi. Kaitan antara perubahan harga (P) dengan jumlah produksi tersebut selanjutnya dapat diturunkan kurva penawanm agregat (agregat SUPP/Y'h sebagaimana ditunjukkan dalam Irurva AS pada Gambar 7f 100 Sedangkan penurunan kurva penawaran agregat (AS) secara rinci dapat disajikan dalam Gambar9b. Keseimbangan antara penawaran agregat dan pennintaan agregat akan menentukan harga wnwn (P) (Gambar 7g). Keseimbangan ini merupakan keseimbangan internal, perubahan P yang ditimbulkan akan berdampak balik: pada sektor moneter. fiskal. maupun produksi. Keseimbangan ekstemal dicenninkan oleh kurva EB (external balance). yang dibentuk dalarn kondisi keseimbangan net ekspor (X - M) yang sarna dengan net capital flaw (K). Jadi keseimbangan eksternal terjadi jib K = X - M. sebagaimana ditujukkan dalam kurva EB pada Gambar 10. Melalui penempatan kUIVa keseimbangan ekstemal EB pada Gambar 7d dan 7f. maka diperoJeh keseimbangan internal dan ekstemal. Keseimbangan internal dan eksternal pada Gambar 7d adalah EB memmjukkan perekonomian dalam = IS = LM, dimana jib EB > (IS = LM) surplus, sebaliknya jib EB < (IS = LM) memmjukkan perekonomian dalam keadaan defisit, yang wnumnya dilakukan dalam evaluasi jangka pendek. Sedangkan dalam jangka panjang keseimbangan internal dan eksternal ditunjukkan daIam Gambar 7f yakni AS = AD = EB, dimana jib EB > (AS=AD) menunjukkan perekonomian dalam keadaan surplus, sebaliknya jika EB < (AS = AD) menunjukkan perekonomian dalam keadaan delisit (Glahe, 1977). Keseimbangan eksternal akan berubah apabila terjadi berubahan pada tingkat bunga dan pendapatan nasionaI, tetapi perubahan tersebut hanya bergerak di sepanjang garis EB. Sedangkan apabila terjadi pergeseran pada kurva modal (K) akibat adanya perubahan net capital dan kurva net ekspor (X-M) yang disebabkan adanya perubahan harga. maka kurva kesimbangan eksternal akan bergeser. 101 X-M X-M=K K I y I , I I I ------~------------I -----------~---------------I I I I I I ,, I I I I I r I I I I , , I , ,, , , , ,, r I I I I I I I I I I I I EB , I I I , -----------~---------------- -------~------------I I I I I I I I , I I I I I I r I I I , I y Inflow Outflow Gambar 10. Penmunan Keseimbangan Neraca Pembayaran Intemasional . .. 4~ 102 Kenngka UlDum Keterkaitan Varia bel Makroelronomi Untuk mencapai kondisi perekonomian nasional dalam keseimbangan. maka pendekatan dalam perhitungan pendapatan nasional dilakukan dengan dua cam, yaitu pendekatan pengel uman atau expenditure approach dan pendelcatan nilai basil produksi - atau value ofproduct approach. Pendekatan pengeluaran digunakan untuk menangkap perilaku makroekonomi dari sisi permintaan (agregal demand) sedangkan pendekatan nilai basil produksi digunakan Wltuk menangkap perilaku makroekonomi dari sisi penawaran (agregat supply). Secma bersama-sama pennintaan agregat dan penawaran agregat akan menentukan harga keseimbangan. 4~1. Pendapatan Nasional Berdasarkan Nilai Basil Produksi Secara garis besar perbitungan pendapatan nasional dati sisi niIai produksi (Q) dirumuskan sebagai penjumlahan dari niIai produksi seldor dan sub sektor(Qij): Q (15) dimana: Q Qij = = TotaJ produksi Produksi dari sektor i dan sub sektor j Masing-masing produksi QIj dianggap respon terbadap perubahan harganya. modal. dan tenaga keI:ia, sehinga dapat dirwnuskan sebagai herikut: Kg. Nij) = f{Pij. = = = Indeks harga dari sektor i dan sub sektor j Modal di sektor i dan sub sektor j Penggwman tenaga keJja di sektor i dan dub sektor j dimana: Pij Kij Nij (16) 103 Sebagaimana diketahui harga domestik yang terjadi tidak hanya dipengaruhi oleh kekuatan pasar domestik tetapi dipengaruhi oleh pasar intemasional. Oleh karena itu secara ernpiris besamya harga domestik sangat dipengaruhi oleh produksi, konsumsi, barga eksjxn", harga impor. dan nilai tukar rupiah terhadap US dollar. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: p .. (17) IJ dimana: Pij ~ =Harga =Produksi Cij = = = = PXij PMij NT Konsumsi Harga ekspor Harga impor nilai tukar rupiah terhadap US dollar 4.2.2. Penurun8D PendapataD Nasional dari Sisi PeagduaraD Pendapatan nasional dari sisi pengeluaran telah didefinisikan seperti dalam persarnaan (1), namun dalam hal ini dituliskan kembali karena ekspor neto dalam persamaan ekspor dan impor menggunakan satuan dollar. maka persamaan (1) dapat dituliskan sebagai berilrut: y = c + I + G + X.NT - M.NT dimana: C I G X M NT Total pengeluaran konsumsi nnnah tangga Total pengeluaran investasi swasta = Total pengeluaran pemerintah = NiJai total ekspor = Nilai total impor = NiIai tukar rupiah terhadap US doIJar = = (18) 104 Penurunan masing.masing komponen pendapatan nasional dati sisi pengeluaran tersebut diwaikan sebagai berikut: Koosumsi Agregat Konsumsi agregat merupakan penjmn1ahan dari konsumsi sektor dan sub . sektor. Sedangkan besamya konsumsi dari masing-masing sektor dan sub sektor dipengaruhi oleh pendapatan yang siap dibelanjakan (disposabJe income) dan indeks harga domestik dari masing·masing sektor dan sub sektor. Sehingga secata matematis dapat dinunuskan sebagai berikut: C dimana: Cij C YD Pij =f(YD. Pij) (19) =1:Cij (20) Nilai pengeluaran konsumsi dari sektor i dan sub sektor j = Total nilai pengeluaran konsumsi nunah tangga = Pendapatan yang siap dibelanjakan (disposable income) = Indeks harga domestik dari sektor i dan sub sektor j = Fiskal Komponen fiskal ini meliputi penerimaan pajak, pengeluaran pemerintah, dan investasi. Penerimaan pajak terdiri dari pajak ekspor yang besamya tergantung dari nilai ekspor. tarif impor yang besamya tergantung dari nilai import pajak penghasilan yang besarnya tergantung dari pendapatan nasional. dan pajak Jainnya Sedangkan pengeluaran pemerintah adalah pengeluaran total yang besamya tergantung dari penerimaan pajak. penerimaan bokan pajak. penerimaan pemerintah dari minyak dan gas, dan penerimaan pemerintah dari luar neger. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: TXX =f{X) (21) 105 TXM =f{M) (22) TXPH =f{Y) (23) TX = TXX + TXM + TXPH + TXOTIffiR (24) G = f{TX, NONTAX, (25) YGOI4 YGFR) dirnana: = Penerimaan pajak ekspor = Penerimaan tarif impor = Penerimaan pajak penghasilan = Total penerimaan pajak G = Total pengeJuaran pemerintah X = Total nilai ekspor M = Total nilai impor Y =Pendapatan nasional NONTAX= Penerimaan bukan pajak YGOIL= Penerimaan pemerintah dari minyak dan gas YGFR = Penerimaan pemerintah dari tuar negeri TXX TXM TXPH TX Sebagaimana telah diketahui investasi secara teoritis merupakan fungsi dari tingkat bWlga" sedangkan Klien daIam modelnya telah mengembangkan bahwa investasi merupakan perubahan dati modal (Kt - Kt-I). Dalam kajian ini dicoba mengakomodasikan model Klien dan teoritis. Oleh brena itu besamya investasi tergantung dari besarnya modal dan penda.patan nasional. Sedangkan modal total merupakan penjumlahan modal dari masing·masing sektor. Dimana modal dari masing-masing sektor dipengaruhi oleh tingkat bunga, investasi asing langsung, produksi dari masing-masing sektor, dan pengeluaran pemerintah. Dengan demikian tingkat bunga pengaruhnya tidak langsung ke investasi tempi melalui modal. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: Kij =ftR, FDI, Qj. G) (26) K =~ (27) I =f(K, Y) (28) 106 dimana: ~j K I R FDI ~ G = = = = = = = Modal dati masing-masing sektor i dan sub sektor j Total modal Total pengeluaran investasi swasta Tingkat suku bunga Investasi asing langsung Produksi dari masing-masing sektor i dan sub sektor j Total pengeluaran pemerintah Ekspor-Impor Total ekspor merupakan penjuntlahan ekspor dari masing-masing sektor dan sub sektor. Total impor merupakan penjumlahan impor dari masing-masing sektor dan sub sektor. Besamya ekspor dari masing-masing sektor dan sub sektor dipengaruhi oleh harga ekspor. harga domestik. kredit ekspor. pajak ekspor, dan nilai tukar rupiah terhadap US dollar. Sedangkan besarnya impor dari masing-masing sektor dan sub sektor dipengaruhi oleh harga impor. harga dom~ tarif impor, dan nilai tukar rupiah terbadap US dollar. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: Pij. KRX. TXX. N1) (29) Xij = f(PXj, X =D{ij (30) Mij = f{PMj, Pij, TXM, NT) (31) M =~ (32) BOP = X - M + NCIFG + NCIFP + NJASA + SELISIH + SDR (33) dimana: Nilai ekspor dari masing-masing selctor i dan sub sektor j Total nilai ekspor Nilai impor dari masing-masing sektor i dan sub sektor j Mij = Total nilai impor M PXij = Jndeks harga ekspor dari sektor i dan sub sektor j p .. = Indeks harga domestik dari sektor i dan sub sektor j 9 KRX = Nilai kredit ekspor TXX = Nilai pajak ekspor Xg X = = = 107 PMij = Indeks harga impor dari sektor i dan sub sektor j TXM = Nilai tarif impor NT = Nilai tukar rupiah terhadap US dollar BOP = Neraca pernbayanm intemasional NCIFG= Net capital inflow pernerintah NCIFP = Net capital inflow swasta NIASA= Net penerimaan jasa SELISIH= Selisih perbitwlgan SDR = Spesial drawing righ 4.2.3. Penurunan Perilaku Tenaga Kerja Kajian ini menggunakan pendekatan tenaga kerja agregat setiap sektor dan sub sektor. Pendekatan ini relatif umum dilakukan dalam kajian makroekonomi. Oleh karena itu dalam bjian ini total pennintaan tenaga kerja merupokan penjumlahan dari permintaan tenaga kerja dari sektor dan sub sektor. Secara teoritis pennintaan tenaga kerja dapat ditunmkan melalui fungsi produksi (derived demand). Jika diasumsikan sektor dan sub seldor yang ada sebagai perusahaan yang bertujuan memaksimumkan kemrtungan, maka dalam teori mikroekonomi jib keWltungan perusahaan adalah: 1t = P.Q - W.N. Keuntungan maksimum teIjadi jika turunan pertamanya sarna dengan nol, sehingga 81f1()N = P~/8N - W = 0, dan turunan kedua lebih kecil dari nol (syarat kecukupan). Oleh karena dQ/dN adalah MPD yakni produk marginal dari tenaga kerja, maka dapat dituliskan kembali sebagai: W=P.MPIb sehingga pennintaan tenaga kerjanya dapat dirumuskan sebagai beriIrut: ND = f{W, P) &tau ND = f{W. Q) (34) Oleh karena itu daIam studi ini pennintaan tenaga kerja ada dua alternatit: yaitu: (1) permintaan tenaga. kerja dari masing-masing sektor hanya dipengaruhi oleh tingkat upa.h dan produksi dari masing-masing sektor. dan (2) pennintaan tenaga kerja dari 108 masing-masing sektor dan sub sektor dipengaruhi oleh tingkat upah dan harga dari masing-masing sektor. Sedangkan penawaran tenaga kerja secara teoritis dipengaruhi oleh tingkat upah. Secara empiris penawaran tenaga kerja di Indonesia sama dengan angkatan kerja Dimana angkatan kcrja tersebut merupakan penduduk usia keJja yang berumur 15 tahun ke atas yang terdiri penduduk yang bekerja dan penduduk yang mencari pekerjaan atau yang disebut penpngguran, yaitu pada tingkat upah yang berlalru mereu aktif mencari pekerjaan tetapi tidak dapat pekerjaan Penduduk usia kerja yang bennnur 15 tabun ke atas terdiri dari angkatan kerja dan bokan angkatan kerja atau yang disebut penganggman sukarela (anak sekolah, ibu rumah tan~ dan lainnya)~ yaitu pada tingkat upah yang berlaku sebagian dari mereka memilih untuk: tidak bekerja Jika terjadi kenaikkan tingkat upah, maka akan terjadi perubahan pada penduduk usia kerja, yaitu mereka yang semula memilih menganggur. setelah ada kenaikkan tingkat upah sebagian dari mere1ca memilih wrtuk bekerja, sehingga mempengarubi penawaran tenaga kerja Oleh karena itu penawaran tenaga kerja dipengaruhi tingkat upah dan penduduk usia kerja Kelruatan antara pennintaan dan penawanm tersebut akan menentukan tingkat upah, disisi lain kenaikan harga-barga mnum akan mempengaruhi para pekerja untuk menuntut upahnya lebih tinggi. Tingkat penganguran merupakan residual, yaitu dapat ditentukan melalui total penawaran tenaga kerja dikurangan total pennintaan tenaga kerja Secara matematis pasar tenaga kerja dapat dirumuskan sebagai berikut: f(W, Qg) atau =«W J.\ • p lJ..) NIJ· = ND =lNij (36) NS =f(W, UK) (37) N·IJ (35) 109 ND =NS w = f(ND. NS, P) UNEMP = (NS - ND)lNS.lOO (38) (39) (40) dimana: Penggunaan tenaga kerja di sektor i dan sub sektor j Total penggunaan tenaga kerja atau total penduduk yang bekerja (total perrnintaan tenaga kerja) NS = Total angkatan kerja (penawaran tenaga kerja) = Tingkat upah W Qij = Produksi dari sektor i dan sub sektor j Pij = Jndeks harga di sektor i dan sub sektor j UK = Penduduk usia kerja P = Indeks barga wnwn UNEMP = Tingkat pengangguran Nij NO = = 4.2.4. PenurunaD Sektor MODeter Sektor moneter dalarn kajian ini didekati berdasarkan perilaku pennintaan dan penawaran uang. Berdasarkan teori Keynes pennintaan uang mempunyai tiga motiv atau tujuan. yaitu: (1) tujuantransaksi. (2) tujuan berjaga-jaga, dan (3) tujuan spekulasi. Pennintaan uang Wltuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga besamya ditentukan oleh pendapatan, sedangkan pennintaan uang mrtuk tujuan transaksi besamya ditentukan oleh tingkat bunga. DaJam kajian ini permintaan uang disamping dipengaruhi o)eh pendapatan nasional dan tingkat bunga juga dipengaruhi tingkat inflasi. Sedangkan penawaran uang diestimasi secara Jangsung melaJui variabel penjelasnya tanpa menggunakan pendekatan uang inti. Hal ini dilakukan karena kajian ini lebih menitik beratkan pada aspek intervensi pemerintah dalam pasar uang. Jwnlah penawaran uang sangat ditentukan oleh tingkat bunga pasar. inflasi. neraca pembayaran intemasional (BOP). dan intervensi pemerintah berupa giro wajib minimwn atau cadangan wajib bank komersial (reserve requirment ratio). Oleh karena itu tingkat sulru bunga bunga 110 dalam keseimbangan ditentukan oleh kekuatan pennintaan dan penawamn uang. Dalam kajian ini juga tingkat inflasi besamya ditentukan oleh indeks harga wnum. Secara matematis sektor moneter dapat dinnnuskan sebagai berikut: MD = t{R, IFL, Y) (41) MS = t{R, GWM. IFL, BOP) (42) R = ftMD. MS) (43) IFL =ttP) (44) dimana: Total permintaan uang = Total penawaran uang R = Tingkat suku bunga IFL = Tingkat inflasi y = pendapatan nasional GWM = Giro wajib minimmn BOP = Neraca pembayaran intemasional p = Indeks harga umum MD MS 4.3. = Kerangka PemikiniD Pembangunan pertanian merupakan bagian intergral dari pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan cita-cita yang terkandung dalam jiwa Pancasila dan UUD 1945 untuk mencapai masyaralcat adil dan makmur. Karena ito perencanaan dan pelaksanaan pembangunan pertanian akan selalu mengacu pada GBHN. pola dasar dan garis-garis besar perencanaan pembangunan nasional. Dalam era globalisasi. perekonomian Indonesia tidak lepas dari perk.embangan tatanan ekonomi dunia dan keterkaitan seldoral yang semakin kuat Pertumbuhan sektor pertanian akan dipengaruhi dengan kuat oleh perkembangan di sektor lain, dernikian juga pembangunan pertanian akan mempengaruhi pembangunan di sektor lainnya. 111 Seldor pertanian tetap mempunyai peranan yang sangat penting daJam perekonomian nasional. terutama perekonomian rakyat Pengalaman di masa lampau menunjukkan bahwa ketidak mampuan untuk menyediakan pangan sendiri dan mengandalkan impor beras telah menyulitkan perekonomian nasional. Sektor pertanian tidak saja memberikan kontribusi pada devisa negara tetapi juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia khususnya yang tinggal di pedesaan. Untuk mencapai sasaran di bidang pertanian tadi telah dilaksanakan berbagai upaya seperti usaha intensifikasi yang didukung oleh pemanfaatan teknologi pasca pan~ diversifikasi. ekstensifikasi dan upaya·upaya lainnya. Berbagai tantangan besar yang akan dihadapi sektor pertanian pada masa mendatang berkisar pada: 1. Penurunan kemampuan sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan lain akibat makin cepatnya laju pengalihan fungsi laban pertanian ke non-pertanian. 2. Makin cepatnya laju mobilitas penduduk pedesaan. Hal ini terjadi karena adanya kecenderungan bahwa dimasa datang sektor pertanian tidak dapat lagi rnenjadi satu-satunya andalan hidup rnasyarakat pedesaan, terutarna pedesaan di Pulau Jawa. Hal ini disebabkan oleh sernakin sempitnya laban usaha yang menyebabkan semakin rendahnya penghasilan petani. Untuk menambah pengbasilan, para petani ini mencari sumber tambahan dengan bekerja di luar bidang pertanian yang umumnya berada di kota. Mobilitas petani yang tinggi tidak hanya mengarah ke hilir (perkotaan). tetapi juga ke arab huIu dengan rnerambah hutan Iindung yang dapat berdampak negatifterhadap lingkungan. 112 3. Meningkatnya tekanan pendudtJk. pertumbuhan industri dan pennukiman terhadap tanah-tanah pertanian. Hal ini diperburuk dengan meningkatnya usaha intensifikasi pertanian yang menggunakan input anorganik (pupuk, pestisida, dan hormon pengatur tumbuh) dalam jumlah besar yang pada akhimya mengakibatkan kualitas Iingkungan. air dan tanah menurun drastis. 4. Beratnya tantangan yang akan dihadapi Indonesia dalam menghadapi era globalisasi/perdagangan bebas baik itu dikawasan ASEAN (AFTA) maupWl dikawasan Asia-Pacific (APEC) serta yang berkaitan dengan GATT. Agar mampu bersaing dengan negara-negara lain di ASEAN maupWl di AsiaPacific, maka Indonesia harus menghasilkan produk-produk yang bermutu dan berkualitas tinggi dengan harga yang bersaing. Pada kondisi produktifitas pertanian Indonesia yang rendah dan cara kerja petani yang kurang efisien seperti sekarang ini, maka sektor pertanian Indonesia akan sulit bersaing. Untuk rnengatasin~ maka perlu diambil langkah-Jangkah yang cepat. tepat dan efisien untuk rnemenubi persyaratan kondisi perdagangan bebas terse but. NamWl dibalik tantangan yang akan dihadapi tersebut ada sesuatu hal yang rnenggernbirakan dan patut dipuji yaitu pada saat terjadi krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997, sektor pertanian masih mengalami pertumbuhan. Oleh karena itu dalam penelitian ini dibangun model yang lebih rinci mengenai sektor pertanian, dimana sektor pertanian dirinei ke beberapa sub sektor, tujuannya untuk melihat dari sektor pertanian ini secara menyeluruh sampai tingkat sub sektor yang tercakup dalam sektor pertanian. Hal tersebut dilakukan untuk mengkaji dan mengetahui sub sektor yang mernpunyai prospek dan kinerja yang paling baik. 113 Indikator kinerja sektor pertanian meliputi: produksi (PDB sektor pertanian). konsumsi. ekspor. impor komoditi pertanian. dan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian. Sedangkan indikator perekonomian meliputi: konsumsi. neraca perdagangan, penganngguran. inflasi. produksi dan pendapatan nasional. Penelitian ini mengacu pada model makroekonomi. dengan pendekatan agregat Model diSUSUD atas pondasi makroekonomi baik dalam penyusunan penawaran maupun pennintaan. Dalam model ini dibangun model ekonomi yang mengkaitkan empat pasar dalam sistem ekonomi, yaitu: (1) pasar barang, (2) pasar uang, (3) pasar tenaga kerja, dan (4) pasar luar negeri. Dari keempat pasar tersebut satu sarna lain saling berkaitan dan saling mempengaruhi, keterkaitan keempat pasar tersebut dapat dilihat pada Gambar 11. Sedangkan sektor pertanian didisagregasi kedalam 5 (lima) sub sektor yaitu meliputi: (1) sub sektor tanaman pangan dan hortikultura, (2) sub sektor petemakan. (3) sub sektor perikanan., (4) sub sektor perlc.ebunan, dan (5) sub sektor kehutanan. Tujuannya untuk melihat dari masingmasing sub sektor yang mempunyai prospek lebih baik dan paling potensial untuk dikembangkan di masa yang akan datang. Model Makroekonomi Indonesia terdiri dari 9 blok ekonomi. yaitu: (1) blok produksi. (2) blok harga domestik. (3) blok fiskal. (4) blok modal dan investasi. (5) blok konsumsi, (6) blok tenaga kerja, (7) blok perdagangatl; (8) blok moneter, dan (9) blok pendapatan nasional. Dati kesembilan blok dalam perekonomian satu sarna lain saling berkaitan dan saling mempengarubi dalam suatu kerangka sistem perekonomian, keterkaitan antar blok dalam perekonomian dapat dilihat pada Gambar 12. Blok produksi saling berkaitan dengan blok modal dan investasi, blok tenaga kerja, dan blok harga domestik. Blok harga domestik berkaitan dengan blok 114 15 PasarLuar Negeri/Negaranegara lain , 16 4 13 ,Ir 1 9 Pasar Barang .. .... 3 2 , ,Ir " Pemerintah Rwnahtangga - Perusahaan a .n. ~ 10 5 Pasar Tenaga 7 6 Kerja .- 11 ,. Lembaga Keuangan ... .. 8 PasarUang , ~ 14 I 12 Gambar 11. Keterkaitan Antar Pasar dan Pelaku Ekonomi dalam Sistem Perekonomian Sumber: Budiono. 1994 dimodifikasi Keterangan: 1. Konsumsi rumahtangga 2. Belanja buang oleh pemerintah 3. Hasil produksi dalam negeri 4. Impor dari luar negeri 5. Kebutuhan tenaga kerja oleh pemerintah 6. Kebutuhan tenaga kerja oleh perusahaan 7. Penawaran tenaga kerja 8. Kebutuhan uang tunai dan kredit 9. Investasi oleh perusahaan 10. Penawaran uang kartal 1I. Tabungan rumahtangga 12. Kebutuhan rumahtangga akan uang tunai 13. Ekspor ke luar negeri 14. Penawaran uang gira1 15. Kebutuhan perusahaan asing akan uang tunai 16. Penawaran dana luar negeri BLOK PRODUKSI ... .... BLOK KONSUMSI BLOK TENAGA KERJA -'" +- ~~ ~~ ,.. -. -. BLOK HARGA DOMESTIK BLOK MODAL DAN INVESTASI MONETER • ...,... ~~ ~ BLOK . ...... BLOK PENDAPATAN BLOK PERDAGANGAN 0 " .... .... .... BLOK FISKAL + + Gambar 12. Keterkaitan Antar Blok Ekonomi -VI 116 produksi, blok tenaga keJja, blok konsumsi, blok moneter, blok perdagangan dan blok pendapatan nasional. Blok fiskal saling berkaitan dengan blok perdagangan dan blok pendapatan nasional. Blok modal dan investasi saling berkaitan dengan blok produksi. blok moneter dan blok pendapatan nasional. Blok konsumsi berkaitan dengan blok harga domestik dan blok peildapatan nasional. Blok tenaga kerja saling berkaitan dengan blok produksi dan blok harga domestik. Blok perdagangan saling berkaitan dengan blok harga domestik, blok fiskal, blok moneter, dan blok pendapatan nasional. Blok moneter saling berkaitan dengan blok modal dan investasi. blok perdangan, blok barga domestik, dan blok pendapatan nasional. Blok pendapatan nasional saling berkaitan dengan blok modal dan investasi, blok fiskal, blok barga domestik, blok perdagangan, dan blok moneter.