Keefektifan dan Toleransi Jenis Tanaman Jalur

advertisement
13
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pencemaran Udara
Sebagian besar udara (95%) terletak pada 20 km pertama diatas permukaan
bumi karena pengaruh gravitasi bumi. Udara alami terdiri dari udara kering (gasgas tanpa uap air), udara lembab (udara yang mengandung uap air) dan campuran
partikel padat dan cair yang halus (aerosol). Sumber gas-gas di atmosfer dapat
berasal dari sumber alami misalnya letusan gunung berapi dan kebakaran hutan
serta sumber yang berasal dari aktivitas manusia seperti transportasi, pertanian,
dan pembakaran bahan bakar fosil.
Pelepasan gas-gas ke atmosfer baik yang berasal dari sumber alami maupun
aktivitas manusia dapat menyebabkan pencemaran udara terutama di wilayah
perkotaan
(Schultz,
1992).
Pencemaran
udara
adalah
masuknya
atau
dimasukkannya zat, energi, dan/ atau komponen lain ke udara oleh kegiatan
manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Udara ambien
adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan trofosfir yang dibutuhkan dan
mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan lainnya
(Bapedal, 1999).
Secara global penambahan konsentrasi gas-gas di atmosfer dapat
mempengaruhi iklim. Dalam skala yang lebih kecil pencemaran udara dapat
menyebabkan gangguan kenyamanan dan estetika, kerusakan pada tumbuhan,
hewan, dan benda serta gangguan kesehatan manusia seperti gangguan sistem
pernafasan, iritasi, dan suplai oksigen dalam darah.
Vesilind et al. (1994) menyatakan bahwa faktor meteorologi yang mempengaruhi polusi udara adalah angin, turbulensi, stabilitas atmosfer, inversi, hujan
kabut, dan radiasi surya. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan penyebaran bahan
pencemar, sehingga pencemaran udara dapat terjadi pada daerah yang relatif jauh
dari sumber pencemar.
Pencemaran udara di Indonesia, terutama di kota-kota besar disebabkan oleh
gas buang kendaraan bermotor (60-70%), industri (10-15%), dan sisanya berasal
dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan, dan lain-lain
14
(Kusnoputranto, 1996). Kendaraan bermotor merupakan penghasil pencemar CO,
hidrokarbon yang tidak terbakar sempurna, NOx, SOx, dan partikel. Emisi gas
buang kendaraan bermotor mempengaruhi kualitas udara ambien terutama
wilayah dengan aktivitas transportasi yang tinggi.
Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa pencemar sama sekali.
Pencemaran udara dapat dipantau berdasarkan nilai mutu udara ambien. Menurut
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) Nomor 41 Tahun 1999, mutu
udara ambien adalah kadar zat, energi, dan/atau komponen lainnya yang ada di
udara bebas. Beberapa parameter baku mutu udara ambien nasional ditampilkan
dalam Tabel 1.
Tabel 1. Baku mutu udara ambien nasional berdasarkan PP No 41 tahun 1999
No
Parameter
Baku mutu
Waktu pengukuran
-1
-3
Sulfur dioksida (SO2)
365 μg N m
Karbonmomoksida (CO) 10000 μg N-1m-3
Nitrogen dioksida (NO2)
150 μg N-1m-3
Oksidan (O3)
235 μg N-1m-3
Hidrokarbon (HC)
160 μg N-1m-3
TSP (debu)
230 μg N-1m-3
Timah hitam (Pb)
2 μg N-1m-3
1
2
3
4
5
6
7
24 jam
24 jam
24 jam
1 jam
3 jam
24 jam
24 jam
2.2. Senyawa Sulfur
Sulfur di atmosfer sebagian besar terdiri dari H2S, SO2, dan SO3. Secara
alami sulfur di atmosfer berasal dari evaporasi air laut, letusan gunung berapi, dan
uap letusan gunung berapi. Senyawa sulfur terbanyak yang masuk ke atmosfer
adalah H2S yang berasal dari hancuran bahan organik dan dari reduksi sulfat
secara biologis. Gas H2S di atmosfer secara cepat dirubah menjadi SO2 melalui
reaksi :
2 H2S + 3 O2
2 SO2 + 2 H2O
Gas SO2 bersifat mudah larut dalam air pada suhu ruang, tidak berwarna,
dan tidak dapat terbakar. Di atmosfer, SO2 bereaksi dengan oksigen membentuk
SO3 yang merupakan pencemar sekunder. Gas SO3 bersifat tidak reaktif dan
dengan H2O akan membentuk H2SO4. Gas SO2 dan SO3 dikenal sebagai SOx.
15
Menurut Gorham (2002) transportasi bukan merupakan sumber utama pencemar
SOx. Sumber utama pencemar SOx adalah bahan bakar dalam kegiatan industri
dan pembangkit listrik. Menurut Benitez (1993) emisi SO2 bahan bakar solar
mencapai 10 kali lebih besar daripada bensin.
2.3. Senyawa Nitrogen
Jenis senyawa nitrogen penting yang masuk ke atmosfer adalah N2O, NO,
NO2, NH3, NH4+, dan NO3ˉ. Sumber alami emisi senyawa nitrogen berasal dari
aktivitas biologi yang terjadi di permukaan, sedangkan sumber antropogenik
adalah pembakaran bahan bakar fosil. Nitrogen oksida (NO dan NO2) tidak hanya
berperan penting dalam kimia stratosfer dan trofosfer tetapi juga memberikan
kontribusi pada deposisi senyawa N di ekosistem melalui mekanisme wet dan dry
deposisition. Selanjutnya proses ini akan meningkatkan derajat keasaman tanah
menuju titik jenuh nitrogen (Crutzen, 1995 diacu dalam Gasche & Papen, 2002).
Nitrogen monoksida dan nitrogen dioksida (NOx) bersifat mempengaruhi
konsentrasi ozon di atmosfer. Nitrogen dioksida yang menyerap energi cahaya
akan terdisosiasi membentuk NO dan atom oksigen dan selanjutnya akan diikuti
dengan pembentukan ozon. Pembentukan dan penguraian NO2 dan ozon secara
alami berada dalam keseimbangan. Adanya hidrokarbon mengganggu kesetimbangan ini dengan meningkatkan pembentukan ozon yang bersifat reaktif. Selain
itu NO dan NO2 juga berkontribusi terhadap pembentukan smog (McKersie &
Leshem, 1994). Keberadaan NO dan NO2 secara tidak langsung berimplikasi
terhadap pemanasan global karena terlibat dalam berbagai reaksi dengan gas-gas
rumah kaca seperti O3, CO, dan CH4.
2. 3.1. Karakteristik NOx (NO dan NO2)
Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna sedangkan
nitrogen dioksida berwarna merah kecoklatan. Kedua gas tersebut masuk ke
atmosfer terutama sebagai NO.
Waktu tinggal nitrogen monoksida dalam
atmosfer yang tidak tercemar rata-rata adalah empat hari. Di atmosfer yang
tercemar hebat misalnya di perkotaan konsentrasi NO akan menurun hanya dalam
beberapa jam. Proses berkurangnya NO melibatkan reaksi dengan oksigen :
16
→ 2 NO2
2 NO + O2
Nitrogen
dioksida
yang
menyerap
energi
cahaya
(ultra
violet)
akan
terdekomposisi dan diikuti terbentuknya ozon:
NO2 + radiasi UV
→ NO + O
O2 + O + M
→ O3 + M
Selanjutnya ozon akan bereaksi dengan NO membentuk NO2, dengan demikian
reaksi menjadi lengkap dan dikenal sebagai ’siklus fotolitik NO2’.
NO + O3
→ NO2 + O2
Siklus ini dapat terganggu dengan adanya hidrokarbon (Hc) yang berasal dari
kendaraan bermotor. Atom oksigen yang bereaksi dengan hidrokarbon akan
menghasilkan senyawa reaktif (hidrokarbon reaktif /HcO*) yang dikenal sebagai
radikal alkilperoksil (RO2):
O + Hc
→ HcO*
Radikal bebas akan bereaksi secara cepat dengan NO membentuk NO2. Radikal
RO2 juga dapat bereaksi dengan O2 dan NO2 menghasilkan peroxyacetyl nitrates
(PAN). Produk akhir dari berbagai reaksi ini adalah smog (kabut) fotokimia yang
mengandung berbagai kontaminan seperti aldehid, keton, ozon, dan PAN (Oke,
1978):
HcO* + O2
→ HcO3*
HcO3* + NO
→ HcO2* + NO2
HcO3* + Hc
→ Aldehid, keton
HcO3* + O2
→ O3 + H3O2
HcOx* + NO2
→ PAN
Sebagian besar NO2 di atmosfir terbentuk karena proses oksidasi NO oleh
O3. Di antara tahun 1960 dan tahun 1980 ozon di trofosfer meningkat dengan laju
1% dan 2% per tahun. Hal ini berarti ozon meningkat dari 22% menjadi 48%
dalam periode 20 tahun tersebut. Kunci peningkatan terbentuknya ozon adalah
senyawa NOx dan hidrokarbon reaktif yang di antaranya dihasilkan dari aktivitas
transportasi.
Ozon di troposfir bersifat berbahaya untuk kesehatan manusia di antaranya
adalah menyebabkan iritasi pada selaput mata, saluran pernafasan, dan
meningkatnya gejala asma. Ozon bersifat sebagai oksidan yang kuat sehingga
17
berpotensi merusak bahan-bahan yang berasal dari karet. Ozon yang masuk ke
dalam jaringan tanaman akan terdisosiasi dan menghasilkan superoksida radikal
(O2-), dan selanjutnya menghasilkan senyawa radikal lain di antaranya OH- dan
H2O2.
Beberapa kerusakan yang ditimbulkan ozon pada tanaman adalah
menghambat fotosintesis (Pell & Brenan, 1973), berkurangnya klorofil dan
menyebabkan nekrosis (Knudson et al., 1977) dan menghambat respirasi (Barnes,
1972).
Bensin dan solar merupakan bahan bakar kendaraan bermotor yang banyak
digunakan pada saat ini. Dua jenis bahan bakar ini menghasilkan komposisi emisi
gas buang yang berbeda (Tabel 2 dan 3).
Tabel 2. Komposisi gas buang (% v-1)
Jenis gas buang
Bensin
CO2
9.0
CO
4.0
NO2
4.0
N2
2.0
Hidrokarbon
0.5
Nitrogen Oksida
0.06
SO2
0.006
Sumber: Hartogensis (1977)
Solar
9.0
9.1
9.0
0.03
0.02
0.04
0.02
Tabel 3. Rata-rata emisi gas dalam g km-1
Jenis gas buang
Bensin
CO
60.00
Hidrokarbon
5.90
NO2
2.20
SO2
0.17
Debu
0.22
Timbal
0.49
Sumber: Strauss dan Mainwaring (1984)
Solar
0.69 - 2.57
0.14 - 2.07
0.68 - 1.02
0.47
1.28
-
2.3.2. Pengaruh NOx terhadap Ekosistem
Pengaruh NOx terhadap komponen ekosistem dapat terjadi secara langsung
maupun tidak langsung. Timbulnya NO2 secara akut dapat membahayakan
18
kesehatan manusia. Pengaruh NO2 terhadap kesehatan tergantung dari konsentrasi dan waktu pemaparan. Keberadaan gas NO2 untuk beberapa menit sampai 1
jam dengan konsentrasi 50-100 ppm menyebabkan inflamasi jaringan paru-paru
untuk periode 6-8 jam (Saeni, 1989). Penelitian mengenai dampak paparan NO2
terhadap kesehatan manusia cukup banyak dilakukan. Shannon et al. (2004)
melaporkan bahwa terdapat hubungan antara meningkatnya NO2 udara ambien
dan resiko gangguan pernafasan dan kambuhnya asma. Paparan NO2 konsentrasi
rendah akan menyebabkan hipereaktifitas bronchial sehingga membuat anak-anak
lebih mudah terkena infeksi saluran pernafasan (Magnus et al., 1998; Barnett et
al., 2005). Paparan NO2 dalam waktu yang lama atau paparan dalam konsentrasi
tinggi akan memicu terjadinya bronchitis akut (Zee et al., 2000)
Keberadaan NO2 juga berkontribusi terhadap terbentuknya hujan asam.
Hujan asam adalah bentuk presipitasi yang mengandung pencemar SO 2, SO3,
NO2, dan HNO3. Pencemar tersebut larut dalam butiran awan dan air hujan
sehingga membentuk asam sulfat dan asam nitrat dalam air hujan sehingga
mengakibatkan pH air hujan kurang dari 5.6 yang dikenal sebagai hujan asam.
Hujan asam dapat dibedakan atas deposit kering dan deposit basah. Deposit
kering adalah transfer secara langsung dari gas-gas dan partikel-partikel asam
yang ada di atmosfer. Deposit tipe ini biasanya terjadi di daerah dekat sumber
pencemaran.
Jenis gas sulfur yang diendapkan adalah SO2, sedangkan dari
nitrogen adalah NO2, HNO3, dan PAN.
Karena NOx lebih cepat dioksidasi
menjadi nitrat daripada SO2 menjadi sulfat, maka SO2 lebih penting sebagai
komponen deposit kering.
Deposit basah adalah peristiwa turunnya asam dalam bentuk hujan dan
mengenai benda atau makhluk hidup di sekitarnya atau masuk ke permukaan
tanah maupun perairan. Jenis senyawa yang diendapkan adalah asam sulfat dan
asam nitrat.
Dampak hujan asam terhadap tanaman adalah kematian, daun layu dan
rontok, sehingga dapat mengurangi produktivitas tanaman. Hujan asam juga dapat merusak akar tanaman melalui pelepasan ion aluminium, timah, raksa, dan
kadmium dari tanah dan sedimennya sehingga dapat menghalangi pengambilan
dan penggunaan nutisi oleh tanaman. Pencucian unsur-unsur Mg2+, Ca2+, Na +,dan
19
K+ akan menyebabkan tanaman kekurangan unsur tersebut sehingga mempengaruhi produktivitasnya.
Pada ekosistem hutan, deposisi nitrogen melalui hujan asam mengubah
status nitrogen yang secara alamiah terbatas menjadi kondisi jenuh nitrogen (Aber
et al., 1998). Kondisi jenuh nitrogen ini akan menimbulkan dampak negatif pada
lingkungan di antaranya adalah perubahan kimia tanah, komposisi, dan
produktivitas hutan.
Pada ekosistem akuatik, hujan asam akan menetralisasi basa dari aliran
sungai dan danau sehingga timbul kondisi yang menghambat pertumbuhan dan
produktivitas organisme perairan.
Hujan asam juga dapat menyebabkan
perubahan secara kimia pada organ organisme perairan, misalnya insang menjadi
hancur dan terganggunya mekanisme kontraksi otot.
Dampak positif hujan asam adalah meningkatnya kesuburan tanah pada
wilayah yang kekurangan unsur nitrogen dan belerang. Namun dampak negatif
dari hujan asam seringkali lebih besar daripada dampak positifnya, sehingga perlu
dilakukan upaya untuk mengurangi peluang terjadinya hujan asam, antara lain
dengan mengurangi konsentrasi pencemar yang menjadi penyebab terjadinya
hujan asam,
salah satu diantaranya adalah pengurangan konsentrasi NO2 di
atmosfir.
2.4. Kemampuan Tanaman Menyerap Pencemar NOx
Tanaman dapat mengurangi konsentrasi pencemar udara melalui mekanisme
penyerapan pencemar gas dan penyerapan partikel pada permukaan daun. Selain
itu adanya vegetasi pada daerah yang berdekatan dengan sumber pencemaran
udara dapat mengencerkan konsentrasi pencemar dengan bantuan tiupan angin.
Angin yang bertiup dapat memindahkan pencemar ke tempat yang lebih tinggi
karena tertahan oleh kanopi tanaman, sehingga pencemar akan terencerkan pada
lapisan atmosfer yang lebih tinggi.
Penelitian yang dilakukan pada skala laboratorium dan lapangan
menunjukkan bahwa tanaman dapat menyerap beberapa pencemar diantaranya
adalah timah hitam (Pb), kadmium (Cd), kromium (Cr), nikel (Ni) (Ratcliffe &
Beeby, 1980; Flores et al., 1999; Piechalack et al., 2002).
Akumulasi dari
20
pencemar dapat terjadi pada bagian akar, daun, ataupun batang. Pada tumbuhan
tingkat tinggi akumulasi terbanyak biasanya terjadi pada bagian daun. Hal ini
berkaitan dengan mekanisme penyerapan pencemar yang sebagian besar terjadi
melalui stomata. Dengan demikian perubahan karakter morfologi dan anatomi
daun dapat dijadikan sebagai indikator terjadinya pencemaran udara.
Tiap jenis tanaman mempunyai respon yang berbeda terhadap pencemaran
udara, dipengaruhi oleh jenis pencemar, sifat anatomi dan morfologi tumbuhan,
serta faktor lingkungan di sekitarnya. Beberapa faktor lingkungan mempengaruhi
tingkat kerusakan yang terjadi pada tanaman. Faktor lingkungan tersebut adalah
kualitas cahaya, panjang hari, intensitas cahaya, suhu, kelembaban, adanya CO2,
dan interaksi pencemar.
Faktor edafik yang juga mempengaruhi tingkat
kerusakan pada tanaman yaitu kelembaban tanah, nutrisi, suhu tanah, serta
hubungan antara air dan tanah (Heggestad & Heck, 1971).
Taylor et al. (1975) secara umum membedakan kerusakan tanaman akibat
pencemaran udara atas kerusakan akut, kronis atau tersembunyi. Kerusakan akut
ditandai dengan terjadinya kerusakan pada bagian tepi daun berupa tepi daun yang
mengering atau berwarna gading, coklat atau merah kecoklatan. Kerusakan kronis
menyebabkan daun menjadi kuning dan akhirnya memutih dan sebagian klorofil
rusak.
Fitter dan Hay (1994) menyatakan ada stomata dan kloroplas menjadi
tempat masuk utama dari berbagai jenis pencemar yaitu SO2, NOx, dan O3. Di
dalam kloroplas masuknya SO2, NOx, dan O3 dapat menyebabkan perobekan
sistem thylakoid. Gas NO dan NO2 yang masuk ke dalam jaringan tanaman
melalui stomata selanjutnya akan berubah menjadi nitrit atau nitrat yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya.
Tanaman menyerap gas NO2 lebih cepat dari NO (Benneth & Hill, 1973)
karena NO2 lebih cepat bereaksi dengan air, sementara NO relatif tidak larut.
Laju penyerapan NO oleh tanaman relatif sama dalam kondisi terang dan gelap.
Saxe (1986) membuktikan bahwa laju penyerapan NO tidak dipengaruhi oleh
proses transpirasi.
Hal ini menunjukkan bahwa laju penyerapan NO tidak
dipengaruhi oleh pembukaan stomata. Sebaliknya, penyerapan NO2 oleh tanaman
dipengaruhi oleh transpirasi (Saxe, 1986), laju fotosintesis (Nugrahani, 2005)
21
Selanjutnya dikemukakan oleh Misawa et al. (1993) diacu dalam Patra
(2002) bahwa laju penyerapan NO2 pada setiap tanaman berbeda menurut
spesiesnya.
Pada tanaman evergreen dan deciduous (gugur daun) terdapat
perbedaan kecepatan distribusi nitrogen yang berasal dari NO2 yang diserap daun.
Distribusi nitrogen dari daun ke batang dan akar pada tanaman evergreen lebih
cepat dibanding tanaman deciduous.
Untuk mengetahui penyerapan gas NO2 dari udara digunakan gas NO2
berlabel
15
N (isotop
15
N). Penggunaan isotop
15
N membantu dalam penelitian
penyerapan/fiksasi nitrogen melalui akar atau daun, sehingga dapat dibedakan
apakah nitrogen berasal dari tanah ataupun udara.
diketahui dengan menganalisis kandungan
15
Serapan gas NO2 dapat
N dalam jaringan tanaman. Lebih
lanjut dikatakan bahwa untuk menguji serapan gas NO2 pada berbagai tanaman
digunakan kondisi yang optimum untuk penyerapan, yaitu suhu 30º C, intensitas
cahaya 1000 lux dan kelembaban relatif 60%.
Konsentrasi
gas NO2 yang
digunakan sebesar sebesar 3 ppm (ml per 1000 l) (Nasrullah, 1997).
2.5. Reaksi NO2 dalam Tanaman
Gas NO2 masuk ke dalam tanaman terutama melalui stomata (Marchner,
1986). Nitrogen dioksida bersifat mudah larut dan dalam fase cair pada ruang
apoplastik segera mengalami konversi (Yoneyama et al., 1979; Rennernberg &
Geßler, 1999) dan menghasilkan reactive oxygen species (ROS) yang dapat
merusak beberapa komponen sel seperti membran, klorofil, dan protein
(Langebartels et al., 2002). Reaksi ini dapat dicegah melalui aktivitas antioksidan
atau enzim oksidatif yang terdapat di dalam ruang apoplastik dan simplastik dari
sel (Noctor & Foyer, 1998). Böhm et al. (1998) menyatakan bahwa β karoten
bersama-sama dengan vitamin C dan vitamin E melindungi sel dari kerusakan
akibat paparan NO2.
2.6. Asam Askorbat
L-asam askorbat (vitamin C) merupakan vitamin penting dalam diet
manusia dan tersedia melimpah dalam jaringan tanaman (Loewus & Loewus,
1987; Smirnoff, 1996; Smirnoff & Wheeler, 2000; Noctor & Foyer, 2005). Daun-
22
daun hijau mengandung askorbat sama banyaknya dengan klorofil. Askorbat
berperan penting dalam beberapa proses fisiologis tanaman diantaranya adalah
pertumbuhan, diferensiasi, dan metabolisme. Selain itu askorbat juga berfungsi
sebagai pereduktor untuk beberapa radikal bebas sehingga dapat meminimalkan
kerusakan yang disebabkan oleh oxidative stress (Mc Kersie & Leshem, 1994).
Askorbat dapat ditemukan dalam kloroplas, sitosol, vakuola, dan ruang
ekstra seluler sel.
Sekitar 20-40 % askorbat di dalam mesofil berada dalam
kloroplas. Kloroplas mengandung banyak enzim yang dapat mereduksi askorbat
dari bentuk teroksidasi (Mc Kersie & Leshem, 1994).
Askorbat disintesis dari D-glukosa. Sebagai anti oksidan askorbat akan
bereaksi dengan superoksida, hidrogen peroksida atau radikel tocoperoksil
membentuk asam monodehidroaskorbat dan atau asam dehidroaskorbat. Bentuk
tereduksi
ini
akan
kembali
membentuk
askorbat
dengan
bantuan
monodehidroaskorbat reduktase dan dehidroaskorbat reduktase. Dehidroaskorbat
tidak stabil pada pH> 6 dan akan terurai menjadi tartrat dan oksalat. Untuk
mencegah hal ini, dehidroaskorbat tereduksi secara cepat oleh dehidroaskorbat
reduktase menggunakan ekuivalen pereduksi dari glutathione (GSH) (Gambar 2).
Gambar 2. Sintesis dan degradasi L-asam askorbat dalam jaringan tanaman
(McKersie & Leshem, 1994)
23
2.7. Jenis tanaman
Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 8 jenis yang
merupakan hasil seleksi dari 11 jenis tanaman. Seleksi dilakukan berdasarkan
kandungan asam arkobat dan keragaman famili. Deskripsi masing-masing jenis
tersebut masing-masing sebagai berikut :
1. Pterocarpus indicus Wild (Angsana)
Pterocarpus indicus tergolong ke dalam Famili Leguminoceae sub famili
Papilionideae (Gambar 3). Tanaman ini berasal dari Malaysia dan digunakan
sebagai tanaman penghijauan di banyak negara.
Tinggi pohon dapat mencapai 10-40 m dengan diameter batang  2 m.
Kayu mempunyai warna dan kualitas yang cukup baik. Daun merupakan daun
majemuk dengan anak daun berjumlah 5-13 yang letaknya berselang seling. Daun
berbentuk bulat telur memanjang dengan panjang 4-10 cm dan lebar 2.5-5 cm.
Bagian ujung daun meruncing, bagian pangkal tumpul dan permukaan daun
mengkilat dan terdapat daun penumpu dengan panjang 1-2 cm. Tandan bunga
terdapat di ujung ranting, muncul di ketiak daun, sedikit atau bercabang, berambut
coklat dan berbunga banyak. Buah berbentuk polong.
Gambar 3. Pterocarpus indicus Wild (Angsana)
24
2. Lagerstroemia speciosa Pers. (Bungur)
Lagerstroemia speciosa tergolong ke dalam Famili Lythraceae (Gambar 4).
Tanaman ini banyak digunakan sebagai tanaman hias karena memiliki bunga yang
berwarna menarik yaitu ungu. Di India tanaman ini disebut sebagai queen of
flowers. Tinggi pohon dapat mencapai 10-30 m. Daun berwarna hijau tua
dengan panjang 9-28 cm dan lebar 4-12 cm, berbentuk oval, elips atau memanjang
dengan ujung runcing, tepi daun rata, dan permukaan kasap. Buah berbentuk bulat
memanjang dengan panjang 2-3.5 cm. Biji berukuran besar dengan ujung
bersayap menyerupai pisau.
Gambar 4. Lagerstroemia speciosa Pers. (Bungur)
3. Casuarina sumatrana Jungh (Cemara laut)
Casuarina sumatrana tergolong ke dalam Famili Casuarinaceae (Gambar
5). Tanaman ini berasal dari Birma dan Malaysia Barat. Tinggi pohon dapat
mencapai lebih dari 10 m. Daun berupa sisik. Ranting berwarna hijau terang, agak
kaku, tajuk berbentuk oval-membulat. Bunga jantan tidak diketahui, bunga betina
tidak bertangkai. Buah terbentuk di ujung terminal, tidak bertangkai, berbentuk
bulat atau bulat telur, berukuran 4-4.5 dan 3.5-4 cm. Di Jawa tanaman ini sering
digunakan sebagai tanaman hias.
25
Gambar 5. Casuarina sumatrana Jungh (Cemara laut)
4. Delonix regia Bojer (Flamboyan )
Delonix regia tergolong ke dalam Famili Caesalpiniaceae (Gambar 6).
Tanaman ini berasal dari Madgaskar dan di Indonesia biasa digunakan sebagai
tanaman hias. Daun merupakan daun majemuk dengan anak daun berjumlah
6-35 pasang pada tiap helaian. Bunga menarik dengan dominasi warna merah
yang terbentuk dalam rangkaian yang berjumlah 6-12 bunga.
Pada musim
kemarau daun biasanya gugur.
Gambar 6. Delonix regia Bojer (Flamboyan)
5. Gmelina arborea Linn. (Jati putih)
Gmelina arborea tergolong Famili Verbenaceae yang berasal dari India dan
kemudian tersebar ke Pakistan, Kamboja, Thailand, Srilangka dan Cina bagian
26
Selatan (Gambar 7). Selain di Asia Tenggara, tanaman ini juga ditanam secara
besar-besaran di Afrika Barat dan Amerika Selatan. Ketinggian pohon dapat
mencapai 30 m dengan diameter 1m, dengan batang pohon bulat, lurus, dan tidak
berbanir.
Tajuk menyerupai kerucut atau tidak teratur dengan percabangan
banyak. Daun tunggal bertangkai panjang, ujung daun meruncing panjang, tepi
daun rata dan permukaan tidak berambut. Panjang helaian daun 15-30 cm dan
lebar 15-20 cm.
Gmelina arborea termasuk jenis tanaman yang membutuhkan intensitas
matahari yang tinggi. Jenis ini dapat tumbuh pada ketinggian 50-1000 m di atas
permukaan laut (dpl), di daerah beriklim basah atau kering dengan curah hujan
tahunan sekitar 700-4800 mm. Pada daerah dengan musim panas yang panjang
(6-7 bulan) tanaman akan menggugurkan daunnya, tetapi di daerah tropik basah
selalu tumbuh hijau.
Gambar 7. Gmelina arborea Linn. (Jati putih)
6.
Cinnamomum burmanii Nees (Kayu manis merah)
Cinnamomum burmanii termasuk dalam Famili Lauraceae (Gambar 8).
Tinggi pohon mencapai 6-12 m.
Daun berbentuk bulat telur atau elips
memanjang, ujung membulat atau tumpul meruncing, panjang 6-15 cm dan lebar
4-7 cm. Sisi bawah daun gundul, berwarna abu-abu, sisi atas daun tulang daun
lateral tidak menonjol. Daun muda berwarna merah. Bunga merupakan bunga
27
malai bercabang, duduk di ketiak dengan cabang berambut abu-abu. Tajuk tenda
bunga panjang 3-5 mm. Buah merupakan buah buni bulat memanjang berwarna
merah (Gambar 8).
Gambar 8. Cinnamomum burmanii Nees (Kayu manis merah)
7. Swietenia macrophylla King (Mahoni)
Swietenia macrophylla termasuk ke dalam Famili Meliaceae dan berasal
dari Honduras (Gambar 9).
Di Indonesia, mahoni merupakan tanaman yang
dibudidayakan dan sering digunakan sebagai tanaman tepi jalan. Daun berwarna
hijau tua dengan panjang 4.5-21 cm dan lebar 1.75-7 cm. Buah berukuran besar
(15-17.5 cm) berwarna coklat, dengan biji yang bersayap. Pada musim kemarau
tanaman sering menggugurkan daunnya.
8. Mimusops elengi L. (Tanjung)
Mimusops elengi termasuk dalam Famili Sapotaceae (Gambar 10).
Tanaman mempunyai tajuk yang indah, dengan daun berwarna hijau mengkilat
dan buah berwarna merah atau merah jingga. Tanjung termasuk jenis pohon
bergetah dengan ketinggian mencapai 15 m.
Daun merupakan daun tunggal
bertangkai, dengan duduk daun tersebar, bertepi rata, dan bertulang menyirip.
Helaian daun berbentuk bulat memanjang atau bulat telur memanjang dengan
panjang 5.5-16 cm dan lebar 2-6.5 mm.
Bunga bersifat biseksual, muncul dari
ketiak daun, menggantung, berbau wangi. Mahkota dan kelopak bunga memiliki
28
panjang yang sama, berwarna putih kotor. Buah berbentuk, bulat telur, panjang 23 cm dan lebar 1-1.2 cm; berwana kuning, kuning jingga, atau merah. Di dalam
buah terbentuk 1-2 biji yang berbentuk pipih, panjang 1-1.5 cm dan lebar 0.71cm, berwarna coklat atau coklat kehitaman.
Gambar 9. Swietenia macrophylla King (Mahoni)
Gambar 10. Mimusops elengi L. (Tanjung)
Download