Perubahan masyarakat didefinisikan sebagai perubahan sosial

advertisement
CIRI-CIRI PENDEKATAN SOSIOLOGI DAN SEJARAH
DALAM MENGKAJI HUKUM ISLAM
Oleh: Drs. H. Ajub Ishak, M.A.1
ABSTRAK
Perubahan masyarakat didefinisikan sebagai perubahan sosial termasuk
didalamnya perubahan budaya, struktur sosial, dan perilaku sosial dalam
jangka waktu tertentu. Pendekatan sosiologi dan sejarah umumnya mengkaji
tentang pengaruh struktur dan perubahan masyarakat terhadap pemahaman
ajaran agama atau konsep keagamaan. Pendekatan sosiologi dan sejarah
merupakan pendekatan yang sering dilakukan dalam memahami agama. Karena
banyak kajian agama termasuk hukum Islam, yang baru dapat dipahami secara
proporsional dan tepat apabila menggunakan bantuan dari ilmu sosiologi dan
sejarah. Besarnya perhatian agama dan hukum Islam terhadap masalah sosial
dan peristiwa yang terjadi di masa lampau, sehingga mendorong umatnya
untuk memahami ilmu-ilmu sosial dan sejarah. Sosiologi adalah suatu
pendekatan yang mengambarkan tentang keadaan masyarakat lengkap dengan
struktur dan gejala sosial lainnya yang saling berkaitan. Ciri-ciri pendekatan
sosiologi dalam studi agama termasuk hukum dan hukum Islam adalah;
bersumber pada dalil-dalil al-Quran dan hadis sebagai sumber normatif, adanya
hukum yang dihasilkan dari dalil-dalil tersebut, dan terjadinya perubahan sosial
di kalangan masyarakat seiring dengan perubahan zaman. Sedangkan dengan
pendekatan sejarah seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya
berkenaan dengan suatu peristiwa. Ciri-ciri pendekatan sejarah adalah;
kodifikasi aturan hukum, penerapan hukum terhadap peristiwa hukum yang
terjadi, perubahan yang terjadi karena perubahan masyarakatnya, dan umat
yang mengikuti aturan dalam kodifikasi tersebut di masa lampau.
Kata kunci: pendekatan, sosiologi, sejarah dan hukum Islam
A. PENDAHULUAN
Islam telah dikaji dan dipahami secara menyeluruh serta terbuka di
Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini. Para cendekiawan muslim
1
H. Ajub Ishak, lahir di Suwawa Kabupaten Bone Bolango, tanggal 13
Desember 1970. Salah seorang staf pengajar pada Jurusan/Program Studi Ahwal
Syakhshiyah Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Sultan Amai Gorontalo. Sekarang ini sementara menyelesaikan penulisan
Disertasi dengan judul “Pemberdayaan Wakaf di Provinsi Gorontalo”, pada
Konsentrasi Syariah/Hukum Islam, Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar.
63
Al-Mizan Vol. 9 No. 1 Juni 2013
tidak hanya mengenal Islam dalam bidang hukum atau fikih2 saja,
melainkan juga mengenal pemikiran dalam bidang lainnya, seperti teologi
dan filsafat Islam. Keterbukaan dan keutuhan memahami Islam dari
berbagai bidang ini menyadarkan umat Islam tentang adanya pemikiran
keislaman yang telah digali dan dikembangkan oleh pemikir muslim
terdahulu. Keutuhan pemahaman Islam ini, juga mengingatkan umat Islam
tentang adanya hubungan antara satu bidang ilmu keislaman dengan
lainnya.3 Bidang ilmu keislaman lain tersebut diantaranya adalah ilmu
sosiologi dan sejarah.
Hukum Islam tidak terpengaruh oleh ruang dan waktu. Hanya
interpretasi dan pengalaman umat Islam yang berubah, sesuai dengan
perubahan kondisi sosial dan lingkungan serta kemajuan zaman. Hukum
Islam menerima interpretasi, sejauh tidak bertentangan dengan maksud dan
tujuan syara’.4 Secara sosiologis diakui bahwa masyarakat mengalami
perubahan dan pergeseran. Perubahan suatu masyarakat dapat memengaruhi
pola pikir dan tata nilai yang ada pada masyarakat tersebut. Semakin maju
cara berpikir suatu masyarakat, maka akan semakin terbuka untuk
menerima kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bagi umat Islam, kenyataan ini dapat menimbulkan masalah,
terutama bila dihubungkan dengan norma-norma agama. Akibatnya,
pemecahan atas masalah tersebut diperlukan, sehingga syariat Islam dapat
dibuktikan tidak bertentangan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Lebih dari itu dapat diyakini bahwa syariat Islam sesuai untuk
setiap masyarakat.5 Untuk memecahkan masalah tersebut diperlukan
pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Fakta menunjukkan, bahwa ternyata ada bagian dari Islam yang
merupakan produk sejarah. Oleh karena itu diperlukan pemahaman yang
proporsional tentang Islam dan hukum Islam. Karena hukum Islam
2
Penelitian dalam bidang fikih mencakup penelitian tentang norma bukan
secara teoritis dan pelaksanaannya secara praktis di tengah masyarakat. Beberapa
pengalaman empirik selama meneliti fikih yang berorientasi pada norma hukum
secara teoritis dengan tidak menghubungkannya kepada penerapannya di tengah
masyarakat waktu itu. Lihat Amir Syarifuddin, Meretas Kebekuan Ijtihad: Isu-isu
Penting Hukum Islam Kontemporer di Indonesia (Cet. II; Ciputat: Ciputat Press,
2005), h. 93.
3
Fathurrahman Djamil, Metode Ijtihad Tarjih Muhammadiyah (Cet. 1;
Jakarta: Logos Publising House, 1995), h. xvii.
4
Badri Khaeruman, Hukum Islam dalam Perubahan Sosial (Cet. 1;
Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 23.
5
Fathurrahman Djamil, op. cit., h. 1.
64
Ciri-Ciri Pendekatan Sosiologi dan Sejarah
ISSN: 1907-0985
merupakan hasil kerja para ahli fikih terdahulu. Dalam memecahkan
problem hukum yang muncul dalam masyarakat, secara metodologis dan
pendekatan yang tepat, mampu menyelesaikan tanpa kehilangan semangat
dari pesan Islam sebagai hukum Ilahi, dalam memandang setiap perubahan
sosial yang terjadi.6 Gambaran tentang kemampuan syariat Islam menjawab
segala persoalan modern dapat dilakukan dengan mengemukakan beberapa
prinsip syariat Islam tentang tatanan hidup secara vertikal antara manusia
dengan Tuhannya, dan secara horizontal antara sesama manusia.
Masyarakat pada umumnya mengalami perubahan, baik dalam
tatanan sosial, budaya, ekonomi dan hukum termasuk hukum Islam.
Menurut Soerjono Soekanto sosiologi hukum adalah suatu cabang ilmu
pengetahuan yang secara analitis dan empiris mempelajari hubungan timbal
balik antara hukum dengan gejala-gejala sosial lainnya.7 Maksudnya sejauh
mana hukum itu memengaruhi tingkah laku sosial dan pengaruh tingkah
laku sosial terhadap pembentukan hukum.
Bila pendekatan ini diterapkan dalam kajian hukum Islam, maka
tinjauan hukum Islam secara sosiologis dapat dilihat pada pengaruh hukum
Islam pada perubahan masyarakat muslim, dan sebaliknya pengaruh
masyarakat muslim terhadap perkembangan hukum Islam.8
Dengan demikian, jika ditinjau secara sosiologi hukum dapat
dikatakan bahwa dalam Islampun terdapat sosiologi hukum, yang dikenal
dengan istilah sosiologi hukum Islam. Di samping itu, faktor sejarah juga
memiliki peran penting untuk mengkaji hukum Islam. Karena, hal ini
merupakan fakta bahwa fikih telah memberi landasan sosiologis dan sejarah
bagi berkembangnya hukum Islam. Landasan sosiologi dan sejarah inilah
yang menjadi acuan dalam menganalisis sejumlah persoalan hukum Islam.
Dengan demikian, pendekatan sosiologi dan sejarah perlu dipelajari secara
lebih mendalam, terutama ciri-cirinya dalam mengkaji hukum Islam.
B.
Pentingnya Pendekatan dalam Studi Agama
Islam dapat dipelajari dengan berbagai pendekatan, misalnya
pendekatan ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi dan antropologi, juga dapat
dipelajari dengan pendekatan humaniora seperti sejarah, filsafat, dan ilmu
bahasa. Dalam studi agama dengan wilayah telaah yang ditunjukkan pada
6
Ahmad Rofiq, Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia (Cet. I;
Yogyakarta: Gama Media, 2001), h. 98-99.
7
Sudirman Tebba, Sosiologi Hukum Islam (Cet. 1; Yogyakarta: UII Press,
2003), h.1. Lihat pula Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum (Cet. VI; Jakarta: Sinar
Grafika, 2010), h. 24-27.
8
Ibid, h. ix.
H. Ajub Ishak
65
Al-Mizan Vol. 9 No. 1 Juni 2013
fenomena kehidupan beragama manusia pada umumnya, biasanya didekati9
lewat berbagai disiplin keilmuan yang bersifat historis-empiris (bukan
doktrinal-normatif). Maka ilmu-ilmu agama adalah Sejarah Agama (History
of Religion), Sosiologi Agama (Sociology of Religion), Psikologi Agama
(Psychology of Religion), dan Antropologi Agama (Anthropology of
Religion).10 Di antara pendekatan tersebut di atas, pendekatan yang banyak
dilakukan adalah pendekatan sejarah dan sosiologi, karena yang menjadi
objeknya adalah perisitiwa yang terjadi masa lampau dan hubungannya
dengan masyarakat.
Hubungan antara sesama pemeluk Islam dalam mengamalkan ajaran
agamanya, dan hubungan antara pemeluk Islam dengan pemeluk agama
lainnya adalah gejala sosial. Ini berarti bahwa studi keislaman dapat melihat
Islam sebagai gejala sosial, dan metode yang digunakan adalah metodemetode penelitian ilmu-ilmu sosial.11 Jadi pendekatan yang dilakukan
adalah pendekatan sosial atau yang disebut dengan sosiologis.
Melalui pendekatan sosiologis, agama akan dapat dipahami dengan
mudah, karena agama diturunkan untuk kepentingan sosial. Studi Islam
dengan pendekatan sosiologi dapat mengambil beberapa tema:12
1. Studi tentang pengaruh agama terhadap masyarakat. Perubahan
masyarakat biasanya didefinisikan sebagai perubahan sosial termasuk
didalamnya perubahan pola-pola budaya, struktur sosial, dan perilaku
sosial dalam jangka waktu tertentu.
2. Studi tentang pengaruh struktur dan perubahan masyarakat terhadap
pemahaman ajaran agama atau konsep keagamaan.
3. Studi tentang tingkat pengamalan beragama masyarakat.
4. Studi pola sosial masyarakat muslim.
5. Studi tentang gerakan gerakan masyarakat yang membawa paham yang
dapat melemahkan atau menunjang kehidupan beragama.
9
Ciri khas pendekatan ini yang membedakan ilmu agama-agama dari
model studi agama yang telah ada berabad-abad sebelumnya, yakni model telaah
atau studi Teologis yang bersifat doktrinal-normatif terhadap agama tertentu. Dan
ciri itu pulalah yang membedakan Ilmu agama-agama ini dari telaah filsafat agama.
Lihat Amin Abdullah, “Relevansi Studi Agama-Agama dalam Milenium Ketiga,”
dalam Amin Abdullah, dkk., Mencari Islam: Studi Islam dengan Berbagai
Pendekatan (Cet. I; Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2000), h. 1.
10
Ibid.
11
M. Atho’ Mudzhar, “Pendekatan Sosiologi dalam Studi Hukum Islam.”
Amin Abdullah, dkk., Mencari Islam: Studi Islam dengan Berbagai
Pendekatan (Cet. I; Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2000), h. 29-30.
12
Ibid, h. 30-33
Dalam
66
Ciri-Ciri Pendekatan Sosiologi dan Sejarah
ISSN: 1907-0985
Dengan demikian pendekatan sosiologis dan sejarah, merupakan
pendekatan dalam studi agama termasuk didalamnya pembentukan hukum
dan penerapannya kepada masyarakat sebagai objek hukum.
C.
Ciri-ciri Pendekatan Sosiologi dan Sejarah
Membicarakan fakta sosiologis umat Islam dan keislamannya di
Indonesia tidak lepas dari analisis kontroversial seorang sarjana Barat, yang
bernama Clifford Geertz, yang meneliti sejarah sosial umat Islam di
Indonesia dengan teori dikotominya yang terkenal, yaitu “Islam Santri,
Islam Abangan, dan Islam Priyayi”. Teori Geertz yang cukup tendensius
tersebut, yang menyatakan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia telah
terpengaruh unsur-unsur mistik Persia dan India.13 Dengan demikian
pendekatan sosiologi dan sejarah berperan penting dalam sebuah kajian
keilmuan yang pernah dilakukan, dengan ciri-cirinya masing-masing.
1. Sosiologi
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mengambarkan tentang keadaan
masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta berbagai gejala sosial
lainnya yang saling berkaitan. Dengan ilmu itu, suatu fenomena sosial dapat
dianalisa dengan faktor-faktor yang mendorong terjadinya hubungan,
mobilitas sosial serta keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya
proses tersebut.14 Dengan ilmu sosiologi dapat dilihat gejala sosial yang ada
di masyarakat dengan fenomena sosial yang timbul seiring dengan
perkembangan masyarakat, yang saling memengaruhi.
Ruang lingkup sosiologi hukum juga menjelaskan tentang pengaruh
pola budaya masyarakat tertentu dan tingkah laku sosial terhadap pemikiran
dan perubahan hukum. Max Weber mengatakan bahwa perubahanperubahan hukum adalah sesuai dengan perubahan yang terjadi pada sistem
sosial dari masyarakat yang mendukung sistem hukum yang bersangkutan.15
Perubahan hukum dan sistem sosial masyarakat terdapat pengaruh timbal
balik antara keduanya.
Sosiologi hukum membahas pengaruh timbal balik antara
perubahan hukum dan masyarakat. Perubahan hukum dapat memengaruhi
perubahan masyarakat, dan sebaliknya perubahan masyarakat dapat
13
Dedi Ismatullah, Sejarah Sosial Hukum Islam (Cet. I; Bandung: Pustaka
Setia, 2011), h. 361.
14
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Cet. III; Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1999), h. 39.
15
Sudirman Tebba, op. cit., h. 4.
H. Ajub Ishak
67
Al-Mizan Vol. 9 No. 1 Juni 2013
menyebabkan terjadinya perubahan hukum.16 Pengaruh timbal balik antara
hukum dan masyarakat merupakan fakta yang sering menjadi objek
penelitian dengan pendekatan yang tepat.
Dalam Islam, budaya dan perubahan sosial sangat jelas pengaruhnya
terhadap pemikiran hukum. Perbedaan budaya dan perubahan sosial yang
terjadi di daerah-daerah yang dikuasai oleh umat Islam di awal abad ke-2
sampai pertengahan abad ke-4 H, merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya perbedaan-perbedaan pendapat di kalangan ulama
fikih tentang masalah hukum, yang akhirnya menyebabkan terbentuknya
aliran-aliran hukum dalam Islam.17
Hukum Islam (fikih, syariah) tidak saja berfungsi sebagai hukum,
tetapi juga berfungsi sebagai nilai-nilai normatif. Secara teoritis berkaitan
dengan segenap aspek kehidupan, dan merupakan satu-satunya pranata
(institusi) sosial dalam Islam yang dapat memberikan legitimasi terhadap
perubahan-perubahan yang dikehendaki dalam penyelarasan antara ajaran
Islam dan dinamika sosial.18 Ketetapan hukum dapat berubah seiring
dengan perubahan sosial, dalam hal ini taraf kehidupan ekonomi masyarakat
yang makin berkembang saat itu.
Jalaluddin Rahmat dalam bukunya Islam Alternatif sebagaimana
dikutip oleh Abuddin Nata, telah menunjukkan betapa besarnya perhatian
agama dalam masalah sosial, dengan mengajukan lima alasan sebagai
berikut:19
a. Dalam al-Quran dan hadis, proporsi terbesar berkenaan dengan urusan
muamalah.
b. Penekanan masalah muamalah (sosial) dalam Islam karena adanya
kenyataan, bahwa bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan
urusan muamalah yang sangat penting, maka ibadah boleh diperpendek
atau ditangguhkan (tentu bukan ditinggalkan), melainkan dengan tetap
dikerjakan sebagaimana mestinya.
c. Ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih
besar daripada ibadah yang bersifat perorangan.
d. Dalam Islam terdapat ketentuan, bila urusan ibadah dilakukan tidak
sempurna atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka
tebusannya ialah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah
sosial.
16
Soerjono Soekanto, Pengantar Sosiologi Hukum (Jakarta: Bhratara
Karya Aksara, 1977), h. 17. Dikutip dalam Sudierman Tebba, op. cit., h. ix.
17
Sudirman Tebba, op. cit., h. 4.
18
Ibid, h. 1-2.
19
Abuddin Nata, op. cit., h. 40-41
68
Ciri-Ciri Pendekatan Sosiologi dan Sejarah
ISSN: 1907-0985
e. Dalam Islam terdapat ajaran bahwa amal baik dalam bidang
kemasyarakatan mendapat ganjaran lebih besar daripada ibadah sunah.
Dengan demikian ciri-ciri pendekatan sosiologi dalam studi agama
termasuk hukum dan hukum Islam adalah:
a. Bersumber pada dalil-dalil al-Quran dan hadis sebagai sumber normatif.
b. Adanya hukum yang dihasilkan dari dalil-dalil tersebut dengan
mempertimbangkan kehidupan sosial masyarakat Islam.
c. Terjadinya perubahan sosial di kalangan masyarakat seiring dengan
perubahan zaman.
2. Sejarah
Munculnya aliran hukum historis dengan pelopor Carl von Savigny
yang berkeyakinan bahwa hukum itu tidak dibuat melainkan tumbuh dan
berkembang secara historis bersama-sama dengan masyarakat yang
bersangkutan.20 Sejarah adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas
berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, obyek,
latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut.21 Menurut ilmu ini segala
peristiwa dan dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, di
mana, apa sebabnya, dan siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut.
Pendekatan kesejarahan sangat dibutuhkan dalam memahami
agama, karena agama turun dalam situasi yang konkrit bahkan berkaitan
dengan kondisi sosial kemasyarakatan. Melalui pendekatan sejarah
seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan
dengan penerapan suatu peristiwa. Dengan demikian seseorang tidak akan
memahami agama keluar dari konteks historisnya.22 Pemahaman agama dan
hukum termasuk hukum Islam yang keluar dari konteksnya akan berakibat
pada tidak terungkapnya fakta sejarah yang sesungguhnya.
Pendekatan sejarah pada dasarnya mengkaji dan mengungkapkan
sebuah rincian wacana yang terjadi pada periode waktu tertentu. Selain itu,
pendekatan sejarah juga digunakan dalam membangun kerangka konseptual
dan mengidentifikasi dasar-dasar legitimasi historisnya dari pengalaman
masyarakat muslim.23 Dengan pendekatan ini, dapat diungkapkan peristiwa
20
Amir Mu’allim dan Yusdani, Konfigurasi Pemikiran Hukum Islam (Cet.
1; Yogyakarta: UII Press Indonesia, 1999), h. 90.
21
Taufik Abdullah (ed), Sejarah dan Masyarakat (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1987), h. 105. Dikutip dalam Abuddin Nata, op. cit., h. 46.
22
Ibid., h. 48.
23
Tentang kemungkinan penggunaan pendekatan historis dan sosiologis
dalam studi Islam Kontemporer, lihat Charles J. Adams, “Islamic Religious
Tradition,” dalam Leonard Binder (ed), The Study of The Middle East (New York:
John Wiley & Sons, 1976), h. 35-45. Dikutip dalam Ahmad Faisal, Rekonstruksi
H. Ajub Ishak
69
Al-Mizan Vol. 9 No. 1 Juni 2013
yang terjadi dimasa lampau tentang objek kajian yang dilakukan, baik
dalam pengkodifikasian aturan yang diberlakukan maupun pelaku yang
terlibat dalam peristiwa tersebut.
Dalam perspektif historis, pembentukan hukum Islam di negaranegara muslim menampakkan empat bentuk, yaitu:24
a. Dikodifikasikannya pengelompokan hukum yang sejenis ke dalam kitab
undang-undang hukum Islam menjadi hukum perundang-undangan
negara (siyasah);
b. Tidak terikatnya umat Islam pada hanya satu mazhab hukum tertentu
(takhayyur);
c. Penerapan hukum terhadap peristiwa hukum baru (tatbiq); dan
d. Perubahan hukum dari yang lama kepada yang baru (tajdid).
Dengan demikian, ciri-ciri pendekatan sejarah dalam studi hukum
dan hukum Islam adalah:
a. Kodifikasi aturan hukum;
b. Penerapan hukum terhadap peristiwa hukum yang terjadi, dan
perubahan yang terjadi karena perubahan masyarakatnya.
c. Umat yang mengikuti aturan dalam kodifikasi tersebut di masa lampau;
Pendekatan sosiologi dan sejarah memiliki ciri yang saling
berkaitan dari segi objeknya, yakni perkembangan masyarakat, aturan
hukum dan hukum Islam yang diberlakukan, serta peristiwa-pertistiwa yang
terjadi dimasa lampau. Termasuk keberadaan hukum Islam sebagai salah
satu disiplin ilmu yang telah dipelajari sejak dahulu.
D. Pendekatan Sosial dan Sejarah dalam Studi Hukum Islam
Hukum Islam sebagai salah satu bidang ilmu hukum, telah banyak
dipelajari secara ilmiah, tidak saja oleh orang Islam, melainkan juga oleh
mereka yang tidak beragama Islam, sejak pemerintahan Hindia Belanda
sampai sekarang. Pada perkembangan selanjutnya muncul kecenderungan
mempelajari ajaran Islam, sebagai bahan kajian perbandingan dengan
hukum lain. Hal ini muncul, karena adanya kenyataan tentang pengakuan
ketinggian nilai-nilai ajaran Islam, yang meliputi semua aspek kehidupan
manusia.25 Kecenderungan mempelajari Islam termasuk hukum Islam
merupakan fakta dan berkaitan erat dengan terjadinya perubahan sosial
masyarakat.
Syariat Islam (Arus Baru Pemikiran Ulama terhadap Ide Penegakan Syariat) (Cet. I;
Yogyakarta: Grha Guru, 2010), h. 13.
24
Amir Mu’allim dan Yusdani, op. cit., h. 135.
25
Suparman Usman, Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam
Tata Hukum Indonesia (Cet. II; Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), h. 7-8
70
Ciri-Ciri Pendekatan Sosiologi dan Sejarah
ISSN: 1907-0985
Perubahan sosial atau dinamika masyarakat sering juga disebut
sebagai transformasi sosial adalah sebuah kemestian dalam masyarakat.
Perubahan sosial adalah jaminan untuk memasuki kehidupan yang lebih
sejahtera, sebab jika hal itu tidak terjadi dalam hal ini masyarakat tidak
berubah, maka masyarakat akan ketinggalan zaman, bahkan akan tertindas
oleh zaman.
Pemikiran tentang perubahan hukum akibat perubahan sosial
sebagai ‘illat hukum, sesungguhnya merupakan keharusan, sehingga hukum
Islam tidak bersifat statis, tetapi mengikuti alur kehidupan umat manusia,
yang dasar-dasar pemikirannya telah dimulai oleh ulama terdahulu.26 Untuk
menjawab perubahan-perubahan sosial yang dihadapi kaum Muslim pada
zaman modern, para mujtahid masih mempertahankan metodologi yang
sudah mapan yaitu ushul fikih walaupun belum memuaskan.27 Karena boleh
jadi kajian yang dilakukan belum maksimal, padahal studi tersebut sudah
lama dilakukan, bahkan beriringan dengan perubahan zaman.
Pendekatan dilakukan untuk menyatakan apakah suatu keadaan
(perbuatan, peraturan) itu sesuai dengan hukum Islam atau tidak, atau
bagaimana hukum Islam menghendaki sesuatu perbuatan/keadaan. Jika
pendekatan aktif dilakukan, yang muncul adalah bagaimana aturan-aturan
hukum Islam menghendaki suatu keadaan/ perbuatan manusia. Pendekatan
ini hanya melihat kepentingan dalil secara ideal.28
Sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam
memahami agama. Karena banyak kajian agama yang baru dapat dipahami
secara proporsional dan tepat apabila menggunakan bantuan dari ilmu
sosiologi. Di samping itu, besarnya perhatian agama terhadap masalah
sosial yang mendorong umatnya untuk memahami ilmu-ilmu sosial sebagai
alat untuk memahami agamanya.29
Mengacu pada perbedaan gejala studi Islam pada umumnya, maka
hukum Islam juga dapat dipandang sebagai gejala sosial. Interaksi orangorang Islam dengan sesamanya atau dengan masyarakat non-Muslim di
sekitar persoalan hukum Islam adalah gejala sosial.30 Dalam hal ini,
tercakup masalah-masalah evaluasi pelaksanaan dan efektivitas hukum,
masalah pengaruh hukum terhadap perkembangan masyarakat atau
pemikiran hukum, sejarah perkembangan hukum, sejarah administrasi
hukum, dan masalah-masalah kesadaran hukum masyarakat.
26
Badri Khaeruman, op. cit., h. 18.
Ibid., h. 13
28
Amir Mu’allim dan Yusdani, op. cit., h. 46.
29
Abuddin Nata, op. cit., h. 40.
30
M. Atho’ Mudzhar, op. cit., h. 33.
27
H. Ajub Ishak
71
Al-Mizan Vol. 9 No. 1 Juni 2013
Pendekatan sosiologi dalam studi hukum Islam dapat mengambil
beberapa tema, yaitu:31
1. Pengaruh hukum Islam terhadap masyarakat dan perubahan masyarakat.
2. Pengaruh perubahan dan perkembangan masyarakat terhadap pemikiran
hukum Islam.
3. Tingkat pengamalan hukum agama masyarakat.
4. Gerakan organisasi kemasyarakatan yang mendukung atau kurang
mendukung hukum Islam.
Pendekatan sejarah (historical approach) merupakan salah satu
model pendekatan yang jarang digunakan oleh para analis Muslim dalam
membahas hukum Islam; kalaupun ada, kajian itu kurang didukung
pengetahuan sejarah yang memadai. Untuk menjawab hal ini, ilmu usul
fikih mempunyai peran penting dalam menjelaskan sekaligus menjawab
persoalan-persoalan hukum yang muncul di tengah-tengah masyarakat
Islam sesuai dengan perubahan dan perkembangan sosial umat Islam. Model
pendekatan empiris-historis-induktif, dibutuhkan dalam rangka menjelaskan
sekaligus menjawab persoalan-persoalan hukum, karena pemahaman
terhadap ayat-ayat al-Quran tidaklah bersifat absolut, namun relatif sesuai
dengan sifat manusia.32
Kajian keagamaan terjebak pada apa yang ada pada ilmu sejarah
yang dikenal bernuansa idealis (seringkali juga disebut tradisionalis) yang
pada gilirannya mengantarkan pada salvation history (penyelamatan
sejarah). Akibatnya, kajian-kajian keagamaan, termasuk kajian hukum lebih
bernuansa ideal yang membahas tentang apa yang seharusnya dan lepas dari
realitas sosial yang dihadapi umat. Dalam hukum Islam, kajian-kajian yang
ada kebanyakan merefleksikan data sejarah bahkan lebih mengungkapkan
keinginan sejarawan itu sendiri.
Berdasarkan kajian di atas, terdapat tiga hal yang perlu
digarisbawahi:33
1. Antara realitas sosial dan kerangka berpikir yang digunakan dalam
menjelaskan realitas sosial tersebut behubungan secara simbiosis dan
saling memengaruhi antara keduanya.
2. Data sejarah tentang model-model kajian usul fikih diharapkan menjadi
sarana untuk mendorong munculnya pemikiran orisinil dam kreatif di
kalangan ahli hukum Islam atau kajian Islam pada umumnya.
31
Ibid, h. 35.
32
Akh. Minhaji, “Ushul Fikih dan Perubahan Sosial dalam Perspektif
Sejarah.” Dalam Amin Abdullah, dkk., Mencari Islam: Studi Islam dengan Berbagai
Pendekatan (Cet. I; Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2000), h. 67-70.
33
Ibid, h. 73-74.
72
Ciri-Ciri Pendekatan Sosiologi dan Sejarah
ISSN: 1907-0985
3.
Kemampuan penelitian para ahli usul fikih agar ditingkatkan dan
dikembangkan. Hal ini penting guna menguji sejauh mana relevansi
teori-teori yang dianut dengan perkembangan masyarakat.
Dengan demikian, realitas sosial sangat berkaitan dengan kerangka
berpikir saling memengaruhi. Disamping itu, sangat erat kitannya dengan
data sejarah tentang model-model kajian hukum Islam sehingga dapat
menemukan relevansi antara teori yang dianut dengan perkembangan
masyarakat, yang seiring dengan perkembangan zaman serta kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
E.
Penutup
1. Kesimpulan
a. Islam dapat dipelajari dengan berbagai pendekatan, antara lain
pendekatan sosiologi, juga dapat dipelajari dengan pendekatan
humaniora seperti sejarah. Perubahan masyarakat didefinisikan sebagai
perubahan sosial termasuk didalamnya perubahan budaya, struktur
sosial, dan perilaku sosial dalam jangka waktu tertentu. Pendekatan
sosiologi dan sejarah umumnya mengkaji tentang pengaruh struktur dan
perubahan masyarakat terhadap pemahaman ajaran agama atau konsep
keagamaan.
b. Sosiologi adalah suatu pendekatan yang mengambarkan tentang
keadaan masyarakat lengkap dengan struktur dan gejala sosial lainnya
yang saling berkaitan. Ciri-ciri pendekatan sosiologi dalam studi agama
termasuk hukum dan hukum Islam adalah; bersumber pada dalil-dalil alQuran dan hadis sebagai sumber normatif, adanya hukum yang
dihasilkan dari dalil-dalil tersebut, dan terjadinya perubahan sosial di
kalangan masyarakat seiring dengan perubahan zaman. Sedangkan
dengan pendekatan sejarah seseorang diajak untuk memasuki keadaan
yang sebenarnya berkenaan dengan suatu peristiwa. Ciri-ciri
pendekatan sejarah adalah; kodifikasi aturan hukum, penerapan hukum
terhadap peristiwa hukum yang terjadi, perubahan yang terjadi karena
perubahan masyarakatnya, dan umat yang mengikuti aturan dalam
kodifikasi tersebut di masa lampau.
c. Pendekatan sosiologi dan sejarah merupakan pendekatan yang sering
dilakukan dalam memahami agama. Karena banyak kajian agama
termasuk hukum Islam, yang baru dapat dipahami secara proporsional
dan tepat apabila menggunakan bantuan dari ilmu sosiologi dan sejarah.
Besarnya perhatian agama dan hukum Islam terhadap masalah sosial
dan peristiwa yang terjadi di masa lampau, sehingga mendorong
umatnya untuk memahami ilmu-ilmu sosial dan sejarah.
H. Ajub Ishak
73
Al-Mizan Vol. 9 No. 1 Juni 2013
2. Implikasi
a. Perlunya kajian yang lebih maksimal dan komprehensip dalam
memahami agama termasuk hukum dan hukum Islam dengan
pendekatan yang sudah banyak dilakukan dalam antara lain sosiologi
dan sejarah. Terutama dalam mengungkap fakta yang terjadi dan timbul
akibat perubahan sosial di lingkungan masyarakat.
b. Perlunya identitas tersendiri yang merupakan ciri khas dari sebuah
pendekatan dalam setiap melakukan penelitian khususnya berkaitan
dengan gejala sosial dan peristiwa yang melatarbelakanginya. Baik
pendekatan sosiologi dan sejarah yang banyak dilakukan oleh para
ilmuan yang membidanginya.
c. Studi terhadap hukum dan hukum dan hukum Islam tentunya tidak
lepas dari pendekatan untuk mengkajinya lebih dalam. Tetapi
pendekatan yang dilakukan tidak hanya terbatas pada pendekatan yang
sudah ada dan bahkan sering digunakan dalam studi agama, termasuk
hukum dan hukum Islam. Pendekatan yang lainya dapat pula dilakukan
agar hasil studi tersebut dapat diterima oleh masyarakat ilmiah atau
akademik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Amin. “Relevansi Studi Agama-Agama dalam Milenium Ketiga,”
dalam Amin Abdullah, dkk., Mencari Islam: Studi Islam dengan
Berbagai Pendekatan. Cet. I; Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,
2000.
Adams, Charles J. “Islamic Religious Tradition,” dalam Leonard Binder
(ed), The Study of The Middle East. New York: John Wiley &
Sons, 1976, h. 35-45. Dikutip dalam Ahmad Faisal, Rekonstruksi
Syariat Islam (Arus Baru Pemikiran Ulama terhadap Ide Penegakan
Syariat). Cet. I; Yogyakarta: Grha Guru, 2010.
Ali, Zainuddin. Sosiologi Hukum. Cet. VI; Jakarta: Sinar Grafika, 2010.
Djamil, Fathurrahman. Metode Ijtihad Tarjih Muhammadiyah. Cet. 1;
Jakarta: Logos Publising House, 1995.
Ismatullah, Dedi. Sejarah Sosial Hukum Islam. Cet. I; Bandung: Pustaka
Setia, 2011.
Khaeruman, Badri. Hukum Islam dalam Perubahan Sosial. Cet. 1; Bandung:
Pustaka Setia, 2010.
Minhaji, Akh. “Ushul Fikih dan Perubahan Sosial dalam Perspektif
Sejarah.” Dalam Amin Abdullah, dkk., Mencari Islam: Studi Islam
dengan Berbagai Pendekatan. Cet. I; Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya, 2000.
74
Ciri-Ciri Pendekatan Sosiologi dan Sejarah
ISSN: 1907-0985
Mudzhar, M. Atho’. “Pendekatan Sosiologi dalam Studi Hukum Islam.”
Dalam Amin Abdullah, dkk., Mencari Islam: Studi Islam dengan
Berbagai Pendekatan. Cet. I; Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,
2000.
Mu’allim, Amir, dan Yusdani. Konfigurasi Pemikiran Hukum Islam. Cet. 1;
Yogyakarta: UII Press Indonesia, 1999.
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Cet. III; Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1999.
Rofiq, Ahmad. Pembaharuan Hukum Islam di Indonesia. Cet. I;
Yogyakarta: Gama Media, 2001.
Syarifuddin, Amir. Meretas Kebekuan Ijtihad: Isu-isu Penting Hukum Islam
Kontemporer di Indonesia. Cet. II; Ciputat: Ciputat Press, 2005.
Tebba, Sudirman. Sosiologi Hukum Islam. Cet. 1; Yogyakarta: UII Press,
2003.
Usman, Suparman. Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam
Tata Hukum Indonesia. Cet. II; Jakarta: Gaya Media Pratama
H. Ajub Ishak
75
Download