BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efesien selama periode waktu tertentu (Jogiyanto, 2009). Investasi juga di definisikan oleh beberapa pakar seperti Relly dan Brown (1997) dalam Nurmayanti dan Indrawati (2010) yang menyatakan bahwa investasi adalah “Investment is the current commitment of dollar for a period of time to derive future payment that will compensate the investor for (1) the time the funds commited, (2) the expected rate of inflation, (3) the uncertainty of the future payment”. Sementara itu Halim (2005) mendefinisikan investasi sebagai kegiatan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan akan memperoleh keuntungan dimasa mendatang. Suatu investasi dikatakan menguntungkan (profitable) kalau investasi tersebut bisa membuat pemodal menjadi lebih kaya, dengan kata lain kemakmuran pemodal menjadi lebih besar setelah melakukan investasi (Husnan, 1996). Selanjutnya dengan begitu dapat dikatakan bahwa seseorang melakukan investasi pada dasarnya untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari apa yang di investasikannya saat ini untuk masa mendatang atau jangka panjang. Investasi dengan melakukan penanaman modal melalui pembelian surat berharga dapat 8 dilakukan dipasar modal. Surat berharga yang diperjualbelikan dipasar modal juga beragam berupa obligasi, saham, reksa dana dan lainnya. 2.1.1 Tipe-tipe Investasi Keuangan Menurut Nurmayanti dan Indrawati (2010) tipe investasi keuangan dibagi menjadi dua yaitu: A. Direct Investment (Investasi Langsung) Melalui direct investment mereka yang memiliki dana dapat langsung berinvestasi dengan membeli secara langsung suatu aktiva keuangan dari suatu perusahaan yang dapat dilakukan baik melalui perantara atau berbagai cara lainnya. Direct investment dapat dilakukan dimana saja seperti di pasar uang, pasar modal, pasar turunan, dan dapat pula dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjualbelikan melalui bank komersial seperti tabungan atau sertifikat deposito. Direct investment ini masih dapat dibagi lagi dalam beberapa macam model investasi seperti: 1. Investasi langsung yang tidak dapat diperjualbelikan. Contohnya adalah tabungan dan deposito. 2. Investasi langsung yang dapat diperjualbelikan. Dalam hal ini investasi langsung dibagi lagi berdasarkan tempatnya yaitu: (1) Investasi langsung di pasar uang Aktiva yang dapat diperjualbelikan pada pasar uang meliputi aktiva yang mempunyai risiko gagal yang kecil, jatuh temponya pendek dengan likuiditas yang tinggi. Contohnya T-bill yang digunakan sebagai proksi return bebas risiko dalam penelitian bidang keuangan, 9 dan deposito yang dapat dinegosiasikan atau sertifikat depositonya dapat di jual kembali. (2) Investasi langsung di pasar modal Investasi dipasar modal meliputi investasi jangka panjang dengan aktiva yang dapat diperjualbelikan terdiri dari: i. Surat-surat berharga pendapatan tetap (fixed-income securities) yaitu (1) T-bond (treasury bond) adalah surat berharga yang memiliki jatuh tempo yang panjang, berkisar 10 sampai 30 tahun; (2) federal agency securities adalah surat berharga agen federal yang dikeluarkan oleh pemerintah federal Amerika Serikat untuk tujuan membantu sektor-sektor ekonomi tertentu; (3) municipal bond adalah surat utang (obligasi) yang dikeluarkan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah daerah yang diterbitkan dengan tujuan untuk membantu pembiayaan modal pemerintah seperti pembangunan jalan, rumah sakit bandara dan lain-lain; (4) corporate bond adalah surat utang (obligasi) jangka panjang yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan nilai utang akan dibayarkan kembali pada saat jatuh tempo dengan pembayaran kupon atau tanpa kupon yang sudah ditentukan dikontrak utangnya; (5) convertible bond adalah surat utang (obligasi) yang dapat dikonversikan ke dalam saham. ii. Saham-saham (equity securities). Terdapat dua jenis saham yaitu saham preferen atau istimewa (prefered stock) dan saham biasa (common stock). Menurut Fahmi (2014) saham biasa adalah suatu 10 surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dan RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) serta berhak untuk menentukan membeli right issue (penjualan saham terbatas) atau tidak, yang selanjutnya diakhir tahun akan memperoleh keuntungan dalam bentuk deviden. Sedangkan saham istimewa adalah suatu surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) dimana pemegangnya akan memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk deviden yang biasanya akan diterima disetiap kuartal (tiga bulanan). (3) Investasi langsung di pasar turunan Contoh dari bentuk investasi langsung dipasar turunan seperti: i. Opsi. Opsi dibedakan menjadi 3 jenis berupa (1) put option yaitu memberi hak kepada pemegangnya untuk menjual sejumlah saham perusahaan lain dalam kurun waktu tertentu dengan harga yang sudah di tetapkan; (2) call option yaitu memberi hak kepada pemegangnya untuk membeli sejumlah saham perusahaan lain dalam kurun waktu tertentu dengan harga yang sudah di tetapkan;dan (3) warrant yaitu suatu hak yang diberikan kepada pemegangnya untuk membeli saham dari perusahaan bersangkutan dengan harga tertentu dalam kurun waktu yang sudah ditentukan 11 dengan nilai waran merupakan jabaran (turunan) dari harga saham terkait. ii. Future contract yaitu persetujuan untuk menyediakan komoditas (aktiva) di masa mendatang dengan harga pasar yang sudah di tentukan di muka. Biasanya yang diperdagangkan adalah komoditas hasil bumi. B. Indirect Investment (investasi tidak langsung) Indirect investment atau investasi tidak langsung adalah kegiatan membeli suratsurat berharga dari perusahaan investasi. Yang dimaksud dengan perusahaan investasi adalah perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk di investasikan ke dalam portofolionya. Dalam indirect investment para pembeli cenderung tidak terlibat dalam pengambilan keputusan karena kegiatan penjualan dan pembelian saham atau obligasi di lakukan di pasar modal dengan melalui perantara. 2.1.2 Proses Investasi Adanya proses investasi maka investor dapat terbantu dalam membuat keputusan dengan prosedur yang tepat dalam menentukan dimana investasi akan dilakukan. Dalam Nurmayanti dan Indrawati (2010) dijelaskan bahwa terdapat lima proses atau prosedur dasar dalam proses investasi yang dapat digunakan investor sebelum membuat keputusan, yaitu: 12 1. Kebijakan Investasi Untuk menentukan kebijakan investasi langkah pertama yang dilakukan adalah dengan menentukan tujuan dari investor dan kemampuan atau kekayaan yang dapat diinvestasikan. Hal ini dilakukan karena seorang investor pastinya akan mempertimbangkan risiko dan return yang nantinya akan diterima. Setelah melakukan kedua hal tersebut selanjutnya mengidentifikasi kategori potensial dari aset finansial untuk portofolio dengan di dasarkan pada beberapa hal seperti tujuan investasi, jumlah kekayaan yang akan di investasikan, dan status pajak dari investor. 2. Analisis Sekuritas Analisis sekuritas dilakukan dengan menilai sekuritas secara individual (atau beberapa kelompok sekuritas) yang masuk dalam kategori luas dari aset finansial yang telah di identifikasi sebelumnya. Penilaian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi sekuritas yang salah harga (mispriced). Terdapat dua bentuk pendekatan yang dapat dilakukan untuk analisis sekuritas yaitu: i. Analisis teknis. Analisis yang dilakukan meliputi studi harga pasar saham dalam upaya meramalkan gerakan harga pada masa depan untuk saham perusahaan tertentu. ii. Analisis fundamental. Dalam analisis fundamental nilai instrinsik dari aset finansial harus sama dengan present value dari semua aliran tunai yang di harapkan di terima oleh pemilik aset. Analisis fundamental dilakukan dengan tujuan untuk meramalkan saat dan besarnya aliran 13 tunai dan kemudian mengkonversikannya menjadi nilai sekarang (present value) dengan menggunakan tingkat diskon yang tepat. 3. Pembentukan Portofolio Pembentukan portofolio dilakukan dengan mengidentifikasi aset untuk menentukan aset khusus mana yang akan dijadikan investasi dan menentukan berapa besar bagian dari investasi seorang investor pada setiap aset tersebut. Untuk pembentukan portofolio investor perlu memperhatikan selektivitas, penentuan waktu dan diversifikasi. Selektivitas sendiri merujuk pada analisis sekuritas dan memfokuskan pada peramalan pergerakan harga tiap sekuritas sedangkan penentuan waktu meliputi peramalan pergerakan saham secara umum dan diversifikasi meliputi konstruksi portofolio investor sedemikian rupa sehingga meminimalkan risiko. 4. Revisi Portofolio Revisi portofolio berhubungan dengan pengulangan periodik dari tiga langkah sebelumnya yang disebabkan kemungkinan investor mengubah tujuan dari investasinya sehingga menyebabkan portofolio yang dipegangnya tidak lagi optimal. Revisi portofolio juga terjadi karena berjalannya waktu. Seiring berjalannya waktu biasanya sekuritas yang dimiliki investor sudah tidak menarik lagi sehingga muncul keinginan investor untuk menambah sekuritas yang menarik dalam portofolionya dengan menjual sekuritas yang tidak menarik tersebut dan menggantikannya dengan membeli sekuritas yang saat ini dianggap menarik. 14 5. Evaluasi Kinerja Portofolio Evaluasi dilakukan secara periodik terhadap return yang selama ini diterima dan juga risiko yang dihadapi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan selama ini sudah maksimal atau belum. Apabila belum maksimal maka akan dilakukan perbaikan untuk menghindari kerugian dimasa mendatang. Melalui proses investasi seperti dengan menentukan kebijakan investasi dapat berguna untuk memberikan batasan terhadap jumlah dari investasi yang akan dilakukan. Selanjutnya dengan melakukan analisis terhadap tiap-tiap sekuritas dapat mempermudah dalam membentuk portofolio. Saat portofolio sudah terbentuk maka perlu dilakukan revisi portofolio agar dapat diketahui bagaimana kinerja portofolio yang telah dimiliki dan dapat melakukan evaluasi ulang. 2.2 Pasar Modal Pasar modal adalah jaringan tatanan yang memungkinkan pertukaran klaim jangka panjang, penambahan financial assets (dan hutang) pada saat yang sama, memungkinkan investor untuk mengubah dan menyesuaikan portofolio investasi (melalui pasar sekunder)(Anoraga dan Pakarti, 2008). Pasar modal memang bentuk umum surat berharga yang diperjualbelikan berupa obligasi, saham preferens dan saham biasa. Sehingga dari setiap bentuk tersebut menjelaskan bahwa orang yang memilikinya adalah pemilik modal dalam lembaga atau perusahaan yang mengeluarkannya. Wai dan Patrick dalam sebuah makalah IMF menyebutkan 3 pengertian tentang pasar modal sebagai berikut: (Fahmi, 2014) 15 a. Definisi yang luas Pasar modal adalah kebutuhan sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk bank-bank komersial dan semua perantara dibidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan jangka pendek, primer, dan tidak langsung. b. Definisi dalam arti menengah Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih dari 1 tahun) termasuk saham-saham, obligasi, pinjaman berjangka, hipotek dan tabungan, serta deposito berjangka. c. Definisi dalam arti sempit Pasar modal adalah pasar terorganisasi yang memperdagangkan sahamsaham dan obligasi dengan memakai jasa makelar, komisioner, dan underwriter. Di Indonesia, terdapat beberapa undang-undang yang menjelaskan dan mengatur tentang pasar modal seperti Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 Tertanggal 10 November 1995 tentang pasar modal. Dalam Undang-undang ini dijelaskan bahwa pasar modal adalah segala kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dengan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Di pasar modal, pemerintah juga menyediakan lembaga keuangan bukan bank (LKKB) dan lembaga pembiayaan investasi yang disini berfungsi untuk menjadi penghimpun dana untuk diperjualbelikan. Hal ini juga diatur dalam Keputusan 16 Menteri Keuangan Nomor Kep. 38/MK/IV/1/1972, pada tanggal 18 Januari 1972 dan Kep. 280/KMK.01/1989 pada tanggal 25 Maret 1989 yang menjelaskan bahwa LKBB adalah badan usaha yang melakukan kegiatan dibidang keuangan yang secara langsung maupun tidak langsung menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan surat berharga dan menyalurkannya kepada masyarakat guna membiayai investasi perusahaan. Sedangkan lembaga pembiayaan seperti yang diatur dalam Kepres Nomor 61 Tahun 1988 tanggal 20 Desember 1988 adalah merupakan badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Berdasarkan dari beberapa pengertian pasar modal dapat diartikan sebagai tempat terjadinya transaksi jual-beli yang menggunakan intrumen keuangan sebagai sesuatu yang diperjualbelikan. Pasar modal juga dianggap sebagai suatu tempat yang memungkinkan terpenuhinya kebutuhan dana jangka panjang untuk investasi dalam jangka panjang dala bentuk bangunan, peralatan dan sarana produksi lainnya. 2.2.1 Manfaat Pasar Modal Manfaat yang didapatkan dari pasar modal bermacam-macam tergantung pada pihak mana yang menggunakannya seperti: a. Bagi para emiten. (1) Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar dan dapat sekaligus diterima oleh emiten pada saat pasar perdana. 17 (2) Tidak ada covenant sehingga manajemen dapat lebih bebas (mempunyai keleluasaan) dalam mengelola dana yang diperoleh perusahaan. (3) Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan dan ketergantungan terhadap bank kecil. Jangka waktu penggunaan dana tak terbatas. (4) Cash flow hasil penjualan saham biasanya akan lebih besar daripada harga nominal perusahaan. Emisi saham sangat cocok untuk membiayai perusahaan yang beresiko tinggi. (5) Tidak ada beban finansial yang tetap, profesionalisme manajemen meningkat. b. Bagi para pemodal atau investor. (1) Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham yang mencapai capital gain. (2) Memperoleh deviden bagi mereka yang memiliki atau memegang saham dan bunga tetap atau bunga yang mengambang bagi pemegang obligasi. (3) Mempunyai hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dan mempunyai hal suara dalam Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO). (4) Dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi, misal dari saham A ke saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau mengurangi risiko. (5) Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen yang mempengaruhi risiko. 18 c. Bagi lembaga penunjang. (1) Menuju kearah profesional didalam memberikan palayanan yang sesuai dengan bidang tugas masing-masing. (2) Sebagai pembentuk harga dalam bursa paralel. (3) Semakin memberi variasi kepada jenis lembaga penunjang. (4) Likuiditas efek semakin tinggi. d. Bagi pemerintah. (1) Sebagai sumber pembiayaan badan usaha milik negara sehingga tidak lagi tergantung pada subsidi dari pemerintah. (2) Manajemen badan usaha menjadi lebih baik, manajemen dituntut untuk lebih profesional. (3) Meningkatkan pendapatan dari sektor pajak, penghematan devisa bagi pembiayaan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja. 2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Pasar Modal Menurut Rijayanto (1990) dalam Anoraga (2006) Perkembangan suatu pasar modal dipengaruhi oleh partisipasi yang aktif, baik dari perusahaan yang akan menjual sahamnya (go public) maupun investor serta pihak-pihak lain yang terlibat dalam kegiatan pasar modal. Dengan ini dapat diartikan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan atau transaksi dalam pasar modal seperti partisipasi aktif dari perusahaan yang potensial untuk go public, peran aktif para investor untuk menanamkan dananya dengan membeli surat berharga, dan adanya lembaga-lembaga pasar modal. Dengan adanya faktor tersebut ditambah dengan kualitas yang memadai dan perilaku baik dan rasa 19 tanggung jawab sosial yang besar dapat meningkatkan perkembangan bagi pasar modal. Selain itu, peraturan dan pengawasan terhadap pasar modal juga ikut mempengaruhi perkembangan pasar modal. Dengan adanya peraturan dan pengawasan yang memadai dan efektif maka akan mendorong investor untuk terjun ke dalam pasar modal. 2.3 Risiko 2.3.1 Definisi dan Ukuran Risiko Risiko dapat didefinisikan sebagai probabilitas tidak dicapainya keuntungan yang diharapkan atau expected return dimana kemungkinan return yang diterima menyimpang dari return yang diharapkan (Sartono, 2008). Dalam hal ini semakin besar penyimpangan yang terjadi maka semakin besar pula risiko yang akan diterima. Setiap individu pastinya tidak menyukai adanya risiko sehingga timbullah sifat dimana seorang individu yang mengalami kenaikan dalam tingkat risiko yang akan diterimanya meminta tambahan keuntungan atas hal tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka individu dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu: a. Individu yang menyukai risiko atau risk seeker. Mereka adalah yang senang menghadapi risiko, hal ini dapat ditunjukan saat mereka dihadapkan oleh dua pilihan dimana pilihan tersebut memiliki tingkat keuntungan yang sama namun memiliki tingkat risiko yang berbeda. Bagi para risk seeker mereka akan cenderung memilih investasi pada saham dengan risiko yang lebih besar. Mereka juga biasanya akan meminta tambahan keuntungan yang lebih kecil untuk setiap tambahan risiko yang akan diterima. 20 b. Individu yang tidak menyukai atau menghindari risiko atau risk averter. Mereka yang termasuk dalam risk averter akan lebih senang membuat pilihan pada investasi yang memiliki risiko yang lebih kecil dan dengan tingkat keuntungan yang sama. c. Individu yang bersifat netral terhadap risiko atau risk neutrality. risk neutrality adalah kelompok investor atau individu yang bersikap netral terhadap risiko artinya investor akan meminta kenaikan tingkat keuntungan yang sama untuk setiap tingkat kenaikan risiko. Definisi risiko yang telah diuraian sebelumnya mengartikan bahwa risiko sebagai sebuah kerugian yang akan atau diterima oleh individu atau perusahaan disaat terjadi suatu kesalahan atau penyimpangan. Risiko muncul karena adanya ketidakpastian. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu informasi dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan untuk menghadapi terjadinya risiko tersebut. 2.3.2 Pengukuran Risiko Hanafi (2014) mengatakan bahwa teknik standar deviasi dapat digunakan untuk melihat risiko dalam suatu investasi. Risiko yang diukur dengan standar deviasi dihitung dengan rumus (Hanafi, 2014): π 2 = Σ (Ri – E(R))² Pi ............................................................(2.1) Dimana: Ri = Return yang terjadi E(R) = Return yang diharapkan atau return rata-rata Pi = Probabilitas kejadian 21 Selain itu, dalam menghitung risiko juga dapat menggunakan koefesien variasi (coefficient of variation) yang merupakan hasil dari pembagian standar deviasi dengan return yang diharapkan. 2.3.3 Mengelola Risiko Fahmi (2014) menjelaskan bahwa pada dasarnya risiko itu dapat dikelola dengan empat cara yaitu: a. Memperkecil risiko. Yaitu dengan cara tidak memperbesar setiap keputusan yang mengandung risiko tinggi tetapi membatasinya dan meminimalisirnya agar risiko tersebut tidak bertambah menjadi besar diluar control pihak manajemen perusahaan. b. Mengalihkan risiko. Yaitu dengan cara mengalihkan resiko yang diterima ketempat lain seperti dengan mengansurasikan bisnis yang dijalankan untuk menghindari risiko yang sifatnya tidak diketahui kapan waktu datangnya. c. Mengontrol risiko. Yaitu dengan cara membuat kebijakan guna mengantisipasi timbulnya risiko sebelum risiko tersebut terjadi. d. Pendanaan risiko. Hal ini menyangkut dengan penyediaan sejumlah dana sebagai reserve (cadangan) yang nantinya akan digunakan untuk mengantisipasi timbulnya risiko dikemudian hari. 2.4 Return Menurut Shook dalam Fahmi (2014) return merupakan laba investasi baik melalui bunga ataupun deviden. Dalam berinvestasi terdapat dua bentuk return yang dihasilkan oleh investor pertama pembayaran bunga atau deviden dan kedua 22 berupa keuntungan atau kerugian dari modal yang di investasikan. Return menjelaskan bagaimana investasi yang dilakukan investor dengan harapan dapat memberikan hasil dimasa mendatang sesuai dengan nilai yang ditanamkan. Return menurut Jogiyanto (2003) dapat berupa return realisasi dan return ekspektasi, dimana dijelaskan bahwa return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis sedangkan return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang. Selain return realitas dan return ekspektasi juga terdapat return nominal. Sharpe (1997) menjelaskan bahwa tingkat bunga yang penduduk dapat memperdagangkan uang ‘kini’ untuk uang ‘masa depan’ tergantung ada investasi yang dilakukan dan itu disebut return nominal atau tingkat bunga nominal. Dari pengertian return dapat diartikan sebagai suatu keuntungan yang diterima secara continue oleh investor dalam tingkat tertentu dari investasi yang dilakukannya. 2.4.1 Menghitung Return Realisasi Menghitung return realisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara salah satunya yaitu dengan menggunakan return total. Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dan suatu periode tertentu (Jogiyanto,2003). Return total atau yang sering disebut return menurut Jones terdiri dari dua komponen yaitu (Nurmayanti dan Indrawati, 2010): a. Yield, merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham, yield adalah persentase deviden terhadap harga saham periode sebelumnya sedangkan 23 untuk obligasi yield adalah persentase bunga pinjaman yang diperoleh terhadap harga obligasi periode sebelumnya. b. capital gain (loss), merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Jika harga investasi sekarang (ππ‘ ) lebih tinggi dari harga investasi periode lalu (ππ‘−1 ), ini berarti terjadi keuntungan modal (capital gain). Sebaliknya jika harga investasi sekarang (ππ‘ ) lebih rendah dari harga investasi periode lalu (ππ‘−1 ) disebut capital loss. Perhitungan return dapat dihitung dengan menggunakan rumus-rumus seperti: 1. Return = Capital Gain (loss) + Yield 2. Capital gain atau capital loss = 3. Return = π1 −ππ‘−1 ππ‘−1 4. Return saham = ......................................(2.2) π1 −ππ‘−1 ππ‘−1 .......................................(2.3) + Yield ..............................................................(2.4) π1 −ππ‘−1 ππ‘−1 π·π‘ +π π‘−1 = π1 −ππ‘−1 + π·π‘ ππ‘−1 ..............................(2.5) Keterangan: Return = tingkat pengembalian Capital gain/capital loss = Selisih untung atau rugi dari harga investasi ππ‘ = Harga investasi sekarang ππ‘−1 = Harga investasi tahun sebelumnya π·π‘ = Besarnya deviden periodik perlembarnya 2.5 Portofolio Menurut Hanafi (2014) portofolio adalah kumpulan lebih dari satu aset yang digambarkan suatu misal kita memiliki empat saham maka dapat dikatakan kita memiliki portofolio yang terdiri dari empat saham. Jogiyanto (2003) 24 mengungkapkan bahwa portofolio yang efesien dapat ditentukan dengan memilih tingkat return ekspektasi tertentu kemudian meminimumkan risikonya atau menentukan tingkat risiko yang tertentu dan kemudian memaksimumkan return ekspektasinya. Jones dalam Nurmayanti dan Indrawati (2010) menyatakan bahwa untuk membentuk suatu portofolio meliputi beberapa langkah seperti: a) mengidentifikasi kombinasi return dan risiko dari set aktiva berisiko dengan menggunakan efficient frontier Markowitz. Langkah ini meliputi penentuan return ekspektasi, varian, dan kovarian dari suatu set sekuritas. b) Mempertimbangkan aktiva bebas risiko atas effecient frontier Markowitz. Langkah ini memperkenalkan kemungkinan borrowing dan leading untuk mencapai portofolio optimal dengan aktiva berisiko dan mempunyai pengaruh yang signifikan atas cara berfikir investor mengenai proses investasi. c) Memilih portofolio akhir yang terdiri dari aktiva bebas risiko dan optimal portofolio dari aktiva berisiko berdasarkan preferensi investor. Sunariyah (2006) dalam Rahmasita et.al. (2014) mengartikan portofolio sebagai serangkaian kombinasi beberapa aktiva yang diinvestasi dan dipegang oleh investor, baik perorangan maupun lembaga. Kombinasi yang dimaksudkan berupa kombinasi dari saham-saham yang ada dalam pasar modal karena dalam berinvestasi seorang investor tidak hanya akan memilih satu saham saja melainkan memilih beberapa saham. Melalui diversifikasi saham-saham akan dipilih dengan harapan investor dapat memperoleh return yang maksimal dengan tingkat risiko tertentu. Berdasarkan pengertian yang diungkapkan oleh beberapa pakar, dapat disimpulkan bahwa portofolio adalah saham-saham yang 25 dikumpulkan menjadi satu yang dibagi berdasarkan proporsi tertentu untuk menentukan jumlah investasi yang akan dilakukan untuk tiap-tiap sahamnya sehingga keuntungan yang diperoleh akan maksimal. 2.5.1 Portofolio Pasar Portofolio pasar adalah portofolio semua aset dalam perekonomian yang dalam praktiknya suatu indeks pasar saham yang luas digunakan untuk menggambarkan pasar (Brealey et.al 2008). Portofolio pasar sebenarnya berhubungan dengan semua aset yang ada dalam perekonomian makro seperti saham, obligasi, sekuritas asing, real estate, dan lainnya. Namun, seperti yang dijelaskan dalam pengertiannya portofolio pasar hanya menggunakan indeks pasar saham untuk melakukan analisis. 2.5.2 Portofolio Optimal Menurut Tandelilin (2001) dalam Rahmasita et.al (2014) portofolio optimal merupakan portofolio yang dipilih investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio yang efesien. Jadi dapat dikatakan bahwa portofolio optimal merupakan portofolio yang dianggap paling baik diantara banyaknya portofolio yang membentuk portofolio efesien. Portofolio optimal sudah pasti bagian dari portofolio efesien sedangkan portofolio efesien belum pasti portofolio optimal. Hal ini dikarena portofolio optimal merupakan bagian dari portofolio efesien yang dapat membentuk portofolio sendiri. Penentuan portofolio optimal dapat menggunakan model Markowitz. Dalam pemilihan portofolio optimal biasanya investor akan memilih sesuai dengan 26 keinginannya dengan pertimbangan tertentu. Investor sendiri dalam penentuan portofolio optimal dapat dibedakan menjadi dua. Pertama investor yang menyukai risiko, mereka yang menyukai risiko cenderung akan memilih investasi terhadap portofolio yang memiliki risiko yang tinggi dengan return yang tinggi pula sedangkan yang kedua investor yang tidak menyukai risiko. Investor yang tidak menyukai risiko akan memilih portofolio yang memiliki risiko kecil walaupun return yang diterima juga kecil. 2.5.3 Portofolio Optimal Berdasarkan Model Markowitz Untuk menentukan portofolio optimal investor dapat menggunakan model Markowitz sebagai bahan untuk penentuannya. Model Markowitz yang dikemukan pada tahun 1952 ini didasarkan pada pendekatan mean (rata-rata) dan variance (varian) dimana mean merupakan pengukuran tingkat return dan varian merupakan pengukuran tingkat risiko. Jogiyanto (2003) menjelaskan bahwa dalam model Markowitz terdapat empat buah asumsi-asumsi yang digunakan seperti: a) Waktu yang digunakan hanya satu periode. b) Tidak ada biaya transaksi. c) Preferensi investor hanya didasarkan pada return ekspektasi dan resiko dari portofolio. d) Tidak ada pinjaman dan simpanan bebas resiko. 27 2.6 Beta Jogiyanto (2003) mendefinisikan beta sebagai suatu pengukuran volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Beta dapat berupa beta sekuritas dan beta portofolio. Brealey et.al. (2008) mendefinisikan beta sebagai sensitifitas pengembalian saham terhadap pengembalian portofolio dimana dijelaskan bahwa saham yang agresif memiliki beta yang tinggi dengan angka beta yang lebih besar dari 1,0 yang berarti bahwa pengembalian yang diterima cenderung lebih dari satu berbanding satu terhadap perubahan pengembalian pasar keseluruhan. Beta saham defensif atau yang nilainya kurang dari 1,0 maka dapat diartikan bahwa pengembalian saham ini bervariasi lebih rendah dari satu berbanding satu terhadap pengembaliaan pasar. Beta volatilitas didefinisikan sebagai fluktuasi dari return-return suatu sekuritas atau portofolio dalam suatu periode tertentu. Jika fluktuasi return-return sekuritas suatu portofolio secara stastistik mengikuti fluktuasi dari return-return pasar, maka beta dari sekuritas atau portofolio dikatakan bernilai 1. Karena fluktuasi juga sebagai pengukur dari risiko, maka beta bernilai 1 menunjukan bahwa risiko sistematis suatu sekuritas atau portofolio sama dengan risiko pasar (Jogiyanto, 2009). Sehingga, beta dapat diartikan sebagai suatu model pengukuran yang dapat menunjukan tingkat return sekuritas maupun portofolio yang mampu menunjukan resiko sistematik dari portofolio yang tidak hilang walau dilakukan diversifikasi. 28 2.6.1 Estimasi Beta Untuk menghitung beta suatu sekuritas dapat menggunakan beberapa teknik seperti: (Nurmayanti dan Indrawati, 2010) a) Beta yang di hitung berdasarkan data historis berupa data pasar (return sekuritas dan return pasar) untuk mengestimasi beta masa depan disebut juga dengan beta pasar. b) Beta yang dihitung dengan data akuntansi disebut beta akuntansi. c) Beta yang dihitung dengan data fundamental disebut dengan beta fundamental. Estimasi beta dapat dihutung dengan menggunakan persamaan model market. Model market dapat dihitung dengan melakukan regresi antara return sekuritas yang akan dinilai dengan return indeks pasar. Dengan melakukan regresi maka akan dihasilkan nilai αi dan ßi dimana αi menunjukan ukuran return sekuritas i yang tidak terkait dengan return pasar, sedangkan ßi menunjukan besarnya slope yang mengindikasi peningkatan return ekspektasi pada sekuritas i untuk setiap kenaikan return pasar sebesar 1%. Model market dapat di hitung dengan rumus: π π = πΌπ + π½π π π + ππ .................................................................(2.6) Keterangan: π π = return sekuritas ke-i π π = return indeks pasar πΌπ = intersep π½π = slope ππ = random residual error 29 2.6.2 Beta Akuntansi Beta akuntansi juga digunakan untuk menghitung estimasi beta dimana bila dalam estimasi beta pasar digunakan data return saham dan return pasar maka dalam beta akuntasi yang digunakan data laba akuntasi. Beta akuntansi dapat dihitung dengan cara sama dengan beta pasar dengan mengganti data return dengan data laba akuntansi. Beta akuntansi pertama kali diperkenalkan oleh Brown dan Ball (1969) dengan menggunakan persamaan regresi. Dalam analisisnya mereka menggunakan laba akuntansi bukan tingkat laba akuntasi. Dalam analisisnya tersebut, Brown dan Ball (1969) menggunakan model pasar dan model beta akuntansi untuk menghitung kolerasi beta pasar dan beta beta akuntansi dengan hasil kolerasi ini terlihat bahwa beta akuntansi cukup berhubungan dengan beta pasar. 2.5.3 Beta Fundamental Beta fundamental dikenalkan oleh Beaver, et.al (1970) dengan mengembangkan penelitian sebelumnya milik Brown dan Ball dengan menyajikan perhitungan beta menggunakan variabel fundamental. Terdapat 7 variabel fundamental yang dapat digunakan seperti (Nurmayanti dan Indrawati, 2010): a) Devidend Payout Devidend payout diukur sebagai deviden yang dibayarkan di bagi dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham biasa. Litner (1956) memberikan alasan rasional bahwa perusahaan-perusahaan enggan untuk menurunkan deviden oleh sebab itu mereka cenderung membayar devidend payout lebih kecil agar tidak perlu memotong deviden jika laba yang diperoleh turun. 30 b) Asset Growt Variabel pertumbuhan aktiva (asset growt) didefinisikan sebagai perubahan tingkat pertumbuhan tahunan dari aktiva total. Variabel ini diprediksi mempunyai hubungan positif dengan beta. Hubungan ini tidak didukung oleh teori. c) Leverage Leverage didefinisikan sebagai nilai buku total hutang jangka panjang dibagi dengan total aktiva. Laverage diprediksi mempunyai hubungan positif dengan beta, Bowman (1980) menggunakan nilai pasar untuk total hutang dalam menghitung laverage dan mendapatkan hasil yang tidak berbeda jika digunakan dengan nilai buku. d) Liquidity Likuiditas (liquidity) diukur sebagai current ratio yaitu aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar. Likuiditas diprediksi mempunyai hubungan yang negatif dengan beta, yaitu secara rasional diketahui bahwa semakin likuid perusahaan, semakin kecil risikonya. e) Asset size Variabel ukuran aktiva (asset size) diukur sebagai logaritma dari total aktiva. Variabel ini juga diprediksi mempunyai hubungan yang negatif dengan resiko dan variabel ini juga digunakan untuk mengukur proxy besarnya perusahaan. Hal ini dikuatkan dengan asumsi bahwa perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Asumsi ini lalu dibuktikan oleh Watts 31 dan Zimmerman (1978) melalui penelitiannya yang hasilnya menyatakan bahwa hubungan antara ukuran perusahaan dengan beta adalah negatif. f) Earnings Variability Variabilitas laba (earnings variability) diukur dengan nilai deviasi standar dari PER (price earning ratio) atau rasio P/E (harga saham dibagi dengan laba perusahaan). Variabilitas dari laba dianggap sebagai risiko dari perusahaan, sehingga hubungan antara variabel ini dengan beta adalah positif. g) Accounting Beta Beta akuntansi (accounting beta) diperoleh dari koefesien regresi dengan variabel dependen perubahan laba akuntansi dan variabel independen adalah perubahan indeks laba pasar untuk laba akuntansi portofolio pasar. Karena beta akuntansi dan beta pasar keduannya pengukur risiko yang sama, maka diprediksi keduanya mempunyai hubungan yang positif. 2.6.4 Beta Portofolio Beta sekuritas menunjukan risiko sistematis yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Untuk menghitung beta portofolio maka dapat dilakukan dengan cara: ßπ= π π‘=1 π π . ßπ ..............................................................................(2.7) Keterangan: π½π = Beta Portofolio π½π = Beta individual sekuritas ke-i ππ = proporsi sekuritas ke-i 32 Beta portofolio dari keseluruhan beta dianggap sebagai beta yang lebih akurat dibandingkan dengan yang lainnya, dengan alasan: (Nurmayanti dan Indrawati, 2010) a) Beta individual sekuritas diasumsikan konstan dari waktu ke waktu. Kenyataannya beta individual sekuritas dapat berubah dari waktu ke waktu. Perubahan beta individual sekuritas dapat berupa perubahan naik atau perubahan turun. Beta portofolio akan meniadakan perubahan individual sekuritas dengan perubahan individual sekuritas yang lainnya. Dengan demikian jika diasumsikan beta akan konstan dari waktu ke waktu oleh sebab itu beta portofolio akan lebih tepat dibandingkan dengan beta individual sekuritas. b) Perhitungan beta individual sekuritas juga tidak lepas dari kesalahan. Pengukuran (measurement error) atau kesalahan acak (random error). Pembentukan portofolio akan mengurangi kesalahan acak ini, karena kesalahan acak satu sekuritas mungkin akan ditiadakan oeleh kesalahan acak sekuritas yang lainnya. Dengan demikian beta portofolio juga diharapkan akan lebih tepat dibandingkan dengan beta individual sekurtitas. 2.7 Capital Asset Modal Pricing (CAPM) Definisi CAPM menurut Francis dalam Ahmad (1996) adalah teori penilaian risiko dan keuntungan aset yang didasarkan koefesien beta (indeks risiko yang tidak di diversifikasikan). CAPM merupakan suatu model keseimbangan yang di gunakan untuk mengestimasi return pada suatu sekuritas yang dianggap penting. CAPM dikenalkan pertama kali oleh Sharpe (1964), Lintner (1965), dan Mossin 33 (1969). Menurut Jogiyanto (2003) terdapat beberapa asumsi-asumsi yang digunakan dalam CAPM sebagai berikut: a) Semua investor mempunyai cakrawala waktu satu periode yang sama. Investor memaksimumkan kekayaannya dengan memaksimumkan utiliti harapan dalam satu periode waktu yang sama. b) Semua investor melakukan pengambilan keputusan investasi berdasarkan pertimbangan antara nilai return ekspektasi dan deviasi standar return dari portofolionya. c) Semua investor mempunyai harapan yang seragam (homogeneous expectation) terhadap faktor-faktor input yang digunakan untuk keputusan portofolio. Faktor-faktor input yang digunakan adalah return ekspektasi (expected return), varian dari return dan kovarian antara return-return sekuritas. Asumsi ini mempunyai implikasi bahwa dengan harga-harga sekuritas dan tingkat bunga bebas risiko yang tertentu dan dengan menggunakan input-input portofolio yang sama, maka setiap investor akan menghasilkan efficient frontier yang sama pula. d) Semua investor dapat meminjamkan sejumlah dananya (lending) atau meminjam (borrowing) sejumlah dana dengan jumlah yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga bebas risiko. e) Penjualan pendek (short sale) diijinkan. Investor individual dapat menjual pendek berapapun yang dikehendaki. f) Semua aktiva dapat dipecah-pecah menjadi bagian yang lebih kecil dengan tidak terbatas. Ini berarti bahwa dengan nilai yang terkecilpun investor dapat 34 melakukan investasi dan melakukan transaksi penjualan dan pembelian aktiva setiap saat dengan harga yang berlaku. g) Semua aktiva dapat dipasarkan secara likuid sempurna. Semua aktiva dapat dijual dan dibeli dipasar dengan capat (likuid) dengan harga yang berlaku. h) Tidak ada biaya transaksi. Penjualan atau pembelian aktiva tidak dikenai biaya transaksi. i) Tidak terjadi inflasi. j) Tidak ada pajak pendapatan pribadi. Karena tidak ada pajak pribadi, maka investor mempunyai pilihan yang sama untuk mendapatkan deviden atau capital gain. k) Investor adalah penerima bunga (price-takers). Investor individual tidak dapat mempengaruhi harga dari suatu aktiva dengan kegiatan membeli dan menjual aktiva tersebut. Investor secara keseluruhan bukan secara individual menentukan harga dari aktiva. l) Pasar modal dalam kondisi ekulibrium. Asumsi-asumsi tersebut nantinya akan digunakan untuk membantu agar CAPM dapat mudah dipahami dan diuji. CAPM dapat disimpulkan sebagai suatu model yang dapat menghitung atau memberikan suatu gambaran tetang return dan resiko yang akan diterima disaat suatu investasi dilakukan. Dalam CAPM dijelaskan bahwa untuk menghitungnya kondisi pasar harus ekuilibrium atau dalam kondisi dimana harga-harga aktiva berada di tingkat yang tidak memberikan intensif lagi untuk melakukan perdagangan. Dalam keadaan ekuilibrium berarti semua aktiva berisiko harus berada di portofolio pasar agar portofolio yang ada didalamnya di diversifikasi dengan sempurna. 35 2.7.1 Garis Pasar Modal (Capital Market Line) Kondisi ekuilibrium pasar yang berhubungan dengan return ekspektasi dan resiko akan di gambarkan melalui Capital Market Line (CML). Menurut Jogiyanto (2003) CML adalah garis yang menunjukan semua kemungkinan kombinasi portofolio efesien yang terdiri dari aktiva-aktiva berisiko dan aktiva bebas risiko. CML menunjukan hubungan antara return ekspektasi dengan risiko total dari portofolio yang terbentuk pada saat kondisi pasar yang seimbang. Hal ini diperkuat dengan asumsi bahwa pada saat kondisi pasar seimbang maka semua investor akan memilih untuk berinvestasi pada portofolio pasar karena portofolio pasar merupakan portofolio aset berisiko yang optimal. Saat portofolio pasar hanya berisi aktiva tidak berisiko, maka risikonya akan sama dengan nol (πΏπ = 0) dan return ekspektasinya sama dengan π π , namun jika portofolio terdiri dari semua aktiva yang ada maka risikonya akan dihitung sebesar πΏπ dan return ekspektasinya sebesar E(π π ). Selisih return pasar dan return bebas risiko ini disebut juga dengan premi risiko pasar atau (E(π π ) - π π ). Dengan hal ini maka akan dibentuklah garis yang menunjukan tingkat kemiringan CML atau slope yang menggambarkan harga pasar risiko (market price of risk) untuk portofolio yang efesien atau harga keseimbangan risiko dipasar. Besarnya slope nantinya akan mengidentifikasi bertambahnya return yang disyaratkan pasar untuk setiap 1% kenaikan risiko portofolio. Slope dapat dihitung dengan rumus: Slope = πΈ(π π )− π π πΏπ ....................................................................(2.8) 36 2.6.2 Garis Pasar Sekuritas (Security Market Line) Garis pasar sekuritas adalah garis yang menunjukan tradeoff antara risiko dan return ekspektasi untuk sekuritas individual yang merupakan penggambaran secara grafis dari CAPM (Jogiyanto,2003). Dalam sekuritas individu, tambahan return ekspektasi diakibatkan oleh tambahan risiko sekuritas individual yang diukur dengan beta. Beta digunakan untuk menentukan besarnya tambahan return ekspektasi dalam sekuritas. Beta untuk portofolio pasar bernilai 1, sehingga bila beta lebih kecil atau lebih besar berarti risiko sistematiknya lebih kecil atau lebih besar dari risiko pasar. Untuk CAPM hubungan khusus antara return ekspektasi dan standar deviasi atau risiko total dari sekuritas individu tidak disimpulkan. Maka untuk menghitung return ekspektasi dari sekuritas individu perlu dilakukan analisis terlebih dahulu pengaruh masing-masing kovarian sekuritas untuk mengetahui kontribusi dari masing-masing sekuritas terhadap standar deviasi portofolio pasar. Melalui analisis ini dapat disimpulkan bahwa kovarian sekuritas adalah ukuran risiko sekuritas yang relevan. Selanjutnya kovarian pasar dapat digunakan untuk menghitung return ekspektasi dari suatu sekuritas dengan menggunakan rumus: E(π π ) = π π + π½π [(Eπ π - π π )] .........................................................(2.9) Keterangan: E(π π ) = return ekspektasi sekuritas ke i π π = return bebas risiko π½π = koefesien beta sekuritas ke i πΈ(π π ) = return ekspektasi portofolio pasar 37 2.8 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. 1. Peneliti Judul Imron, 2013 Analisis (Skripsi) Portofolio Optimal dengan Menggunakan CAPM pada Saham Syariah Jakarta Islamic Index (JII) Variabel Return ekspektasi, resiko saham dan pasar, beta sekuritas, return bebas resiko 2. Subandi, Analisis et.al., 2014 Optimalisasi (Jurnal) Portofolio Menggunakan CAPM Pada Saham LQ-45 3. Tama, 2012 Pembentukan (Skripsi) Portofolio Optimal dengan Metode CAPM pada Saham LQ45 Periode september 2009sep Return ekspektasi, resiko saham dan pasar, beta sekuritas, return bebas resiko Return ekspektasi, resiko saham dan pasar, beta sekuritas, return bebas resiko 4. Yusnita, 2011 (Skripsi) Pembentukan Portofolio Optimal dengan Pendekatan CAPM Return ekspektasi, resiko saham dan pasar, beta sekuritas, return bebas resiko Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa portofolio yang dibentuk dengan menggunakan metode CAPM memiliki return ekspektasi sebesar 0,232% dengan tingkat resiko sebesar 1,403% hal ini menunjukan bahwa return ekspektasi yang diprediksi oleh investor lebih kecil daripada resiko yang diterima. Berdasarkan dari analisis yang dilakukan menunjukan bahwa portofolio memiliki return sebesar 4,43% dan resiko 7,64% dengan saham yang membentuk portofolio optimal terdiri dari sahamsaham seperti ADRO, LSIP, AALI, GGRM, dan BBNI. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa portofolio yang dibentuk dengan menggunakan metode CAPM memiliki return ekspektasi sebesar 0,03419% dengan tingkat resiko sebesar 0,0198% yang berarti return ekspektasi lebih besar di bandingkan dengan resiko yang diterima. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap indeks saham LQ-45 dengan 14 saham sebagai sampelnya menunjukan bahwa sahamsaham tersebut banyak yang memiliki nilai negatif dalam membentuk portofolio sehingga investor perlu melakukan short sale guna meminimalisir resiko yang diterima. 38 Penelitian tentang portofolio optimal menggunakan Capital Pricing Asset Model sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa peneliti seperti yang terurai dalam tabel 2.1. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui saham-saham apa saja yang termasuk dalam portofolio optimal dari seluruh saham yang membentuk portofolio efesien dalam indeks saham IDX30. Selanjutnya dengan menggunakan metode CAPM return dan risiko portofolio akan diketahui sehingga investor mendapatkan informasi tentang kondisi investasinya sehingga dapat mengambil keputusan apakah perlu untuk menambah atau mengganti investasi ke saham lain. Penelitian ini juga memberikan informasi tentang besarnya proporsi dari tiap-tiap saham yang membentuk portofolio optimal sehingga dapat diketahui berapa return dan resiko yang diterima dari masing-masing saham. Perbedaan penelitian ini dari penelitian sebelumnya adalah dalam penggunaan indeks saham yang diteliti dan juga periode penelitiannya. 2.9 Kerangka Pemikiran Investasi menjadi sebuah tren hingga saat ini. Melalui investasi investor mengharapkan suatu keuntungan yang nantinya didapat baik dalam waktu dekat atau jangka pendek maupun dimasa mendatang atau jangka panjang. Investasi biasanya banyak dilakukan di pasar modal hal ini disebabkan dalam pasar modal banyak ditawarkan berbagai bentuk investasi yang bisa dipilih oleh investor seperti saham, obligasi, reksadana, right, opsi dan warrant. Dari beberapa bentuk investasi yang ada, banyak investor yang memilih untuk berinvestasi dengan membeli saham. 39 Indeks saham yang terdapat di pasar modal terdiri dari beberapa jenis indeks saham yang bisa menjadi altenatif investor untuk berinvestasi seperti LQ-45, IDX 30, Jakarta Islamic Index (JII), Indeks Srikehati, Indeks Kompas 100, Indeks Saham Syariah, dan lain sebagainya. Salah satu indeks saham yaitu IDX 30 merupakan kumpulan dari saham-saham unggulan yang ada pada indeks LQ-45 yang dapat dikatakan bahwa saham-saham disini merupakan saham-saham yang memiliki nilai yang tinggi. Dari saham-saham tersebut, dapat dijadikan alternatif bagi investor dalam berinvestasi untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Sebelum berinvestasi, investor perlu mengetahui tentang return dan risiko yang akan terjadi nantinya. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena dalam investasi return dan risiko sudah menjadi bagian didalamnya. Return dan risiko sendiri selalu berjalan beriringan dimana saat investor mengharapkan return yang diterimanya tinggi maka itu berarti risiko yang akan ditanggung juga akan meningkat. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan hasil yang maksimal dengan tingkat risiko tertentu perlu dilakukan pendiversifikasian dalam saham yang akan dibeli. Diversifikasi ini dilakukan dengan tujuan untuk memaksimalkan return yang akan diterima pada tingkat risiko tertentu melalui pembentukan portofolio. Dengan adanya portofolio berarti investasi dilakukan bukan hanya terhadap satu saham saja atau sekuritas melainkan beberapa sekuritas sebagai alternatif untuk meminimalisir risiko pada tingkat return tertentu. Dengan pembentukan portofolio risiko pun akan terbagi dibeberapa sekuritas sehingga bila salah satu sekuritas mengalami masalah yang menyebabkan kerugian maka hal itu tidak akan berdampak terhadap sekuritas lainnya karena adanya diversifikasi tadi. 40 Dilakukannya diversifikasi atau pembentukan portofolio investasi diharapkan dapat bekerja semaksimal mungkin oleh karenanya dibutuhkan strategi dalam penentuan portofolio agar dapat membentuk suatu portofolio bukan hanya yang efesien melainnya yang terbentuk adalah portofolio optimal. Terdapat berbagai alternatif yang dapat digunakan untuk menentukan portofolio optimal salah satunya yaitu dengan model keseimbangan yang menggunakan metode Capital Asset Pricing Model (CAPM). Melalui metode ini diharapkan portofolio optimal akan terbentuk sehingga investasi yang dilakukan dapat bekerja secara maksimal. Penggunakan metode CAPM dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang return ekspektasi dan risiko yang akan diterima saat suatu portofolio terbentuk. Hal ini diasumsikan karena CAPM merupakan suatu model yang menjelaskan hubungan return ekspektasi dan risiko dimana tingkat return bebas risiko ditambah dengan risiko premium akan menghasilkan suatu return pada tingkatan tertentu. Maka, dari hasil penjelasan baik latar belakang sebelumnya dibentuklah suatu kerangka yang menggambarkan secara singkat tentang pembentukan portofolio optimal pada gambar 2.1. 41 Investasi Saham di Pasar Modal Return Resiko Strategi Investasi Pembentukan Portofolio CAPM (Capital Asset Pricing Model) Portofolio Optimal Gambar 2.1 Kerangka pemikiran