BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Antar Budaya Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh mereka yang berbeda latar belakang kebudayaan. Proses perhatian komunikasi dan kebudayaan, terletak pada variasi langkah dan cara berkomunikasi yang melintasi komunitas atau kelompok manusia.1 Iri Varnes dan Linda Beamer, mengartikan kebudayaan sebagai pandangan yang koheren tentang sesuatu yang dipelajari, yang atau dipertukarkan oleh sekelempok orang. Pandangan itu berisi apa yang mendasari kehidupan, apa yang menjadi derajat kepentingan, tentang sikap yang tepat terhadap sesuatu, gambaran suatu perilaku yang harus diterima oleh sesama. Ini berarti, kebudayaan merupakan perilaku yang telah tertanam, totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia dan akumulasi dari pengalaman yang disosialisasikan melalui serangkaian proses pembelajaran sosial (social learning).2 Atau menurut Hoebel and Frost melihat kebudayaan sebagai sistem pola perilaku yang merupakan ciri khas dari masyarakat itu ; yang teritegrasikan melalui serangkaian proses pembelajaran, bukan melekat secara genetika pada tiap individu : 1 2 Liliweri, Alo, Makna Budaya Dalam Komunikasi Antarbudaya, Lkis, Yogyakarta, 2002, hal.10 Ibid, hal.8 “Culture as an integrated sistem of learned behavior patterns which are not the result of biologival inheritance; culture is not genetically predeterminated; it is non-instintive.” (“Kebudayaan sebagai suatu sistem yang terintegrasi pada pola pembelajaran perilaku yang bukan inheren melekat secara biologis; kebudayaan bukan disebarkan secara genetik; kebudayaan tidak bersifat instingtif”)3 2.1.1 Bentuk – Bentuk Komunikasi Antarbudaya Bentuk – bentuk komunikasi antarbudaya diantaranya adalah : 1. Komunikasi Antar ras Komunikasi ini terjadi apabila sumber dan penerima berasal dari ras yang berbeda. Ras mengacu pada karakteristik fisik seperti warna kulit, bentuk kepala, bentuk mata, dan tekstur rambut. Kesulitan utama dari komunikasi antarras adalah prasangka rasis, maslah tetrsebut dapat ditemukan pada diri seseorang yang etnosentris. Prasangka yang kuat mengarah pada stereotip dan kecurigaan, dimana keduanya merupakan sebuah prevensi terhadap interaksi yang berarti. Karaktetik lain yang ada pada komunikasi antarras adalah kebudayaan yang dominan menggunakan kekuatannya untuk mengontrol tingkatan dimana grup-grup ras lainnya dapat menjadi bagian di dalamnnya. Namun, pembicaraan mengenai dominasi harus mengindikasikan bahwa besar atau 3 Samovar, larry A. & Porter, Richard E. Communication between Cultures. Belmont. California. Wadsworth Publishing Company. 1991. Hal.50 kecilnya sebuah sub-ras grup tidak dapat menjadi ukuran siapa yang leebih dominan. 2. Komunikasi antar-Etnik Komunikasi antar-etnik mengacu pada generalisasi pada situasi dimana anggota-anggota komunidari minoritas kasi berasal dari ras yang sama tetapi berbeda etnik asal atau latarbelakang. Etnisitas biasanya merupakan hasil dari perbedaan geografi asal dari minoritas sebuah negara atau kebudayaan. 3. Komunikasi Intra-Budaya Komunikasi intra-budaya adalah komunikasi antar-individu yang berasal dari kebudayaan yang sama. Komunikasi intra-budaya termasuk dalam bentuk komunikasi antar anggota-anggota komunikasi antar-ras, etnik subkebudayaan lainnya.4 2.1.2 Elemen – Elemen Dalam Komunikasi Antarbudaya 1. Persepsi Konsep diri yang telah terbangun biasanya mempengaruhi persepsi diri. Bila konsep diri sudah salah, maka persepsi orang terhadap budaya yang berbeda menjadi bias. Menurut Samovar dan Porter, persepsi adalah proses seleksi, evaluasi dan menata rangsangan yang dilakukan oleh individu terhadap dunia luar. Dengan kata lain, persepsi adalah sebuah proses internal dimana kita mengubah energi fisik yang 4 Samovar, Larry A. & Porter, Richard E, Communication between cultures, california, Wadsworth Publishing Company, 1991, hal.70-72 ada di luar diri kita menjadi pengalaman internal yang berarti. Arti yang kita berikan pada dunia luar, apa yang kita katakan pada dunia, dan bagaimana kita berkomunikasi mengenai dunia, dan bagaimana kita menginterpretasikan komunikasi pada orang lain merupakan fungsi dari persepsi kita.5 1. Proses Verbal (Verbal Processes) proses verbal, seperti yang sering kita lakukan, mengacu pada dua aktivitas yang saling berhubungan, yaitu menggunakan simbol. Individu mengerjakan aktivitas ini untuk menunjukan bagaimana seseorang berbicara dengan orang lain. a. Bahasa Verbal (Verbal Language) Seseorang memulai bahasa dengan kepercayaan bahwa tidak dapat memisahkan penggunaan bahasa diri kebudayaan. Bahasa merupakan indra utama, bahasa diorganisasikan, disetujui, merupakan sistem simbol yang dipelajari dan digunakan untuk mempresentasikan pengalamanpengalaman di dalam komunitas kebudayaan geografis. Beberapa orang yang hidup dalam satu daerah geografik yang sama dapat menggunakan bahasa yang berbeda dari budaya lain yang dominan. b. Pola Pemikiran (Patterns of throught) Proses memberikan alasan dan penyelesaian masalah dalam komunitas adalah salah satu komponen budaya utama yang sering mempengaruhi diskusi mengenai kebudayaan. Seringkali kita berpikir, apabila ada seseorang yang berasal dari kebudayaan yang berbeda dan mempunyai 5 Ibid, hal.80 pola pemikiran yang berbeda dari kebudayaannya; dan kita mengasumsikan bahwa semua orang berpikir sama. 2. Proses Nonverbal (nonverbal processes) Penggunaan kata-kata untuk mempresentasikan perasaan dan pemikiranpemikiran merupaka suatu yang universal. Manusia juga dapat menggunakan simbol-simbol nonverbal untuk berbagi informasi. Walaaupun proses penggunaan aktivitas kita merupakan hal yang universal, arti dari kativitas—aktivitas itu seringkali berbeda antarbudaya. Bagaimanapun komunikasi nonverbal merupakan elemen lain yang harus diketahui oleh seseorang apabila seseorang akan berinteraksi dengan orang yang berasal dari kebudayaan lain.6 Isyarat (gestures), gerakan tubuh, postur tubuh, gerakakn kepala, ekspresi wajah, dan kontak mata adalah perilaku-perilaku yang disebut bahasa tubuhyang mengandung makna pesan yang potensial. Diasumsikan bahwa setiap komunitas budaya memiliki cara-cara khas untuk menyampaikan pesan lewat bahasa tubuh namun orang sering keliru menafsirkan bahwa tubuh orang dari budaya berbeda.7 Proses nonverbal dibagi menjadi dua : a. Perilaku nonverbal (nonverbal behaviour) Elemen-elemen nonverbal membantu kita untuk menvisualisaikan pemahaman mengenai antar budaya. Sentuhan merupakan salah satu bentuk dari komunikasi yang menunjukkan bahwa komunikasi nonverbal adalah hasil dari budaya. Bentuk lain adalah kontak mata. Kebudayaan tingkat tinggi akan menghindari kontak mata karena berhubungan dengan 6 Ibid, hal.94 Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif, Suatu Pendekatan Lintasbudaya, Cetakan Pertama, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004, Hal.160 7 penghargaan terhadap seseorang. Beberapa bahasa tubuh yang paling dasar juga berhubungan erat dengan budaya. Kita membuat tanda nol dengan menyatukan jari telunjuk dengan ibu jari yang menandakan ‘semuanya baik-baik saja’ b. Konsep waktu (concept of time) Budaya konsep waktu termasuk didalamnya perilaku mengenai dahulu, sekarang dan masa depan, dan tempat. c. Penempatan (use of space) Jarak, bagaimanapun merupakan salah satu bentuk dari komunikasi; orientasi fisik juga dipengaruhi oleh budaya.8 2.1.3 Karakteristik Budaya Dan Komunikasi Menurut Hebding dan Glick ada tiga karakteristik penting dari kebudayaan, diantaranya :9 1. Kebudayaan itu dipelajari Kebudayaan dapat dipelajari karena interaksi antarmanusia yang ditentukan oleh pengunaan simbol, bahasa verbal, maupun nonverbal. Tradisi budaya, nilai – nilai, kepercayaan, dan standar prilaku diciptakan oleh kreasi manusia dan bukan sekedar diwarisi secara instink, melainkan melalui proses pendidikan dengan cara-cara tertentu menurut kebudyaan. 8 Samovar, Larry A. & Porter, Richard E., Communication Between Cultures. Belmont, California: Wadsworth Publishing Company, 1991, Hal.80-96 9 Hebding, E.Daniel dan Glick Leonard. Introduction to sociology.New york, Mc Graw Hill, 1992, Hal.45 Jika kebudauaan tidak dapat dipelajari maka tak mungkin manusia yang hidup sekarang dapat menciptakan barang-barang, seperti pakaian, makanan, rumah dan alat-alat rumah tangga lainnya. 2. Kebudayaan itu dipertukarkan Istilah diperukarkan merujuk pada kebiasaan individu atau kelompok untuk menunjukan kualitas kelompokbudayanya. Proses pertukaran budaya, terutama budaya material, dilakukan melalui mekanisme ‘belajar budaya’. 3. Kebudayaan tumbuh dan berkembang Setiap kebudayaan terus tumbuh dan berkembang yang ditumbuhkembangkan oleh para pemilik kebudayaannya. Kebudayaan itu cenderung tumbuh, berkembang menjadi luas dan bertambah. 2.2 Pengertian Komunikasi Kata atau istilah “komunikasi” (Bahasa Inggris “communication”) berasal dari Bahasa Latin “communicatus” atau communicatio atau communicare yang berarti “berbagi” atau “menjadi milik bersama”. Dengan demikian, kata komunikasi menurut kamus bahasa mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan. Komunikasi didefinisikan sebagai proses penyampaian pesan dalam bentuk lambang, yang memiliki makna sebagai panduan pikiran serta perasaan berupa ide, informasi, gagasan, harapan, imbauan, kepercayaan baik secara tatap muka maupun secara tidak langsung (melalui media) dengan tujuan mengubah sikap, pandangan dan perilaku10 Deddy Mulyana mengatakan bahwa “komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku”11 Berdasarkan definisi-definisi tentang komunikasi tersebut di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa komunikasi mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut : 1. Komunikasi adalah suatu proses 2. Komunikasi adalah upaya yang disengaja dan mempunyai tujuan 3. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang terlibat 4. Komunikasi bersifat simbolis 5. Komunikasi bersifat transaksional 6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu Dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan atau maksud tertentuu dari suatu individu kepada individu lain baik dengan sengaja atau tidak sengaja dengan menggunakan bahasa verba ataupun non verbal dengan maksud untuk memberi tahu, mengubah sikap, pendapat, perilaku, bahkan untuk saling mempengaruhi satu sama lain. 10 Onong Uchjana Effenfy, Teori, Ilmu dan Filsafat Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003 hal.38 11 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya, 2005 hal.10 2.2.1 Unsur-Unsur Komunikasi Komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan ttetrtentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesann, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau lemen komunikasi.12 1. Sumber Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber serinng disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source, sender, atau encoder. 2. Pesan Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya ditterjemahkan dengan kata massage, content atau informasi. 12 Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008, hal 22-27 3. Media Media adalah alat sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Media terdiri dari media cetak (koran, majalah), media elektronik (TV, radio, Telepon) dan Media internet (emaiil, via aplikasi skype dan yahoo messanger). 4. Penerima Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan untuk dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikasn, atau dalam bahasa Unggris diseebut audience atau receiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak adanya penerima jika tidak ada sumber. Penerima adalah elemen penting dalam pproses komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang sering kali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran. 5. Pengaruh atau efek Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesuadah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau pengetahuan, sikap, dan tindakan seseoran sebagai akibat penerimaan pesan. Setiap unsur komunikasi memiliki peranan penting tersendiri agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Seperti komunikator harus memiliki cukup kredibilitas yang baik agar komunikan dapat menaruh simpati terhadapnya, ketika komunikan sudah menyimpan rasa simpati pada komunikator maka dalam proses penyampaian pesan nya akan berjalan dengan baik. Tidak hanya komunikator, komunikan juga harus mempunyai kemauan dan kemampuan yang cukup untuk dapat mempersepsi pesan yang diberikan oleh komunikator. Pesan yang ingin disampaikan lebih baik jika digambarkan secara singkat, jelas dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh komunikan agar tidak membuat komunikan menjadi bosan. 2.2.2 Tujuan Komunikasi Tujuan komunikasi adalah menciptakan pemahaman bersama atau mengubah persepsi, bahkan perilaku. Pada umumnya tujuan komunikasi antara lain, yaitu : 13 1. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti. Sebagai komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaikbaiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengerti apa yang kita maksud. 2. Memahami orang lain. Kita sebagai komunikator harus mengerti benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkan. 13 H.A.W Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hal.10 3. Supaya gagasan kita dapat diterima orang lain. Merangsang pemikiran pihak penerima untuk memikirkan pesan atau gagasan yang kita sampaikan dengan pendekatan persuasive bukan memaksakan kehendak. 4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu. Menggerakan sesuatu itu dapat bermacam-macam, mungkin berupa kegiatan. Kegiatan yang dimaksud disini adalah kegiatan yang lebih banyak memndorong, namun yang penting harus diingat adalah bagaimana cara baik untuk melakukannya. Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai tujuan. Apapun tujuannya, yang terpenting adalah adanya niat baik dari komunikator dan komunikan. Tanpa adanya niat baik dari keduanya maka cenderung terjadi komunikasi kesalah fahaman, perselisihan bahkan pertengkaran. Jika sudah terjadi hal seperti ini, maka akan dibutuhkan usaha yang lebih keras untuk membangun kembali hubungan yang sudah retak. Bahkan usaha yang dilakukan ini pun teteap dengan melalui komunikasi. Maka dari itu niat baik sangat diperlukan agar penyampaian pesan dapat berlangsung dengan maksimal dan menghasilkan win win solution. 2.2.3 Fungsi Komunikasi Apabila komunikasi dipandang dari arti yang lebih luas, tidak hanya diartikan sebagai pertukaran berita dan pesan tetapi sebagai kegiatan indiviidu atau kelompok mengenai tukar menukar data, fakta, dan ide maka fungsinya dalam setiap sistem sosial adalah : 14 14 Ibid, hal.9 1. Informasi : pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesann opini dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat. 2. Sosialisasi : penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya dak aktif di dalam masyarakat. 3. Motivasi : menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang dikejar. 4. Perdebatan dan diskusi : menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kepentingan bersama ditingkat nasional dan lokal. 5. Pendidikan : pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentuk watak dan pendidikan keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan. 6. Memajukan kebudayaan: penyebaran hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang, membangun imajinasi dan mendorong kreativitas dan kebutuhan estetikanya. 7. Hiburan : penyebarluasan sinyal, simbol, suara dan image dari drama, tari, kesenian, kesusasteraan, musik, olahraga, permainan dan lain-lain untuk rekreasi, kesenangan kelompok dan individu. 8. Integrasi : menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang mereka perlukan agar mereka dapat saling mengenal dan mengerti serta menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain. 2.2.4. Tingkatan Proses Komunikasi Menurut Denis McQuail, tingkatan proses komunikasi terbagi menjadi 6 (enam) tingkatan yaitu :15 1. Komuniksi Intra-pribadi (intrapersonal communication) Proses komunikasi intrapribadi terjadi di dalam diri seseorang, berupa pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem syaraf. Berpikir dan merenung adalah salah satu contohnya. 2. Komunikasi antarpribadi Kegiatan komunikasi ini dilakukan secara langsung antara sesorang dengan orang lainnya. Secara langsung artinya tanpa perantara orang ketiga. 15 Riswandi, Ilmu Komunikasi, Jakarta, Graha Ilmu, 2009, Hal.13 3. Komunikasi kelompok Kegiatan komunikasi ini berlangsung di dalam sebuah kelompok, pada tingkatan ini setiap individu yang terlibat masing-masing berkomunikasi sesuai dengan peran dan kedudukannya dalam kelompok. 4. Komunikasi antar kelompok Komunikasi antar kelompok merupakan komunikasi yang berlangsung antara suatu kelompok dengan kelompok lainnya, pelaku komunikasi yang terlibat boleh jadi hanya dua atau beberapa orang tetapi masing-masing membawa peran dan kedudukannya sebagai wakil dari kelompok/asosiasinya masing-masing. 5. Komunikasi organisasi Kegiatan ini mencakup komunikasi dalam suatu organisasi dan komunikasi antar organisasi. Sifat komunikasi ini lebih formal dibandingkan dengan komunikasi kelompok dan lebih mengutamakan prinsip-prinsip efisiensi dalam melakukan kegiatan komunikasinya. 6. Komunikasi dengan masyarakat luas Komunikasi ini dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui media massa dan langsung atau tanpa media massa. 2.3 Komunikasi Antarpribadi Sebagai makhluk sosial tentunya manusia akan melakukan komunikasi antarpribadi (komunikasi interpersonal) . Dalam komunikasi antarpribadi terjalin relasi individual dengan orang lain. Melalui proses ini individu menyesuaikan dirinya dengan orang lain, saling bertukar pesan atau dengan kata lain komunikasi antarpribadi adalah suatu proses interaksi antara individu dengan individu lainnya yang didalamnya terkandung makna pesan atau gagasan maupun perasaan. Berikut adalah beberapa pengertian tentang komunikasi interpersonal yang dikemukakan oleh para ahli : Komunikasi antarpribadi atau interpersonal communication merupakan suatu proses pertukaran makna;penyampaian dan penerimaan pesan secara timbal balik antara orang-orang yang saling berinteraksi.16 Komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.17 Penyampaian pesan secara langsung disini adalah cara dalam berkomunikasinya, tanpa perantara pihak ketiga, tetapi antara komunikan dan komunikator langsung berinteraksi dengan atau tanpa menggunakan media, contohnya penyampaian pesan secara langsung melalui SMS, handphone, Email, Faximile. Menurut Griffin komunikasi antarpribadi, bersifat mutual, membagi pesan verbal dan nonverbal dengan individu lain, yang bertujuan untuk menciptakan dan memperoleh pemikiran yang sama dalam benak kedua orang tersebut.18 Mengacu pada definisi diatas, maka komunikasi antarpribadi bersifat transaksional. Istilah transaksi mengisyaratkan bahwa pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam keadaan interdependensi atau timbal balik. Dalam 16 Ruben, Brent D, Communication and Human Behavior, 3rd Edition, New Jersey : Prentice Hall, 1992, hal.322-325 17 Hardjana, A.M., Komunikasi intrapersonal dan Interpersonal. Kanisius, jakarta, 2003, Hal. 85 18 Griffin E.M, A First Look At Communication Theory, 5th Edition, New York : McGraw-Hill Companies, 2003, Hal. 53 pendekatan transaksi, semua unsur dalam proses komunikasi saling berhubungan. Persepsi seorang peserta komunikasi atas orang lain, bergantung pada persepsi orang lain tersebut terhadapnya. 2.3.1 Ciri – Ciri Komunikasi Antarpribadi Ciri-ciri komunikasi antarpribadi menurut Reardon diantaranya adalah :19 1. melibatkan komunikasi verbal dan nonverbal 2. tidak bersifat statis atau dinamis 3. terdapat personal feedback atau interaksi 4. melibatkan peraturan intrinsik dan extrinsik 5. merupakan sebuah aktifitas ciri-ciri komunikasi antarpribadi juga disebutkan :20 1. Arus pesan dua arah. Komunikasi antarpribadi menempatkan sumber pesan dan penerima dala posisi yang sejajar, sehingga memicu terjadinya pola penyebaran pesan mengikuti arus dua arah. Artinya komunikator dan komunikan dapat berganti peran secara cepat. Seorang sumber pesan, dapat berubah peran sebagai penerima pesan, begitu pula sebaliknya. Arus pesan secara dua arah ini berlangsung secara berkelanjutan 2. Suasana nonformal. Komunikasi antarpriibadi biasanya berlangsung dalam suasana nonformal. Dengan demikian, apabila komunikasi itu berlangsung 19 Kathleen Reardon, Interpersonal Communication: Where Minds Meet, Belmont, California : Wadsworth Publishing, 1987, Hal.10 20 Suranto, AW, Komunikasi interpersonal, Graha Ilmu, yogyakarta, 2011, hal. 10-12 antara para pejabat di sebuah instansi, maka para pelaku komunikasi itu tidak secara kaku berpegang pada hiarki jabatan dan prosedur birokrrasi, namun lebih memilih pendekatan secara individu yang bersifat pertemanan. Relevan denagn suasana nonformal tersebut, pesan yangg dikomunikasikan biasanya bersifat lisan, bukan tertulis. Disamping itu, forum komunikasi yang dipilih biasanya juga cenderung bersifat nonformal, seperti percakapan intim dan lobby, bukan forum formal seperti rapat. 3. Umpan balik segera. Komunikasi antarpribadi biasanya mempertemukan para pelaku komunikasi secara bertatap muka, maka umpan balik dapat diketahui dengan segera. Seorang komunikator dapat segera memperoleh balik atas pesan yang disampaikan dari komunikan, baik secara verbal maupun nonverbal. 4. Peserta komunikasi berada dalam jarak dekat. Komunikasi antarpribadi merupakan metode komunikasi antar individu yang menuntut agar peserta komunikasi berada dalam jarak dekat, baik jarak dalam arti fisik maupun psikologis. Jarak yang dekat dalam arti fisik, artinya para pelaku saling bertatap muka, berada pada satu lokasi tempat tertentu. Sedangkan jarak yang dekat secara psikologis menunjukan keintiman hubungan antarindividu. 5. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun nonverbal. Untuk meningkatkan keefektifan komunikasi antarpribadi, peserta komunikasi dapat memberdayakan pemanfaatan kekuatan pesan verbal maupun nonverbal secara simultan. Peserta komunikasi berupaya saling meyakinkan, dengan mengoptimalkan penggunaan pesan verbal dan nonverbal secara bersamaan, saling mengisi, saling memperkuat sesuai tujuan komunikasi. 2.3.2 Tahap – Tahap Dalam Komunikasi Antarpribadi Tahap-tahap dalam komunikasi antar pribadi atau hubungan antar pribadi menggambarkan bagaimana suatu hubungan dapat berlangsung. Tetapi, tidak berarti setiap hubungan harus berlangsung sesuai dengan tahap-tahap ini. Lama dalam tiap tahapan akan berdeba-beda; tidak ada ukuran satuan waktu yang pasti untuk setiap tahap tersebu. Secara teknis setiap tahap berikut senantiasa memiliki dua jenis fase berupa initial phase & final phase. Tahap-tahap tersebut meliputi : 1. Contact Pada tahap kontak, penampilan fisik merupakan hal yang pertama kali dilihat oleh seseorang terhadap orang lain. Melalui perilaku verbal dan nonverbal kita dapat menilai seseorang tersebut. a. perceptual contact pada fase ini kita dapat melihat, mendengar dan mungkin membaui seseorang. Dari sini kita mendapatkan gambaran fisik seperti jenis kelamin, kisaran umur, kisaran berat badan, kisaran tinggi badan dan sebagainya. b. interaktional contact pada fase ini, kontak lebih bersifat antarpribadi, kita bertukar informasi dasar yang merujuk pada hubungan yang lebih akrab. Disini kita memulai interaksi dan memulai berkomunikasi. 2. Involvement Pada Tahap involvement, rasa untuk membangun suatu hubungan terbentuk. Disini kita mempunyai pengalaman dan mencoba untuk mempelajari informasi yang lebih mengenai seseorang. a. Testing phase Pada tahap initial dalam sebuah hubungan, kita melakukan sedikit evaluasi. Kita ingin melihat bahwa penilaian kita terhadap seseorang tersebut dalah benar. Dalam proses berhubungan, khususnya pada tahap involvement dan awal dari intimacy, kita mencoba unntuk memberikan test pasangan kita; kita ingin melihat bagaimana pasangan kita melihat hubungan ini. b. Intesifying phase Pada fase ini sudah memasuki dimana kita akan menanyakan beberapa informasi yang lebih penting dan dalam mengenai hidup seseorang dan intensitas interaksi semakin ditingkatkan. Strategi yang biasanya kita pakai adalah :21 (Baxter dan Wilmot, 1984, Bell dan Buerkel-Rothfuss 1990, dalam Devito, 2001) : a. Directness Kita bertanya pada pasangan kita apa yang ia rasakan mengenai hubungan ini atau kita sendiri melakukan pendekatan-pendekatan dan menilai apakah pendekatan-pendekatan yang kita lakukan juga dilakukan oleh pasangan kita. b. Endurance Kita melakukan hal-hal yang negatif didepan pasangan kita, dengan asumsi apabila pasangan kita menerima tingkah laku yang negatif tersebut maka pasangan kita juga menganggap hubungan ini serius. c. Indirect suggestion Sebagai contoh, kita memebrikan pertanyaan-pertanyaan mengenai masa depan kita dengan pasangan kita, atau melakukan sentuhan-sentuhan yang intim yang menunjukan bahwa kita serius dalam hubungan ini. Respon yang serupa dari pasanggan kita merupakan suatu indikasi baha pasangan kita juga serius di salam hubungan yang sedang dibangun. d. Public presentation Pada strategi ini, sebagai contoh, kita memperkenalkan pasangan kita kepada orang tua, keluarga, dan teman-teman dekat sebagai “kekasih” dan menilai bagaimana pasangan kita bereaksi. 21 Devito, Joseph A., The Interpesonal Communication Book, Longman, New York, 2001, Hal. 256 e. Separation Kita melakukan pemisahan fisik dan menilai bagaimamna pasangan kita bereaksi. Apabila pasangan kita menelpon atau memberi kabar, kita akann mengetahui apakah pasangan kita tertarik untuk membangun hubungan. f. Third party Kita melibatkan pihak ke-tiga, bisa dari teman atau keluarga untuk menanyakan kepada pasangan kita apakah ia tertarik untuk membangun suatu hubungan. g. Triangle Kita berpura-pura bahwa ada seseorang lain yang tertarik pada pasangan kita, dan mengatakannya pada pasangan kita, dan kita melihat reaksi pasangan kita terhadap apa yang kita katakan mengenai orang lain tersebut, maka pasangan kita ingin membangun hubungan dengan kita. 3. Intimacy Hubungan yang intim adalah hubungan antara dua individiu yang memiliki kebebasan dalam mengekpresikan tingkah laku dan perasaan secara terbuka, keinginan untuk saling memberi dan menerima dukungan, kepercayaan satu sama lain, kontak fisik, dan perasaan nyaman satu sama lain. Selain itu, hubungan yang intim berarti terdapat interaksi intim yang bisa terjadi berulang. 22 Seseorang yang terlibat dalam hubungan intim berarti membutuhkan pengalaman untuk dimengerti dan dinilai positif oleh orang lain yang menjadi pasangannya. Keintiman (intimacy) dalam suatu hubungan interpersonal ditandai 22 Prager K.J., The psycology of Intimicy, New York: Guildford Press, 1995, Hal. 87 pula dengan adanya kedalam emosional antar individu; dalam hal ini antara lakilaki dan perempuan pasangannya dalam berhubungan tersebut.23 Pada tahap intimacy, kita mempunyai komitmen yang lebih jauh pada diri sendiri dan membangun hubungan ini sebagai sahabat, teman atau kekasih kita. Kita juga berbagai jaringan sosial dan budaya yang berbeda.24 (Gao dan Gudykunst 1995, dalam DeVito 2001). Pada tahap intimacy dibagi menjadi dua, yaitu : a. interpersonal commitment dua orang yang saling berkomitmen satu sama lain dengan cara yangg lebih privat. b. social bonding komitmen yang dibuatt dipublikasikan kepada publik, contohnya kepada keluarga dan teman-teman, kemungkinan kepada publik yang lebih luas. Ketika tahap intimacy berkaitan dengan hubungan seumur hidup, kita menghadapi kegelisahan-kegelisahan. Tiga tipe kegelisahan pada suatu hubungan diantaranya :25 (Zimmer 1986 dalam DeVito 2001) a. security anxiety kegelisahan ini menunjuk pada kekhawatiran bahwa pasangan kita akan meninggalkan kita demi orang lain atau secara sexual tidak setia. 23 Fisher and Adams, 1994, Hal.393 Devito, Joseph A., The Interpesonal Communication Book, Longman, New York, 2001, Hal.257 25 Ibid, Hal.257 24 b. fulfillment anxiety kegelisahan ini menunjuk pada kekhawatiran bahwa kita tidak dapat membina hubungan yang dekat, hangat dan spesial atau kita tidak dapat membina hubungan dengan seimbang. c. excitement anxiety kegelisahan ini menunjuk kepada kita akan merasa bosan dengan rutinitas yang mungkin akan muncul atau merasa ikatan pada hubungan ini akan membatasi kebebasan. 4. Deterioration Tahap ini dikarakteristikan sebagai pembanguna batas pada hubungan antar teman atauu kekasih. a. Intrapersonal dissatification Tahap ini adalah tahap pertaman dari deterioration dimana kita mulai merasakan ketidakpuasan yang bersifat personal melalui interaksi yang intensif dan mulai memandang masa depan dengan pasangan kita secara negatif. Jika ketidakpuasan ini berkembang, maka kita akan menuju pada tahap yang kedua. b. Interpersonal deterioration Interpersonal deterioration adalah tahap kedua, dimana kita menarik diri semakin jauh. Kita tidak lagi berbagi waktu senggang. Pada saat bersama dengan pasangan kita, terjadi kesunyian, lebih sedikit berdekatan, mengurangi kontak fisik dan penyelesaian konflik akan lebih sulit dilakukan. pengurangan dan Ketika suatu hubungan mulai memburuk, unsur keluasan dan kelaman (yang meninhkat pada hubungan yang menjadi lebih intim) akan membalikkan dirinyasebuah prose dari depenatration, yang dapat diartiakn sebagai reversal hypotesis (hipotesa pembalikan). Penyebab deterioration dapat dikategorikan sebagai berikut : 1. Unrealistic beliefs about relationships, berkaitan bagaiamana kita memandang suatu hubungan. 2. Excessive intymacy claims, terkadang hubungan yang terlalu dekat atau intim, labih condong pada sifat posesif akan mengganggu suatu hubungan itu sendiri, karena dianggap mmengekang masing-masing individu yang saling berhubungan. 3. Third-party relationships, dimana salah satu individu berusaha mencari kepuasan dalamm berhubungan dengan orang lain. 4. Relationship changes, perubahan perilaku individu terhadap pasangannya dapat menjadi penyebab deterioration. 5. Undefined expectations, pembagian tugas atau siapa yang lebih dapat diiandalkan dapat menjadi penyebab deterioration, karena harapan yan ditanamkan ternyata tidak sesuai dengan keadaan atau kenyataan. 6. Sex-related proobblems, apabila salah satu dari pasangan tidak dapat memenuhi gairah seks. 7. Work-related problems, kesibukan dari pasangan, yang menyita banyak waktu dan tenaga. Contohnya, seorang suami merasa terbengkalai karena istrinya sibuk bekerja. 8. Financial difficulties, bagaimana mengatur keungan disalam rumah tangga dapat menjadi pencetus konflik.26 Pada tahap pengrusakan atau peregangan hubungan, masalah-masalah perbedaan budaya dan perbedaan nila-nilai yang dianut oleh masing-masing pasangan dalam hubungan antarpribadi, dikategorikan ke dalam dimensi perbedaan kebudayaan, hambatan dalam komunikasi antarbudaya dan rintangan dalam pemahaman antarbudaya. 5. Repair Tahap repair atau perbaikan merupakan pilihan. Beberapa pasangan yang saling berhubungan dapat berhenti sebentar dan mencoba untuk memperbaiki hubungan dan tanpa berhenti berfikir untuk berpikir langsung menuju pemutusan hubungan. a. Intrapersonal repair Tahap ini adalah tahap pertama dari repair, kita menganalisa apa yang salah dan memikirkan penyelesaian permasalahan pada hubungan kita. Kita anak berpikir untuk merubah kebiasaan atau perilaku kita atau mengubah pengharapan pada pasangan kita. Kita juga akan mengevaluasi penghargaan (apa yang kita dapat) dari hubungan sekarang dan apa yang kita dapat apabila hubungan ini berakhir. Kita akan mendiskusikan penyelesaian masalah ini dengan pasangan kita pada tahap interpersonal repair. 26 Ibid, Hal.272-2276 b. Interpersonal repair Kita mendiskusikan penyelesaian masalah dengan pasangan kita, seperti, masalah apa yang sedang terjadi, apa yang harus diubah, atau bahkan apa yang akan dilakukan dan apa yang pasangan kita akan lakukan. Pada tahap ini kita bernegosiasi sebuah perjanjian baru dan perilaku yang baru. Kita dan pasangan kita dapat mencoba memperbaiki hubungan kit dengan cara kita sendiri, atau dengan mencari nasehat dari teman-teman, keluarga atau seorang profesional. 6. Dissolution Pada tahap ini, ikatan pada sebuah hubungan telah putus. a. pada walnya memisahkan diri sendiri dari pasangan yang disebut interpersonal separation. Jikalau pada tahap ini, perpisahan merupakan hal yang sangat diterima dan hubungan baik dapat diperbaiki, kita memasuki tahap pemutusan hubungan berikutnya. b. Social or public separation Jika hbungan pasangan ini merupakan hubungan pernikahan, maka akan ditandai dengan perceraian, dan mulai mendefinisikan diri masing-masing sebagai lajang. 2.3.3 Tujuan Komunikasi Antarpribadi Menurut DeVito tujuan komunikasi antarpribadi diantaranya :27 1. Untuk belajar diri sendiri tentang orang lain, bahkan tentang dunia. Melalui kegiatan komunikasi antarpribadi dengan seseorang kita bisa mengetahui bagaimana pendapat dia tentang kita, sehingga kita pun menjadi tahu seperti apa diri kita. Semakin banyak kita berkomunikasi dengan orang lain, semakin banyak mengenal orang dan juga semakin mengenal diri kita sendiri. Semakin banyak mengenal orang lain maka semakin banyak pengetahuan kita tentang lingkungan di sekitar kita bahkan tentang dunia. 2. Untuk berhubungan dengan orang lain dan untuk membantu suatu ikatan (relationship). Melalui komunikasi antarpribadi kita dapat berkenalan dengan seseorang dan komunikasi antarpribadi yang intensif dan efektif dapat menciptakan suatu ikatan batin yang erat. 3. Mempengaruhi sikap dan perilaku orang lain Dalam hal ini kegiatan komunikasi ditujukan untuk mempengaruhi dan membujuk agar orang lain memiliki sikap, pendapat atau perilaku yang sesuai dengan tujuan kita. 4. Untuk hiburan dan menenangkan diri sendiri. Banyak komunikasi antarpribadi yang kita lakukan yang sepertinya tidak memiliki tujuan yang jelas, hanya mengontrol kesana-kemari, untuk 27 Joseph A. Devito, Interpersonal Communication Book, Hunter College of the City University Of New York, 2005, Hal.15 sekedar melepas kelelahan setelah seharian bekerja, atau hanya untuk mengisi waktu ketika menunggu giliran di dalam antrian. 5. Untuk membantu orang lain Hal ini terjadi ketika kita berkonsultasi dengan dokter, psikolog atau pengacara atau bahkan mendengarkan teman yang mengeluhkan sesuatu (curahan hati). Proses komunikasi yang demikian merupakan bentuk komunikasi antarpribadi yang bertujuan untuk menolong orang lain untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapinya. Dilihat dari beberapa tujuan komunikasi antarpribadi diatas dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya komunikasi antarpribadi dalam kehidupan kita. Komunikasi antarpribadi berperan untuk saling mengubah dan mengembangkan. Melalui interaksi yang terjadi dalam komunikasi, pihak yang terlibat dapat saling memberi inspirasi, semangat dan dorongan untuk mengubah pemikiran, perasaan dan sikap yang sesuai dengan topik yang dibahas. 2.3.4 Proses Komunikasi Antarpribadi Proses komunikasi ialah langkah-langkah yang menggambarkan terjadinya kegiatan komunikasi. Memang dalam kenyataannya, kita tidak pernah berpikir terlalu detail mengenai proses komunikasi. Hal ini disebabkan, kegiatan komunikasi sudah terjadi secara ruti dalam hidup sehari-hari, sehingga kita tidak lagi merasa perlu menyusun langkah-langkah tertentu secara sengaja ketika akan berkomunikasi. Secara sederhana proses komunikasi digambarkan sebagai proses yang menghubungkan pengirim dengan penerima pesan. Proses tersebut terdiri dari enam langkah yaitu :28 1. Keinginan berkomunikasi Seorang komunikator mempunyai keinginan untuk berbagi gagasan dengan orang lain. 2. Encoding dengan komunikator Encoding merupakan tindakan memformulasikan isi pikiran atau gagasan ke dalam simbol-simbol, kata-kata, dan sebagainya sehingga komunikator merasa yakin dengan pesan yang disusun dan cara penyampaiannya. 3. Pengiriman pesan Untuk mengirim pesan kepada orang lain yang dikehendaki, komunikator memilih saluran komunikasii seperti telefon, SMS, email, surat ataupun secara tatap muka. Pilihan atas saluran yang akan digunakan tersebut bergantung pada karakteristik pesan, lokasi penerima, media yang tersedia, kebutuhan tentang kecepatan penyampaian pesan, karakteristik komunikan. 4. Penerimaan pesan Pesan yang dikirim oleh komunikator telah diterima oleh komunikan. 5. Decoding oleh komunikaan Decoding merupakan kegiatan internal dalam diri penerima. Melalui indera, penerima mendapatkan macam-macam data dalam bentuk “mentah”, berupa kata-kata dan simbool-simbol yang harus diubah ke 28 Suranto, AW, Komunikasi Interpersonal, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2001, Hal. 10-12 dalam pengalaman-pengalamann yang mengandung makna. Dengan demikian, decoding adalah proses memahami pesan. Apabila semua berjalan lancar, komunikasii tersebut menterjemahkan pesan yang diterima oleh komunikator dengan benar, memberi arti yang sama padda simbolsimbol sebagaimana yang diharapkan oleh komunikator. 6. Umpan balik Setelah menerima pesan dan memahaminya, komunikan memberikan respon atau umpan balik. Dengan umpan balik ini, seorang komunikator dapat mengevaluasi efektivitas komunikasi. Umpan balik ini biasanya juga merupakan awal dimulainya suatu siklus proses komunikasi baru, sehingga proses komunikasi berlangsung secara berkelanjutan. Dalam menyampaikan pesan, komunikator harus mempertimbangkan beberapa faktor agar pesan yang disampaikan dapat tepat sasaran dan tepat tujuan seperti bagaimana latar belakang komunikan, tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin dan lain sebagainya. Penggunaan bahasa yang tepat juga mempengaruhi komunikan dalam mencerna pesan yang disampaikan. Komunikator juga perlu mempertimbangkan faktor gangguan internal (kurang pendengaran, kondisi fisik yang sedang sakit sehingga tidak mampu konsentrasi untuk menyimak, ketidaksimpatikan komunikan terhadap komunikator, dan lainnya) serta gangguan eksternal (tempat yang bising, sinyal yang tidak bagus, dan lain-lain). 2.3.5 Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Menurut DeVito seperti yang dikutip kembali oleh Suranto AW, ada lima sikap positif yang perlu diertimbangkan ketikaa seseorang merencanakan komunikasi antarpribadi diantaranya :29 1. Keterbukaan (openess) Keterbukaan ialah sikap dapat menerima masukan dari orang lain, serta berkenan menyampaikan informasi penting kepada orang lain. Hal ini tidak lah berarti bahwa orang dengan segera menceritakan riwayat hidupnya, tetapi rela membuka diri ketika orang lain menginginkan informasi yang diketahuinya. Dengan kata lain, keterbukaan ialah kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan dari informasi ini tidak bertentangan dengan asas kepatutan. Sikap keterbukaan ditandai adanya kejujuran dalam merespon segala stimuli komunikasi. Tidak berkata bohong dan tidak menyembunyikan informasi yang sebenarnya. Dalam proses komunikasi antarpribadi, keterbukaan menjadi salah satu sikap yang positif. Hal ini disebabkan, dengan keterbukaan, maka komunikasi antarpribadi akan berlangsung secara adil, tranparan, dua arah, dan dapat diterima oleh semua pihak yang berkomunikasi. 2. Empati (empathy) Empati ialah kemampuan seseorang untuk merasakan ketika menjadi orang lain, dapat memahami sesuatu yang sedang dialami orang lain, dapat 29 Suranto, AW, Komunikasi Interpersonal, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2001, Hal. 82-84 merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan dapat memahami sesuatu persoalan dari sudut pandang orang lain, melalui kacamata orang lain. Orang yang berempati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka. Sebagai contoh, ketika mahasiswa kelas karyawan datang telat ke kampus, dosen yang berempati tidak akan langsung semena-mena pada mahasiswa itu, seperti tidak boleh masuk jam mata kuliahnya, karena dosen yang berempati akan memposisikan dirinya sebagai mahasiswa itu, yang harus masuk kuliah setelah pulang kerja. Dengan demikian empati akan menjadi filter agar tidak mudah menyalahkan orang lain. Namun, kita dibiasakan untuk dapat memahami esensi setiap keadaan tidak semata-mata berdasarkan sudut pandang orang lain. Hakikat empati adalah usaha masing-masing pihak untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain, serta dapat memahami pendapat, sikap, dan perilaku orang lain. 3. Sikap mendukung (supportiveness) Hubungan antarpribadi yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap saling mendukung. Artinya, masing-masing pihak yang berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung terselenggaranya interaksi secara terbuka. Oleh karena itu respon yang relevan adalah respon yang bersifat spontan dan lugas, bukan respon bertahan dan berkelit. Pemaparan gagasan bersifat deskriptif naratif, bukan bersifat evaluative. Sedagkan pola pengambilam keputusan bersifat akomodatif, bukan intervensi yang disebabkan rasa percaya diri yang berlebihan. 4. Sikap posittif (positiveness) Sikap positif ditunjukan dalam bentuk sikap dan perilaku. Dalam bentuk sikap, maksudnya adalah bahwa pihak-pihak yang terlibat dallam komunikasi antarpribadi harus memiliki perasaan dan pikiran positif bukan prasangka dan curiga. Dalam bentuk perilaku, artinya bahwa tindakan yang dipilih adalah yang relevan dengan tujuan komunikasi antarpribadi yaitu secara nyata melakukan aktifitas untuk teerjalinnya kerjasama. Misalnya, secara nyata membantu lawan komunikasi untuk memahami pesan komunikasi, yaitu kita memberikan penjelasan yang memadai sesuai dengan karakteristik mereka. Sikap positif dapat ditunjukan dengan berbagai macam perilaku dan sikap, antar lain menghargai orang lain, berpikir positif terhadap orang lain, tidak mencurigai secara berlebihan, meyakini pentingnya orang lain, memberikan pujian dan penghargaan, komitmen menjalin kerjasama. 5. Kesetaraan (equality) Kesetaraan adalah pengakuan bahwa kedua belah pihak memiliki kepentingan, kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan saling memerlukan. Mem alamiah ketika dua orang berkomunikasi secara antarpribadi, tidak pernah tercapai suatu situsasi yang menunjukkan kesetaraan atau kesamaan secara utuh di antara keduanya. Pastilah salah satu dari mereka ada yang lebih, baik itu lebih kaya, lebih pintar, lebih muda, lebih berpengalaman dan sebagainya. Namun kesetaraan yang dimaksud disini adalah berupa pengakuan atau kesadaran, serta kerelaan untuk menempatkan diri setara (tidak ada yang superior ataupun inferior) dengan partner komunikasi. Dengan demikian dapat diartikan bahwa indikator kesetaraan meliputi menempatkan diri setara dengan orang lain, menyadari akan adanya kepentingan yang berbeda, mengakui pentingnya kehadiran orang lain, tidak memaksakan kehendak, komunikasi dua arah, saling memerlukan, dan suasana akrab dan nyaman. 2.4.Konflik dan Negosiasi Konflik Mengacu kepada disagreement, perselisihan. Dalam hubungan yaitu antarpribadi, pertentangan atau konflik merupakan pertentangan di antara individu-indiviidu yang saling berhubungan, dimana setiap posisi seseorang akan mempengaruhi orang atau pihk lainnya. Konflik antarpribadi dapat terjadi pada hubungan yang akrab atau dekat (misalnya pada pasangan suami-isteri, sahabat dll) maupun pada hubungan yang formal (pada dosen-mahasiswa, bos-karyawan, dll).30 Bentuk konflik menurut DeVito, mencakup : content, conflict, yaitu konflik yang disebabkan objek, individu atau peristiwa yang merupakan pihak luar, dan relational conflict, yaitu konflik yang terjadi dalam hubungan (bersifat mendalam, meluas, dan mempribadi). Efek yang ditimbulkan konflik mempunyai sisi negatif dan positif. 1. Sisi Negatif 1) Menyakiti orang lain 2) Menutup diri dengan orang lain 30 Devito, Joseph A., The Interpesonal Communication Book, Longman, New York, 2001, Hal. 313 3) Menciptakan halangan pada hubungan intim. Karena keinginan untuk berhubungan secara intim lebih kuat, maka terkadang individu menemukan pasangan lain yang membuat konflik menjadi lebih besar bahkan dapat menyebabkan hubungan tersebut rusak atau putus.31 2. Sisi Positif 1) Memaksa individu-individu yang berkonflik untuk menilai permasalahan dan berusaha untuk mencari solusi 2) Dalam konflik, setiap individu dapat mengutarakan apa yang diinginkan dan mungkin akakn mendapatkannya 3) Pada saat seseorang berusaha menyelesaikan konflik dalam hubungan interpersonal, seseorang tersebut merasa bahwa hubungan tersebut dapat dipertahankan sedangkan kalau tidak, seseorang tersebut akan menghindari penyelesaian konflik. Menghindari konflik seringkali mengindikasikan perhatian, komitmen, dan untuk melindungi dan menjaga hubungan tersebut.32 Ada enam masalah utama yang menjadi penyebab konflik pada setiap pasangan : 1. Masalah hubungan intim yang berupa ketertarikan dan sex 2. Masalah siapa yang lebih dominan atau lebih memiliki, tidak memiliki persamaan derajat dalam hubungan, teman, dan waktu senggang 31 32 Ibid, Hal.313 Ibid, Hal.314 3. Masalah-masalah pribadi seperti seseorang berkeberatan jikalau pasangannya minum minuman beralkohol atau merokok, masalah cara berpakaian, dan cara mengemuudi 4. Masalah jarak personal 5. Masalah yang berkaitan dengan isu sosial seperti perhatian pada politik atau sosial, masalah pada orang tua, dan nilai-nilai pribadi 6. Masalah ketidakpercayaan seperti kekasih sebelumnya dan berbohong Penelitian lain menemukan empat masalah utama yang menjadi penyebab konflik diantaranya : 1. Ketidakjelasan dalam berkomitmen 2. Kecemburuan 3. Ekspektasi yang berlebihan 4. Perbedaan kepribadian 2.4.1. Kebudayaan dan Konflik Masalah yang menyebabkan konflik selalu tergantung pada kebudayaan konteks tinggi atau kebudayaan konteks rendah. Pada kebudayaan konteks tinggi, konflik lebih mudah muncul apabila menyinggung masalah norma dan nilai yang dianut sebuah kelompok. Di lain pihak, pada kebudayaan konteks rendah, konflik lebih mudah muncul pada individu.33 ( Ting-Toomey 1985, dalam DeVito 2001) Kebudayaan juga membedakan bagaimana mengartikan dan mengevaluasi strategi konflik dan beberapa kebudayaan juga sangat berbeda dalam melihat 33 Ibid, hal. 316 pelecehan fisik dan psikologis. Contoh, kita mengetahui dari penelitian-penelitian terdahulu, bahwa kekerasan pada perempuan tergolong peristiwa yang biasa di India, Taiwan, dan Iran di Amerika Srikat dan di beberapa negara lainnya, kekerasan semacam ini tidak dapat ditolerir. (Counts, Brown, and Campbell 1992, dalam DeVito, 2001).34 Perbedaan kebudayaan juga memandang teknik manajemen konflik secara berbeda. Berteriak dan memaki biasa terjadi di dalam konflik. Namun beberapa kebudayaan mengekspresikan kemarahan dengan diam. Seberapa lama seseorang diam, menunjukan tingkat kemarahannya. Didasari perbedaan-perbedaan adat istiadat, kebiasaan dan bahasa dari setiap suku, etnis di indonesia akan memunculkan banyak kendala dalam berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Sebagai bangsa yang kaya akan budaya, budaya di Indonesia dapat di kategorikan kedalam kebudayaan high-context (konteks budaya tinggi) dan kebudayaan low-context (konteks budaya rendah). Berikut ini beberapa hal tentang budaya konteks tinggi dan budaya konteks rendah dilihat dari beberapa segi, diantaranya : 1. Identifikasi kelompok budaya Kategori masyarakat konteks budaya tinggi adalah suatu golongan masyarakat yang memiliki suatu tingkat kompleksitas nilai dan budaya tinggi. Hal ini dapat dilihat dari rumitnya hubungan antar anggota di dalamnya sebab masing-masing anggota itu berlaku nilai budaya dan pranata yang menjadi ciri khas konteks masyarakat tersebut. Sebaliknya 34 Ibid, Hal. 316 kategori masyarakat dengan konteks budaya rendah lebih memiliki kebebasan dalam berhubungan antar anggotanya. Nilai-nilai yang berlaku pada konteks budaya rendah tidak serumit pada masyarakat konteks budaya tinggi. Bila melihat dari defiinisi kedua kelompok budaya tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat jawa pesisiran cenderung tergolong dalam masyarakat dengan konteks budaya rendah. Sikap ekspresif mereka dapat menjadi sebuah bukti yang kuat dalam hal ini. Sikap ekspresif menunjukkan adanya kebebasan dalam berpendapat antar anggotanya. Hal ini tidak dimiliki oleh masyarakat jawa kratonan. Pada masyarakat jawa kratonan, berlaku suatu pranata dalam hubungan antar anggotanya, misalnya adanya tingkatan bahasa dalam pergaulan dari ngoko hingga krama inggil yang harus dapat diaplikasikan pada kehidupan dan interaksi dengan orang lain. Jawa kratonan juga sangat menjunjung tinggi tingkatan sosial. Seorang yang memiliki status sosial lebih tinggi harus lebih dihormati, dan sikap yang digunakan dalam berhubunganpun akan berbeda dengan bila berhubungan dengan orang yang status sosialnya lebih rendah, oleh karena kompleksitas nilai yang dimiliki masyarakat jawa kratonan, maka kelompok ini tergolong dalam masyarakat dengan konteks budaya tinggi. 2. Perbedaan Nilai, Sikap dan Pranata Komunikasi Masyarakat konteks budaya tinggi dan mesyarakat konteks budaya rendah memiliki perbedaan-perbedaan nilai, sikap dan pranata komunikasi. Nilai yang dianut masyarakat berkonteks tinggi masih sangat menjaga tradisitradisi mereka, dan perubahan yang terjadi sangat lamban, berbeda dengan yang terjadi pada masyarakat berkonteks budaya rendah. Mereka tidak terlalu menjaga budaya dan membuka diri pada modernisasi, sehingga perubahan yang terjadi sangat cepat. Contoh yang terjadi pada masyarakat jawa kratonan sebagai masyarakat berkonteks budaya tinggi adalah masih dijunjungnya budaya-budaya tradisi mereka dan mereka masih menjaga hampir seluruh peninggalan nenek moyang. Perubahan yang terjadi hanya mampu mengakibatkan perbauran budaya tanpa meninggalkan budaya asli mereka. Sementara pada masyarakat jawa pesisiran, mereka membuka diri pada modernisasi. Sebagai bukti, masuknya agama Islam menghilangkan kebudayaan asli mereka. Perpaduan budaya yang terjadi lebih banyak unsur Islamnya daripada unsur tradisi nenek moyang mereka. Dalam hal sikap, masyarakat dengan konteks budaya tinggi tidak begitu ekspresif, dan masyarakat dari golongan ini menjunjung sikap kolektifis, contohnya pada masyarakat jawa kratonan, mereka masih bersikap ewuhpekiwuh maksudnya mereka masih merasa sungkan untuk bersikap secara langsung, akibatnya sering tidak ada ketegasan antar masyarakatnya dan terkesan lembek. Masyarakat ini juga masih membudayakan kerjasama dan dialog antar masyarakat dalam setiap hubungan yang terjadi. Sedangkan masyarakat berkonteks budaya rendah jauh lebih terbuka dalam bersikap, spontan, ekspresif, dan lebih banyak melakukan aksi dan emosi daripada sekedar kata-kata. Contoh nyata dalam kehidupan masyarakat jawa pesisiran adalah bahasa-bahasa yang mereka pakai. Seringkali terdengar kasar, tapi itu adalah ungkapan kejujuran mereka dalam bersikap, dan mengeluarkan perasaan mereka. Pranata komunikasi antara kedua konteks budaya juga berbeda. Pada masyarakat berkonteks budaya tinggi, ada tingkatan penghormatan dalam berkomunikasi untuk masing-masing anggota masyarakatnya, misalnya dalam budaya jawa kratonan, ada peraturan adat untuk menggunakan bahasa jawa krama kepada orang yang lebih tua atau yang memiliki strata sosial lebih tinggi, dan menggunakan bahasa ngoko untuk orang yang lebih muda atau yang berstrata sosial lebih rendah. Hal ini tidak terjadi pada masyarakat berkonteks budaya rendah, mereka bebas untuk berbahasa dan menyampaikan pendapat tanpa harus melakukan unggahungguh yang rumit. Misalnya dalam masyarakat jawa pesisiran, mereka bebas berkomunikasi kepada siapapun meskipun terdengar kurang sopan bagi masyarakat berkonteks budaya tinggi. 3. Faktor keberagaman Penghambat Komunikasi Antar Pribadi Beda Budaya Banyak faktor keberagaman antara kedua kelompok masyarakat ini, tetapi ada beberapa faktor-faktor keberagaman yang memiliki potensi untuk menjadi penghambat komunikasi antar pribadi. Beberapa faktor tersebut antara lain: faktor religi, elemen kebudayaan, dan etnisitas. Faktor-faktor tersebut dapat menjadi potensi penghalang komunikasi sebab mereka bersinggungan secara langsung dalam setiap hubungan komunikasi antar pribadi dengan cara memengaruhi cara penyampaian pesan seseorang dari suatu kelompok tertentu. Misalnya seseorang beragama Islam akan memiliki cara pandang dan cara penyampaian pesan yang khas dan unik dari agama yang dia anut, begitu pula pada penganut agama-agaman lainnya. Bila perbedaan cara pandang ini tidak disikapi dengan baik maka akan menimbulkan noise yang menjadi penghambat komunikasi di antara mereka. Dalam kasus hubungan antar pribadi antara komunitas jawa kratonan dengan komunitas jawa pesisiran, terdapat faktor keberagaman religi. Memang kedua komunitas ini memiliki agama mayoritas yang sama, yaitu Islam. Tetapi Islam di komunitas jawa pesisir tidak sama dengan jawa kratonan. Komunitas Jawa pesisir menganut islam secara keseluruhan, dan mereka mendasari islam itu dari aspek-aspek Syariah (hukum) Islam. Sedangkan masyarakat jawa kratonan memang menganut islam, tetapi mereka masih mempercayai adat-adat nenek moyang mereka, seperti mantra-mantra dan kepercayaan animisme-dinamisme. Perbedaan kepercayaan inilah yang memisahkan kedua kelompok masyarakat ini. Perbedaan cara pandang islam di antara mereka dapat memicu persaingan yang tidak sehat, salah satu pihak dapat menyatakan lebih baik dari pihak yang lain dan sebaliknya. Perbedaaan elemen kebudayaan juga menjadi sebuah faktor penghalang. Meskipun mereka berakar dari satu budaya yang sama, yaitu budaya jawa, tetapi kedua komunitas ini memiliki cara pandang yang berbeda tentang budaya ini. Jawa kratonan yang menganut konteks budaya tinggi sangat menjunjung tinggi penghormatan dan etika bergaul dengan masing-masing anggota komunitasnya, sebaliknya jawa pesisiran lebih longgar dalam etika berhubungan, mereka jauh lebih bebas dalam berekspresi dan berbicara, tanpa terikat oleh nilai-nilai etika jawa yang rumit. Bila kedua komunitas ini bertemu, dapat muncul gangguan dan hambatan komunikasi karena masalah ini. Islam jawa merasa harus saling menghormati, tetapi jawa pesisiran merasa hak mereka untuk berekspresi secara lugas dan spontan. Sebenarnya hal ini dapat teratasi seandainya mereka mau beradaptasi satu sama lain. Yang terakhir adalah faktor etnisitas. Karena letaknya yang berada di pesisir pulau jawa, masyarakat pesisir memiliki berbagai campuran etnis selain etnis jawa, terutama dari etnis cina dan arab. Adanya perpaduan etnis inilah yang menyebabkan masyarakat jawa pesisir lebih terbuka pada modernisasi dan cenderung meninggalkan budaya tradisional mereka. Sementara masyarakat jawa kratonan masih asli beranggotakan etnis jawa. Perbedaan etnis yang menimbulkan perbedaan budaya ini juga berpotensi untuk menjadi penghambat komunikasi yang efektif. Dari beberapa uraian diatas dapat kita ambil contoh yang termasuk kebudayaan konteks tinggi adalah suku Jawa dan suku Sunda, sedangkan yang termasuk dalam kebudayaan konteks rendah adalah suku Padang dan Batak. Orang Jawa cenderung bicara berbelit-belit dan tidak langsung pada pokok pembicaraan sedangkan orang Batak cenderung berbicara secara tegas dan langsung pada pokok masalah. 2.4.2. Power dalam Komunikasi Antarpribadi Prinsip-prinsip power : 1. Ada orang-orang tertentu yang lebih berkuasa (powerful) daripada yang lainnya (pada konteks fisik atau sosiopsikologis tertentu) 2. Ada orang-orang tertentu yang lebih machiavellian daripada yang lainnya. Machiavellian adalah individu yang memiliki kemampuan teknis atau taktik untuk mengontrol orang lain (untuk memanipulasi atau memperdayai orang lain) 3. Intensitas power dapat dikurangi atau diminimalkan maupun diperkuat atau dimaksimalkan dengan latihan tertentu 4. Power mengikuti prinsip kepentingan yang paling sedikit. Orang yang paling besar kekuasaannya adalah orang yang punya kepentingan paling sedikit dan paling tidak tergantung terhadap reward maupun punishment yang dikendalikan oleh orang lain dalam hubungan itu. Semakin besar kebutuhan seseorang dalam hubungan, maka ia semakin tidak punya power (powerless) dan orang yang paling besar mempunyai power (powerful), merupakan orang yang paling mudah memutuskan atau mengakhiri satu hubungan. 5. Power memiliki dimensi kultural 6. Ada kecenderungan bahwa power digunakan secara tidak adil (unfair) seperti sexual harassment dan power plays.