ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ Persiapan Administratif dan Keuangan Ust. Rahmat

advertisement
‫ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ‬ Persiapan Administratif dan Keuangan Ust. Rahmat Puryodo ’Barangsiapa gagal merencanakan maka sesungguhnya ia sedang merencanakan kegagalan.’ Melakukan persiapan menjelang pernikahan adalah sebuah hal penting karena perkara yang akan dihadapi adalah persoalan serius yang berdimensi dunia dan akhirat serta melibatkan banyak pihak, baik keluarga kita, keluarga calon pasangan kita dan berbagai pihak terkait lainnya. Persiapan administratif dan manajemen keuangan menjelang dan setelah pernikahan menjadi sangat sederhana dan tidak rumit manakala kita memiliki wawasan dan kemampuan dalam merencanakan, mengorganisir dan memonitor pemasukan dan pengeluaran secara spesifik, terukur, wajar, realistis dan akurat sesuai momentumnya. Berikut ini beberapa hal penting berkaitan dengan Persiapan Administrasi dan Manajemen Keuangan sebelum, ketika dan setelah melangsungkan pernikahan : a. Persiapan administratif Dokumen yang penting disiapkan saat kita akan menikah antara lain, surat pengantar dari RT dan RW untuk mendapatkan berkas surat NA dari kelurahan untuk kemudian mendapatkan rekomendasi dari kantor KUA Kecamatan ke tempat atau wilayah tempat pasangan atau lokasi dimana pernikahan akan dilangsungkan. Biaya yang dikeluarkan untuk urusan ini beragam, mulai dari yang gratis (ini adalah bentuk pelayanan dari birokrat kepada kita sebagai masyarakat, apalagi jika kita punya akses ada kenalan atau saudara yang bisa membantu), atau saridona (berdasarkan kerelaan kita) atau pun yang memang pasang tarif, sebenarnya alur dan proses pernikahan ada tata tertibnya. Maksimal sehari sebelum nikah kita harus terlebih dahulu terdaftar di KUA, seharusnya pun kita mengikuti pembinaan tentang persiapan dan tata cara hidup berumahtangga, bahkan akad nikah pun seharusnya dilaksanakan di KUA pada hari dan jam kerja Senin s/d Jum’at di bawah jam 16.00, jadi bukan hari Sabtu atau Ahad. Hal‐hal seperti inilah yang kemudian melahirkan kebijakan dan tambahan biaya sebagai bentuk saling pengertian antara pihak yang bertugas (petugas KUA) dan pihak yang membutuhkan. Besarnya biaya relatif, tergantung wilayah, kebijakan petugas dan kemampuan negosiasi. b. Persiapan keuangan Pranikah Menikah bisa sangat murah bahkan tidak mengeluarkan biaya (jika calon mertua siap menanggung semua biaya) atau bisa sangat ’wah!’ (jika syarat materi, baik untuk mas kawin dan resepsi acara harus besar, megah dan mewah). Besarnya biaya pranikah sebenarnya tergantung kesepakatan kedua belah pihak dan berkaitan erat dengan obsesi tentang acara akad/walimah serta kehidupan ba’da pernikahan yang diinginkan oleh kedua pihak, baik calon pengantin atau pun keluarga besar masing‐masing. Beberapa kelompok biaya yang harus diperhitungkan antara lain : 1. Biaya khitbah : minimal biaya transportasi, konsumsi dan akomodasi, apalagi jika tempatnya jauh. Apalagi jika ada oleh‐oleh, bingkisan atau pemberian yang akan diserahkan. Jika saat khitbah dan akad sekaligus walimah berdekatan, harus diperhitungkan pula dana awal yang kita berikan sebagai persiapan hari H pernikahan. Beberapa daerah tertentu ada yang mempersyaratkan biaya minimal yang harus ada jika kita akan melamar seseorang. 2. Biaya pengurusan syarat administrasi : besarnya biaya relatif, agar lebih akurat bisa hubungi petugas KUA di wilayah masing‐masing. 3. Biaya akad : meliputi antara lain, biaya mahar (mas kawin), biaya petugas KUA (karena biasanya akad dilaksanakan di luar hari kerja), biaya gedung (jika dilaksanakan di gedung) ataupun biaya kebersihannya jika kita akad di Masjid dan ingin memberikan pengertian sekedarnya kepada pengurus masjid, biaya transportasi, konsumsi, dokumentasi, akomodasi, juga biaya tidak terduga lainnya. 4. Biaya walimah : besarnya tergantung rancangan dan desain acaranya. Semakin sederhana, semakin kecil biayanya, dan semakin mewah dan megah semakin besar dananya. Perlu dipertimbangkan, daripada mengadakan resepsi yang mahal lebih baik digunakan untuk biaya hidup. Di beberapa daerah, besarnya biaya resepsi pernikahan dianggap wajar karena dianggap ’modal’ yang sebanding dengan ’amplop’ yang didapatkan. Bahkan, ada acara resepsi yang ’amplop’nya diberi nomor dan dicatat asal muasalnya, akibatnya timbul gengsi jika pemberiannya bernilai sekedarnya saja. 5. Biaya ba’da nikah : idealnya setelah menikah kita hidup mandiri, rumah sendiri (meskipun ngontrak), kendaraan sendiri (meskipun mencicil). Tentunya rumah, bukan hanya sekedar bangunan tentu butuh perabot dan perlengkapan. Berapa besarnya biaya, tergantung kesepakatan, standar kesejahteraan yang diinginkan, dan kemampuan merealisasikan. Biaya setelah nikah itu ada biaya jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang. Ruang lingkupnya pun luas, mulai dari biaya kebutuhan sehari‐hari (sandang, pangan, papan) atau pun kebutuhan pendidikan, kesehatan, transportasi, rekreasi, zakat, infaq, tabungan dan lain sebagainya. Belum lagi jika kita punya tanggungan menutupi biaya anggota keluarga yang masih membutuhkan. Tentunya kita harus cermat, apik, tertib dan proporsional memperhitungkan pendapatan dan pengeluaran. c. Manajemen keuangan keluarga Selama ini kebanyakan orang terbiasa menggunakan penghasilan terutama hanya untuk membiayai kebutuhan‐kebutuhan mendesak jangka pendek, seperti belanja bulanan, uang sekolah anak, telpon, listrik, transportasi ke tempat kerja, dan lain‐lain. Padahal, kebutuhan keluarga sebetulnya tidak hanya itu. Kebutuhan keluarga yang sering kurang dipikirkan biasanya adalah kebutuhan jangka panjang yang harus dipenuhi di kemudian hari. Misalnya pendidikan anak, pensiun, membeli rumah atau kendaraan, dan banyak lagi lainnya. Biasanya kita tidak bisa segera memenuhi kebutuhan semacam ini, sehingga kita perlu waktu untuk menyiapkan dananya terlebih dahulu dengan cara menabung dan berinvestasi. Mungkin kita sudah punya rencana pengelolaan keuangan jangka pendek dan jangka panjang seperti tersebut diatas. Namun bisa saja pola pengelolaan keuangan keluarga yang dijalankan saat ini kurang berhasil karenanya masih saja timbul kesulitan yang menyebabkan berbagai masalah. Masalah keuangan ini misalnya defisit anggaran belanja, tidak bisa menabung, terjerat hutang, dan lain sebagainya. Selain itu untuk mempersiapkan kebutuhan jangka panjang mungkin kurang matang dan lengkap. Misalnya hanya mempersiapkan investasi untuk pendidikan anak saja, padahal paling tidak harus dipersiapkan juga bagaimana mempersiapkan pensiunnya. Investasi itupun dilakukan tanpa mengetahui apakah dana tersebut akan mencukupi nantinya atau tidak. Agar tidak terjebak dalam masalah ini dan bisa mengatur keuangan dengan baik, maka kita perlu mengetahui seluk beluk masalah keuangan keluarga. Sering terjadi orang tidak mengetahui seluk beluk perencanaan keluarga karena kurangnya pengetahuan tentang perencanaan keuangan. Untuk mengatasi masalah ini, mulailah perencanaan keuangan keluarga dengan cara membuat anggaran belanja secara rutin terlebih dahulu. Anggaran belanja atau budgeting atau arus kas yaitu catatan pemasukan dan pengeluaran rutin bulanan. Pemasukan terdiri dari penghasilan suami dan istri yaitu gaji, bonus, komisi, pendapatan bagi hasil tabungan atau investasi dan lain sebagainya. Sedangkan untuk pengeluaran, maka bagilah menjadi 4 pos pengeluaran yang diprioritaskan, yaitu: pengeluaran cicilan hutang: 1. Pos Bayarlah kewajiban hutang Anda terlebih dahulu, sebelum membayar pengeluaran yang lain, karena jika terlambat bisa terkena penalty juga sangsi administrasi lainnya. Jaga total cicilan hutang bulanan Anda agar tidak lebih dari 30% dari penghasilan, sehingga sisa penghasilan masih cukup untuk membayar kebutuhan hidup lainnya. 2. Pos pengeluaran untuk setoran tabungan&investasi: Setelah membayar cicilan hutang atau jika belum mempunyai hutang dimanapun, maka prioritaskanlah untuk melakukan setoran ke tabungan terlebih dahulu. Karena jika menunggu dari sisa gaji baru kemudian menabung, bisanya kan tidak ada sisanya. Usahakan minimal setoran tabungan ini besarnya 10% dari penghasilan, lebih besar lebih baik. 3. Pos pengeluaran premi asuransi: Banyak sekali risiko keuangan yang bisa dialami sebuah keluarga, misalnya risiko kematian, kesehatan, juga kerugian harta benda. Terjadinya risiko‐risiko ini bisa menimbulkan kerugian finansial. Antisipasilah risiko kerugian yang mungkin timbul dengan membeli asuransi, itu pun jika kita cocok dengan perhitungannya. 4. Pos pengeluaran rutin rumahtangga: Telpon, listrik, makanan, pakaian, transportasi, rekreasi adalah prioritas pengeluaran terakhir karena jumlah fleksibel, bisa dikurang atau ditambah sesuai dengan kebutuhan. 3 Kiat Jitu Mengelola Keseimbangan Keuangan 1. Seimbang bagaimana mencari dan mengatur keuangan : Idealnya jadilah orang yang pinter cari uang dan pinter juga mengelolanya keuangan 2. Seimbang kapan waktu harus menyimpan dan kapan waktu harus menggunakan; tidak berlebihan juga tidak terlalu kikir menggunakan. 3. Seimbang antara kapan waktu buat investasi dan menikmati uang ; seimbang antara menikmati hasil usaha dan tetap hati‐hati dalam investasi untuk mendapatkan hasilnya. Jangan sampai gara‐gara semangat investasi, kita kehilangan uang tanpa sempat menikmatinya. Inti dari budgeting adalah agar pengeluaran selalu lebih kecil daripada pemasukan. Sebab jika pengeluaran lebih besar daripada pemasukan, pasti akan terjadi defisit. Akibat defisit ini, maka bisa terjadi ada pengeluaran keluarga yang tidak terbayar. Untuk menutupnya, bisa‐bisa menyebabkan kita berhutang. Selamat mengelola keuangan keluarga. Walloohu ’alam bish‐shawab. 
Download