BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas dan defisiensi besi memberi dampak buruk terhadap kesehatan anak. Obesitas adalah kelebihan gizi, sedangkan defisiensi besi merupakan kekurangan gizi mikro. Defisiensi besi sering ditemukan bersamaan dengan obesitas. Penumpukan sel lemak pada anak obesitas akan mengakibatkan inflamasi minimal dalam jangka waktu yang lama (chronic low grade inflammation). Chronic low grade inflammation merangsang produksi hepsidin dan mengganggu regulasi besi sehingga terjaadi defisiensi besi bahkan dapat menjadi anemia yang sering disebut anemia of chronic disease atau anemia of inflammation. Obesitas pada anak merupakan masalah kesehatan di dunia yang terus meningkat. Persentase obesitas pada anak usia 6-11 tahun di Amerika meningkat dari 7% pada tahun 1980 menjadi 18% pada tahun 2010 (Ogden dkk., 2012). Prevalens obesitas anak usia 6-18 tahun di Brazil meningkat dari 4,1% menjadi 13,9%, meningkat dari 15.6% menjadi 19% di Rusia (Wang & Lobstein, 2006). Di Indonesia, prevalens obesitas pada anak meningkat dari 9,5% tahun 2007 menjadi 18,8% tahun 2013 (Riskesdas, 2007; Riskesdas, 2013). Prevalens obesitas pada anak di Denpasar sendiri meningkat dari 11% tahun 2002 menjadi 21% tahun 2013 (Gary & Soetjiningsih, 2002; Ratna & Sidiartha, 2012). Kadar besi serum pada anak obesitas ternyata lebih rendah dibandingkan dengan kadar besi pada anak normal (Pinhas-Hamael dkk.,2003). Berbagai teori telah banyak dikemukakan untuk menjelaskan keadaan ini seperti masukan besi 2 yang kurang, kebutuhan besi yang meningkat, dan proses inflamasi. Inflamasi pada anak obesitas menjadi teori yang banyak dianut. Penumpukan sel lemak pada anak obesitas mengakibatkan terjadinya pelepasan mediator inflamasi derajat ringan dalam jangka waktu yang lama dan akan merangsang peningkatan hepsidin. Beberapa penelitian mengevaluasi peningkatan kejadian defisiensi besi yang berhubungan dengan peningkatan kadar hepsidin pada anak obesitas (Nead dkk., 2004; Miraglia dkk., 2009). Kadar besi serum yang rendah pada anak obesitas mempengaruhi tumbuh kembang anak, kognitif dan kemampuan belajar, fungsi otot, kejadian autism, dan penurunan aktivitas fisik, serta penurunan daya tahan tubuh sehingga risiko infeksi meningkat (McGregor & Ani, 2001; Umbreit, 2005). Hepsidin yang tinggi merupakan kontributor utama terhadap patogenesis anemia inflamasi. Kondisi obesitas akan merangsang produksi hepsidin oleh hati. Koadar hepsidin pada anak obesitas ditemukan lebih tinggi dibandingkan anak normal. Hepsidin berperan sebagai regulator negatif absorpsi besi di usus dan mengatur pelepasan besi oleh makrofag dan hepatosit. Hepsidin yang terikat pada reseptor feroportin menyebabkan internalisasi dan degradasi feroportin, serta retensi besi dalam enterosit, makrofag dan hepatosit. Sintesis hepsidin meningkat pada saturasi transferin tinggi (saat terdapat kelebihan besi dan inflamasi). (Pardede, 2012). Upaya untuk memperbaiki kondisi defisiensi besi pada anak obesitas adalah dengan menekan proses inflamasi yang terjadi. Proses inflamasi dapat ditekan 3 dengan menurunkan berat badan anak. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa anak obesitas yang mengikuti program penurunan berat badan akan mengalami penurunan kadar hepsidin serum dan peningkatan absorpsi besi yang bermakna (Amato dkk., 2010). Kadar hepsidin pada anak obesitas dengan anemia defisiensi besi didapatkan berkorelasi negatif dengan hemoglobin, kadar besi serum, dan saturasi transferin, tetapi memiliki korelasi positif dengan total iron binding capacity (TIBC) dan transferin (Sanad dkk., 2011). Sampai saat ini belum ada penelitian yang menganalisis korelasi hepsidin dengan kadar besi, feritin, dan saturasi transferin serum pada anak obesitas di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk menilai korelasi antara hepsidin dengan kadar besi serum, kadar feritin, dan saturasi transferin pada anak obesitas, khususnya anak usia sekolah. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Apakah kadar hepsidin serum memiliki korelasi negatif dengan kadar besi serum pada anak obesitas? 2. Apakah kadar hepsidin serum memiliki korelasi negatif dengan saturasi transferin pada anak obesitas? 3. Apakah kadar hepsidin serum memiliki korelasi positif dengan kadar feritin serum pada anak obesitas? 4 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Membuktikan bahwa pada anak obesitas terjadi disregulasi besi yang ditandai dengan kadar besi serum yang rendah, saturasi transferin yang rendah, dan kadar feritin yang normal atau tinggi sebagai akibat dari kadar hepsidin serum yang tinggi. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Membuktikan adanya korelasi negatif antara kadar hepsidin serum dengan kadar besi serum pada anak obesitas. 2. Membuktikan adanya korelasi negatif antara kadar hepsidin serum dengan saturasi transferin serum pada anak obesitas. 3. Membuktikan adanya korelasi negatif antara kadar hepsidin serum dengan kadar feritin serum pada anak obesitas. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat praktis Apabila penelitian ini terbukti maka dapat membantu menyadarkan orangtua bahwa obesitas pada anak berdampak buruk terhadap kesehatan terutama disebabkan oleh kadar besi yang rendah, sehingga menggugah para orangtua untuk serius menangani atau mengendalikan berat badan anak mereka. 5 1.4.2 Manfaat akademis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi sejawat dokter spesialis anak dan dokter umum dalam menangani pasien anak dengan obesitas. 1.5.3 Manfaat pengembangan penelitian Data dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya, dengan metode penelitian yang lebih baik.